Sosialisasi Hemat Energi ke Sekolah

Friday, June 6, 2008




RENGASDENGKLOK, RAKA - PT. PLN Karawang menggelar senam bersama ratusan siswa SMAN 1 Rengasdengklok, Jumat (16/5). Kegiatan tersebut dilakukan sekaligus sebagai upaya sosialisasi program hemat energi yang dicanangkan perusahaan milik negara tersebut.


Kegiatan senam bersama itu digelar di halaman sekolah dan langsung dipanduan dari oleh tiga instruktur senam diatas panggung kecil. "Senam bersama ini sebetulnya bukan hal aneh lagi dilakukan di sekolah. Tetapi kebersamaan yang dirasakan saat kita melakukan senam itu," ucap Yunanto, guru SMAN 1 Rengasdengklok usai senam.


Sejumlah guru malah mengaku senam tersebut adalah hal yang spektakuler. Karena hampir semua sudut halaman dijejali siswa dan guru. "Dibilang spektakuler karena kegiatan ini baru pertama kali dilakukan," kata Yunanto lagi. Pada kesempatan itu, PLN mengajak anak sekolah supaya melakukan hemat energi, karena secara otomatis bila dilakukan mereka akan mengajak orang tua dan familinya untuk mengikuti penghematan listrik.


Siswa juga bisa mengingatkan pembayaran rekening agar tepat waktu, meski pembayaran itu cukup lama, seperti tagihan Mei dibayar Juni yaitu antara tanggal 1 smpai 20 tiap bulan. Pada senam bersama, disisipkan ajakan untuk tidak merokok, karena dihitung-hitung belanja rokok sebulan bagi orang tua siswa bisa mencapai Rp 200 ribu lebih.


Sedangkan tagihan listrik masih dibawah Rp 100 ribu tiap bulannya. Manajer Unit Pelayanan Jaringan (UPJ) Rengasdengklok, Endang Suryaman usai senam menjelaskan, selain untuk mendekatkan PLN dan sekolah. Senam ini juga dilakukan dengan misi tertentu, diantaranya mengajak semua pengguna energi listrik supaya berhemat, membayar tagihan listrik tepat waktu dan meminta partisipasi masyarakat terhadap aset PLN, terutama dari gangguan layang-layang dan supaya masyarakat memangkas pohon yang pucuknya sudah menyentuh kabel listrik.


Antara kabel dan ujung pohon harus berjarak tiga meter supaya aman meski pohon itu tertiup angin. Dijelaskannya, pada tahun 2008 ini, PLN membutuhkan subsidi untuk operasional listrik sekitar Rp 65 triliun, tapi pemerintah hanya memberikan Rp 50 triliun. Untuk menutupi sisanya sekitar Rp 15 triliun, kata Endang, cukup pelanggan PLN yang mengurangi beban listrik di tiap rumah masing-masing, karena PLN tidak bisa menutupi anggaran tersebut untuk biaya operasional PLN.


Jika pelanggan sudah menghemat listrik, bukan PLN saja yang diuntungkan, biaya penggunaan listrik pelanggan pun akan lebih murah. Kata Endang, hitung-hitungan hemat energi yaitu, jika pelanggan yang memiliki standar listrik 450 kwh tiap bulannya membayar Rp 20 ribu. Sedangkan untuk pelanggan yang menggunakan standar listrik 900 kwh membayar Rp 40 ribu/bulan, lebih dari itu berarti pelanggan dianggap masih belum hemat listrik. Untuk itu, ada baiknya tiap pelanggan mengecek kembali lampu-lampu atau alat yang menggunakan listrik supaya dimatikan pada jam-jam tertentu, maksudnya tidak menyala jika tidak dibutuhkan. (spn)

Ancaman Abrasi Pantai Karawang




TERJANGAN ombak yang diperkuat hembusan angin timur di sekitar pantai utara Kabupaten Karawang acapkali mengakibatkan abrasi pantai yang sangat hebat. Tidak hanya berakibat hilang puluhan kilometer pantai tetapi juga menjadi penyebab banjir dipemukiman masyarakat.
Minimnya panahan pantai sering juga menciptakan inspirasi masyarakat membuat karung-karung beras berisi pasir yang digunakan sebagai dam atau penahan ombak.


Dam-dam buatan ini sekaligus berfungsi sebagai pemecah gelombang yang menerjang pantai. Sayangnya, dam-dam buatan yang dibuat juga dengan cara manual ini ternyata tak sanggup menahan dasyatnya terjangan gelombang. Tidak heran bila masyarakatpun meminta pemerintah daerah agar membuatkan dam-dam permanen. Lebih kokoh ketimbang hanya sekedar karung-karung pasir dan sanggup bertahan hingga belasan tahun.


Dam ini memang ini harus diposisikan di area pantai yang kondisinya sudah curam. Paling tidak dam ini, selain berfungsi sebagai penahan juga akan membelokan gelombang yang menerjang. Sementara di sisi lain pembelokkan gelombang ini akan mengakibatkan terjadinya endapan pasir sehingga pantai akan terbentuk kembali.


Masih terkait itu, akibat dari terjangan gelombang ini ratusan hektare tambak sering menjadi korban, selain turut merusak daerah-daerah yang menjadi objek wisata pantai. Padahal wisata ini diharapkan bisa menjadi pemicu berkembang dan meningkatnya taraf perekonomian masyarakat setempat selain merangsang tumbuhnya dan berkembangnya infrastruktur daerah bersangkutan. Seperti jalur yang menuju Desa Cemara Jaya, Kecamatan Cibuaya, desa paling ujung di ruas jalan Karawang-Sungaibuntu, adalah perjalanan menuju daerah terpencil, miskin dan kumuh. Meski kini sudah kesan itu mulai terkikis. (*)

Belajar Sambil Dengar Radio




BELAJAR sambil dengar radio, tentu saja bisa, terutama bagi pelajar SMPN 1 Pedes. Karena sejak tahun 1996 lalu, SMP Terbuka yang mengginduk ke SMPN 1 Pedes telah mendirikan radio Unggul Normatif, Inovatif dan Kreatif (UNIK) 96,3 FM yang 'on air' hanya jam 14.00-23.00 WIB setiap hari.


Meski banyak kurangnya, radio ini eksis menjadi teman belajar siswa, terutama pelajaran Bahasa Indonesia. Radio ini masih dikelola sekolah, penyiarnya yaitu staf tata usaha Ade Jaelani Rahamat dan Pembina Kesiswaan SMPN 1 Pedes Masdi.


Dalam ruang 'on air' yang sempit, keduanya memutar musik sambil membuka buku pelajaran yang dibacakan untuk pelajar. Tentunya agak beda dengan radio bonafid yang serba lengkap fasilitasnya. UNIK 96,3 FM ini memutar musik dari mp3 VCD dengan monitor TV 14 inchi. "Tujuan kita adalah menghibur dan memberi wawasan pada anak sekolah, karena segmen kita adalah pendidikan dan seni," kata Ade.


Kedua penyiar itu hingga kini berupaya agar radio pendidikan yang mereka siarkan bisa terus berkembang, karena selain pelajar banyak masyarakat umum juga yang menjadi pendengarnya. Namun begitu, radio pendidikan ini siarannya belum meluas, frekwensinya hanya tertangkap di beberapa desa Kecamatan Pedes, sementara pesawat radio yang berada di luar kecamatan ini gagap tidak mampu menangkap sinyal UNIK FM. "Saat ini radio kita baru bisa didengar oleh pelajar di Kecamatan Pedes, domisili pelajar SMPN 1 Pedes," ujarnya.


Kata Ade, dengan radio pendidikan ini, siswa bisa bermain sambil belajr juga berkomunikasi langsung dengan penyiar melalui telepon atau sms. Untuk bisa terus berkembang dan melejit, tentunya perlu ada dukungan sponsor. Sementara ini, UNIK 96,3 FM belum bisa menggandeng sponsor. "Inginnya sih didukung sponsor, supaya radio pendidikan ini bisa berkembang menjadi radio andalan bagi pelajar dan masyarakat," ucap Ade.


Dijelaskan Masdi, 50 persen siaran yang dilakukannya tentang pendidikan, dia mengajak siswa untuk interaktif yaitu tanya jawab sambil 'on air'. Diantaranya, pelajaran Bahasan Indonesia dan puisi. Untuk pelajaran lainnya, kata Masdi, belum ada terobosan, misalnya pelajaran matematika 'on air', karena pelajaran ini cenderung membutuhkan peraga dibanding mendengarkan. Meski pun bisa, harus ada teknik khusus untuk menyampaikannya. "Kita belum bisa kearah sana, kita masih terbatas. Jika radio kami besar dan bisa didengarkan semua pelajar di Karawang, tentunya itu merupakan kebanggaan bagi kita," ungkapnya. (spn)

BBM Naik, Nelayan Sulit Tingkatkan Produksi




CILEBAR, RAKA - Masih seputar nasib nelayan, kali ini nelayan Cilebar mengungkapkan keluhannya, setelah puluhan nelayan Pedes yang terancam tidak melaut, menyusul kenaikan harga BBM yang diberlakukan pemerintah. Para nelayan itu mengaku hasil tangkapannya menurun drastis karena biaya operasional yang minim.


Seperti diungkapkan nelayan Cilebar, Jafar kepada RAKA, Jumat (30/5). Meski sudah berusaha maksimal, pendapatan melautnya tetap saja minim. "Sekali melaut hanya mendapat 4-5 kg udang padahal sebelumnya bisa dua kali lipat dari itu," katanya mengungkapkan keluhannya.


Hal itu terjadi, karena sejak pemerintah memberlakukan kenaikan harga BBM yang disusul naiknya lagi harga minyak tanah otomatis nelayan mengurangi biaya operasionalnya. Akibatnya, jarak operasi tangkap nelayanpun menjadi berkurang. Otomatis dengan batasan jarak seperti itu tangkapan yang diperolehpun jadi berkurang. Baik kualitas maupun kwantitas ikan yang bisa ditangkap.


"Nelayan disini memang menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar. Kalau sebelumnya BBM yang digunakan bisa maksimal tapi setelah kenaikan harga penggunaannya jadi tidak maksimal. Kami menciutkan biaya operasional perahu tangkap kami. Akibat penciutan itu jarak tangkap kamipun jadi berkurang," kata Jafar.


Diakui Jafar, dirinya dan nelayan yang lain memang sudah menggunakan minyak tanah sejak kenaikan BBM tahun 2006. Namun begitu, kenaikan BBM kemarin membuat mereka semakin tercekik. Tidak hanya itu saja, harga bahan pokok perbekalan mereka juga menjadi naik, karena toko dan warung tempat biasa mereka membeli pun menaikan harga karena alasan transportasi yang juga melonjak. "Mau dibilang apa lagi, kami sejak dulu adalah nelayan dan satu-satunya pekerjaan yang bisa kami lakukan adalah melaut," ucap Jafar lagi meski diakuinya walau situasi seperti ini mereka akan tetap bertahan dan terus melaut.


Dikatakan Jafar, terpurukan mereka terjadi akibat beberapa faktor dan tidak melulu diakibatkan oleh naiknya harga BBM. Diantaranya dipengaruhi cuaca buruk dan hilangnya ikan-ikan dilaut akibat pencemaran dari sungai. Maksudnya ketika sungai mengandung limbah, maka ikan akan menjauh dari pesisir pantai hingga ke tengah laut. Sedangkan biaya untuk mencapai laut lepas perlu perbekalan yang maksimal. Itupun tidak bisa dilakukan sehari, lagi pula perahu sederhana yang dimiliki para nelayan tidak akan sanggup berlayar jauh.


Hal senada dikatakan nelayan lainnya Sarpa, selain faktor alam dan BBM, alat tangkap nelayan yang dibawa pun menjadi penentu keberhasilan. Selama ini, masih jarang nelayan yang memiliki alat tangap lengkap, karena untuk satu jaring tangkap saja harganya hampir mendekati sepuluh jutaan rupiah. "Kalau bukan dari bantuan pemerintah, kami tidak sanggup beli alat tangkap lengkap," ujarnya.


Kata Sarpa, alat tangkapan ini dipergunakan sesuai dengan musimnya, jika musim udang maka yang digunakan adalah jaring udang, karena satu jaring tidak bisa digunakan untuk menangkan segala jenis ikan yang ada di laut. Kendati demikian, nelayan di pesisir pantai hingga kini hanya bisa merasakan sesaknya menghadapi kebijakan pemerintah, meski mereka tidak berdaya mengubah kebijakan tersebut. (spn)


SMAN 1 Dengklok Bidik SSN

Thursday, June 5, 2008



KUTAWALUYA, RAKA - Setelah merintis program sekolah Bener, Pinter dan Singer (BPS) kini SMAN 1 Rengasdengklok siap menjadi Sekolah Standar Nasional (SSN). Meski untuk itu perlu persiapan maksimal baik dari guru, karyawan dan siswa sekolah bersangkutan. Sehingga kualitas pendidikanpun bisa lebih ditingkatkan.


Kepala Sekolah SMAN 1 Rengasdengklok Drs. Tarya Sukmana mengatakan itu kepada RAKA, baru-baru ini di sela acara perpisahan sekolah. Saat ini, lanjutnya, SMAN 1 Rengasdengklok baru merintis untuk menuju SSN, karena sekolah memiliki tiga standar mutu, diantara sekolah standar yaitu sekolah yang mutunya standar-standar saja, kedua Sekolah Standar Nasional dan ketiga Sekolah Berbasis Internasioanl (SBI).


"Untuk mencapai SSN, segala kekurangan sekolah harus bisa diperbaiki termasuk kualitas guru, siswa dan sarana harus yang sesuai, sementara SBI sekolahnya harus mengacu pada kualitas Internasional," ujarnya.


Tahun ini sekitar 275 calon lulusan SMAN 1 Rengasdengklok, diantaranya 4 kelas IPA sejumlah 157 dan 3 kelas IPS sejumlah 120 siswa. Jumlah lulusan tahun ini sama jumlahnya dengan lulusan tahun lalu, yaitu sekitar 7 kelas XII. Bagi lulusan sekolah, Tarya berharap supaya lulusannya bisa menjaga nama baik almamater dan terus berjuang meraih wawasan di perguruan tinggi maupun di tengah lingkungan mereka, karena tidak pendidikan tidak hanya sampai pada saat mereka lulus sekolah.


"Sesuai dengan visi SMAN 1 Rengasdengklok, yaitu mewujudkan warga sekolah yang berkualitas tinggi sehingga mampu bersaing di masa depan, dengan bermodalkan cager bener pinter singer. Sehingga dari kerampilan dan pengetahuan juga sikapnya harus sesuai dan terus dibawa ke dunia kuliah dan bermasyarakat," jelasnya.


Tahun ini, SMAN 1 Rengasdengklok berencana membuka 8 kelas yaitu pada Juli 2008. Jika siswa baru lebih dari 8 kelas, pihaknya akan tetap menerima semua yang kemudian diseleksi sesuai pasing grade (batas akhir nem). Bila kuota tidak mencukupi, maka lulusan itu akan diarahkan ke SMK maupun SMA yang ada disekitar Rengasdengklok.


Sementara, seorang siswa kelas XII IPS 2 yang lulus tahun ini, Tomy Rimansyah menyatakan, program BPS benar-benar telah dirasakannya. Diakuinya, penerapan BPS pada siswa memang sangat tepat. "Guru-guru mengajarkan kami tentang disiplin dengan menerapkan visi dan misi BPS. Alhamdulillah, terapan program itu sangat baik bagi siswa," katanya. (spn)

Candi Jiwa Dipadati Ummat Buddhis




BATUJAYA, RAKA - Umat Buddha merayakan puja bakti Waisak 2552 BE di pelataran Candi Jiwa, Kecamatan Batujaya, Minggu (1/6) siang. Pada kegiatan tersebut hadir umat Buddhis dari Propinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat. Candi Jiwa ini merupakan candi puja dan usianya lebih tua dibanding Candi Borobudur.


Di sela kegiatan, ketua Umum Panitia puja bakti Waisak, Nyana Wangsa menyampaikan, kegiatan ini merupakan kehormatan bagi umat Buddha Kabupaten Karawang. Pada tahun 2008 di bulan Waisak ini merupakan momen yang mengingatkan kembali terhadap tiga peristiwa agung. Yaitu pada saat Pengeran Shiddharta Gutama lagir pada 623 SM, Petapa Gautama mencapai penerangan agung pada 558 SM dan Buddha Gutama Parinibbana 543 SM.


Tiga rangkaian peristiwa tersebut, lanjutnya, umat Buddha diharapkan dapat memahami kembali makna perjuangan Pangeran Siddharta dalam mencapai kesempurnaan hidup untuk kebahagiaan semua makhluk di dunia ini. Pada saat awal Sang Buddha mengajar Dhamma, para Bikkhu merupakan orang-orang yang membaktikan dirinya untuk menempuh kehidupan suci dan mengabdi demi kepentingan banyak orang.


Meninggalkan hidup berumah tangga secara total, menghayati ajaran suci dan hidup berkelana dari satu desa ke desa lain untuk menyelamatkan dunia dari kerusakan dengan meningkatkan kualitas moral dan etika kehidupan sebagai keyakinan hakiki yang disertai pola pembangunan ramah lingkungan.Kegiatan yang dilaksanakan di pelataran peninggalan Jaman Tarumanegara ini didukung umat Buddha DKI Jakarta, Propinsi Banten dan Jawa Barat untuk pertama kalinya di Candi Jiwa.


Dan kegiatan ini bertema ‘Kehadiran Buddha Sebagai Sumber Kebangkitan Moral dan Mawas Diri’. Acara ini pun bersamaan dengan kegiatan kunjungan wisata tahun 2008 yang dipusatkan di situ Candi Jiwa. Acara ini merupakan ritual Waisak pada tanggal 20 Mei 2008 lalu, yang dilaksanakan hingga ke candi ini yang dilakukan umat Buddha.


Acara Waisak ini dihadiri langsung Bupati Karawang Drs. H. Dadang S. Muchtar beserta jajaran dan para camat, juga Direktur Urusan dan Pendidikan Agama Budha Depag RI Drs. A. Joko Wuryanto, Sos, SAg, MSi, Bimas Budha Jabar DKI, Banten, Kepala Disbudpar Jabar Budiana, Kepala Balai Purbakala Bandung, Kepala BP3 (balai pelestarian purbakala serang banten).


Pada kesempatan bicara, bupati menegaskan, Kabupaten Karawang ini memiliki banyak potensi wisata alam gunung dan pantai. Sedangkan yang memiliki wisata sejarah yaitu Tugu Proklamasi di Rengasdengklok dan Candi Jiwa di Kecamatan Batujaya. Dengan begitu, bupati bersedia meningkatkan potensi alam maupun potensi sejarah yang ada di Kabupaten Karawang ini. Hingga kini, di area Candi Jiwa masih ada beberapa situs yang sedang digali oleh para ahli purbakala. (spn)

Nekad Parkir Truk Kecemplung


BATUJAYA, RAKA - Nasib sial yang dialami truk sarat batu B 9868 FY mungkin bisa jadi pembelajaran bagi sopir-sopir truk lainnya bila hendak memarkir truknya. Gara-gara nekad parkir di badan jalan yang sempit alhasil truk itupun tercebur ke Saluran Induk di Desa Teluk Bango, Kecamatan Batujaya, Senin (2/6) siang.

Hingga kemarin belum diketahui identitas sopir truk tersebut. Namun berdasarkan informasi truk tersebut bergerak menuju tanggul Citarum yang sedang diperbaiki. Saat akan memasuki jalan sempit mobil ini parkir dan mundur, karena bobot lebih kuat dibanding rem akhirnya truk ini bablas dan kecebur irigasi. "Truk muatan batu itu datang dari arah Rengasdengklok menuju tanggul Citarum yang kini masih dalam perbaikan. Karena truk ini akan masuk jalan kecil maka sopirnya melakukan parkir di tengah jalan. Tapi sial saat sibuk mencari-cari lokasi parkir yang tepat truknya ternyata bablas dan terperosok ke sungai," ungkap Acep saksi mata.

Diketahui, pada Februari 2008 lalu tanggul di Desa Telukbango sempat amblas dan membuat panik warga setempat, tidak lama kemudian pihak pengairan langsung bergegas memperbaiki tanggul yang amblas itu menggunakan alat berat. Sudah sebulan ini, sudah ratusan kubik batuan (bronjong) dipasang sepanjang 50 meter di tanggul itu. Tiap harinya truk-truk pengangkut batu hilir-mudik menambah volume batuan untuk tanggul tersebut.
Sementara itu, hanya beberapa jam truk yang tercebur itu berendam di air irigasi, truk lainnya berusaha mengangkat setelah muatan pada truk yang tercebur itu di angkat untuk mengurangi beban. Dilihat, jalan lingkungan yang menuju tanggul Citarum itu memang tampak sempit, sehingga kendaraan apapun tidak akan bisa belok langsung. (spn)

Pertamina Sebar Bibit Gratis




CILEBAR, RAKA - PT Pertamina Pemasaran BBM Retail Region III melalui Layanan SDM - HR area Jawa Bagian Barat menggelontorkan bantuan benih padi terhadap ribuan petani di Kecamatan Cilebar dan Tempuran. Bantuan ini sekaligus janji yang diucapkan perusahaan negara itu pasca bantuan bencana banjir beberapa waktu lalu kepada Ormas Barindo.


Kepala Layanan SDM - HR Area Jawa Bagian Barat, Suwardi, mewakili General Manager Pertamina Pemasaran BBM Retail Region III, berharap agar bantuan benih padi ini bisa memacu petani untuk meningkatkan produksinya. "Jika petani di Karawang bisa kembali memproduksi beras dengan kualitas baik, maka predikat lumbung padi akan kembali menggaung. Dan, bila itu tejadi, kemungkinan Indonesia tidak lagi impor beras dari luar negeri tetapi mengekspor beras ke luar negeri," ucap Suwardi, Selasa (3/6) di Aula Desa Cikande, Kecamatan Cilebar saat penyerahan benih padi tersebut.


Dijelaskan, bantuan benih padi tersebut khusus untuk para petani yang kena banjir beberapa bulan lalu. Banjir yang terjadi Februari 2008 lalu di Kecamatan Cilebar dan Tempuran telah merendam sekitar 4.158 hektar dengan ketinggian air 1,5 meter. Bibit padi yang baru berumur 14 hari pun mati karena terendam air selama 21 hari. "Aksi itu sendiri seharusnya dilakukan sebelum Pilkada Jawa Barat bulan lalu. Namun, untuk menepis dugaan kampanye terselubung pada pertemuan petani ini, maka waktu kegiatan ini diundur," ungkap Ketua Panitia Ilhamsyah S.Sos.


Pembagian Bibit Padi Legowo 2 dari Pertamina ini dibagikan melalui 50 kelompok tani dan tiap kelompoknya mengelola 30 hektar sawah. Benih Legowo 2 dinilai lebih menguntungkan dibanding cara penanaman padi yang biasa dipakai petani Karawang umumnya. Selain mempermudah pengelolaan, pemeliharaan dan perawatan, jumlah batang padipun banyak dari padi biasa. Ini terbukti dari hasil panen satu hetar sawah akan menghasilkan produksi padi sekitar 6-8 ton, biasanya petani hanya meraup hasil 4-6 ton/hektar.


Ketua DPC DPC Barindo Kabupaten Karawang, Tegeuku Kaharudin mengatakan, sistem penanaman padi Legowo 2 sebetulnya sudah banyak dilakukan, hanya saja belum populer di kalangan masyarakat petani. Hal inilah yang menurut kami (Barindo, red) perlu disosialisasikan. "Dalam hal ini, DPC Barindo Kabupaten Karawang dan Pertamina Peduli merespon positif sebagai kerja nyata. Dan segera akan mensosialisasikan santunan bantuan bagi petani di Desa Cikande yang sawahnya kebanjiran," katanya.


Terkait itu, LSM Dutha Tani Abdul Arif mengatakan, ilmu petani merupakan ilmu keturunan sehingga ilmunya kini telah berkembang dan hasilnya sangat luar biasa. Namun begitu, petani pun harus mengetahuia hak-haknya. Sementara di PT. Pertamina memiliki Corporet Social Responsibility (CSR) yaitu merupakan bantuan kemanusiaan yang juga bisa diterima oleh para petani.


Namun sayangnya, kadang keterlambatan bantuan itu karena aspirasi masyarakatnya sedikit, seperti bertepuk satu jari dan tidak bisa didengar perusahaan, tapi jika semua petani kompak mengaspirasikan diri, maka perusahaan pun akan mendengar dan melakukan kewajibannya untuk memberikan bantuan sosial, terutama bagi para petani.


Pjs Desa Cikande Muhmmad Juman menyampaikan, bantuan ini merupakan keberkahan bagi para petani, dia mengilustraikan banjir pada tahun 2007 sempat menenggelamkan pemukiman hingga 40 cm. Pada saat itu desa ini siaga satu karena hampir sedikit daratan yang tampak. Sementara, petani sudah lelah karena banjir, karena baru sebar benih ratusan hektar sawah terendam banjir. Kepala desa mengajukan pengerukan saluran sekunder Ciwadas.


Pada pengobatan gratis Maret 2008 sekitar 400 pasien warga Cikande yang sakit akibat banjir. Dengan begitu, bantuan yang sering disinggung-singgung untuk desa ini adalah pengobatan gratis dan bantuan pertanian. "Kita berharap siapapun pimpinannya desa ini mendapat skala prioritas," kata Juman. (spn)

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan