Ratusan Ha Sawah di Batujaya Kekurangan Air

Thursday, January 29, 2009

Perbaikan tanggul saluran induk yang telah dijebol warga Jayakerta saat air Sungai Citarum meluap
 
 
 
BATUJAYA, RAKA - Ironis, ketika Kecamatan Rengasdengklok, Jayakerta dan Tirtajaya sawahnya kebanjiran, ratusan hektar sawah di Batujaya kekeringan. Petani Batujaya mengklaim kekurangan air akibat saluran induk yang sengaja dijebol warga Jayakerta untuk mengalihkan luapan air Sungai Citarum yang meluap 15 Januari 2009 lalu.
 
Hal itu diungkapkan Camat Batujaya, Drs. Dedi Ahdiyat kepada RAKA, kemarin. Menurutnya, ratusan hektar sawah yang baru ditanam bibit padi ini terancam gagal tanam, karena kekurangan suplai air dari saluran induk. "Gara-gara tanggul saluran induk dijebol warga untuk menghindari banjir jebolnya tanggul Sungai Citarum di Dusun Tangkil, Desa Kuta Ampel, imbasnya air ke Batujaya berkurang dan sawah jadi kering," ujarnya.
 
Diketahui, pada 15 Januari 2009 lalu, tanggul Sungai Citarum yang jebol di Dusun Tangkil, Desa Kuta Ampel, Kecamatan Batujaya merendam pemukiman setempat hingga melebar ke desa lainnya. Tak lama kemudian air semakin meluap dan mengalir ke saluran induk. Sementara, saluran induk yang debit airnya besar itu pun tak mampu menampung air yang mengalir dari Sungai Citarum hingga akhirnya mengancam ratusan pemukiman dan Desa Kampung Sawah, Kecamatan Jayakerta.
 
Akhirnya, puluhan warga Jayakerta sengaja membobol tanggul saluran induk, mereka melakukan itu setelah melihat air Citarum yang membanjiri saluran induk dianggap mengancam pemukiman mereka, Dengan perkakas cangkul, puluhan warga membobol dua titik di tanggul saluran induk dan luapan air ini mengalir deras ke beberapa desa di Kecamatan Tirtajaya. Sehingga, saluran induk yang mengalir ke hilir, yaitu ke Batujaya dan Pakisjaya berbalik arah ke hulu dan mengalir ke persawahan Tirtajaya melalui tanggul saluran induk yang dijebol warga Jayakerta.
 
Sampai kemarin, PJT II Rengasdengklok kembali membendung tanggul saluran induk yang dijebol warga. Sedangkan, tanggul Sungai Citarum di Dusun Tangkil, Desa Kuta Ampel diperbaiki Dinas Bina Marga Kabupaten Karawang. Hingga berita ini diturunkan, perbaikan kedua tanggul Sungai Citarum dan saluran induk di dusun tersebut masih tahap pengerjaan. (spn)

Kecamatan Tirtajaya Siaga Banjir

TIRTAJAYA, RAKA - Surutnya banjir akibat luapan Sungai Citarum yang merendam beberapa desa di Kecamatan Tirtajaya bukan berarti akhir banjir tahun ini. Malah, saat ini warga Tirtajaya telah mengantisipasi banjir tahunan dari curah hujan. Sejak Selasa (27/1) lalu, jalan raya di Desa Tambaksari dan Tambaksumur sudah digenangi banjir hujan, tapi air belum masuk ke rumah-rumah warga setempat.
 
Camat Tirtajaya, Drs. H. Wawan Setiawan menjelaskan kepada RAKA, Rabu (28/1) siang, curah hujan yang turun beberapa hari ini masih menggenangi jalan raya dan persawahan di dua desa tersebut dengan ketinggian air sekitar 20 cm. Sedangkan, warga Dusun Tanjung Kerta, Desa Medan Karya telah mengantisipasi banjir dengan memperbaiki gorong-gorong saluran air, supaya laju air tidak tersumbat.
 
Kendati begitu, jika melihat curah hujan besar, aku Wawan, dikhawatirkan banjir besar merendam pemukiman seperti musim hujan Februari 2008 lalu. Banjir tahun 2008 lalu sempat merendam sebagian besar pemukiman di Desa Tambaksari, Desa Tambaksumur, Desa Srikamulan dan sebagian pemukiman di Desa Srijaya juga Desa Kuta Makmur, ketinggian banjir tahun 2008 lalu itu setinggi lutut orang dewasa, sekitar 30-40 cm. "Menurut saya, jika ketinggian air belum masuk rumah, saya anggap tidak fatal, tapi ketika sudah merendam pemukiman sedikitnya dua hari, baru dikatakan fatal, karena mengganggu aktivitas keseharian warga setempat," ujarnya.
 
Kata Wawan, jebolnya tanggul Sungai Citarum pada 15 Januari 2009 kemarin tidak mampu ditahan, karena airnya sangat besar, sehingga merendam persawahan dan beberapa desa di kecamatannya. Pada banjir tersebut, pemukiman di Desa Srijaya, Kuta Makmur, Srikamulyan, Gempol Karya dan Desa Pisang Sambo. Dan banjir belum dikatakan berlalu, mengingat curah hujan saat ini besar dan selalu turun tiap hari. (spn)
 

Syahriyyahan Kecamatan Tirtajaya Jalin Ukuwah Islamiyah

TIRTAJAYA, RAKA - Rabu (28/1) pagi, Desa Srijaya, Kecamatan Tirtajaya gelar 'syahriyyahan' atau pengajian rutin tiap bulan di halaman desa. Pengajian ini diikuti semua desa se-kecamatan termasuk muspika kecamatan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan masyarakat umum.
 
Acara syahriyyahan di desa ini merupakan giliran keempat sejak diawali tahun 2008 lalu di Desa Sabajaya, kedua Desa Bolang, ketiga Desa Pisang Sambo dan keempat Desa Srijaya, syahriyyahan ini pun diikuti majlis ta'lim, Dewan Ketua Masjid (DKM) dan guru-guru ngaji se-Desa Srijaya.
 
Kepala Desa Srijaya, Durahman menjelaskan, pengajian ini mengajak langsung masyarakat untuk meningkatkan iman dan taqwa pada Allah juga menjalin antara ulama dan umaro. Pengajian ini memiliki tema 'Ubahlah dunia dengan imanmu, sinarilah jaman dengan amalmu', tema tersebut ditulis langsung Kepala Desa Srijaya, mengingta dunia yang sudah tua ini memerlukan persatuan dari para ulama dan umaro, terutama menjauhkan larangan Allah dan Rasulnya juga senantiasa mematuhi peraturannya.
 
Pengajian ini dibuka qori terbaik di Desa Srijaya, Ust. Asep Badrudin, juara dua MTQ Kabupaten Karawang tahun 2004 lalu, kemudian tampil penceramah KH. Abdul Goni dari Kecamatan Rawamerta. "Dalam Al Quran disebutkan, taatilah Allah dan Rasulnya, juga orang-orang yang memegang kekuasaan diantara kamu. Jadi, saya sebagai kepala desa tidak hanya membangun infrastruktur desa saja, tapi berkewajiban membangun akhlak baik pada masyarakat melalui pengajian ini," kata Durahman.
 
Ketua MUI Kecamatan Tirtajaya, KH. Rohmatulloh mengatakan, pengajian ini bisa mempererat silaturrahmi dan mengenal para ustad dan MUI. Dan pemerintahan yang ada di kecamatan ini bisa memiliki filter agama. Apalagi, saat ini banyak aliran yang menyesatkan umat, dengan pengajian rutin ini bisa membentengi dari aliran sesat itu. Selain silaturahmi dan memperkuat aqidah, juga bisa menumbuhkan kesadaran beragama yang telah diwajibkan, semisal pengajian ini.
 
Camat Tirtajaya, Drs. H. Wawan Setiawan mengatakan, kegiatan ini dalam upaya pembinaan mental aparat masyarakat, di Desa Srijaya ini banyak yang hadir. Dan secara mental bisa ikut meningkatkan kesabaran, setelah beberapa desa dilanda banjir. "Kita sudah komitmen akan terus melaksanakan syahriyyahan secara bergilir tiap bulan di desa-desa se-Kecamatan Tirtajaya," ucapnya. (spn)
 

Heri Paryono: Infak dan Shodaqoh Pergi Haji Gratis

"Setelah berhasil di Kecamatan Pakisjaya, saya akan bangun keagamaan di Kecamatan Kutawaluya, yaitu memberangkatkan haji dari infak dan sodakoh semua warga se-kecamatan. Saya harap, Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Kecamatan Kutawaluya bisa berkiprah dalam kegiatan keagamaan di masyarakat, diantaranya pergi haji gratis," kata Camat Kutawaluya, Drs. Heri Paryono kepada RAKA, kemarin siang di ruang kerjanya.
 
 
"Saya sudah bicarakan ini ke IPHI Kutawaluya dan mereka siap melakukan gagasan infak dan sodaqoh pergi haji gratis. Dan kepala desa pun siap semua, tinggal kita melakukan langkah menyeting ulang, apa yang telah dilaksanakan di Pakisjaya agar bisa dilaksanakan di Kutawaluya. Lembaga keagamaan, KUA dan MUI Kutawaluya sangat mendukung program infak dan sodaqoh pegi haji gratis Kecamatan Pakisjaya bisa direalisasikan di Kecamatan Kutawaluya," ucapnya.
 
 
Menurutnya, prosesnya pembentukan infak dan sodaqoh pergi haji gratis ini sangat banyak, diantaranya pembenahan tahapan kegiatan, yaitu sosialisasi, membangun komitmen bersama, sturktur IPHI harus dibenahi, setelah itu bintek (bimbingan teknis) tentang program yang telah dilaksanakan di Pakisjaya untuk bisa diterapkan di Kutawaluya, kemudian MoU dengan Bank BRI dan perekrutan dana sodaqoh, kemudian pemilihan peserta sodaqoh yang akan berangkat haji gratis.
 
 
Kata Heri, programnya ini akan mudah dilaksanakan di Kecamatan Kutawaluya, karena masyarakatnya sudah agamis. Selain itu, program ini sudah dilaksanakan di Kecamatan Pakisjaya dan sudah ada bukti 1 kuota pergi haji gratis hasil dari infak dan sodaqoh Rp 12 ribu/tahun per orang. "Dengan infak dan sodaqoh ini, saya bisa mengimplementasikan visi Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Karawang, yaitu meningkatkan iman dan taqwa masyarakat," ujarnya.
 
 
Memang, saat ini gagasan Heri baru disampaikan secara lisan kepada tokoh agama, MUI, KUA termasuk dinas pendidikan dan para kepala desa, tapi semua dinas dan intansi itu sangat respon dan menerima gagasan Heri. "Untuk mewujudkan itu, saya akan melakukan pengajian bulanan di kantor Kecamatan Kutawaluya dan didalamnya saya akan masukan materinya. Apalagi dalam tugas pokok saya, diantaranya pembinaan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Dibidang kemasyarakatan inilah yang saya realisasikan dengan infak dan sodaqoh pergi haji gratis," jelasnya. (spn)

Bupati Diminta Rehab Kantor Desa Rengasdengklok Utara

Wednesday, January 28, 2009

Kantor Desa Rengasdengklok Utara, tampak kecil dan sempit.
 
 
 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Banyaknya program pemerintah yang perlu disosialisaikan pada masyarakat, Kepala Desa Rengasedengklok Utara, Enin Saputra yang akrab disapa Kapsul meminta Pemda Karawang dan Provinsi Jawa Barat untuk memperluas kantor desa. Selama ini, kantor desa ini tampak kecil dan sesak jika ada kumpulan warga dan pemerintahan.
 
Rencananya, kantor desa ini akan dibangun dua lantai, mengingat luas lahannya sempit sekitar 12,5 x 21 meter persegi. Dengan begitu, Kapsul berinisiatif membangun dua lantai, di lantai bawah dibangun ruang kaur desa, ruang untuk Badan Permusyawarahan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) termasuk ruang kesehatan untuk bidan.
 
Dulu, lanjutnya, pembangunan kantor desa dua lantai ini pernah diajukan melalui Kecamatan Rengasdengklok dan sudah disposisi oleh Asda I Kabupaten Karawang dengan anggaran sekitar Rp 315 juta, tapi sampai sekarang belum ada realisasinya. Untuk itu, Kapsul mendesak agar Pemda Karawang membantu pembangunan ini, mengingat banyak warga yang membutuhkan pelayanan, terutama untuk menampung warga Dengklok Utara dalam mensosialisasikan program pemerintah.
 
"Kalau semuanya itu bisa difasilitasi, maka semua program yang perlu disosialiasikan akan cepat, mengingat jumlah penduduk di Dengklok Utara sekitar 20.000 jiwa usik. Pada saat kumpulan, sebagian besar dari mereka tidak bisa mengikuti kegiatan desa, diantaranya untuk mendengar program-program pembangunan dari pemerintah," katanya kepada RAKA, Selasa (27/1) siang.
 
Selama ini, jika rapat minggon kecamatan dan desa, tidak lebih aula Desa Rengasdengklok Utara hanya bisa menampung 40 orang. Sedangkan, kadus dan RT saja jumlahnya melebihi 53 orang. Jika rapat, tak jarang aparat desa ini duduk diluar aula sambil menguping pembicaraan kades. Terlebih jika mengundang warga, aula desa penuh sesak dan pengap, selebihnya banyak warga yang duduk-duduk dan berdiri hingga ke halaman luar kantor desa.
 
Jika desa bisa dibangun dua lantai, kata Kapsul, musyawarah desa akan dilaksanakan di lantai atas dan diperkirakan bisa menampung sebagian besar warga setempat yang ikut hadir saat kumpulan desa. Bila ada tamu dari Pemda Karawang atau Provinsi, selain aula sempit juga tidak ada ruang parkir kecuali mepet-mepet parkir di jalan raya. "Jika aula luas dan bisa menampung semua aparat termasuk masyarakat setempat, sosialisasi apapun akan mudah disampaikan secara langsung. Desa dan masyarakat bisa menjalin komunikasi yang baik," ucapnya. (spn)
 

PT. PTM Sosialisasikan Ulang Galian C Laut Tanjung Pakis  

KARAWANG, RAKA - Pihak PT. Purna Tarum Murni (PTM) gelar pertemuan dengan para tokoh masyarakat, perangkat Desa Tanjung Pakis dan unsur Muspika Pakisjaya di Rumah Makan Alam Sari, Karawang Barat, Sabtu (24/1) kemarin, pertemuan ini untuk mensosialisasikan kembali keberadaan perusahaan pengerukan pasir di Muara Bungin, Desa Tanjung Pakis, Kecamatan Pakisjaya.
 
 
Sosialisai ini sengaja dilakukan terkait tuntutan masyarakat yang kontra terhadap PT. PTM dan menginginkan agar PT itu dicabut izin operasionalnya, karena pengerukan pasir tersebut dianggap mengancam ekonomi masyarakat setempat dan bisa menimbulkan pesisir pantai jadi hancur.
 
 
Sedikitnya, 110 orang dari kalangan tokoh masyarakat, karang taruna, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan aparatur Desa Tanjung Pakis mengikuti sosialisasi tersebut. Usai sosialisasi, Manajer Operasional, H Mambang juga juru bicara PT. PTM menyampaikan, aksi masyarakat sebelumnya yang menuntut pencabutan izin pengerukan perusahaannya merupakan 'miss komunikasi' saja, sebab saat itu sosialisasi pihaknya tidak diketahui masyarakat umum, akhirnya menimbulkan salah paham.
 
 
Dengan demikian, saat ini pihakna melakukan sosialisasi lagi kepada masyarakat Desa Tanjung Pakis yang diikuti oleh para tokoh masyarakat, dia berharap hasil pertemuan ini nantinya akan disampaikan pihak desa ke semua masyarakatnya. "Sosialisasi ini merupakan bentuk dari tuntutan masyarakat kepada kami. Arahan dari tim peninjau yang diutus oleh bupati sebelumnya, menyarankan kepada kami untuk melakukan sosialisasi lagi, karena keberadaan kami memang menguntungkan masyarakat setempat dengan kontribusi yang diberikan pihak perusahaan," ujarnya.
 
Lebih lanjut H. Mambang menjelaskan, hasil dari pertemuan ini merupakan keterbukaaan semua pihak yang terkait pada pengerukan pasir di perairan Desa Tanjung Pakis, Kecamatan Pakisjaya. Pada pertemuan ini juga, keinginan masyarakat diakomodir, sehingga tidak akan ada lagi aksi demonstrasi masyarakat Desa Tanjung Pakis yang menuntut pencabutan izin Pengerukan pasir oleh PT PTM.
 
"Warga mengingin agar kami membangunkan 'turab' di pesisir pantai. Dan kami, telah mensosialisasikan kompensasi yang akan diperoleh pemerintahan desa serta masyarakat, yaitu hasil dari pengerukan pasir di lepas pantai, diantaranya 6 kepala dusun di desa tersebut akan mendapatkan masing-masing Rp 100/kubik dari pasir yang kami gali, juga karang taruna akan mendapatkan Rp 50/ kubik dan Koperasi Pelelangan Ikan mendapatkan Rp 150/ kubik. Sedangkan untuk kompensasi Pemerintah Kecamatan termasuk Pemda Karawang kami akan negosiasikan lebih lanjut," jelasnya.
 
 
Sebenarnya, kata H. Mambang, izin pengerukan pasir ini sudah kantongi PT. PTM sejak lama. Kemudian operasionalnya dihentikan sementara ketika warga menuntut pencabuatan izin dengan melakukan demonstrasi besar-besaran ke Pemerintah Kabupaten Karawang. Sekarang, lanjutnya, pihaknya kembali mulai dengan melakukan sosialisasi ke masyarakat.

Setelah diadakan sosialisasi, tokoh masyarakat, LSM Sepetak dan masyarakat menyetujuinya. Dia berharap, setelah sosialisasi ini, tidak ada lagi tuntutan apapun dari masyarakat tentang izin pengerukan PT. PTM, sebab keberadaan pihaknya akan memberikan keuntungan bagi masyarakat setempat dan meningkatakan pendapatan daerah Pakisjaya. (spn)
 

Rengasdengklok Waspada Banjir

RENGASDENGKLOK, RAKA - Antisipasi banjir, Dinas Bina Marga mengerahkan alat keruk untuk mengangkat lumpur saluran sekunder antara Desa Kertasari hingga Desa Dewisari, mengingat saluran ini dianggap penyebab banjir awal tahun 2008 lalu di Desa Kertasari dan Desa Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok.
 
Camat Rengasdengklok, R. Supandi mengatakan, pihak kecamatan sudah menyediakan tenda untuk pengungsi banjir. Meski banjir belum melanda dua desa tersebut, antisipasinya telah dilakukan jauh hari sebelumnya, supaya banjir tidak parah seperti Februari 2008 lalu.
 
Sementara itu, Kepala Desa Kertasari, Apud Mahpudin sebelumnya telah mengerahkan semua aparat desa untuk turun ke saluran sekunder, mereka mengangkat sampah yang akan menyebabkan saluran air mampet. Hingga berita ini diturunkan, sudah jadi tugas aparat desa setempat mengontrol kondisi saluran air tersebut.
 
Awal tahun 2008 lalu, banjir sempat menenggelamkan hampir 70 persen pemukiman di desa Kertasari dan Rengasdengklok Utara, ketinggian airnya mencapai selutut hingga sepinggang orang dewasa, bahkan lebih. Banjir itu disebabkan saluran pembuangnya mampet, terutama saluran sipon yang letaknya di Desa Dewisari. Disinyalir, saluran sipon terlalu kecil sehingga menghambat lanju air dan air yang mengalir dari dua desa tersebut tertahan. Sehingga menyebabkan banjir besar.
 
Hingga kemarin, hampir semua dusun di dua desa itu telah siaga banjir. Hujan yang terus mengguyur beberapa hari ini sudah mulai menggenangi beberapa rumah di dua desa tersebut. Beberapa aparat desa mengatakan, saat ini hujan sudah mulai turun hampir setiap hari. Jika hujan terus-terusan mengguyur lebat, tidak menutup kemungkinan banjir besar kembali terjadi. (spn)
 

Ratusan Warga Kalangsari Masih Mengungsi

Sunday, January 25, 2009

RENGASDENGKLOK, RAKA - Sebanyak 450 kepala keluarga (KK) di Dusun Sinarsari dan dua RT di Dusun Krajan, Desa Kalangsari, Kecamatan Rengasdengklok masih terendam banjir sekitar 20-80 cm. Banjir dari imbas tanggul Sungai Citarum yang jebol di Kaceot, Kelurahan Tunggakjati, Kecamatan Karawang Barat pada 15 Januari 2009 lalu ini airnya masing mengantung di dua dusun itu.
 
Sebanyak KK tersebut, hingga kemarin masih mengungsi di Masjid Uwatul Islam dan Al Ishlah, juga di gedung SDN Kalangsari III dan Kalangsari I. Mereka tidak bisa pulang, karena rumahnya masih terendam banjir. "Genangan diperkirakan surut sebulan, tapi kalau tetap hujan kemungkinan lebih dari sebulan," kata Kepala Desa Kalangsari, Aan Heryanto, kepada RAKA, kemarin.
 
Selama banjir, bantuan dari Pemda Karawang sudah disalurkan kepada korban banjir sebanyak 1 ton 7 kwintal. Dan sampai kemarin, stok beras masih ada dan bantuan dari perusahaan swasta lainnya terus berdatangan, kebanyakan bentuk bantuan adalah mie instant dan biskuit. "Air yang mengantung di dua dusun itu tidak akan cepat surut, kecuali dipompa dan airnya dibuang ke Sungai Citarum," ujarnya.
 
Lebih lanjut Aan menjelaskan, tidak ada saluran air pembuang di dua dusun itu. Sehingga, sangat sulit mengeringkan area pemukiman setempat dari genangan air. Terlebih hujan dipastikan akan terus turun hingga Februari mendatang. "Memang, sejak lama saya selalu berharap, supaya Pemda Karawang menyediakan pompa, khusus untuk Desa Kalangsari, digunakan jika banjir seperti ini terjadi," jelasnya. (spn)

Dedi Ahdiyat: 12 Rumah Ambruk Diterjang Banjir

"Saya sedang pikirkan 12 KK yang rumahnya rata dilanda banjir, saat ini sudah ada bantuan Rp 3 juta, kalau dibagikan ke 12 rumah tidak akan jadi apa-apa. Tidak mungkin ke 12 KK itu terus-terusan tinggal di tenda pemukiman," kata Camat Batujaya, Dedi Ahdiyat, kepada RAKA, Jumat (23/1) siang.
 
 
Dengan anggaran yang terbatas ini, camat sediri bingung dari mana lagi mendapatkan bantuan dana untuk memperbaiki rumah-rumah itu. Dengan kejadian itu, camat telah menyebar surat bantuan kepada bank, perusahaan swasta, termasuk ke Pupuk Kujang Cikampek.
 
 
Diketahui, pemukiman di beberapa desa Kecamatan Batujaya terendam total oleh luapan Sungai Citarum pada 15 Januari 2009 lalu, 12 rumah diantaranya ambruk dan kondisinya rata dengan tanah. Pasca banjir, mayoritas pemukiman tampak rapuh, apalagi rumah semi permanan, banyak yang bobrok. Selain rumah, jalan lingkungan pun rusak, termasuk yang baru dihotmix, jalan-jalan itu terkelupas dan jadi lumpur. (spn)
 

Warga Tangkil Trauma Citarum Jebol

Riungan warga dan camat termasuk aparat di rumah kediaman Muhtar Somantri. Pada saat banjir, rumah ini pun terendam total.
 
 
 
BATUJAYA, RAKA - Para korban banjir di Dusun Tangkil, Desa Kuta Ampel, Kecamatan Batujaya berharap pemerintah membangun tanggul Sungai Citarum secara permanen. Perbaikan dengan memasang bronjong batu terbukti tak mampu menahan arus dan luapan sungai sehingga jebol dua kali dalam dua tahun terakhir.
 
Untuk membahas hal itu, puluhan warga Dusun Tangkil, Desa Kuta Ampel, Kecamatan Batujaya berkumpul di kediaman anggota DPRD Komis D Karawang, Muhtar Somantri, termasuk Camat Batujaya, Drs. Dedi Ahdiyat dan aparat Desa Kuta Ampel, mereka menyatukan suara untuk meminta pada pemerintah tentang keinginan memperbaiki tanggul Sungai Citarum yang telah jebol dengan kontruksi yang paten.
 
Menurut paparan warga, tanggul Sungai Citarum di Dusun Tangkil, Desa Kuta Ampel ini pernah jebol pada tahun 1973, 1977, 2007 dan terakhir tahun 2009 ini. Kata Muhtar, jebolnya tanggul di Dusun Tangkil pada 5 Februari 2007 lalu curah hujan sudah tipis, sedangkan di tahun 2009 tanggul ini jebol pada saat awal musim hujan. Jadi, dikhawatirkan akan terjadi luapan Sungai Citarum untuk kedua kalinya. Dijelaskan warga, tahun 1977 lalu, banjir akibat jebolnya tanggul yang paling fatal, karena tidak hanya beberapa desa di Kecamatan Batujaya saja yang teredam total, juga pemukiman di Desa Pisang Sambo, Kecamatan Tirtajaya pun tenggelam.
 
Sementara itu Camat Batujaya, Drs. Dedi Ahdiyat mengatakan, berdasarkan BMG hujan akan terus turun hingga Februari mendatang. Perbaikan tanggul di Dusun Tangkil oleh Pemda Karawang hanya antisipasi saja, yang saat ini sedang dikerjakan hanya bersifat sementara. Nanti, jika tanggul diperbaiki oleh pemborong, dia minta supaya diawasi bersama-sama oleh semua warga. "Perbaikan ini hanya bersifat sementara, mengingat curah hujan diperkirakan hingga Februari 2009 mendatang. Jika nanti dibangun, kita awasi bersama-sama pelaksanaannya," ucapnya.
 
Dia berpesan, jangan sampai ada yang mengatakan pemerintah tidak peduli pada korban banjir, karena selama ini pemerintah telah berusaha membantu. Jika ada kekurangan dia meminta warga menyampaikannya kepada aparat desa termasuk dirinya. "Saya harapkan penanggulangan sementara jangan diganggu. Dan pekerjaan patennya pun harus dirancang khusus," katanya.
 
Beberapa warga mengungkapkan, tahun 1970 lalu di sepanjang tanggul Citarum tidak rimbun oleh pepohonan seperti saat ini, tanggul Citarum ini sebelumnya jalan yang sering dilalui sepeda. Memang, pada waktu itu ada pekerja seperti Waker yang khusus merawat tanggul, hingga tak ada batang rumput pun yang tumbuh di sepanjang tanggul ini. Namun kini, tanggul penuh pepohonan yang tumbuh sendiri, sehingga akarnya membuat tanggul jadi rapuh ditekan air luapan sungai.
 
Intinya, warga meminta tanggul Citarum sepanjang 48 meter di dusun itu dipaku bumi, dicor, didam dan ditambah tingginya seperti perbaikan tanggul yang telah dilaksanakan di belakang Tugu Proklamasi, Kecamatan Rengasdengklok. Mereka juga berharap, pelaksana pembangunan tanggul itu harus yang profesional dan bisa memperbaiki tanggul Citarum dengan baik. (spn)
 

Pasca Banjir, Pemukiman di Kuta Ampel Difooging

Petugas fooging dari Dinas Kesehatan Karawang menyisir dan menyemprot pemukiman.
 
 
BATUJAYA, RAKA - Mencegah wabah DBD (Demam Berdarah Dengue), anggota DPRD Komisi D Karawang, Muhtar Somantri mengerahkan fooging, ajuannya itu diterima Dinas Kesehatan Karawang, mengingat pasca bencana banjir dikhawatirkan banyak nyamuk yang menyebabkan warga demam.
 
"Kita sifatnya antisipasi, jangan sampai setelah bencana malah terjadi DBD, seperti sudah jatuh tertimpa tangga pula, kita mencegah itu terjadi," katanya kepada RAKA, Jumat (23/1) siang.
 
Sebanyak ratusan rumah di Desa Kuta Ample di semprot asap untuk membunuh nyamuk dewasa, termasuk menyemprot tenda pengungsi. Kata Muhtar, dia sengaja mengajukan fooging langsung ke Dinas Kesehatan Karawang tanpa memberi tahu warga, karena dia tidak menghendaki warga tahu akan difooging, tapi realisasinya lama. "Saya mengajukan fooging tanpa diketahui warga, karena ini situasi mendesak," ujarnya.
 
Menurutnya, jika sudah ada yang terjangkit DBD, maka akan sulit lagi mengatasinya. Melalui obrolan warga tentang pentingnya fooging pasca bencana banjir, Muhtar langsung merealisasikannya. "Kita laksanakan fooging dari obrolan warga, kita sangat khawatir banyak warga yang terjangkit DBD," ucapnya. (spn)
 
 

Pencuri Tabung Gas 3 Kg Dihajar Masa

Anggota Reskrim Brigpol Suryono sedang mengintrograsi Ag.
 
 
 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Nekat! Ag (16) mencuri tabung gas di siang bolong di Dusun Krajan, RT 01/01, Desa Kampung Sawah, Kecamatan Jayakerta, dia tertangkap basah oleh warga setempat dan langsung dihakimi, Selasa (20/1) siang. Menurut pengakuan Ag, dia hanya sekali melakukan pencurian itu, tapi berdasarkan barang bukti, pemuda bertato ini kerap melakukan kriminal serupa.
 
Keterangan warga, baru-baru ini banyak rumah yang kehilangan tabung gas ukuran 3 kg, bahkan banyak korban banjir yang mengungsi pun ikut jadi sasaran pencuri ini. Dengan situasi ini, warga resah karena hampir di tiap desa banyak yang kehilangan tabung gas konversi 3 kg.
 
Kepada RAKA, Kamis (22/1) siang di dalam sel tahanan Polsek Rengasdengklok, pelaku mengatakan, tabung gas yang berhasil dia curi dijualnya seharga Rp 100 ribu. Dia mengaku, hanya melakukan sekali pencurian, tapi dia terbukti telah mencuri TV di Desa Rengasdengklok Selatan beberapa waktu lalu. Diketahui, Ag adalah warga Desa Medang Asem, Kecamatan Jayakerta.
 
Akibat perbuatannya ini, Ag dijerat Pasal 363 KUH Pidana dengan ancaman hukuman maksimal lima tahun penjara. Kini, Ag harus mendekam di tahanan Polsek Rengasdengklok. Dan penangkapan dilakukan atas laporan seorang warga yang juga kehilangan tabung gasnya. (spn)
 
 

Porpri Karawang Sebar Bantuan Untuk Korban Banjir

Porpri di aula Desa Kuta Ampel, Kecamatan Batujaya.
 
 
BATUJAYA, RAKA - Kamis (22/1), Persatuan Olah Raga Pernapasan Indonesia (Porpri) Karawang memberikan bantuan sosial kepada warga yang dilanda banjir. Total bantuan sebanyak 100 karung beras, 160 dus mie instant, 170 dus air mineral dan 7 dus obat-obatan.
 
Bantuan pertama diturunkan di Desa Kalangsari, Kecamatan Rengasdengklok. Selain bantuan makanan dan obat-obatan, secara psikolgis Porpri menghibur warga korban banjir. Bantuan kedua diturunkan untuk Desa Rengasdengklok Utara, kemudian diteruskan ke Desa Kuta Ampel, Kecamatan Batujaya termasuk Kecamatan Tirtajaya.
 
Setelah menurunkan bantuan di Kecamtan Rengasdengklok, Batujaya dan Tirtajaya, rombongan Porpri ini menurunkan bantuan di Gempol, Kecamatan Karawang Barat, termasuk Purwadanan dan Suka Makmur, Kecamatan Teluk Jambe Barat. Obat-obatan yang dibagikan terdiri dari bodrexin, parasetamol, tolak angin, kayu putih, obat sakit perut, pembalut wanita, tissu dan dilengkapi dengan piring, mangkok, gelas dan sendok.
 
Ketua Porpri Karawang, Olih L.A Hidayat, SH menjelaskan, sumbangan ini dari non partisan dan dibagikan kepada masyarakat yang sedang dilanda musibah tanpa membedakan suku bangsa dan keturunan. Pada santunan sosial ini hadir guru besar Porpri, Chandra Herawati. "Kami sudah bagikan sumbangan ke beberapa lokasi musibah, kami ingin meringankan mereka," ujarnya.
 
Sementara itu, Kepala Desa Rengasdengklok Utara, Enin Saputra menjelaskan, banjir masih menggenangi pemukiman di tiga dusun, diantaranya Dusun Cikangkung Barat I, Kalijaya I dan Dusun Kalijaya II dengan ketinggian air sekitar selutut orang dewasa. Diperkirakan, banjir besar akan terjadi lagi seperti tahun lalu pada bulan mendatang, mengingat hingga berita ini diturunkan, hujan lebat terus turun.
 
Pada kesempatan menerima bantuan Porpri Camat Tirtajaya Drs. H. Wawan Setiawan mengatakan, banjir di wilayahnya hanya dampak dari jebolnya tanggul Citarum. Memang air sudah surut dan kondisi masyarakat sudah normal, tapi masih ada 170 rumah terendam di Desa Kutamakmur, Srijaya dan Srikamulyan karena kondisi tanahnya rendah sehingga mudah air menggenangi pemukiman. Sampai kemarin, tiga desa itu masih teredam setinggi setengah betis orang dewasa. Sedangkan tambak ikan bandeng sempat terendam, tapi kerugiannya 0%, karena para petani tambak sudah mengambil ikan sebelum banjir datang.
 
Hal senada di katakan Camat Batujaya, Drs. Dedi Ahdiyat, sekitar 12 rumah di Dusun Tangkil, Desa Kuta Ampel ambruk diterjang luapan Sungai Citarum, Saat ini ke dua belas kepala keluarga masih tidur ditenda darurat dan mushola setempat. Selain itu, pasca banjir ini banyak penyakit bermunculan, seperti gatal-gatal dan ispa. Tidak ada korban meninggal akibat banjir, kecuali satu warga yang mengidap penyakit asma, dia meninggal karena tidak kuat menahan dingin di tenda pengungsian. "Saya mengucapkan terima kasih kepada Porpri yang telah meringankan beban masyarakat yang telah ditimpa musibah banjir," ujarnya. (spn)
 

Muhtar Somantri: Pemerintah Jangan Main-main

"Kerugian yang besar adalah psikologis masyarakat yang telah ditenggelamkan oleh luapan Sungai Citarum. Jadi, pemerintah jangan main-main lagi jika akan kembali membangun tanggul Citarum yang jebol, kini tanggul di Dusun Tangkil, Desa Kuta Ampel, Kecamatan Batujaya ini harus permanen, jangan pakai beronjong (batuan yang diikat dengan kawat, red) lagi," kata anggota DPRD Komisi D Kabupaten Karawang, Muhtar Somantri, kepada RAKA, Rabu (21/1) siang.
 
 
Dia menjelaskan, beronjong yang telah dibangun tahun 2007 lalu untuk menahan tanggul, kenyataannya tetap saja tidak kuat menahan debit air Citarum, akhirnya jebol, karena beronjong ini hanya bercelah-celah dan mudah dimasuki air. Dan air itu, tetap saja menekan tanah disekitar beronjong yang akhirnya tanda ambrol bersamaan dengan beronjongnya yang juga ambrol terdorong air, akibatnya banjir besar.
 
 
Sekarang, lanjutnya, Pemda Karawang sudah terlihat melakukan penanganan sementara dengan perbaikan tanggul Citarum yang ambrol. Kendati begitu, jika penanganan awal ini setelah, dia harap tanggul Citarum itu di turap permenen, tidak menggunakan beronjong. "Terserah, dananya mau dari Pemda Karawang, Provinsi Jawa Barat atau pusat, yang pasti harus turap permanen. Dan jangan sampai, pekerja turap ini bukan ahli dalam pembuatan tanggul, karena imbasnya tetap saja rakyat yang dirugikan. Uang rakyat malah jadi bencana bagi rakyat," jelasnya. (spn)

Warga Batujaya Berbenah

Saturday, January 24, 2009

Tanggul Citarum di Dusun Tangkil yang jebol, tampak bronjong batu hancur tersapu luapan air sungai.
 
 
BATUJAYA, RAKA - Pasca banjir, sedikitnya lima rumah warga di Dusun Tangkil, RT 01/01, Desa Kuta Ampel ambruk diterjang luapan air akibat tanggul Sungai Citarum jebol. Kelima kepala keluarga ini hanya pasrah dan kini masih tinggal di pengungsian.
 
Sejak Senin (19/1) hingga berita ini diturunkan, sebanyak 20 warga setempat dikerahkan Bina Marga Karawang untuk kembali memugar tanggul Sungai Citarum yang jebol. Para pekerja ini mengangkat batuan yang telah diikat kawat (beronjong) untuk kemudian dibenahi. Tampak, tanggul Citarum yang jebol ini menganga sekitar 100 meter. Beronjongnya pun ambrol dan tanah tanggul tersapu hingga ratusan meter ke rumah pemukiman setempat. Bencana ini pun memutuskan jalan lingkungan dan menumbangkan pepohonan.
 
Keterangan warga setempat, Ahmad (34), jebolnya tanggul Citarum ini akibat beronjong yang tak kuat menahan debit air Sungai Citarum yang meluap. Selain itu, galian tanah yang pernah dilakukan pada saat pembuatan beronjong ini tahun 2007 lalu, menjadi salah satu penyebab tanggul jebol kembali. "Dengan adanya kubangan air dibawah beronjong, tekanan air jadi besar. Tentunya, beronjong ini tak kuat lagi menahan luapan air dan jebol," ucapnya.
 
Dengan tahun ini, kata Ahmad, dia bersama tetangganya sudah dua kali memperbaiki tanggul jebol, ditempat yang sama dan kejadian yang sama. Dia berharap, dengan peristiwa serupa, pemerintah bisa peka dan mampu memperbaiki kondisi tanggul dengan baik. Namun demikian, dia mengeluhkan bantuan pemerintah terhadap korban banjit yang terbilang sedikit dibanding tahun lalu. "Bantuan sekarang sedikit, kami pernah dikasih karcis logistik, tapi kenyataannya tidak ada sampai sekarang, sebagian warga banyak yang membuang karcis bantuan itu, karena tidak ada realisasinya," ucapnya. (spn)
 
 

SDN Rengasdengklok Utara III Jadi Duta LKBB Jawa Barat

Pasukan Garuda SDN Rengasdengklok Utara III dengan para guru.
 
 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Pasukan Garuda SDN Rengasdengklok Utara III telah meraih juara Lomba Keterampilan Baris Berbaris Indah (LKBBI) hingga tingkat provinsi, kini tinggal bagaimana pemerintah mendukung prestasi itu. Demikian kata guru dan Pembina Pasukan Garuda, Agus Martin didampingi Kepala Sekolah SDN Rengasdengklok Utara III, Adung Suherman SPd, kepada RAKA, Rabu (21/1) siang.
 
Kini, Pasukan Garuda yang tergabung dari kelas 4, 5 dan 6 ini sedang mempersiapkan Lomba Ketangkasan Baris Berbaris (LKBB) tingkat nasional pada Maret atau April 2009 mendatang. Hampir tiap jam istirahat sekolah, sebanyak 18 anak yang telah mengukir prestasi gemilang ini terus digembleng untuk mematangkan lomba berikutnya yang tentunya persaingannya akan semakin ketat. "Selama ini saya sudah melihat mereka cukup bagus, hanya tinggal pemantapan lagi," ucap Agus Martin.
 
Diceritakannya, untuk mengikuti LBBI tingkat provinsi pada 9 Januari 2009 lalu, pasukan yang dibinanya ini hanya latihan selama dua hari, karena waktunya memang berdekatan setelah selesai mengikuti Lomba Baris Berbari (LBB) tingkat Kabupaten Karawang beberapa waktu lalu. Dan Pasukan Garuda SDN Rengasdengklok Utara III ini langsung mengikuti LKBBI tingkat SD/MI se-Jawa Barat di SMK Muhamadiyah Kedaung, Kabupaten Cirebon.
 
Kata Agus, LBB tingkat Kecamatan Rengasdengklok, muridnya ini meriah juara II utama dan Danton terbaik, di tingkat Kabupaten Karawang meriah juara umum dan Danton terbaik, juga vareasi formasi terbaik termasuk juara utama I dan mendapat piala bergilir Bupati Karawang. Untuk di Cirebon, Pasukan Garuda ini menjuarai vareasi formasi terbaik, sedangkan Dantonnya juara II terbaik dan mendapatkan piala bergilir Menpora (Menteri Pemuda dan Olah Raga).
 
Ditempat terpisah, Kepala UPTD Dinas Pendidikan (Dikdas) Kecamatan Rengasdengklok berharap, prestasi yang telah diukir SDN Rengasdengklok Utara III ini tidak cukup hanya sampai tingkat Provinsi Jawa Barat, tapi harus bisa sampai juara di tingkat nasional. "Saya harap SDN Rengasdengklok Utara III ini bisa menjuarai di tingkat nasional. Dan untuk SD lainnya agar bisa mencontoh SDN Rengasdengklok Utara III dengan mampu tampil dibidang lainnya. Dan prestasi ini harus dicapai, bila perlu hingga tingkat Internasional, tapi setidaknya bisa jadi duta provinsi," ujarnya. (spn)

Pemukiman Gempol 80% Terendam

"Sekitar 80 persen pemukiman di Desa Gempol Karya, Kecamatan Tirtajaya terendam banjir. Sekitar 300 hektar bibit padi yang masih ditanam pun merunduk (mati, red). Kami harap, banjir yang selalu terulang hampir tiap tahun ini tidak pernah terjadi lagi. Kami harap, perbaikan tanggul Sungai Citarum harus benar-benar sempurna dan tidak jebol lagi," kata Sekdes Gempol Karya, Kecamatan Tirtajaya, Lukman Nulhakim (35) kepada RAKA, Selasa (20/1) siang.
 
Di desanya, ketinggian air banjir sekitar 80 cm, semua warga mengungsi ke tempat aman. Sementara, beberapa hari lalu warganya telah mendapatkan bantuan beras dan beberapa bungkus mie instant. "Sekarang, warga sudah bisa kembali beraktifitas, tapi sejak 15-18 Januari 2008 kemarin, semua warganya menghadapi musibah banjir besar," ucapnya.
 
Diketahui, banjir akibat tanggul Sungai Citarum yang jebol di Dusun Tangkil, Desa Kuta Ampel, Kecamatan Batujaya pada Kamis (15/1) pukul 08.00 WIB lalu, merupakan dampak kelalaian pemerintah. Penahan tanggul yang selama ini diakui sangat kokoh, ternyata ambrol dan berakibat buruk bagi masyarakat. (spn)

15 Ribu Paket Makanan Disebar Untuk Korban Banjir

Roykce memberikan bantuan makanan untuk korban banjir di Kuta Makmur.
 
 
 
TIRTAJAYA, RAKA - Selasa (20/1) siang, caleg (calon legislatif) dari Partai Gerindra, Roykce Benta Sahetapy menyerahkan bantuan sebanyak 1.140 paket sembako untuk warga Desa Kuta Makmur, Kecamatan Tirtajaya. Pemberian bantuan itu merupakan bagian dari peran dan partisipasinya kepada masyarakat yang telah dilanda banjir.
 
Kata Roykce, dia akan membantu semua warga yang dilanda banjir akibat luapan Sungai Citarum maupun banjir hujan. Sebagai sosok caleg, dia senantiasa berpihak pada kepentingan masyarakat, terutama para petani dan nelayan yang kesulitan. Dia juga mengajak donatur lain untuk membantu masyarakat yang membutuhkan. "Rencananya, kami juga akan melakukan bantuan medis. Bantuan ini adalah amanat dari Prabowo untuk membantu petani dan nelayan di daerah," ujarnya.
 
Sebanyak 15 ribu paket sembako, lanjut Roykce, akan disebar ke beberapa kecamatan, terutama bagi warga korban banjir. Di Kuta Makmur, dia menurunkan 1.300 paket makanan, dalam satu paket itu berisi beras sebanyak 1 liter, dua bungkus mie instant dan biskuit termasuk air mineral. "Saya memberi bantuan tergantung kebutuhan di tiap kecamatan. Dan saya sudah kirim sejumlah batuan sirtu untuk jalan raya, penahan abrasi laut, juga membantu pembangunan mushola dan masjid," ungkapnya.
 
Paket makanan ini dibagikan melalui anggota Partai Gerindra, yang kemudian dibagikan langsung kepada warga setempat yang membutuhkan. Diakuinya, dia sengaja menghampiri warga yang kebanjiran untuk melihat langsung, sekaligus membantu mereka dengan menyumbang sejumlah makanan. Rencananya, dalam waktu dekat dia akan memberikan bantuan untuk warga yang juga kebanjiran di Desa Cikande, Kecamatan Cilebar. (spn)
 
 

Warga Kertajaya Menuntut Bupati Perbaiki Jalan Rusak

JAYAKERTA, RAKA - Sepanjang 3 km jalan di Dusun Krajan, Jati Boros I dan Jati Boros II, Desa Kertajaya, Kecamatan Jayakerta ditanami pohon pisang dan tebu juga menaruh drum-drum besar. Ini dilakukan warga sebagai aksi protes kepada pemerintah yang tidak pernah memperbaiki jalan tersebut.
 
Kepala Desa Kertajaya, Kecamatan Jayakerta, Saepi Anwar mengatakan, jalan itu selalu ditanam pohon pisang ketika musim hujan. Warga menganggap jalan akses menuju area pertanian ini bukanlah jalan yang layak, tapi pantas jika dijadikan kebun atau kolam ikan, mengingat kondisinya berlumpur dan rusak parah.
 
Diakuinya, beberapa anggota DPRD Karawang pernah berjanji akan memperbaiki jalan di tiga dusun itu melalui dana aspirasi, bahkan sempat mengundang tokoh masyarakat setempat di Dusun Jati Boros II, pada Maret 2008 lalu. Namun, hingga kini janji itu belum terealisasi, bahkan janji itu dianggap mentah. "Hingga kini, janji itu yang ditagih warga, karena pada saat mereka berjanji, warga sudah merasa sangat senang," ujarnya.
 
Kata Saepi, dirinya sudah sering mengajukan dengan lisan dan tertulis ke Pemda Karawang, tapi tetap saja belum kunjung diperbaiki. Kades merasa sudah bosan mendengar cibiran warganya yang menuntut dirinya segera memperbaiki jalan. "Saya harap bupati meninjau ulang anggaran tahun 2009 di Kecamatan Jayakerta, banyak saluran air dan jalan sudah rusak. Dan dana ADD sendiri tidak mencukupi jika dialihkan untuk perbaikan jalan," katanya.
 
Menurutnya, dia merasa terpukul mendengar tuntutan warga, karena banyak sarana desa yang belum dibangun. Bahkan, jika jalan tidak segera diperbaiki, kemungkinan pajak tahun 2009 dari desa ini akan 'mandeg', karena jalan tersebut merupakan akses ekonomi pertanian padi. "Saya kecewa, Kertajaya tidak mendapatkan perbaikan jalan sejak lama," akunya. (spn)

Partai Demokrat Bantu Korban Banjir

Tuesday, January 20, 2009

RENGASDENGKLOK,RAKA - DPC Partai Demokrat Karawang membantu korban banjir di Kecamatan Batujaya dan Rengasdengklok, Sabtu (17/1) kemarin. Pada kesempatan itu, Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Karawang, Saan Mustopa memberi langsung sumbangan untuk pengungsi banjir.
 
"Ini semata-mata adalah wujud kepedulian kami, ini murni kegiatan baksos. Kami ikut prihatin dengan apa yang menimpa warga. Mudah-mudahan sumbangsih kami yang tidak ada nilainya ini bisa ikut meringankan warga," kata Saan, kepada RAKA dilokasi banjir kemarin
 
Menurutnya, semua pihak terkait harus bisa lebih memperhatikan kondisi-kondisi atau titik-titik rawan banjir, seperti tanggul-tanggul Sungai Citarum yang rawan jebol. Kata Saan, kejadian banjir di Batujaya dan Rengasdengklok bukanlah peristiwa alam, mengingat peristiwa yang terjadi masih disebabkan oleh akibat yang sama dan berada dilokasi yang sama.
 
"Ini bukan peristiwa alam, kejadian jebolnya tanggul masih ditempat yang sama dan banjirpun masih dilokasi yang sama. Saya harap kedepan pihak-pihak terkait lebih mengoptimalkan kinerja. Kasihan banyak warga yang dirugikan," terangnya.
 
Ketua Bapilu DPC Demokrat Karawang, Wawan Ismanto mengatakan, kegiatan baksos (bakti sosial) sudah merupakan agenda partainya. Dia menegaskan, dalam setiap kegiatan sosial, Partai Demokrat tetap selalu eksis memberikan bantuan-bantuan kepada masyarakat. "Partai Demokrat akan selalu eksis dalam setiap kegiatan sosial, itu sudah menjadi agenda kami,"ucapnya.
 
Di Kecamatan Rengasdengklok, bantuan banjir diturunkan untuk Desa Kalangsari, Desa Karyasari, Dusun Bojong Desa Rengasdengklok Selatan. Di Kecamatan Jayakerta diantaranya Desa Kampungsawah. Di Kecamatan Batujaya diantaranya Desa Baturaden, Dusun Tangkil Desa Kuta Ampel dan di Kecamatan Tirtajaya yaitu di Desa Pisang Sambo. Bantuan itu berupa air mineral, mie instan dan gula-kopi. Dan pada Minggu (18/1), Saan menggelar khitanan masal kepada puluhan anak di Kampung Langseb, Kecamatan Pedes. (spn)
 

Akibat Banjir, Kerugian Tiap Desa Ratusan Juta Rupiah

Durahman dan warganya yang mengungsi di aula desa, kemarin.
 
 
TIRTAJAYA, RAKA - Pasca banjir akibat tanggul Sungai Citarum yang jebol, menyisakan duka bagi semua warga yang rumahnya terendam. Meski belum ada data otentik, kerugian tiap desa diperkirakan ratusan juta hingga miliaran rupiah. Di Desa Srijaya, Kecamatan Tirtajaya, kerugian diperkirakan Rp 600 juta-an.
Kepala Desa Srijaya, Durahman mengatakan kepada RAKA, kemarin, sebelum tanggul Sungai Citarum jebol, warga Desa Srijaya, Kecamatan Tirtajaya sudah melakukan evakuasi ke diaula desa. Sehari setelah tanggul jebol, pemukiman di desa ini terendam banjir hingga 70. Selain di aula desa, sejumlah 142 KK mengungsi ke gedung SMPN 2 Jayakerta. Sebelum air jebolan tanggul Citarum merendam pemukiman, air mengalir melalui ratusan hektar sawah yang sedang tahap penyemaian dan merendam yang dilaluinya.
 
Diakuinya, banjir di yang melanda desanya tahun ini ini tidak separah tahun lalu. Hampir empat dusun yang terendam, diantaranya Dusun Gulampok, Dusun Cicau, Dusun Poncol dan Dusun Ciwelut, ketinggian air sekitar 1 meter. Jika saja banjir Citarum ditambah hujan besar berhari-hari, maka korban akan lebih banyak. "Ketika hujan dan tanggul Citarum jebol, warga sudah antisipasi dan menunggu air datang," ujarnya.
 
Kata Durahman, setelah air surut dia akan melihat banyak kerusakan yang dialami warganya, termasuk fasilitas jalan yang telah diperbaikinya dari dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) sepanjang 1,5 km, juga jalan umum yang dihotmix pemerintah pun hancur terkelupas. (spn)
 
 

Pasca Banjir, Pengungsi Mulai Sakit-sakitan

BATUJAYA, RAKA - Di Kecamatan Batujaya tercatat tiga desa yang mengalami kebanjiran dan tujuh desa lainnya dalam status waspada. Ketiga desa itu diantaranya, Desa Segaran, Karyamakmur, dan Desa Kuta Ampel. Jumlah rumah yang terendam di Desa Kuta Ampel tercatat 1.036 rumah dengan jumlah KK 1279 dan jumlah jiwa usik sebanyak 3739 orang. Di Desa Karyamakmur dilaporkan sebanyak 885 rumah terendam dengan jumlah KK 970 dan jumlah jiwa usik 2.982 orang.
 
Sedangkan di Desa Segaran dilaporkan sebanyak 521 rumah terendam dengan jumlah KK 675 dan jumlah jiwa usik sebanyak 1.897. Selain itu, di Kecamatan Batujaya ini sejumlah sarana rusak terendam banjir, diantaranya 1 masjid dan 8 mushola, 1 sekolah TK, 4 sekolah SD/MI, dan 1 sekolah SMA. Pihak pemerintah setempat, saat ini tengah melakukan penyedotan dibantu pihak Pemadam Kebakaran (PMK) dibantu warga. Hingga Minggu (18/1) baru 1 unit mobil PMK masih melakukkan penyedotan di wilayah Dusun Tangkil, Desa Kuta Ampel untuk menyedot air yang masih mengantung dan membanjiri pemukiman.
 
 
Antisipasi wabah penyakit
Sementara itu, UPTD Puskesmas Medang Asem menghimbau pada korban banjir yang mendirikan tenda di sepanjang jalan raya untuk mewaspadai munculnya berbagai penyakit akibat banjir. "Jika lebih seminggu air tidak surut-surut bisa dipastikan banyak lagi yang sakit," kata Aan Permana petugas jaga Puskesmas Medangasem.
 
Dia menjelaskan, sejak Jumat (16/1) malam, sampai kemarin siang sudah ratusan warga yang datang meminta pelayanan kesehatan ke posko kesehatan, mayoritas mengeluh tidak gatal-agatl, ada juga yang menderita keram otot dan rematik. "Untuk penyakit diare masih kecil skalanya saat ini warga banyak yang mengeluhkan tidak enak badan. Dari jumlah 900-an warga yang sudah memeriksakan diri, kebanyakan dari mereka menderita gatal-gatal dan batuk pilek. Itu karen pengungsi tidur di tempat terbuka," ucap Aan.
 
Menurutnya, dampak yang paling ditakutkan pasca banjir adalah banyaknya pengungsi yang menderita berbagai penyakit, seperti diare, infeksi saluran pernafasan, penyakit kulit. Dengan begitu Puskesmas Medang Asem mulai antisipasi wabah penyakit pasca banjir. Dan yang sangat dibutuhkan warga adalah air bersih, apalagi diare paling mudah menyerang pengungsi jika tidak tersedia cukup pasokan air bersih. (spn/rif)

Tanggul Citarum Jebol Akibat Ulah Manusia

Tono dan Rahadi saat membantu korban banjir di Batujaya.
 
 
BATUJAYA, RAKA - Bencana alam banjir akibat tanggul Sungai Citarum yang jebol merupakan karakter alam, penyebabnya berpulang kembali pada ulah manusia yang telah melakukan pengrusakan semena-mena pada alam. Untuk menangani banjir ini, harusnya semua pihak kembali melakukan perbaikan pada lingkungannya.
 
Demikian kata anggota DPRD Komisi B Jawa Barat, H. Rahadi Zakaria, S.Ip, MH, didampingi anggota DPRD Karawang dari Fraksi PDIP H. Tono Bahtiar, kepada RAKA, kemarin. Menurut Rahadi, diantara penyebab banjir adalah pembalakan hutan yang notabene diketahui sebagai penahan air hujan. Gundulnya hutan, menyebabkan air semakin banyak terbuang dan meluap di sungai-sungai. "Ini implikasi hutan dan alam yang sudah diperlakukan semena-mena oleh manusia," katanya.
 
Sedangkan Tono Bahtiar mengungkapkan, kondisi banjir akibat tanggul Sungai Citarum yang jebol di Dusun Tangkil, Desa Kuta Ampel, Kecamatan Batujaya ini lebih parah dibanding tahun 2007 lalu, yang juga sempat jebol. Luapan air saat ini lebih banyak, sehingga membanjir beberapa pemukiman termasuk sawah di Kecamatan Batujaya, Titrajaya, Jayakerta, Pakisjaya juga Kecamatan Pedes. "Saya harap, Pemda Karawang termasuk Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan pemerintah pusat bisa menjamin logistik untuk korban banjir supaya tidak kelaparan," ujarnya.
 
Dia juga mengajak kepada semua partai politik termasuk para calon legislatif (caleg) DPRD Karawang, Provinsi dan DPR RI untuk turun tangan membantu korban banjir di Batujaya, termasuk warga Desa Kalangsari, Kecamatan Rengasdengklok dan warga Kelurahan Tunggakjati, Kecamatan Karawang Barat yang juga korban banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Citarum di Kampung Kaceot, Keluarahan Karawang Barat pada jam yang sama dengan jebolnya tanggul di Dusun Tangkil.
 
Pada kesempatan memberikan bantuan kemarin, Baguna PDIP Karawang menurunkan perahu karet untuk mengavakuasi korban banjir Batujaya yang terjebak di tanggul-tanggul Sungai Citarum, mereka mendirikan tenda di sepanjang tanggul itu karena tidak sempat mengungsi ke jalan raya yang jaraknya terlalu jauh dari pemukiman kecuali ke tanggul Sungai Citarum. (spn)
 
 

Pengungsi Banjir Batujaya Mengemis di Jalan Raya

BATUJAYA, RAKA - Mencukupi kebutuhan makan selama di tenda pengungsian, sejumlah warga korban banjir Sungai Citarum di Kecamatan Batujaya termasuk anak-anak mengais rejeki dengan 'ngencleng' atau meminta sedekah pada pengguna jalan yang lewat.
 
Seperti dikatakan salah seorang warga korban banjir RT 01/01, Dusun Tangkil, Desa Kuta Ampel, Karsa (42), kepada RAKA, kemarin, selama menunggu sumbangan dari pemerintah dan donatur termasuk partai, dia terpaksa mengerahkan tetangganya yang senasib untuk mengumpulkan sumbangan yang diperoleh dari pengguna jalan yang melewati Jalan Batujaya, terutama truk dan kendaraan lainnya. "Ya, kadang ada yang ngasih dan ada jug yang tidak, semua uang yang telah terkumpul dibelikan mie instant, kemudian kami bagikan," ucapnya.
 
Selain 'ngencleng' yang dikoordinir Karsa, hampir semua pengungsi pun melakukan hal serupa. Di sepanjang jalan tempat warga mendirikan tenda, disana banyak anak-anak meminta-minta bantuan kepada siapa saja yang lewat. Hanya dengan menenteng mangkuk plastik, mereka meminta belas kasih. "Pak..minta sumbangannya pak....bu...untuk makan...," teriak para pengencleng.
 
Sejak banjir Kamis (15/1) pukul 08.00 WIB, warga Dusun Tangkil, Desa Kuta Ampel ini sudah mendirikan tenda, setelah ada peringatan dari aparat desa untuk mengungsi ke jalan raya yang tanahnya lebih tinggi. Selain barang berharga yang bisa mereka selamatkan, ratusan rumah terendam dan tak bisa lagi diselamatkan, 11 rumah diantaranya ambruk diterjang bah banjir Citarum.
 
Dengan demikian, warga setempat yang setiap harinya bekerja di ladang dan buruh, termasuk pedagang tidak bisa lagi berpenghasilan, selain 'ngencleng' mereka sulit makan. Berapa warga mengatakan, setelah luapan Sungai Citarum reda, air yang menggenangi pemukiman mereka akan surut sekitar 4 hari. Setelah itu, mereka akan kembali membenahi rumah-rumah mereka yang terendam air.
 
Diketahui, sejak awal banjir terjadi, sekitar 400 kepala keluarga (KK) tidak mengungsi ke jalan raya, melainkan ke tanggul Citarum yang dianggap aman dan mendirikan tenda, mereka terjebak karena dihimpit dua genangan air yang deras dan berbahaya. Sedangkan yang mengungsi ke jalan raya sekitar 241 KK dan tenda yang didirikan sebanyak 30 buah dari plastik. Satu tenda dihuni 1-5 kepala keluarga. (spn)
 
 

Bibit Hibrida Gagal Tanam

Saturday, January 17, 2009

"Yang saya takutkan air banjir tidak buru-buru surut, karena jika dua hari terendam, maka semua bibit Hibrida SL-8 yang diberi pemerintah kemarin terancam mati. Pada musim hujan pun sawah saya di Kobak Sireum di Desa Kampung Sawah sudah mati terendam banjir," kata anggoa Kelompok Tani Sri Rejeki, Desa Kampung Sawah, H. Ma'mun SE, kepada RAKA, Jumat (16/1) siang.
 
 
Otomatis, akunya, dia butuh bibit lagi, karena bibit kemarin sudah mutlak mati. Banjir di sawah ini akibat air tidak mengalir tapi mengantung, dia berharap pada pemerintah, agar program penanaman bibit hibrida berjalan dia meminta ada bibit pengganti dari pemerintah yang diturunkan tidak lama setelah banjir. Kata Ma'mun, padahal sebelum banjir kemarin, para petani sempat melakukan 'kala gumarang' atau memberantas hama tikus termasuk keong.
 
 
Banjir ini akibat luapan Saluran Bembang yang besar ditambah Sungai Citarum yang jebol, akhirnya semua area sawah terendam dan terancam mati. Diperkirakan, luapan Saluran Bembang hingga sawah di Ciptamarga sekitar 1 km dan luapan itu merendam hingga ribuan hektar sawah. (spn)
 

1000 Hektar Bibit Padi Hibrida Ludes Terendam Banjir

Kelompok Tani di Desa Kampung Sawah dan Ciptamarga.
 
 
JAYAKERTA, RAKA - Sekitar 600 hektar sawah yang sudah ditandur bibit hibrida di Desa Kampung Sawah habis terendam banjir, begitupun 400 hektar sawah di Desa Ciptamarga. Sawah ini terendam air luapan Sungai Citarum, Kamis (15/1). Kerugian yang dialami para petani setempat sekitar Rp 2 juta/hektar bahkan lebih.
 
Banjir ini terbilang parah dibanding jebol Citarum tahun 2007 lalu, mengingat saat ini hampir semua sawah terendam. Sedangkan, para petani setempat telah 'tandur' sekitar 15 hari lalu, kalau seminggu air tidak surut, 1000 hektar sawah di dua desa ini dipastikan gagal tanam.
 
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Desa Kampungsawah, Umang didampingi para anggota Kelompok Tani Kampung Sawah mengatakan, hampir tiap tahun banjir di dua desa ini selalu melanda area sawah. Namun, banjir sekarang lebih besar kerugiannya dibanding tahun lalu. Pesawahan di lokasi Pertamina Kampung Sawah-Ciptamarga, terendam setinggi 1,5 meter. Dan area sawah itu diperkirakan mati ketiga terendam air.
 
Dipastikan juga, usai banjir akan muncul hama keong, juga akibat tertutup lumpur bibit padi akan sulit bangun. Para petani memperkirakan sawah di area ini mati total dan tidak bisa tumbuh hingga panen. Sementara itu, surut air banjir tidak bisa dipastikan cepat surut jika hujan terus mengguyur. Namun, jika cuaca cerah, banjir sawah akan kembali surut sekitar seminggu dari sekarang. (spn)
 
 

Seorang Warga Batujaya Meninggal di Tempat Pengungsian

Korban banjir Batujaya mendirikan tenda di sepanjang jalan raya.
 
 
BATUJAYA, RAKA - Seorang warga Dusun Tambun I, Desa Karyamakmur, Kecamatan Batujaya, Itang Bin Gureng (55) meninggal dunia dalam keadaan lapar dan kedinginan di dalam tenda pengungsian, Jumat (16/1) pukul 05.30 WIB.
 
Keterangan warga setempat kepada RAKA, kemarin, Itang memang sedang sakit-sakitan, tapi pada hari Kamis kondisinya tampak membaik. Namun, tak disangka, ayah tulang punggung keluarga ini harus meninggal dunia dalam keadaan musibah banjir. Peristiwa ini membuat sedih semua warga setempat, yang juga dalam kondisi tertekan akibat rumahnya terendam banjir luapan Sungai Citarum.
 
Di Desa Karyamakmur, sekitar 1000 rumah terendam setinggi 2,5 meter. Setelah mendengar tanggul Sungai Citarum di Dusun Tangkil, Desa Kuta Ampel jebol, warga terpaksa mengungsi ke jalan raya dan mendirikan tenda, meski air belum masuk ke pemukiman mereka. Dan air mulai memasuki desa ini sekitar Jumat (16/1) pukul 00.00 WIB dengan ketinggian 2 meter. Namun, warga setempat sudah mengungsi sejak Kamis pagi. Beberapa warga mengungkapkan, bantuan medis dari Puskesmas dirasa masih belum maksimal, terutama bantuan makanan masih minim. (spn)

Proyek Boronjong Tanggul Citarum Rp 1,2 Miliar Sia-sia

RENGASDENGKLOK, RAKA - Perbaikan tanggul Sungai Citarum tahun 2007 lalu terbukti sia-sia, dana pemerintah Rp 1,2 miliar untuk memperbaiki kerusakan sekaligus mengantisipasi kejadian serupa ternyata hanya menghamburkan uang. Meski tahun 2008 tanggul Citarum aman-aman saja, tapi sebenarnya pemerintah terlena, menganggap proyek 2007 itu tuntas, padahal petaka bagi masyarakat akibat kurang perhatian serius menangani tanggul sepanjang Citarum.
 
Saat kunjungan langsung di lokasi kejadian, Wakil Bupati Karawang, Hj Eli Amalia Priatna mengatakan, berdasarkan laporan dari tim yang meninjau ke lokasi, tanggul tersebut jebol karena bagian bawahnya terkikis oleh air, jadi air masuk melalui aliran bawah tanggul yang kemudian menghancurkan tanggul tersebut. Dua tahun lalu ditempat yang sama juga jebol.
 
Menurutnya, untuk mengantisipasinya pemerintah daerah sudah membentengi tanggul tersebut dengan beronjong (batu yang diikat kawat, red) dengan menghabiskan biaya sebesar Rp 1,2 miliyar. "Semuanya kehendak dari Tuhan Yang Maha Kuasa, dan kita sebagai mahluknya harus tetap tabah. Sebab segala upaya dari Pemerintah Kabupaten Karawang sudah diupayakan semaksimal mungkin dengan memperkokoh tanggul tersebut meskipun sebenarnya untuk bantaran Sungai Citarum merupakan tanggungjawab Pemerintahan Pusat, hanya saja kami tetap membangunkannya karena kalau dibiarkan masyarakat kami juga yang terancam," terangnya.
 
Dia menjelaskan, saat ini bantuan Pemerintah Kabupaten Karawang sedang dikerahkan untuk mengantisipasi lebih parahnya kehancuran tanggul Sungai Citarum terutama di Dusun Kaceot dengan mendatangkan alat berat ke lokasi bencana. Dia menambahkan, sekarang ini sudah mulai dibangunkan tempat pengungsian, posko kesehatan serta dapur umum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terkena musibah.
 
"Kita berdoa saja, semoga bencana ini cepat berakhir. Dan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Karawangpun sudah diturunkan untuk meringankan beban masyarakat," ujarnya. (spn)
 

5 Jam Sebelum Jebol, Warga Sudah Mengungsi

Warga yang mengungsi ke masjid di Kalangsari
 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Tahun 2007 lalu, tanggul Sungai Citarum di Dusun Keceot, Kelurahan Tunggakjati, Kecamatan Karawang Barat jebolnya tengah malam. Pada tahun 2009 ini, tanggul yang sama kembali jebol pukul 08.00 WIB, tapi derasnya air yang melintas jalan raya sama seperti dua tahun lalu. Tahun 2007 lalu, jebolan tanggul ini lebarnya sekitar 60 meter, sekarang diperkirakan lebih dari 60 meter.
 
Akibat trauma, warga yang pernah diterjang banjir luapan Citarum tahun 2007 lalu di lima dusun Desa Kalangsari, Kecamatan Rengadengklok sudah mengungsi sejam setelah tanggul Keceot dinyatakan jebol, sekitar jam 09.00 WIB, ribuan warga ngungsi ke tempat yang lebih aman, seperti gedung sekolah, masjid, kantor desa dan tempat lainnya yang dianggap aman dari banjir. "Saya terus memonitor perkembangan sejak Citarum meluap hingga sekarang limpas," ucap Kepala Desa Kalangsari, Aan Heriyanto, kepada RAKA, Kamis (15/1) sore di tempat kerjanya.
 
Kepala desa menceritakan, Kamis (15/1) pukul 02.00 WIB tanggul di Keceot bocor, hingga jam 04.00 WIB warga setempat, aparat desa, PJT II Rengasdengklok berupaya membendung bocoran itu, bocornya sekitar berdiameter sejengkal. Melihat bocor yang tak mampu dibendung, warga mulai mengungsi. Dan teryata, sesuai dugaan, tanggul Citarum jebol mendadak dan memuntahkan air bah. Namun, sebelum air bah melanda, beberapa pemukiman memang sudah banjir dari air hujan.
 
Hingga pukul 16.00 WIB kemarin, kepala desa masih sibuk dan telah mengambil beras langsung dari Dinas Sosial Kabupaten Karawang. Kata dia, lima dusun yang terendam diantaranya Dusun Sinar Sari, Tarik Koloat, Wanajaya, Jatimulya dan Dusun Mekarsasi. Sedangkan kering dan belum kebanjiran yaitu Dusun Krajan. (spn)
 
 

Tanggul Sungai Citarum Jebol, Ribuan Warga Ngungsi

Banjir di Desa Kuta Ampel, Kecamatan Batujaya
 
 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Kacau balau! Sejumlah warga berusaha menyelamatkan harta bendanya, setelah tanggul Citarum di Dusun Tangkil, Desa Kuta Ampel, Kecamatan Batujaya jebol, Kamis (15/1) pukul 08.00 WIB. Setelah menenggelamkan pemukiman di Kuta Ampel, luapan air menyebar hingga menggenangi pemukiman di tiga kecamatan.
 
Di Dusun Pisang Sambo, Kecamatan Jayakerta, puluhan warga berusaha menghalau air yang masuk ke pemukiman mereka dengan cangkul. Mereka juga membobol tanggul saluran induk agar air citarum yang menggenangi saluran induk bisa lewat dan mengalir ke persawahan. Namun, kuatnya arus membuat usaha warga sia-sia, tetap saja ratusan rumah di dusun ini terendam. Beberapa diantaranya tidak bisa menyelamatkan barang dan harta benda selain kain di badan.
 
Di Kecamatan Jayakerta banjir menyebar ke Desa Kampung Sawah dan Medang Asem, di Kecamatan Batujaya diantaranya Kuta Ampel, Karyamakmur dan Segaran, di Kecamatan Tirtajaya air menggenangi pemukiman Desa Pisang Sambo, Gempol Karya, Tambak Sumur, Bolang, Srikamulyan, Kuta Makmur termasuk Desa Srijaya. Banjir ini total merendam ribuan hektar di tiga kecamatan tersebut.
 
Dilihat, sejumlah warga yang rumahnya terendam sudah mendirikan tenda plastik sejak malam hari di sepanjang jalan raya, setelah mereka mengetahu tanda-tanda tanggul citarum bocor, semua perabotan rumah diangkut. Selain itu, banjir pun merendam SMAN 1 Batujaya setinggi 2 meter. Banjir ini semakim membesar sejak pagi hingga siang hari. Gedung SD yang terendam banjir diantaranya SDN Kampung Sawah II, Kampung Sawah IV, Kampung Sawah VI, Kampung Sawah VII, Cipta Marga V dan SDN Medang Asem VI. Banjrr sekitar 1-2 meter. Meski demikian, sarana dan prasarana sekolah sudah diamankan.
 
Ditempat terpisah, sekitar Pukul 08.00 WIB, tanggul Sungai Citarum yang terletak di Dusun Kaceot, Kelurahan Tunggak Jati, Kecamatan Karawang Barat jebol juga, setelah sebelumnya pada malam hari masyarakat dan jajaran aparat desa termasuk trantrib bersiaga dilokasi tersebut.
 
Banjir ini menggenangi daratan juga pemukiman dan pesawahan di Desa Tunggak Jati, Kecamatan Karawang Barat dan Desa Kalangsari, Kecamatan Rengasdengklok juga melumpuhkan lalu lintas antara jalan Rengasdengklok-Tanjungpura. Di jalan yang deras akibat luapan banjir itu, ketinggian airnya mencapai selutut orang dewasa.
 
Keterangan warga setempat, sejak semalam rembesan air dari tanggul tersebut mulai keluar dan menyebabkan daerah disekitar tanggul dikepung air, pada pagi harinya sekitar pukul 08.00 WIB, warga mulai panik berhamburan ke jalanan setelah melihat tanggul Citarum ambrol tak mampu menahan volume air Citarum. Akibatnya, beberapa pemukiman terendam total, diantaranya di Desa Tunggakjati, Kalangsari, Kalangsuria termasuk ratusan hektar area pesawahan di daerah tersebut. (spn)
 
 

Rengasdengklok Waspada Banjir Hujan dan Citarum Jebol

RENGASDENGKLOK, RAKA - Banjir kembali melanda pemukiman di Rengasdengklok, Rabu (14/1) setinggi setengah lutut orang dewasa. Pemukiman yang direndam banjir ini diantaranya Desa Rengasdengklok Utara, Kertasari, Karyasari termasuk ratusan hektar sawah di sekitar Rengasdengklok.
 
Diketahui, tiap musim hujan Rengasdengklok rawan banjir akibat luapan saluran air, terutama saluran pembuang atau sipon yang terlalu sempit, sehingga aliran air tersendat. Dengan banjir ini, aparat desa disibukan kembali mengantisipasi kemungkinan banjir besar, karena awal tahun 2008 lalu Rengasdengklok sempat direndam banjir hebat.
 
Mengatasi persoalan ini, Kades Kertasari, Apud Mahpudin mengerahkan semua aparat dan warganya membersihkan saluran air yang tersumbat tumbuhan eceng gondok. Meski demikian, luapan air tetap saja menggenangi beberapa rumah di desanya. Hampir tiap waktu, Apud dan aparatnya terus memantau banjir."Kita berusaha membersihkan saluran air agar tidak ada penyumbatan," ujarnya.
 
Sementara itu, di Desa Rengasdengklok Utara, sejumlah pemukiman di Dusun Krajan A terendam setengah lutut juga menggenangi jalan raya. Meski demikian, kendaraan tetap masih bisa melintasinya. Dan pemukiman yang tahun lalu terendam banjir, seperti di Dusun Kalijaya masih kering, belum tampak tanda-tanda banjir. Warga setempat pun masih terlihat tenang, meski begitu mereka tetap bersiap siaga mengantisipasi banjir mendadak.
 
Selain antisipasi banjir hujan, hampir setiap waktu warga melihat langsung Sungai Citarum, karena sejak Rabu (14/1) dini hari sudah mulai meluap. Hingga kemarin malam, air Sungai Citarum tidak surut bahkan semakin meninggi. Di beberapa pemukiman sepanjang bantaran Sungai Citarum warga sudah resah, mereka mengkhawatirkan tanggu-tanggul Citarum yang telah mereka arug dengan karung tanah ambrol kemudian jebol. (spn)

Bisnis HP Tetap Bergairah, Meski di Tengah Krisis Global

RENGASDENGKLOK, RAKA - Bisnis handphone (HP) merupakan bisnis yang sangat dinamis. Dulu orang menggunakan handphone hanya untuk menelpon. Tak lama kemudian, trend ini berubah menjadi komunikasi dengan SMS, bahkan sekarang, orang lebih banyak menggunakan handphone untuk mengirimkan SMS dibandingkan untuk menelpon.
 
Kecenderungan ini terus berubah, dengan berkembangnya Operating System pada handphone semisal PDA, orang kemudian menggunakannya untuk alat kerja, semacam untuk menulis laporan, jurnal, dan seterusnya. Bahkan dengan berkembangnya 3G, WIMAX dan 4G, kecenderungan orang akan berubah, dari menelpon untuk mendengar suara, menjadi telpon video atau video call.
 
Bahkan nantinya, orang akan melihat TV tidak melalui pesawat TV, cukup melalui handphone. Hal ini belum termasuk kecenderungan orang untuk menggunakan handphone sebagai alat untuk komunikasi data, seperti mengakses Internet. Peluang usaha di bidang ini semakin menarik, dengan terus berkembangnya cara orang untuk berkomunikasi dan memanfaatkan handphone, maka bukanlah satu hal yang aneh jika terdapat trend untuk berganti- ganti handphone.
 
Jika pemilik handphone yang ada di Indonesia ini ada 5 juta orang, dan akan terus meningkat, maka peluang untuk menjual handphone kepada pemakai baru maupun kepada pemakai yang akan mengganti model handphone adalah sangat besar. Sehingga pemasaran handphone di masa sekarang dan yang akan datang akan sangat prospektif.
 
Seperti diungkapkan pemilik toko Nokia Seluller di Jalan Raya Rengasdengklok, Anton Tanzil, kepada RAKA, Rabu (14/1) siang. Bisnis yang telah dia lokani dua tahun di Kota Proklamasi ini sangat menjanjikan. Tentunya, dia menjual produk HP gres dan bergaransi resmi. "Yang sangat penting dalam bisnis ini adalah harga murah dan bergaransi resmi, HP seken pun kita jual bergaransi," ujarnya.
 
Diakuinya, untuk Rengasdengklok, HP yang paling laris adalah Nokia dan Sony Ericsson, konsumen lebih cenderung membeli HP seharga Rp 1 juta-an. Sejak tokonya buka pukul 07.00 sampai 21.00 WIB, konsumen terus berjejal di tokonya mencari ponsel atau sekedar tanya harga. Selain HP bermerk lainnya, Anton juga menjual HP produk Cina bergaransi. "Jadi, pencari HP tidak harus pergi ke Jakarta, tapi cukup cari HP di toko saya, kita berusaha untuk melayani konsumen dengan baik dan harga yang murah, juga bergaransi," ucapnya. (spn)

Camat Jayakerta Sebar Karung Untuk Bendung Tanggul Citarum

Tanggul Sungai Citarum di Desa Kampung Sawah, warga mengamati air luapan sungai.
 
 
JAYAKERTA, RAKA - Camat Jayakerta, Drs. H. Hamdani menyebarkan ribuan karung ke beberapa titik desa untuk tanggul-tanggul Citarum yang rawan jebol, Rabu (14/1) pagi. Ini untuk antisipasi banjir karena Sungai Citarum sudah mulai meluap sejak Rabu dini hari. Karung itu untuk mengarug tanggul yang disodet sebagai lintasan perahu penyeberangan eretan ke Bekasi.
 
Kemarin, camat memberikan masing-masing 500 karung untuk tanggul di Desa Kampung Sawah dan 1000 karung untuk Desa Medang Asem. Sejumlah karung itu sudah diisi tanah oleh aparat desa setempat dan diletakan di tanggul-tanggul lintasan penyeberangan perahu eretan. "Sodetan tanggul itu dilakukan perajin batu bata dan pekerja perahu eretan. Ketika sungai meluap, saung-saung perajin batu bata itu terendam, tapi sodetannya tetap terbuka sehingga menjadi pekerjaan kita untuk menutupnya kembali," ujarnya saat meninjau langsung lokasi tanggul Sungai Citarum.
 
Diketahui, sepanjang Sungai Citarum, banyak sodetan-sodetan tanggul yang digunakan warga sebagai jalan menuju perahu eretan. Sehingga, jika Sungai Citarum meluap, sodetan tersebut harus dibendung menggunakan karung tanah. Sementara, pekerja perahu eretan menghentikan pekerjaannya, mengingat jarak penyeberangan Sungai Citarum menjadi panjang dan arusnya pun deras.
 
Dengan demikian, para pekerja perahu eretan tidak berani beroperasi sampai Sungai Citarum surut, kecuali perahu eretan yang berukuran besar seperti di Tugu Bojong Rengasdengklok, mereka tetap beroperasi meski Sungai Citarum meluap dan arusnya deras.
 
Dijelaskan Hamdani, dia mengerahkan semua aparat desa untuk mengantisipasi banjir dari luapan Sungai Citarum. Sejumlah karung itu dari Bina Marga dan PJT II Rengasdengklok. Di Medang Asem, 1000 karung tersebut disebar di enam titik di tanggul-tanggul yang disodet untuk jalan setapak menuju perahu eretan. "Semua aparat desa dibagi tugas untuk mengantisipasi banjir," ujarnya. (spn)
 
 

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan