Saan: Pemilu Harus Diakhiri Kebersamaan

Thursday, April 30, 2009


RENGASDENGKLOK, RAKA - Berakhirnya pemilu, meski beda pilihan, tapi kebersamaan jangan dikotak-kotakan, pemilu harus diakhiri dengan menyongsong kebersamaan. Demikian kata Ketua DPD Partai Demokrat Karawang, Saan Mustopa, kepada RAKA, Rabu (29/4) siang usai 'talk show' di Radio Detik FM.
 
Dia berharap, kesadaran politik masyarakat kedepan akan lebih baik dan berpikir rasional juga obyektif. Selain itu, dia berharap pada masyarakat Karawang agar tidak segan mengontrol partai ini, termasuk pada komitmen yang telah programkannya selama kampanye. Hal ini dianggap perlu, supaya arah tujuan partai dan wakil rakyatnya tidak melenceng. "Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan menetapkan calon legislatif terpilih pada 9 Mei 2009 mendatang, saya dan Hari Kartana (caleg DPR RI Partai Demokrat, red) dipastikan dapat kursi di DPR RI, dari hasil suara di daerah pemilihan Jabar VII," ujarnya.
 
Ditanya mengenai pembangunan Kabupaten Karawang, Saan mengatakan, hal itu sudah menjadi komitmen dia dan partainya, komitmen itu akan diwujudkan untuk kesejahteraan masyarakat. Menurutnya, keberadaan wakil rakyat dan partai harus bisa memberikan manfaat pada masyarakat. Kata Saan, dia akan memilah dan memprioritaskan kebutuhan masyarakat Kabupaten Karawang. Diantaranya penanganan banjir yang selalu melanda wilayah Utara Karawang, yaitu perbaikan tanggul Sungai Citarum, juga sarana pertanian dan pendidikan.
 
"Yang terpenting, bagaimana mengubah keadaan masyarakat Karawang, terlebih bagi keluarga miskin (gakin) untuk bisa melakukan perubahan yang lebih baik melalui pendidikan. Selain kami, siapapun yang berkomitmen serupa, maka kita bisa bersama-sama memfasilitasi mereka, yaitu anak dari keluarga miskin, tapi berprestasi dan berkemauan sekolah tinggi. Kita berupaya supaya dia mendapat beasiswa dari Pemda Karawang termasuk komitmen partai dan masyarakat yang mampu dan bersedia membantu. Selanjutnya, tinggal bagaimana Pemda Karawang mengelolanya. Jadi, hambatan anak keluarga miskin yang berprestasi, tapi punya hambatan ekonomi, maka bisa kita selesakan, tentunya ini butuh melibatkan semua pihak," ungkapnya.
 
Saan merasa terlalu dini jika dia menyebutkan dirinya akan menjadi wakil rakyat di DPR RI dari hasil perolehan suara pemilu kemarin, mengingat KPU akan menetapkan calon legislatif terpilih pada 9 Mei 2009 nanti. Kata Saan, perolehan suaranya hasil dari komunikasi intensif dengan masyarakat, kemudian meraih kepercayaan masyarakat. Diakuinya, memang pada dasarnya kepercayaan masyarakat pada politis telah memudar. Kendati begitu, dia bisa meraih simpatik masyarakat melalui forum dan diskusi langsung dengan masyarakat. "Memang membangun kepercayaan membutuhkan media komunikasi langsung," ucapnya. (spn)
 
 
 
 
 

Ebtanas Lebih Baik Dibanding UN


 
KUTAWALUYA, RAKA - Kalau pemerintah mengganti UN (Ujian Nasional) dengan Ebtanas (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional) maka akan lebih bagus. Memang UN pun sudah bagus, tapi lebih tepat sekolah yang menentukan lulus atau tidaknya siswa, hasil penilaian gurunya.
 
Demikian kata Kepala SMK Ristek, Drs. Darsono Sumedi, kepada RAKA, Rabu (29/4) siang. Kata dia, kalau model ujian akhir saat ini dianggap kurang adil, karena siswa yang rajin bisa tidak lulus karena sesuatu hal, tapi sebaliknya siswa nakal bisa lulus, "Menurut saya Ebtanas akan lebih baik, karena saat ini guru dan lembaga kadang merasa pesismis anaknya tidak lulus, meski sekolah sudah mempersiapkan pendalaman materi untuk menghadapi UN," ujarnya.
 
Kata Darsono, dibeberapa media TV dan cetak, banyak beberapa sekolah yang melakukan kecurangan saat pelaksanaan UN. Hal itu dilakukan karena pihak sekolah menginginkan siswanya lulus semua. Pada sistem Ebtanas, kelulusan siswa berdasarkan rapat guru bidang studi, wali kelas dan kepala sekolah. Pada UN, kelulusan ditentukan Departemen Pendidikan Nasional, sedangkan pihak sekolah tidak bisa berkutik.
 
Kendati demikian, UN di SMK Ristek berjalan dengan baik, lancar dan tak ada kendala, pihak SMK Ristek sudah komitmen UN tahun ini akan lebih baik dibanding UN tahun sebelumnya. Untuk menghadapi UN, SMK Ristek sudah mempersiapkan bimbel (bimbingan belajar) sejak awal tahun ajaran 2008-2009. Pada UN kemarin, SMK BII melaksanakan ujian menginduk ke SMK Ristek, total peserta UN kedua SMK itu menjadi 425 siswa. Dua siswa Ristek tidak ikut UN, alasannya mengundurkan diri.
 
Keterangan beberapa siswa kelas tiga sementara ini, mereka menganggap dirinya bisa menyelesaikan UN, meski pengawasan dari tim pengawas independen ketat, tapi tidak menurunkan semangat menyelesaikan soal dengan tepat waktu. "Kita juga berharap tahun ini bisa lulus sesuai standar yang telah ditentukan, dan yang lulus pun bisa merebut pekerjaan di perusahaan termasuk diterima di perguruan tinggi," kata Darsono.
 
Meski pendaftaran telah ditentukan Dinas Pendidikan yaitu akhir tahun ajaran, tapi SMK Ristek telah membuka pendaftaran gelombang pertama tanggal 1-30 Mei 2009, kemudian disusul gelombang kedua di bulan berikutnya. Penyeleksian siswa baru pun diprioritaskan tentang kesehatannya, karena sekolah kejuruan ini banyak praktek mesin, karena jika siswanya mengalami kelainan kesehatan, maka bisa berpengaruh pada saat dia menjalankan mesin. Kedua, penyeleksian siswa baru akan disesuaikan nilai untuk menentukan kejuruan yang dikehendaki siswa baru. Kejuruan yang mengtren di Karawang saat ini adalah teknik pemesinan, peminatnya paling banyak, bahkan dari jurusan ini banyak diminati perusahaan.
 
Jurusan kedua Otomotif dan ketiga Teknik Audio Video. Pada pertengahan semester satu, ada pemantapan jurusan, pada waktu itu kadang ada sebagian siswa yang pindah jurusan. "Pada studi banding di Bali kemarin, jurusan Audio Video di sana sangat diminati, bahkan jadi favorite, beda dengan Karawang yang masih didominasi kejuruan otomotif dan mesin," kata Darsono. (spn)

Puskesmas, Muspika dan Warga Dengklok Sepakat Melawan Nyamuk




RENGASDENGKLOK, RAKA - Dinas Kesehatan Karawang bersama UPTD Puskesmas Rengasdengklok beserta muspika, aparat desa dan masyarakat gelar acara kesepakatan gerakan melawan nyamuk demam berdarah. Ini dilakukan untuk menekan menekan wabah demam berdarah yang selama ini selalu terjadi di wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok, Rabu (29/4) siang.
 
Acara sederhana yang dilaksanakan di Puskesmas Rengasdengklok ini, membahas mengenai cara pencegahan dan mengenal perkembangan nyamuk dan wabah penyakit yang disebabkannya. "Karena kalau dibiarkan, maka nyamuk ini akan terus berkembang, secara simultan dan berkesinambungan semua masyarakat harus terus mensosialisasikan penyakit demam berdarah," kata Kepala UPTD Puskesmas Rengasdengklok, Dr. Nurhidayati.
 
Dijelaskannya, penanganan wabah demam berdarah di wilayahnya tidak bisa dipecahkan sendiri. Jadi pihaknya melimpahkan penangananyannya ke lintas sektoral pemerintahan kecamatan, desa dan masyarakat. Menurutnya, wabah demam berdarah tidak hanya terjadi di Rengasdengklok, tapi hampir di semua wilayah Kabupaten Karawang. Sejak awal tahun hingga April 2009 ini, penderita demam berdarah se-kabupaten tercatat 526 orang, dari penderita itu yang meninggal 9 orang.
 
Satu nyamuk, kata Hidayati, menghasilkan 40-200 untuk sekali bertelur dan umur nyamuk sekitar sebulan. Perkembangan nyamuk dari telor sampai dewasa membutuhkan waktu selama 7 hari, jika selama 7 hari itu pertumbuhan nyamuk tidak dihalangi dengan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) maka nyamuk akan terus bertambah. "Jadi, bagaimana caranya supaya telur, jentik dan nyamuk dewasa tidak tumbuh banyak. Memang, kita tidak bisa menghentikan pertumbuhannya, tapi hanya bisa menekan pertumbuhannya," ucapnya.
 
Dan Nurhidayati membenarkan jika penderita demam berdarah di Desa Rengasdengklok selatan terjadi secara beruntun, hampir setiap minggu, bahkan hitungan hari. Diketahui, di Desa Rengasdengklok Selatan telah banyak yang menderita demam berdarah. Meski telah mengetahui, Dinas Kesehatan terlihat tidak respon. Meski tindakan dilakukan, itu pun setelah ada satu warga meninggal dunia akibat demam berdarah. Dengan hal itu, kesepakatan gerakan melawan nyamuk demam berdarah pun digelar. (spn)
 

Lima Siswa SMPN di Jayakerta Tak Ikut UN

Wednesday, April 29, 2009

 
JAYAKERTA, RAKA - Tercatat, dua siswa SMPN 1 Jayakerta sakit di hari pertama dan kedua UN (Ujian Nasional). Keduanya dipastikan akan mengikuti ujian susulan pada Senin (4/5) di Komisariat Rengasdengklok.
 
Kepala SMPN 1 Jayakerta, Drs. Agus Imam Mulyana didampingi Wakseknya, Sunadi S.Pd, menjelaskan, satu siswa diantaranya sakit mendadak menjelang UN. Dan selain di SMPN 1, di SMPN 2 Jayakerta pun tercatat tiga siswa yang juga sakit dan tidak bisa mengikuti UN. Diketahui, SMPN 2 Jayakerta administrasinya masih menginduk ke SMPN 1 Jayakerta, sehingga jumlah siswa yang mengikuti UN kedua sekolah itu gabung menjadi 659 siswa, jumlah itu termasuk SMP Terbuka sebanyak 48 siswa. Siswa SMPN 1 Jayakerta sendiri yang ikut UN sebanyak 611 siswa.
 
Kata Agus, kesibukan mempersiapan UN sama seperti akan hajatan besar, semua halaman, gedung dan kelas dibersihkan dari kotoran, ini untuk kenyamanan siswa selama konsentrasi mengisi soal ujian. Kelas SMPN 1 Jayakerta yang digunakan untuk ruang ujian sebanyak 23, tiga ruang diantaranya meminjam kelas SDN Jayakerta III yang tidak jauh dari SMP ini.
 
"Kita sudah melaksanakan bimbel (bimbingan belajar) sejak akhir Januari 2009 lalu, presentasi hasil 'try out' kemarin 20 persen lulus, sisanya tidak lulus. Makanya dengan bimbel itu pihak sekolah berupaya memantapkan lagi agar siswanya bisa lulus UN. Dan bimbel ini usai dilaksanakan seminggu menjelang UN," kata Agus.
 
Selain presentasi 'try out' yang terbilang rendah, Sunadi bahkan lebih mengkhawatirkan siswanya tidur larut malam, karena sengaja menonton siaran langsung sepak bola. Diakuinya, jika ada siswa yang mengorbankan waktu istirahatnya dengan menonton bola, dikhawatirkan dia ngantuk dan tidak konsen mengisi soal ujian. Kendati begitu, menurutnya program sekolah yang sudah dilaksanakan berjalan baik. Dan hasil UN tahun ini akan dijadikan evaluasi bagi siswa kelas tiga berikutnya, yang saat ini masih duduk kelas dua. (spn)
 

Tambaksumur Wakili Tirtajaya Ikut Lomba Desa

TIRTAJAYA, RAKA - Desa Tambaksumur ditunjuk mewakili Kecamatan Tirtajaya dalam penilaian lomba kinerja desa tingkat Kabupaten Karawang, Selasa (28/4). Dipilihnya desa ini karena dianggap sarana lingkungannya sudah mendukung. Ini dilihat dari proyek fisik, pendidikan yang sudah direalisasikan, kesehatannya telah menydiakan Pustu (Puskesmas Pembantu) dan perangkat desanya masih solid.
 
Disela kegiatan, Camat Jayakerta, Drs. H. Wawan Setiawan menjelaskan, desa ini mendapat nilai tertinggi di tingkat kecamatan tahun 2008 lalu. Penilaian ini dilihat dari faktor masyarakat dan perangkat desanya, karena kepala desa ini terbilang baru terpilih pada Pilkades 2008 lalu. Dan kades ini masih memiliki motivasi baru membangun desanya, terutama mengaplikasikan program pemerintah, diantaranya pendidikan, kesehatan dan ekonomi kerakyatan. "Secara manusiawi, pejabat baru masih punya semangat tinggi dan motivasinya bagus," katanya.
 
Dia menambahkan, pada lomba desa ini melibatkan semua unsur dinas dan intansi pendidikan, kesehatan, keagamaan dan lainnya di desa ini. Kalau dari fisik desa, lanjutnya, sarananya sudah bagus. Bahkan, di desa ini banyak sarana masyarakat yang baik. Ini merupakan hasil partisipasi semua intansi yang bersangkutan, yang saling menjaga dan memiliki. "Pada prinsipnya, kades lama dan barus sama saja, tapi disini yang dimunculkan motivasi kades dan perangkatnya yang solid, karena dalam penilaian ini butuh kesungguhan dan pengorbanan dari aparat desanya," jelasnya.
 
Di tempat sama, Kabid Pemerintahan Desa, BPMPD (Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa) Kabupaten Karawang, Dedi Suryadi menjelaskan, pelaksanaan lomba desa dan kelurahan Kabupaten Karawang tahun 2009 ini mengacu pada surat Gubernur Jawa Barat, No. 147.44/629-BPMPD tanggal 2 Maret 2009, perihal pelaksanaan perlombaan desa dan kelurahan tahun 2009 yang meliputi, pembangunan pendidikan, kesehatan, ekonomi kerakyatan,keamanan dan ketertiban, partisipasi masyarakat, pemerintah, lembaga kemasyarakatan, juga pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga. "Program ini melibatkan dan menyentuh kepentingan masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat secara merata dan menyeluruh," ungkapnya.
 
Kepala Desa Tambaksumur, Leles Lesmana mengatakan, sarana fisik memang sudah lengkap termasuk kesehatan, tapi kurangnya desa ini adalah pertaniannya, diantaranya tentang pengairan air ke persawahan yang kadang lambat datang. Sedangkan, kelebihan desa ini adalah pelayanan masyarakat yang cepat. Dia menjelaskan, setelah melanjutkan kepemimpinan kades lama, hingga kini pihaknya telah mengeluarkan kocek anggaran untuk perbaikan lingkungan. "Saya bangga, desa ini bisa mewakili desa lainnya di Tirtajaya ke tingkat kabupaten," ujarnya. (spn)

Sudarja: Siap Tandang di O2SN Kabupaten Karawang

"Saya sudah tegaskan pada sekolah-sekolah SD supaya menyisihkan anggaran BOS untuk menyediakan sarana olah raga, karena selama ini banyak SD tidak memiliki fasilitas dan alat olah raga lengkap. Sarana itu akan sangat mendukung siswa, terutama saat menghadapi even Olimpiade Olahraga dan Seni Nasional (O2SN)," kata Kepala UPTD TK, SD Kecamatan Tirtajaya, H. Sudarja Munjizen, kepada RAKA, Selasa (28/4) siang di sela acara lomba desa tingkat kabupaten di Desa Tambaksumur.
 
Selain fasilitas yang tidak dimiliki tiap SD, dari 38 SD yang ada di Kecamatan Tirtajaya, hanya 11 SD yang memiliki guru pendidikan jasmani dan kesehatan atau guru olah raga. Sejak tahun 2000, guru olah raga di kecamatan ini tidak bertambah, bahkan berkurang karena pindah domisili. "Tapi kita sudah siap mengikuti O2SN tingkat Kabupaten Karawang 6 Mei 2009 mendatang," ujarnya.
 
Saat ini, siswa yang telah menjuarai O2SN tingkat kecamatan, sedang dibina untuk bisa tanding di tingkat kabupaten. Bidang olah raga yang jadi andalan Kecamatan Tirtajaya diantaranya bulu tangkis. Peserta catur yang jadi andalan pada tahun ini tidak bisa mengikuti O2SN, karena siswa itu sudah duduk di kelas 6. "Kedepan, harusnya diprogramkan O2SN dengan pembibitan yang lebih awal, karena akan sulit membina siswa jika waktunya sempit. Maksudnya, siswa yang berprestasi digembleng, khusus untuk ikut O2SN kabupaten, karena selama ini bimbingannya hanya di tiap-tiap sekolah saja," imbuhnya. (spn)
 

Trusto Suwarji: Wabah DBD Tak Pernah Usai

Tuesday, April 28, 2009

 
"Penderita DBD (Demam Berdarah Dengue) di Desa Rengasdengklok Selatan semakin bertambah dan tampaknya wabah ini tak kunjung usai, meski penanganan sudah maksimal, tetap saja wabah itu semakin merenggut kesehatan warga," Kata Kaur Kesra Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok, Trusto Suwarji, kepada RAKA, Senin (27/4) siang.
 
Diketahui, penderita DBD bertambah dua anak lagi, yaitu Uci usia 10 tahun dan Dita 14 tahun. Keduanya adalah anak Pramono yang diketahui sakit dua hari lalu, kemudian keduanya langsung dibawa ke RSI (Rumah Sakit Islam) pada Minggu (26/4) sore. Kedua anak itu adalah warga RT 02/01, Dusun Bojongkarya I, Desa Rengasdengklok Selatan.
 
Dia meminta pada Dinas Kesehatan untuk benar-benar proaktif terhadap kasus demam berdarah dan langsung mengadakan tindakan pencegahan wabah ini. Diakuinya, dari pihak desa sudah berupaya melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) secara berkelanjutan sejak sebulan lalu. "Setiap minggu, hari Sabtu, kita rutin adakah PSN," ujarnya. (spn)
 

Ujang Suwarya: HET Pupuk Telah Ditetapkan Pemerintah

KARAWANG BARAT, RAKA - Harga pupuk sudah standar dan sudah ada pada Pertanian Menteri Pertanian No. 42/Permen/OT.140/9/2008 tanggal 23 Sepetember 2008, termasuk harga pupuk. Demikian Asisten Supervisor PT Petrokimia, Ujang Suwarya, kepada RAKA, Senin (27/4) sore.
 
Dia menyebutkan, Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi per kg, ZA Rp 1.050, Superphos Rp 1.550, Phonska Rp 1.750 dan Petroganik Rp 500. Harga itu pun jika petani membeli langsung ke kios, beda jika harga pupuk dari kios yang diantar pada petani, itu ada ongkos kirimnya. Jika, petani membeli langsung pada kios dan harganya melebihi yang telah ditentukan, maka itu tidak dibenarkan, karena telah menaikan harga.
 
Pada saat ini, persawahan yang masih membutuhkan pupuk diantaranya, Kecamatan Barat, Karawang Timu dan Jatisari. Jadi, suplai pupuk akan masuk pada
wilayah yang sedang masa tanam atau sesuai kebutuhan musim tanam. Di Karawang Barat tercatat luas sawah 2.427 hektar, dihitung pemakaian pupuknya sekitar 500 ton dari petrokimia, ditambah urea dari Pupuk Kujang yang juga kebutuhannya sekitar 500 ton.
 
Dia menghimbau pada masyarakat, untuk mengajukan keluhan mengenai pupuk ini pada petrokimia dinomor bebas pulsa 0800.1.636363 dan 0800.1.888777. "Pupuk bukan barang dagangan, ini pupuk bersubsidi, barang ini harus disalurkan pada masyarakat sesuai HET yang telah ditetapkan pemerintah. Harga kios dan harga kirim berbeda," ujarnya. (spn)
 
 

UN SMP Hari Pertama Lancar

KUTAWALUYA, RAKA - Pelaksanaan UN (Ujian Nasional) hari pertama di komisariat Rengasdengklok berjalan tertib, lancar, sesuai jadwal dan tidak ada kendala apapun. Demikian kata Tim Pemantau Independen (TPI), Koordinator Sub Rayon III Rengasdengklok, Rudi Muhamad Setiadi, kepada RAKA, Senin (27/4) siang.
 
Dia menjelaskan, TPI ini gabungan dari perguruan tinggi di Karawang di bawah koordinasi Universitas Singa Perbangsa (UNSIKA) Karawang. Tiap satu SMP, dipantau satu orang dari TPI. Pemantauan ini selama pelaksanaan, tergantung jenis pelaksanaannya. Jadi, TPI ini terus mengawasi soal-soal ujian dan pelaksanaan ujian selama empat hari, sejak 27-30 April 2009.
 
Sementara itu, usai UN nanti, tanggal 4-7 Mei 2009, tiap SMP akan melaksanakan ujian praktek bidang pelajaran, Pendidikan Agama Islam (PAI), Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Penjas, Seni Budaya dan Keterampilan, Teknologi Informatika Komputer (TIK) dan Bahasa Sunda.
 
Usai ujian praktek, siswa kelas tiga akan melanjutkan Ujian Akhir Sekolah (UAS) tanggal 11-13 Mei 2009 meliputi pelajaran, Pendidikan Agama Islam, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Teknologi Informatika Komputer, Seni Budaya juga Bahasa dan Sastra Sunda. Kepala SMP Nurussalam Jayakerta, Lilis Holisoh mengatakan, UN tahun ini tidak beda dengan UN tahun sebelumnya, bisa ditangani pihak sekolah dengan aman dan terkendali.
 
Tahun ini yang ikut UN 48 santri, tahun kemarin 54 santri lulus semua. Dia berharap, tahun ini pun siswanya bisa lulus dan mendapat nilai bagus. "Siswa sudah dipadati pemahaman sejak lima bulan lalu. Kini, mereka sudah tampak siap," ujarnya. (spn)

Makmurjaya Mewakili Lomba Desa Tingkat Kabupaten

 
JAYAKERTA, RAKA - Desa Makmurjaya ditunjuk untuk mewakili desa lain di Kecamatan Jayakerta untuk ikut lomba desa tingkat Kabupaten Karawang. Dipilihanya desa ini, karena hasil penilaian se-Kecamatan Jayakerta pada Maret 2009 lalu, Makmurjaya sebagai juara pertama menyisihkan Desa Ciptamarga dan Medang Asem.
 
Camat Jayakerta, Drs. H. Hamdani mengatakan di sela lomba desa, Senin (27/4) siang. Desa Makmurjaya ini dinilai kecamatan paling bagus administrasinya dibanding desa lainnya. Lomba ini, diikuti 29 desa di 29 kecamatan dari 30 kecamatan se-Kabupaten Karawang. "Dengan lomba ini bisa memotivasi desa lain supaya administrasi desanya meningkat. Selain administrasi, Desa Makmurjaya ini pernah juara siskamling mewakili Polres Karawang dan Polwil Purwakarta. Ini bisa diraih dari partisipasi masyarakat setempat yang sejalan dengan kepala desa," jelasnya.
 
Pada kesempatan pidato dihadapan dinas dan lembaga Kecamatan Jayakerta,
Kabid Pengembangan Desa Kabupaten Karawang, Drs. Wawan menjelaskan, ada 8 faktor yang menjadi dasar penilaian, yang paling besar kesehatan, dan dipadu menjadi 5 kelompok. Lima indikator lomba desa itu pertama adalah kelompok data umum (orbitasi dan kependudukan), keamanan dan ketertiban serta pemerintahan desa, pelaksananya uaitu Kades, Sekdes, Kaur Pemerintahan, Kaur Keuangan, Kaur Trantib dan Ketua BPD Bidang Pemerintahan, LPM.
 
Kedua yaitu kelompok data pendidikan, diantaranya UPTD Pendidikan, Kaur Kesra, BPD Bidang Pembangunan. Ketiga yaitu kelompok data kesehatan masyarakat, diantaranya bidan desa, UPTD Kesehatan dan PPL. Keempat yaitu kelompok data ekonomi masyarakat, diantaranya kaur Ekbang, Bidang Kemasyarakatan, BPD dan LPM. Kelima yaitu kelompok data partisipasi masyarakat dan lembaga kemasyarakatan, diantaranya Kaur Keuangan dan LPM. Dan keenam yaitu kelompok data PKK, yaitu tim penggerak PKK desa. (spn)

Jalan Dewisari Amblas dan Miring

Monday, April 27, 2009

RENGASDENGKLOK, RAKA - Jalan raya di Desa Dewisari, Kecamatan Rengasdengklok amblas dan miring. Akibatnya, banyak truk besar kesulitan melalui jalan tersebut, karena khawatir terjungkal. Bahkan di jalan tersebut, kerap terjadi kecelakaan maut. Kondisi jalan ini bergelombang, satu sisi patah dan amblas, sedangkan sisi lainnya tetap keras.



Pantauan RAKA, kerusakan jalan ini terjadi sejak beberapa tahun lalu, disinyalir amblasnya jalan ini akibat tanah yang labil, karena diapit dua saluran air. Satu sisi jalan ini amblas sedangkan sisi lainnya tetap keras. Sehingga, jalan tampak miring, bahkan tengahnya patah dan berlubang. Dilihat, puluhan kendaraan yang melewati jalan ini kadang saling berebut posisi jalan yang mulus, akibatnya tak sedikit diantara mereka bertabrakan.



Beberapa warga mengatakan, tanah jalan itu harus diperbaiki dengan rucuk-rucuk kayu agar tidak amblas. Seperti jalan Bedeng Rengasdengklok yang selalu amblas, tapi kini sudah tidak amblas lagi setelah dirucuk dan sisi jalannya dibeton supaya tidak amblas. Diketahui, jalan di sepanjang Rengasdengklok hingga Batujaya sangat labil, karena tepat disisi jalan ini terdapat saluran air induk yang membentang.



"Saya harap, jalan ini segera diperbaiki, karena kondisinya sudah sangat membahayakan pengendara. Bahkan, bamper dan kolong mobil pun kadang menggesek jalan. Apalagi kalau melihat truk muatan, ngeri banget, saya kadang khawatir truk itu terbalik," kata Ejen warga Dewisari. (spn)

Intelijen Asing di Lembaga Pemilu?

 
BATUJAYA, RAKA - Sejak proses pemilu 2009 berjalan, pemantau asing berduyun-duyun ke Indonesia. Berdasarkan akreditasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebanyak tujuh lembaga yang mengawasi pemilu di negeri ini. Demikian kata pengamat politik juga guru SMAN 1 Batujaya, Kholid Al Kautsar kepada RAKA, Minggu (26/4) siang.
 
Ketujuh lembaga itu diantaranya National Democratic Institute (NDI), International Foundation For Electoral System (IFES), Friedrich Naumann Stiftung fur die Freiheit (FNS), Asian Network for Free Elections Foundation, Australia Election Commission, The Carter Center, dan International Refublican Institute(IRI).
 
"Apa pentingnya banyak pemantau asing datang ke Indonesia jika mereka sekedar wisata, jelas itu tidak mungkin mereka lakukan, karena kedatangan mereka adalah menghitung jumlah suara dan menilai kejujurannya. Memang, rasanya kok sederhana sekali. Pasti ini ada kepentingan lain yang lebih besar dibalik pemilu. Mereka tidak hanya masuk ke Indonesia dengan leluasa, mereka pun memberi bantuan dana bagi Indonesia. Bahkan mereka menyebut bantuan itu sebagai hibah, artinya pemberian saja, tapi adakah pemberian yang tanpa pamrih. Sedangkan mereka sendri mengatakan, tidak ada makan siang yang gratis," ungkapnya.
 
Untuk pemilu 2009 ini, kata Kholid, Indonesia mendapat bantuan sebesar 37,5 juta dolar Amerika. Dana itu digunakan bagi pemilu mulai dari proses sosialirasi hingga usai. Pendanaan itu dikoordinasikan oleh United Nation Development Programme (UNDP). Dana itu berasal dari berbagai negara donor, di antaranya Inggris, Belanda, Spanyol, Amerika Serikat dan Australia. Sebagian dana tersebut disalurkan ke LSM guna sosialisasi Pemilu 2009, melalui proses seleksi yang ketat dari 584 proposal yang diajukan.
 
Di luar bantuan resmi itu, tidak tertutup kemungkinan ada bantuan tidak resmi. Amien Rais menjelang Pemilu 2004 pernah mengungkapkan bahwa dirinya pernah ditawari sejumlah uang oleh kalangan di Amerika sebagai modal untuk maju jadi capres. Selain memberi bantuan dana, pihak asing turun langsung ke lapangan untuk menjajaki siapa saja yang tepat untuk memimpin negeri ini sesuai dengan keinginan mereka. "Yang cukup kentara adalah Duta Besar Inggris Martin Hatfull. Ia mengaku telah menyambangi sejumlah parpol peserta Pemilu 2009. Tak ada yang tahu apa isi pembicaraan tersebut," ujarnya.
 
Sebelumnya, lanjut Kholid, ketika ke Amerika Serikat, Wakil Presiden Jusuf Kalla yang juga Ketua Umum DPP Partai Golkar diterima oleh Joe Biden yang baru 16 hari menjabat Wakil Presiden AS. JK juga bertemu dengan Direktur Intelijen Nasional AS Dennis Blair, Senator James Webb dari Partai Demokrat, dan Christopher Bond dari Partai Republik. Pertemuan seperti ini bisa membawa arti tersendiri yang sangat besar bagi Golkar dan Ketua Umumnya.
 
Pengalaman Pemilu 2004 menunjukkan modus yang sama. Mendekati pelaksanaan Pemilu 2004, Indonesia kedatangan tamu asing yaitu Jimmy Carter dan Collin Powell. Carter datang dengan istrinya Rosalynn serta mantan Perdana Menteri Thailand Chuan Leekpai ke Indonesia untuk memimpin para pemantau dari The Carter Center. Selain memantau, Carter juga ikut mengecek kesiapan KPU dalam penyelenggaraan pemilu preriden dan juga mengenai hubungan KPU dengan Panwaslu. Ia pun bertemu dengan para calon presiden dan wakil presiden saat itu. Sementara pada saat Pemilu 2004, Menlu AS Collin Powell bertemu dengan salah seorang capres RI, Susilo Bambang Yudhoyono.
 
Banyaknya campur tangan asing dengan berbagai modus itu membuat khawatir berbagai pihak. Intervensi asing dalam bentuk apa pun termasuk dalam bentuk uang dan pakar tidak bisa dibenarkan di dalam penyelenggaraan pemilu. Bantuan asing untuk pemilu merupakan global grand strategy Amerika serikat. Indonesia akan dipaksa setuju dengan proses globalisasi yang diusung negara-negara donor. "Kita memang tidak anti bantuan asing, tapi bukan tidak mungkin bantuan tersebut bagian dari - 'kuda troya' politik, artinya di balik pekerjaan yang besar terdapat operasi intelijen," kata Kholid. (spn)
 

Optimis UN Berhasil Baik

"Semua sekolah sudah mempersiapkan diri menghadapi UN (Ujian Nasional), karena UN ini merupakan bagian dari kewajiban sekolah mengantarkan siswanya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pada pelaksanaan UN, semua sekolah tetap dipantau oleh TPI (Tim Pemantau Independen) juga pengamanan dari pihak kepolisian. Pengambilan soal-soal UN dari kabupaten dijaga ketat di tingkat komisariat," kata Sekertaris MKKS Komisariat Rengasdengklok, juga Kepsek SMPN 1 Kutawaluya, Drs. Yayat Rukhiyat, didampingi Ketua MKKS Komisariat Rengasdengklok, Mustarom S.Pd, kepada RAKA, Minggu (26/4) sore.
 
Sebelum siswa menghadapi UN, kata Yayat, siswa telah mengikuti 'try out' untuk memperkecil nilai ketidak lulusan. Diakuinya, awalnya memang nilai pra-UN siswa anjlok dan pihak sekolah memperbaikinya melalui bimbingan belajar yang hasilnya cukup signifikan. Se-komisariat Rengasdengklok, terdapat 14 SMP negeri dan 4 SMP swasta.
 
Dia meminta, supaya pihak orang tua membantu kelulusan putra-putrinya yang sedang ujian akhir, karena sekarang nilai kelulusannya 5.5, pihaknya tak henti menghimbau pada orang tua siswa agar dapat membantu kegiatan belajar siswa di rumah, mengingat kenaikan nilai itu harus banyak bekerjasama antara pihak sekolah dan orang tua. "Saya harap, pihak orang tua melakukan pembinaan dan bimbingan belajar di rumah, juga saya meminta pada orang tua agar mereka memantau kegiatan siswa selama UN," kata Yayat.
 
 
Persiapan UN pada ajaran tahun 2008-2009 sudah dimulai di semua sekolah se-komisariat Rengasdengklok, yaitu melaksanakan bimbel (bimbingan belajar) untuk kelas 9, diantaranya bimbel mengenai soal yang diprediksi akan keluar pada waktu UN. Hasil bimbel ini dievaluasi dengan 'try out' juga dari hasil bedah SKL (Standar Kompetensi Lulusan) guru mata pelajaran se-komisariat Rengasdengklok.
 
Kemudian, dilanjutkan dengan pra-UN, soalnya diambil dari Pusat Pendidikan dan Komunikasi (Pusdikom) Bandung, lalu sebagian sekolah melanjutkannya dengan melaksanakan 'try out' yang bekerja sama dengan lembaga pendidikan lainnya, seperti primagama dan SMK Ristek. (spn)
 

BLT = Pembodohan Masyarakat

Saturday, April 25, 2009


"Disatu sisi, kebijakan BLT ini mungkin akan memberikan dampak positif bagi masyarakat miskin. Akan tetapi disisi yang lain kebijakan BLT ini memiliki dampak negatif yakni kebijakan ini akan berdampak negatif pada perilaku dan karakter masyarakat. Kebijakan ini sangat riskan menciptakan karakter masyarakat yang salalu dimanja dan menjadi bangsa 'peminta-minta'," kata tokoh masyarakat Rengasdengklok, Bambang, kepada RAKA, Jumat (24/4) siang.
 
Selain itu, permasalahan efektifitas dan efisiensi kebijakan ini juga sangat diragukan. Apabila melihat tujuan, efisiensi, efektifitas dan dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan BLT ini, kebijakan yang diluncurkan pemerintah ini bukanlah kebijakan untuk menaikkan derajat kesejahteraan masyarakat miskin, akan tetapi hanya bertujuan untuk mempertahankan 'image' pemerintah di mata masyarakat. Dilihat dari tujuan kebijakannya, kebijakan BLT bukanlah kebijakan pemerintah untuk membantu dan mengangkat masyarakat (meningkatkan derajat kesejahteraan) miskin melainkan hanya sebuah keputusan politik yang berorientasi untuk mempertahankan 'image' pemerintahan di mata masyarakat.
 
Kebijakan politis ini terpaksa diambil oleh pemerintah sehubungan semakin dekatnya jadwal pesta demokrasi pemilu 2009. Dilihat dari efisiensi, efektifitas dan dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan, kebijakan BLT masih jauh dari kategori efisien dan efektif dalam kerangka menyelesaikan kemiskinan atau bahkan kemiskinan baru yang ditimbulkan oleh kenaikan BBM tersebut. Efisiensi dan efektifitas tersebut sudah dibuktikan dengan pencapaian hasil kebijakan BLT dimasa lalu (Kebijakan BLT tahun 2005) dan melihat pencapaian hasil kebijakan BLT 2005, pemerintah juga sudah merubah kebijakan tersebut menjadi kebijakan Program Keluarga Harapan.
 
Kalau melihat pada dampak yang akan ditimbulkan oleh kebijakan BLT ini, kebijakan BLT tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi masyarakat miskin di Indonesia. Ini disebabkan nominal BLT yang diberikan tidak seimbang dengan kenaikan biaya hidup yang ditanggung oleh masyarakat akibat kenaikan harga BBM. "Coba kita bayangkan, kenaikan BBM tersebut akan mendorong kenaikan biaya untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat miskin. Apabila kita membandingkan total kenaikan biaya hidup masyarakat miskin dengan nominal dana BLT yang diberikan, kebijakan ini tidak akan berdampak siginifikan. Apalagi, pemerintah tidak bisa menjamin efesiensi dan efektifitas penggunaan dana BLT yang diberikan kepada masyarakat," jelasnya. (spn)




BLT = the Community's Deception


"On the one hand, this BLT policy will possibly give the positive impact for the poor community." But on the side that was other this BLT policy had the impact of the negative that is this policy will have a negative impact on the behaviour and the character of the community. This policy was very risky created the character of the community that salalu was spoilt and became the 'beggar's' nation, said the public figure Rengasdengklok, Bambang, to RAKA, on Friday early afternoon (24/4).



Moreover, the problem of the effectiveness and this policy efficiency also really was doubted. If seeing the aim, efficiency, the effectiveness and the impact that were caused by this BLT policy, the policy that was launched by this government not the policy of increasing the level of welfare of the poor community, but only aimed at maintaining the 'image' of the government in the eyes of the community. Seen from the aim of his policy, the BLT policy not the policy of the government of helping and appointing the community (increased the level of welfare) poor but only a decision of politics that was oriented to maintain the 'image' of the government in the eyes of the community.



This political policy was forced to be taken by the government in connection with increasingly the proximity of the party schedule of general election democracy 2009. Seen from efficiency, the effectiveness and the impact that were caused by the policy, the BLT policy still far from the efficient and effective category in the framework was completing poverty or even new poverty that were caused by the rise in this FUEL OIL. Efficiency and this effectiveness have been proven with the achievement produced by the BLT policy dimasa then (the BLT policy in 2005) and saw the achievement produced by the BLT policy 2005, the government has also changed this policy of becoming the policy of the Keluarga Harapan Program.



If saw in the impact that will be caused by this BLT policy, the BLT policy will not give the impact that was significant towards the condition for the poor community in Indonesia. This was caused nominal BLT that was given not balanced with the rise in the cost of living that was borne by the community as a result of the price increase of BBM. "Coba was imagined by us, the rise" in "this FUEL OIL will push the rise" in the "cost for the fulfilment" of the "requirement" for the "foundation" of the "poor community." If we compared the total rise in the community's poor cost of living nominally the BLT fund that was given, this policy will not have an impact siginifikan. Moreover, the government could not guarantee efesiensi and the effectiveness of the use of the BLT fund that was given to the community, he explained. (spn)

 

Tuan Rumah O2SN Persiapkan Acara Pembukaan




RENGASDENGKLOK, RAKA - Panitia lokal Kecamatan Rengasdengklok mempersiapkan acara O2SN (Olimpiade Olahraga dan Seni Nasional) tingkat Kabupaten Karawang 6 Mei 2009 mendatang. Persiapan ini dilakukan sejak 30 Maret 2009 lalu. Selama latihan banyak evaluasi gerakan, ini supaya tampil baik pada saat pembukaan nanti.
 
Disela latihan, Kepala UPTD TK,SD juga yang bertanggungjawab O2SN, Drs. Muhrodi Suruzi mengatakan, sesuai latihan, pada acara pembukaan nanti akan menampilkan Rampak Kendang, Pencak Silat, Baris Berbaris, Puisi, Pidato dan Pupuh yang dikemas dalam satu cerita sejak negeri ini dijajah sampai masa kemerdekaan sekarang. Tema pendidikan dan kemerdekaan ini sesuai lokasi kegiatan O2SN tingkat Kabupaten Karawang di Tugu Proklamasi Rengasdengklok.
 
Tampilan cerita ini musiknya disutradarai Kepala SDN Rengasdengklok Utara V, Uno Suparno dan dibantu dua putra Rengasdengklok yang kuliah di STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia) yaitu Indra dan Hendra. Pada pagelaran tersebut, melibatkan sedikitnya 60-an anak SD yang dilatih. "Kami, telah mempersiapkan sarana dan prasarana baik untuk pertandingan maupun perlombaan O2SB Kabupaten Karawang," kata Muhrodi di tengah kesibukannya mengawasi latihan.
 
Dijelaskan Muhrodi, peserta pertandingan dan lomba O2SN Kecamatan Rengasdengklok kini masih dalam tahap pembinaan. Dia berharap, tuan rumah ini bisa menjadi juara umum. Diketahui, semua kecamatan se-Kabupaten Karawang telah melaksanakan O2SN di tingkat kecamatan masing-masing. Dan siswa yang berprestasi di tingkat kecamatan akan dilombakan kembali ke tingkat kabupaten, provinsi, nasional hingga internasional. (spn)





The host O2SN Persiapkan Acara Pembukaan the Level of the Karawang Regency


RENGASDENGKLOK, RAKA - the local Committee of the Rengasdengklok Subdistrict prepared the agenda O2SN (Olahraga olympic games and Nasional Art) the level of the Karawang Regency this coming May 6 2009. These preparations were carried out since last March 30 2009. For the exercise of many evaluations of the movement, this to appear good at the time of the opening later.



In the exercise gap, the Head of UPTD TK,SD also that was responsible O2SN, Drs. Muhrodi Suruzi will say, in accordance with the exercise, in the opening ceremony later will put forward Dense Kendang, Pencak Parry, the Line lined up, Poetry, the Speech and Pupuh that had been packed in one story since this country is colonised to the independence period now. The theme of education and this independence in accordance with the location of the activity O2SN the level of the Karawang Regency in the Pillar of the Rengasdengklok Proclamation.


The appearance this story his music was directed by the SDN Rengasdengklok Utara V Head, Uno Suparno and was helped two Putra Rengasdengklok that went to class in STSI (the College of Seni Indonesia) that is Indra and Hendra. In this performance, involved at least in the 60 's the child the PRIMARY SCHOOL that was trained. "We, prepared means and the infrastructure was good for the match and the race of O2SB Kabupaten Karawang," said Muhrodi in the middle of his activity supervised the exercise.



Explained by Muhrodi, participants in the match and the race of O2SN Kecamatan Rengasdengklok currently still in the management stage. He hoped, this host could become the public's champion. Known, all the subdistricts of more than one Karawang Regency carry out O2SN in the level of their respective subdistrict. And the student who was high-achieving in the level of the subdistrict would dilombakan returned to the level of the regency, the province, national through to international. (spn)

 

Warga Dengklok Pertanyakan Ijin Seismik


RENGASDENGKLOK, RAKA - Dua kepala desa di Kecamatan Rengasdengklok mempertanyakan ijin pengeboran seismik, mereka yaitu Kades Kertasari, Apud Mahpudin dan Kades Dewisari, M. Aning. Mereka mengaku, pihak Pertamina belum pernah melakukan sosialisasi pengeboran itu di kecamatan.
 
Dijelaskan Apud, banyak warga dan para petani yang mempertanyakan soal pengeboran itu. Itu sengaja dinyatakan para petani, karena sawah-sawah mereka rusak akibat diinjak pekerja seismik saat melakukan pengeboran, termasuk di pemukiman warga. Meski di pemukiman belum ditemukan kerusakan permanen, tapi di beberapa pematang sawah, banyak padi yang baru hijau dan akan dipanen, rusak terinjak-injak.
 
"Saya heran, perusahaan besar kok tidak tahu tata cara sopan santun, masuk tanpa ijin kepala desa. Yang jadi imbas perbuatan mereka itu justru kepala desa, karena para petani mengkhawatirkan, akibat seismik itu berpengaruh pada tanaman padinya," jelasnya.
 
Di tempat terpisah, Kades Dewisari, Moh. Aning mengatakan hal senada, dia merasa tidak dihargai oleh pihak seismik yang melakukan pengeboran di wilayahnya. Dia meminta supaya pihak seismik datang ke desa dan melakukan sosialisasi di pada masyarakatnya di kantor desanya. "Sepengetahuan saya, hanya Kecamatan Jayakerta yang mengadakan sosialisasi tentang ganti rugi lahan yang kena seismik," ucapnya.
 
Diketahui, pengeboran seismik dilakukan sejak sebulan ini di Kecamatan Jayakerta, Batujaya dan Rengasdengklok. Ratusan pekerjanya melakukan pengeboran tanah di persawahan dan pemukiman untuk mengetahui kandungan gas dan minyak di dalam perut bumi. Hampir setiap hari, para pekerja tersebut hilir mudik dengan menggunakan truk dan mereka berseragam biru dan orange. Mereka turun di titik-titik yang telah ditentukan pihak Pertamina untuk melakukan pengeboran. (spn)

Judi Sabung Ayam Digerebeg Polsek Dengklok

Friday, April 24, 2009

JAYAKERTA, RAKA - Puluhan pelaku judi sabung ayam berlarian kocar-kacir ketika digerebeg jajaran Polsek Rengasdengklok, di Kampung Teluk Bunder, Desa Dewisari, Kecamatan Rengasdengklok, Kamis (23/4) siang, pukul 15.00 WIB. Penggerebegan ini berdasarkan laporan warga setempat yang resah dengan judi tersebut.
 
Laporan warga itu ditindak lanjuti Kapolsek Rengasdengklok, AKP Muji Harja, dia langsung memimpin pemberantasan judi tersebut. Ditegaskan Kapolsek, tidak ada tawar menawar tentang perjudian di wilayah hukumnya. Pada penggerebegan ini, tak satu pun penjudi yang tertangkap, kecuali barang bukti berupa sandal jepit penjudi yang berserakan, jam dinding yang digunakan untuk waktu pertandingan ayam dan terpal untuk digunakan area adu ayam.
 
Diketahui, hampir di setiap desa, judi sabung ayam ini kerap dilakukan warga untuk mendapatkan uang taruhan. Pada penggerebegan kemarin, warga berhamburan tunggang langgang ketika didatangi polisi bermotor dengan pakaian preman. Awalnya warga yang sedang asik main judi sabung ayam tak menduga jika yang mendekati mereka adalah polisi, tapi setelah Kapolsek AKP Muji Harja bersama anggotanya mendekati penjudi ini, mereka langsung kocar-kacir.
 
Dijelaskan AKP Muji Harja, meski pihaknya tidak menangkap pelaku judi, setidaknya penggerebegan itu sebagai 'shock terapy' supaya warga jera dan tidak lagi melakukan perjudian itu. Kepada masyarakat setempat, dia menghimbau jika ada hal serupa agar melaporkan ke polisi. (spn)




Cockfight gambling was ambushed Sector Police Dengklok


JAYAKERTA, RAKA - Dozens Of perpetrators of scattering cockfight gambling disorganised when being ambushed by the rank Sector Police Rengasdengklok, in the Teluk Bunder Village, Desa Dewisari, Kecamatan Rengasdengklok, on Thursday early afternoon (23/4), struck 15,00 of WIB. It's was based on the report on the local resident who was restless with this gambling.



The report on the resident was had action taken against him to Sector Police Chief Rengasdengklok, AKP Muji Harja, he at once led the eradication of this gambling. It was stressed Sector Police Chief, not there is bargained bargained about gambling in his legal territory. In this raid, not even one gambler that was arrested, except for the material evidence took the form of thongs gambler that was scattered about, the wall clock that was used for time and canvas of the chicken match to be used the area pitted the chicken.



Known, almost in each village, this cockfight gambling was often carried out by the resident to get money for the bet. In the raid yesterday, the resident jumped head over heels when being visited by motorised police with civilian clothes. Initially the resident who was engrosseding in gambling the cockfight did not suspect if that approached them was police, but after Sector Police Chief AKP Muji Harja with his member approached this gambler, they at once were disorganised



Explained by AKP Muji Harja, although his side did not catch the perpetrator of gambling, at least the raid as 'shock terapy' to the wary resident and no longer carried out the gambling. To the local community, he made a plea if having the similar matter so that reported to police. (spn)

 
 

Pendidikan Harus Jadi Prioritas Utama

KUTAWALUYA, RAKA - Masyarakat harus menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama dan sebuah kebutuhan diatas kebutuhan lainnya, karena dimasa yang akan datang kebutuhan kompeten pendidikan ini sangat tinggi. Segala perubahan global saat ini baru bisa dilakukan melalui pendidikan.
 
Demikian kata Kepala SMK Perbankan Indonesia, Bambang Pranowo kepada RAKA, Kamis (23/4) siang di ruang kerjanya. Menurutnya, tujuan pendidikan ada tiga, diantaranya psykomotor (keterampilan), kognitif (kemampuan intelektual) dan affektive (sikap). Untuk mewujudkan itu, siapapun yang ingin menimba ilmu tentunya membutuhkan biaya yang relatif, bahkan mengeluarkan biaya besar. Kendati mengeluarkan biaya, kemampuannya pun bisa terukur. Beda dengan biaya kecil yang akan mendapatkan hasil kurang memuaskan.
 
"Mana mungkin bisa terampil tanpa teknologi dan sarana yang mendukung, karena untuk tiga hal itu butuh biaya besar, Apalagi membentuk sikap siswa yang sebagian orang menganggapnya sulit, mendidik hal itu harus berkesinambungan, untuk itu perlu sarana pendukung untuk membentuk sikap dan siswa terampil," jelasnya.
 
Proses pendidikan, lanjutnya, tidak semata harus berada dalam ruang kelas atau disebut belajar klasik, karena saat ini perubahan global terus berkembang pesat dan semua termasuk siswa harus bisa mengikutinya. Ruang sekolah sangat sempit jika hanya mendidik sikap siswa. Tak jarang, selain sekolah formal banyak orang tua membawa anaknya ke pondok pesantren khusus untuk pembinaan sikap anak dari buruk ke sikap yang baik. "Pendidikan tidak hanya dalam ruang kelas, pendidikan itu kompetitif dan bersaing secara global," paparnya menceritakan perkembangan internet yang saat ini menjadi 'edutainment' atau media pendidikan siswa yang menghibur.
 
Sementara ini, SMK Perbankan Indonesia telah melaksanakan UN (Ujian Nasional) pada 20-22 April 2009 kemarin. Ujian di SMK ini diawali pada Februari 2009 lalu dengan melaksanakn uji kompetensi bidang produktif, setelah selesai uji kompetensi dilanjutkan uji kompetensi normatif dan adaptif, disusul ujian nasional teori kejuruan pada 24 Maret 2009 lalu. Setelah UN, sekolah ini akan melaksanakan UAS (Ujian Akhir Sekolah) di awal Mei 2009 mendatang.
 
Menghadapi PSB (Penerimaan Siswa Baru) SMK Perbankan Indonesia memiliki acuan 'Competitive Advantage', artinya keunggulan bersaing, yaitu memiliki agenda dalam memberdayakan potensi yang dimiliki siswa. Dengan begitu, persaingan lembaga sekolah diwujudkan dengan mengarahkan siswa menjadi individu yang punya karakter sesuai dengan kebutuhan masyarakat, termasuk interaksi yang bagus dan orientasinya luas, juga skill-nya. "Ini jadi keunggulan kita, ruang ekpresi siswa juga kita perluas dengan cara menyelenggarakan kegiatan yang sesuai dengan bakat anak itu sendiri," imbuhnya. (spn)




Education must be the Main Priority


KUTAWALUYA, RAKA - the Community must place education as the main priority and a requirement on the other requirement, because dimasa that will come the competent requirement for this education was very high. All the global changes at this time just could be carried out through education.



Was like this the headword of SMK Perbankan Indonesia, Bambang Pranowo to RAKA, on Thursday early afternoon (23/4) in his office. According to him, the aim of education was three, among them psykomotor (skills), cognitive (the intellectual's capacity) and affektive (the attitude). To create that, who that want to studied definitely needed the relative cost, in fact spent the big cost. Although spending the cost, his capacity could be then measured. Unlike the small cost that will get results was more unsatisfactory.



"How could it be that could be skilled without technology and supportive means, because for three that needed the big cost, Let Alone forming the student's attitude that some people regarded him was difficult, educated that must be continous, so needed supporting means of forming the attitude and the skilled student," he explained.



The process of education, he continued, not only must be in the classroom or was acknowledged as studying classic, because at this time the global change continued to develop fast and all must be able to including the student join him. School space was very crowded if only educated the student's attitude. Not rare, apart from the formal school of many parents brought his child to the special islamic boarding school for the management of the child's attitude from bad to the good attitude. "Education not only in the classroom, the education was competitive and competitive globally," he explained told the development of the internet that at this time to 'edutainment' or the media of the student's education that entertained.



Now this, SMK Perbankan Indonesia carried out the UN (the Nasional Exam) on April 20-22 2009 yesterday. The exam in SMK this was preceeded last February 2009 with melaksanakn the productive test of broad competence, after being finished the competence test was continued by the normative competence test and adaptif, was followed by the national exam the theory kejuruan last March 24 2009. After the UN, this school will carry out UAS (the Sekolah Final Examination) in the beginning of this coming May 2009.



Faced PSB (Acceptance of the Baru Student) SMK Perbankan Indonesia had the 'Competitive Advantage' reference, meaning that the superiority competed, that is having the agenda in empowering the potential that was owned by the student. In this way, the competition for the school agency was realised by guiding the student to the individual who had the character in accordance with the requirement for the community, including the good interaction and the orientation him was wide, also skill him. "This was our superiority, space ekpresi the student was also widened by us by means of holding the activity that in accordance with the child's talent personally," he added. (spn)

Hanya PSN yang Bisa Cegah DBD

"Kita telah berupaya menangani DBD (Demam Berdarah Dengue) dengan cara fogging di sekitar Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok dan memang kenyataannya DBD di desa ini terus bertambah. Nah, ini berarti masyarakatnya yang harus berperan aktif untuk memberantas wabah itu dengan cara PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)," kata Survelance DBD Puskesmas Rengasdengklok, Iwan S. Hidayat, kepada RAKA, Kamis (23/4) pagi saat mengantar pasien DBD di RSUD Karawang.
 
Minggu lalu, kata Iwan, Puskesmas Rengasdengklok telah melakukan fogging di Dusun Rengasjaya sekaligus pemberian obat abate kepada masyarakat setempat. Diakuinya, pencegahan DBD oleh puskesmas telah dilaksanakan, kini tinggal masyarakat setempat yang berusaha agar wabah itu tidak menjalar dan kembali menjangkit warga lainnya. "Yang harus dilakukan masyarakat adalah PSN, karena bagaimanapun upaya fogging jika masyarakatnya tidak melakukan PSN, maka wabah itu sulit dihilangkan," ujarnya.
 
Diketahui, DBD menyerang beberapa warga Desa Rengasdengklok Selatan secara beruntun, selama dua minggu ini tercatat 6 orang terserang DBD di dua dusun, yaitu Dusun Warudoyong dan Dusun Rengasjaya. Dan jika mau, akunya, fogging pun bisa dilakukan dari dana donatur, yaitu warga yang dianggap mampu membiayai fogging, selebihnya ditambah dari desa dan warga. Biaya fogging cuma Rp 1 juta. "Untuk mencegah DBD, yang harus dilakukan masyarakat adalah PSN, dibantu dengan fogging," tukasnya. (spn)

Diah Menderita Dermaritis Kronik DDI Neurodermaritis

 
KARAWANG, RAKA - Pasien penderita kulit, Diah Rodiah (34), warga Dusun Bojongkarya II, RT 10/02, Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok tiba di RSUD Karawang, pukul 09.15 WIB. Hasil diagnosa sementara Puskesmas Rengasdengklok, Diah mengidap penyakit Dermaritis Kronik DDI Neurodermaritis.
 
Diketahui, ibu dua anak ini mulai terjangkit penyakit kulit aneh sejak dua tahun lalu, kulit di setengah badannya terkelupas hingga kepala tak berambut, selama itu dia merasakan tubuhnya gatal-gatal, tak ayal satu salep kulit seharga Rp 27 ribu habis untuk dilulurkan ke sekujur tubuhnya. Padahal suaminya, Wahab, hanya penarik becak yang penghasilannya tak kurang Rp 12 ribu perhari.
 
Diah dibawa ke RSUD Karawang atas ajuan Kepala Desa Rengasdengklok, Selatan, Wawan Hermawan, kades ini merasa kasihan terhadap penderitaan yang dialami warganya, apalagi masa sakitnya terbilang lama. Dia sendiri baru mengetahui warganya terjangkit penyakit aneh ini seminggu lalu sejak dia terpilih jadi kades Agustus 2008 lalu. Dia pun menyesalkan ada warganya yang gakin (keluarga miskin) tak mampu berobat akibat terbentur biaya.
 
Keterangan suaminya, pada awal sakit, istrinya itu sering dibawa berobat ke Puskesmas Rengasdengklok, termasuk pada orang pintar yang diyakini bisa menyembuhkan derita sang istri, tapi hasilnya tak kunjung membaik, malah sakitnya semakin menjadi-jadi. Sebelum dibawa ke RSUD, Diah ditangani pihak medis Puskesmas Rengasdengklok dan hasil diagnosa sementara Diah mengidap sakit Dermaritis Kronik DDI Neurodermaritis.
 
Kemudian, Diah dibawa ke RSUD Karawang didampingi suaminya dan kepala desa Wawan Hermawan, termasuk petugas Puskesmas Rengasdengklok, Iwan S. Hidayat. Dan untuk pertama kalinya Diah mendapatkan perawatan RSUD sejak 2 tahun. Namun begitu, informasi terakhir yang didapatkan RAKA, hingga sore Diah belum juga mendapatkan pelayanan medis. (spn)
 

Warga Dengklok Selatan Mengidap Penyakit Kulit Aneh

Wednesday, April 22, 2009

Diah didampingi suaminya Wahab di gubuk rumahnya.



RENGASDENGKLOK, RAKA - Diah Rodiah (34) warga Dusun Bojong Karya II, No 278, RT 10/2, Desa Rengasdengklok Selatan mengidap penyakit aneh, seluruh kulitnya dari pinggang hingga kepala terkelupas dan borokan. Dia menderita sakit parah pada setengah tubuhnya ini sejak dua tahun lalu.



Kepada RAKA, Selasa (21/4) siang, suami Diah, Wahab (38) yang kesehariannya menarik becak mengungkapkan, dia sudah berusaha menyembuhkan istrinya kepada orang yang diyakini bisa, tapi tidak kunjung sembuh. Sakit yang diderita istrinya itu berawal dari titik merah di punggungnya, sekitar dua tahun lalu, kemudian menyebar ke kepala. 



Kondisinya semakin parah ketika sedang mengandung anak ke tiga. Bahkan, seorang paraji (dukun beranak, red) pun tak kuasa mendekati Diah yang penyakitnya dianggap aneh. "Pada saat melahirkan anak ketiga, hanya ditangani tetangga setempat, tapi bayi laki-laki itu meninggal sekitar semenit setelah lahir," kata Wahab.



Diceritakannya, istrinya sudah menjalani pengobatan di Puskesmas Rengasdengklok, bahkan pihak dokter tersebut menyarankan supaya Diah dibawa ke RSUD Karawang. Namun akibat terbentur biaya, Wahab mengurungkan niat istrinya dibawa ke RSUD. Sejak saat itu hingga kemarin, Diah hanya berbaris tak berdaya di rumahnya, tanpa berbuat apapun. Selama ini, dia dirawat anak dan suaminya, sementara penghasilan Wahab hanya Rp 10-12 ribu/hari, tentunya sulit bagi ayah dua anak ini menjalani kehidupan sehari-hari. "Selama ini, istri saya diobati oleh salep kulit yang dibeli dari apotik, harganya Rp 37 ribu, habis sehari untuk dioleskan ke kulit tubuhnya yang terkelupas, sedangkan untuk membeli lagi saya harus mengumpulkan uangnya selama tiga hari," ujarnya.



Rencananya Kamis (23/4) Diah akan dibawa ke RSUD Karawang oleh pihak Desa Rengasdengklok Selatan. Dijelaskan Kepala Desa Wawan Hermawan, dia mengetahui derita Diah sejak beberapa hari kemarin. Mengetahui hal itu, Wawan bertekad membawa Diah ke RSUD untuk proses penyembuhan, selama ini Diah hanya ditangani obat seadanya, karena dia termasuk gakin (keluarga miskin). Dia prihatin melihat kondisi Diah yang parah. "Saya akan bawa dia ke RSUD Karawang, Kamis besok," ujarnya. (spn)

KLB Dengklok Selatan Perlu Ditangani Serius


RENGASDENGKLOK, RAKA - Penderita DBD (Demam Berdarah Dengue) di Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok terjadi secara beruntun. Setelah Nana Permana warga Dusun Rengasjaya I, disusul Piping Erklina (28) di dusun yang sama RT 52/11 menderita sakit serupa, keduanya dibawa bersamaan ke RSUD Karawang, kemarin pagi.
 
Ibu rumah tangga ini diketahui menderita DBD kemarin pagi, setelah tes darah di RS Proklamasi, dia dinyatakan positif DBD, kemudian dia bersama Nana dibawa mobil ambulan ke RSUD Karawang untuk pengobatan lebih lanjut. Selama wabah berbahaya ini terjadi, Kaur Kesra Rengasdengklok Selatan, Trusto Suwarji menjelaskan, desanya sudah melakukan PSN hampir tiap minggu di masing-masing dusun. Cuma, setiap pihak desa mengajukan fogging, Dinas Kesehatan lambat merespon.
 
Contohnya, lanjut Trusto, Dusun Bojong Karya II, sejak enam bulan lalu mengajukan fogging, hingga kini belum direalisasikan, "Justru, setelah pihak desa melakukan koordinasi dengan dusunnya masing-masing untuk melaksanakan PSN, pihak puskesmas pun harus melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan, supaya penanganan wabah penyakit ini bisa diselesaikan," ujarnya.
 
Diketahui, beberapa warga Rengasdengklok Selatan mulai terjangkit DBD sejak akhir tahun 2008, ketika musim hujan turun. Hingga kini, penderita DBD terus bertambah, korban yang meninggal dua orang, penderitanya sebanyak 9 orang. Jumlah itu dianggap telah membuat masyarakat setempat resah. Meski pihak desa telah banyak melakukan penangannnya, tapi seolah tidak didukung Dinas Kesehatan untuk memberantas wabah DBD di desa ini.
 
 
Jadi, KLB (Kejadian Luar Biasa) di Rengasdengklok Selatan harus mendapat penanganan serius dari Dinas Kesehatan yang diawali dari puskesmas setempat. Melihat wabah yang sering terjadi di desa ini, harusnya puskesmas memiliki alat diagnosa DBD, karena selama ini perawat puskesmas selalu mengklaim pasien yang masuk ruang perawatan mengidap sakit 'typus', tapi setelah didiagnosa ke RS Proklamasi, diketahui pasien itu mengidap DBD. (spn)

Warga Dengklok Selatan Mengidap Penyakit Kulit Aneh

 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Diah Rodiah (34) warga Dusun Bojong Karya II, No 278, RT 10/2, Desa Rengasdengklok Selatan mengidap penyakit aneh, seluruh kulitnya dari pinggang hingga kepala terkelupas dan borokan. Dia menderita sakit parah pada setengah tubuhnya ini sejak dua tahun lalu.
 
Kepada RAKA, Selasa (21/4) siang, suami Diah, Wahab (38) yang kesehariannya menarik becak mengungkapkan, dia sudah berusaha menyembuhkan istrinya kepada orang yang diyakini bisa, tapi tidak kunjung sembuh. Sakit yang diderita istrinya itu berawal dari titik merah di punggungnya, sekitar dua tahun lalu, kemudian menyebar ke kepala.
 
Kondisinya semakin parah ketika sedang mengandung anak ke tiga. Bahkan, seorang paraji (dukun beranak, red) pun tak kuasa mendekati Diah yang penyakitnya dianggap aneh. "Pada saat melahirkan anak ketiga, hanya ditangani tetangga setempat, tapi bayi laki-laki itu meninggal sekitar semenit setelah lahir," kata Wahab.
 
Diceritakannya, istrinya sudah menjalani pengobatan di Puskesmas Rengasdengklok, bahkan pihak dokter tersebut menyarankan supaya Diah dibawa ke RSUD Karawang. Namun akibat terbentur biaya, Wahab mengurungkan niat istrinya dibawa ke RSUD. Sejak saat itu hingga kemarin, Diah hanya berbaris tak berdaya di rumahnya, tanpa berbuat apapun. Selama ini, dia dirawat anak dan suaminya, sementara penghasilan Wahab hanya Rp 10-12 ribu/hari, tentunya sulit bagi ayah dua anak ini menjalani kehidupan sehari-hari. "Selama ini, istri saya diobati oleh salep kulit yang dibeli dari apotik, harganya Rp 37 ribu, habis sehari untuk dioleskan ke kulit tubuhnya yang terkelupas, sedangkan untuk membeli lagi saya harus mengumpulkan uangnya selama tiga hari," ujarnya.
 
Rencananya Kamis (23/4) Diah akan dibawa ke RSUD Karawang oleh pihak Desa Rengasdengklok Selatan. Dijelaskan Kepala Desa Wawan Hermawan, dia mengetahui derita Diah sejak beberapa hari kemarin. Mengetahui hal itu, Wawan bertekad membawa Diah ke RSUD untuk proses penyembuhan, selama ini Diah hanya ditangani obat seadanya, karena dia termasuk gakin (keluarga miskin). Dia prihatin melihat kondisi Diah yang parah. "Saya akan bawa dia ke RSUD Karawang, Kamis besok," ujarnya. (spn)

Rengasdengklok Selatan Rawan DBD, Jamkesmas Tidak Berlaku di RS Pr oklamasi

Tuesday, April 21, 2009

RENGASDENGKLOK, RAKA - Belum lama setelah kematian bocah TK, Zahra (6) akibat DBD (Demam Berdarah Dengue) asal Dusun Rengasjaya, Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok, satu anak lagi terjangkit penyakit serupa di dusun yang sama. Ini mengindikasikan Rengasdengklok Selatan daerah rawan DBD.
 
Penderita DBD itu bernama Nana Permana (9), anak keempat dari lima bersaudara pasangan Satim dan Warti dilarikan ke Puskesmas Rengasdengklok pada Sabtu (18/4) pukul 09.00 WIB, hingga Nana masih berbaring di Puskesmas Rengasdengklok. Kemudian, pasien ini disuruh dokter puskesmas untuk melakukan cek trombosit di RS Proklamasi. Namun begitu, pihak orang tua sempat tidak melakukan pengecekan trombosit anaknya ke RS Proklamasi, karena terbentur biaya Rp 70 ribu. Sementara, kartu Jamkesmas yang dimiliki Nana ditolak pihak RS.
 
Keterlambatan Satim beralasan, dia hanya tukang becak yang pengasilan hariannya hanya berkisar Rp 10-20 ribu. Satim bisa mengecek darahnya Senin siang kemarin, setelah mengumpulkan uang hasil usahanya plus pinjaman. Menanggapi hal itu, Kaur Kesra Rengasdengklok Selatan, Trusto Suwarji mempertanyakan fungsi Jamkesmas yang telah dikeluarkan pemerintah, karena setiap pasien akan melakukan perawatan di RS Proklamasi, pihak RS itu selalu berkilah ruang gakin (keluarga miskin) penuh.
 
Diceritakan Trusto, pada Sabtu minggu kemarin, Nana terlihat berbaring di rumahnya, ketika ditanya oleh Trusto, Nana telah sakit panas tiga hari. Kemudian, aparat desa ini meminta pihak puskesmas untuk membawa Nana ke ruang perawatan Puskesmas Rengasdengklok. "Selain di Rengasjaya, saya mohon pada Dinkes Karawang, supaya Dusun Bojong Karya II juga difogging, karena sejak awal tahun hingga sekarang, pengajuan fogging untuk Bojong Karya belum pernah direalisasikan," ucapnya.
 
 
Diketahui, telah terjadi dua kasus warga meninggal dunia akibat DBD sejak awal tahun hingga sekarang dan keduanya dinyatakan 'typus' oleh Puskesmas Rengasdengklok, begitu pun yang dikatakan pada Nana yang baru duduk di bangku SD. Kata Trusto, dokter di Puskesmas Rengasdengklok selalu melenceng menentukan status pasiennya. DBD diketahui setelah di cek di rumah sakit. Diharapkan Trusto, kasus DBD yang selalu menyerang warganya ini bisa diakhiri dengan penanganan serius dari Dinas Kesehatan Karawang, supaya melakukan penanganan terhadap wabah berbahaya ini. (spn)

Uman Rusmana Meraih Suara Terbanyak di Dapil 3

KUTAWALUYA, RAKA - Caleg PDI Perjuangan nomor urut 2, Uman Rusmana meraih suara terbanyak di dapil (daerah pemilihan) 3, Kabupaten Karawang. Dia mengantongi suara sebanyak 4.014, peraih suara terbanyak kedua di dapil 3 yaitu Dadang M. Tamin dari Partai Golkar.
 
Dijelaskan Uman kepada RAKA, Senin (20/4) siang dikediamannya, suaranya murni tidak ada penggembosan dan suaranya ini merupakan simpati murni masyarakat dapil 3. "Perolehan saya merata di tiap kecamatan, terutama di basis sendiri yaitu Kecamatan Kutawaluya. Suara saya ada di tiap desa di Kecamatan Kutawaluya, Rengasdengklok, Jayakerta dan Rawamerta, tiap TPS sekitar 10 hingga 300 suara," katanya.
 
Di dapil 3 ini, diperebutkan 7 kursi DPRD Kabupaten Karawang dan partai yang telah memperolehnya yaitu PDI-P, Golkar, Demokrat, PKS, PKB, Gerindra dan Hanura masing-masing 1 kursi. Kata Uman, keputusan MK (Mahkamah Konstitusi) dengan suara terbanyak, membuat semua caleg merasa berat biaya. Seperti yang telah Uman lakukan, selama kampanye, dia menjual 1 Ha sawah juga menggadaikan 1 Ha sawahnya yang lain. Hitung-hitung dia menghabiskan Rp 300 juta. "Memang, kalau yang menang ada harapan uang kembali, tapi kalau yang kalah tidak ada harapan lagi. Jadi wajar kalau banyak yang depresi," ucapnya mengomentari caleg yang stress akibat kalah mencalonkan diri di legislatif.
 
Uang sebanyak itu, kata Uman, semuanya habis digunakan untuk biaya opersional. Awalnya, Uman sempat pesimis melihat caleg lain yang bermodal uang kuat, kendati begitu dia tetap jalan terus sambil mempromosikan dirinya pada masyarakat, alhasil dia menang. Diakuinya, untuk menarik simpatik, dia membutuhkan waktu lama. Selain kerabat dan famili, dukungan terkuat adalah basis PDI-P, di dapil 3 dia memang sudah dikenal masyarakat, apalagi Uman merupakan pensiunan Bank BRI Karawang tahun 2005 lalu. "Khawatir kalah sih ada, karena banyak caleg lain punya modal kuat, cuma saya lebih pamor di masyarakat," ucapnya. (spn)
 

Parpol Tidak Melihat Realitas Pertanian?

Monday, April 20, 2009


RENGASDENGKLOK, RAKA - Pemilu 9 April 2009 lalu, suhu politik memang memanas. Masing-masing partai telah menklaim keberhasilan pembangunan menjadi daya angkat untuk perolehan suara. Semua masyarakat dipertontonkan saling klaim keberhasilan swasembada beras melalui iklan partai politik di televisi.
 
Demikian kata pakar politik, Kholid kepada RAKA, Minggu (19/4) siang. Kata dia, setidaknya ada tiga parpol yang mengklaim keberhasilan swasembada pangan atau beras sebagai hasil keringat kader-kader mereka. Setelah Partai Golkar mengklaim di bawah kepemimpinan Wakil Presiden yang juga ketua Umum Golkar, M. Jusuf Kalla untuk pertama kalinya Indonesia bisa mengekspor beras. Kemudian disusul Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menampilkan iklan bahwa otak keberhasilan Indonesia mendongkrak produksi padi adalah Menteri Pertanian, Anton Apriyantono, kader PKS.
 
Kemudian, gerah melihat klaim dua partai tersebut, Partai Demokrat tidak mau kalah bersaing. Akhirnya meluncurkan juga iklan klaim swasembada beras. Sejauh mana sebenarnya keberhasilan produksi padi. Dari hasil survei Badan Pusat Statistika (BPS), Angka Sementara (ASEM) produksi padi 2008 sebesar 60,25 juta ton Gabah Kering Giring (GKG). Dibandingkan produksi 2007, terjadi peningkatan sebanyak 3,09 juta ton GKG atau sekitar 5,41 persen.
 
Kenaikan produksi tersebut terjadi karena peningkatan luas panen seluas 161. 520 hektar (ha) atau 1,33 persen dan juga produktivitas sebesar 1,90 kwintal/ha atau 4,04 persen. Kenaikan produksi padi tahun lalu terdapat di beberapa provinsi, terutama di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Jawa barat dan Sulawesi tengah.
 
Iklan yang mengklaim keberhasilan swasembada beras itu tidak pantas dilakukan. Seharusnya yang berhak mengklaim adalah petani. Aneh kerja keras petani justru diklaim hasil kerja keras satu partai. Lagi pula upaya meningkatkan produksi beras untuk memenuhi kebutuhan rakyat seharusnya merupakan tugas dan kewajiban pemerintah. Apakah pemerintah berhasil atau tidak, biarkan rakyat yang memberikan penilaian. Sungguh lucu, sekarang ini yang terjadi pemerintah menilai pekerjaannya sendiri.
 
"Apakah keberhasilan Indonesia mencapai Swasembada beras membuat petani bangga, tidak. Petani hingga kini masih tetap menghadapi kesulitan, bahkan Sebagian besar petani Indonesia termasuk dalam kategori rumah tangga miskin (RTM). Dari hasil sensus BPS jumlah rumah tangga petani (RTP) yang masuk kategori petani gurem mengalami peningkatan," katanya.
 
Misalnya pada sensus 1993 jumlah rumah tangga petani sebanyak 20,518 juta dengan RTP gurem sebanyak 10,69 juta. Pada sensus 2003 jumlah RTP naik menjadi 24,04 juta dan yang masuk kategori gurem juga naik menjadi 13,25 juta RTP. Padahal catatan BPS, pada 2008, total rumah tangga miskin (RTM) di Indonesia mencapai 18,5 juta. Artinya, sebagian besar RTM adalah petani. Dengan kondisi masih banyak petani miskin, pemerintah dan ketiga parpol tersebut seharusnya merasa malu mengklaim keberhasilan di atas penderitaan petani. (spn)
 
 

Antara Kebutuhan Ekonomi dan Kenyamanan Lingkungan


RENGASDENGKLOK, RAKA - Bukan PKL (Pedagang Kaki Lima) jika tidak berjualan di pinggiran jalan raya. Meski keberadaan mereka mengganggu pengguna jalan, para PKL menganggap tuntutan ekonomi lebih penting, meski mereka harus selalu berhadapan dengan Sat Pol PP.
 
Seperti diungkapkan pedagang buahan, Amirul Falah (35), keberadaannya di atas trotar jalan bukan suatu hambatan, tapi kemudahan bagi masyarakat yang akan membeli buah-buahan. "Setiap hari kan saya pajaknya, jadi kami berhak jualan disini," ucapnya saat ditemui RAKA, Minggu (19/4) siang, sambil melayani pembeli.
 
Sementara itu, keberadaan pedagang di sepanjang jalan pun menguntungkan tukang parkir. Satu motor di tarif Rp 1000 dan para tukang parkir ini telah mengantongi ijin perparkiran. Selain tukang parkir yang resmi, yang ilegal pun banyak dan hampir ada di sepanjang jalan. "Kalau tidak dirapihkan, akan semakin macet," kata Wawan, tukang parkir di depan Shelby Plasa.
 
Di tempat terpisah, sesepuh Rengasdengklok, Yahya mengatakan, kota Proklamasi ini masih perlu penataan infrastrukturnya, artinya menata ruang Kota Rengasdengklok supaya lebih baik. Menurutnya, Kota Rengasdengklok jangan keterusan semerawut seperti sekarang, harus ada penataan, diantaranya tentang relokasi pasar. Pembangunan relokasi pasar Dengklok ini harus mendapat kesepakatan bersama, antara pemerintah dan pelaku usaha.
 
Dan ekonomi kerakyatan tetap harus berjalan, kata Yahya, terutama untuk memakmurkan para pedagang di Pasar Rengasdengklok. Kata dia, memang harusnya pasar Dengklok punya lembaga keuangan sendiri, jangan sampai rentenir menguasai pedagang. Jika ekonomi kerakyatan ini bisa berjalana baik, semua elemen termasuk pengangguran bisa usaha, apalagi mencari lepangan pekerjaan saat ini sulit. Saat ini ekonomi kerakyatan memang sudah berjalan, tapi diharap bisa lebih berkembang lagi melalui bank pasar yaitu di pasar ini harus ada lembaga keuangan yang dikelola oleh pemerintah daerah, supaya pedagang tidak terjerat rentenir. (spn)
 
 

Hari Bumi dan Demokrasi


 
"Bumi sebagai 'Kawah Candradimuka', artinya selalu ada pergantian masa, rejim dan keuasaan. Selama ini, bumi menampung segala tindakan semua manusia, khusunya bagi yang berkuasa kemarin, saat ini dan yang akan datang. Dimana mereka menorehkan goresan tinta pada bumi ini," kata pengajar seni dan budaya SMAN 1 Pedes, Maruf Muhtar S.Ip, kepada RAKA, Minggu (19/4) siang.
 
 
Menurutnya, bumi sudah terlalu banyak berkorban bagi umat manusia, sepanjang sejarah dalam perjalanannya. Pada moment hari bumi tanggal 22 April 2009 besok, semoga menjadi sebuat bentuk pembelajaran kepada kita, betapa tulusnya bumi memberi dan menerima terhadap segala hal yang telah ditorehkan oleh manusia. "Ketulusan dan keikhlasanlah hendaknya menjadi pondasi bagi para calon legislatif yang menjadi aktor pada pemilu 2009 kemarin," ujarnya.
 
 
Sehingga, lanjutnya, ketika seorang caleg menhadapi hal yang tidak diharapkannya, dia tidak serta merta mengambil lagi apa yang telah diberikan pada bumi dan penghuninya (masyarakat, red). Hal ini diungkapkannya, karena telah terjadi beberapa kasus caleg kalah yang mengambil kembali sesuatu yang telah dia sumbangkan pada masyarakat. Dengan begitu, wajib bagi semua manusia merenung kembali, apa yang telah dilakukan pada bumi selama ini. "Karena memang bumi ini adalah titipan anak-cucu kita," tukasnya.
 
Saat ini, bumi menunggu langkah nyata tiap individu dalam memulai kembali dalam perbaikan-perbaikan yang bisa kita lakukan dengan memelihara lingkungan dan kondisi sehat di sekeliling lingkungan. "Seorang caleg harus terus melakukan hal yang melindungi bumi, bukan merusaknya atau menghapus sesuatu yang sebenarnya telah menjadi hak orang lain. Harusnya, tiap caleg berpikir biarlah anak-cucu kita mengenang kita ketika kita tidak berada di antara mereka lagi. Selamat hari bumi, damai di hati, damai di bumi," ujarnya. (spn)
 

ISLAM IN LAST AND FUTURE

Sunday, April 19, 2009

 
Islam the rising religion in the world now. Last week Vatican said now Muslim populating is the highest number of the world. Vatican urges their community take more children and increase their number. Last fifty years crusader killed Muslim all around the world .Still now they also occupied some Muslim country and killed innocent Muslim.
 
Although Muslim should increase repeatedly. Its not only Muslim take more children rather lots of other religion people take Islam more this time. After 1/11 people try to learn Islam and when they try to learn Islam they affection by HOLY QURAN and take Islam. Al QURAN the power source of Muslin and Islam. For this HOLY book Muslim should sacrifice their life and wealth without any hesitate.
 
So it's huge powerful than any other religions book. In every religious book you find some doubtful things and when you read you confused but when you read AL QURAN you never ever find any doubtful things rather you find very easy and simple matter that you have able to buildup your life . Al mighty Allah said us no one destroy AL QURAN. So Muslim nation have no tension, they are in relax mode because they know HOLY QURAN always with them and no power defeat them. It's a continuously war and until Muslim should win and Islam established all around the world this war will continue.

Islam in flower
According to Islamic belief, Muhammad received his call "to recite" around A.D. 610. He proclaimed that a god, Allah, previously worshipped as one of many pagan gods, was in fact the One God, the only God. His preaching incurred the enmity of the dominant tribe of Mecca (of which he was a member). In 622, he accepted the invitation from a number of his converts to go to Medina, from which he conducted the war against the Meccans and rival tribes. Eventually, he was invited back to Mecca, where the whole city fell under his preaching. Islam then quickly spread throughout Arabia. Muhammad died in 632.
 
A contest immediately ensued as to who should succeed him. The debate centered on whether a member of his tribe should be elected caliph (successor) or whether Muhammad wanted his successor to be from his familial line (that candidate was Ali, the husband of Muhammad's daughter). Three caliphs from Muhammad's tribe successively became caliph until, finally, Ali was elected the fourth. But a struggle for leadership raged between the relatives of the assassinated third caliph, Uthmann, and Ali. This was the great civil war that ultimately led to the split in Islam between the Sunnis and Shi'ites.
For the next three centuries the contest continued in one form or another. But alongside the political contest, an ideological rivalry began, as Muslims debated the essentials of their faith. In the midst of this debate, the great accomplishments of Islamic civilization came to fruition, including institutional toleration for other religions, particularly Judaism and Christianity. Five of Islam's ideological strains of this era bear noting.
 
One tradition and theological school was that of the Mutazilites, who stressed reason and rigorous logic. The Mutazilites were readers of Greek philosophy and akin to the Scholastics of Medieval Europe. They believed that, although reason's fallibility required the Qur'an, reason could help one to attain significant knowledge about what was good, providing a sure way of attaining communion and nearness to God. They contested the idea that the Qur'an existed from all eternity, instead asserting that it was a creation of God. Because of the weakness of the human will, revelation was necessary to confirm to humankind what was truly good and to provide them with rules of behavior that unaided reason could not apprehend. Nonetheless, reason directs the understanding of revelation. God would not command that which would be absurd or unreasonable. Today, the Mutazilites are reflected in many Islamic reformers who seek to make Islam relevant to the modern world.
 
A second group was called the Murjites, who had a simple and straightforward philosophy. They believed that the political leadership of Islam was not worth a war, that peace was incumbent upon all Muslims, that there was no racial or clerical hierarchy in Islam but, rather, that all Muslims were equal. No person, no matter the race or class, had any more or less a right to obtain entrance to Heaven than did anyone else. It is because of the Murjite influence that Islam has a strong egalitarian character. Today, the legacy of the Murjites is seen in the traditional lives of many Muslims: love and brotherhood, respect for equality, religious devotions to attain righteousness, and the benevolence of God.
 
The third tradition was that of the legalists, who have become a dominant voice in Sunni Islam. They were the ones who eventually formed the Shari'a, the sacred law of Islam, which was over five hundred years more advanced than English common law, particularly in terms of commercial and property law and partnerships. Their rules on commercial law, partnerships, agency, and succession were some of the most sophisticated of any legal system of its day. Where the rules of the Shari'a got in the way of state governance, however, such as in the criminal law, the authorities simply removed the qadi (the religious judge who enforced the provisions of the Shari'a) from jurisdiction and set up their own state courts. That is why the criminal portions of the Shari'a remained undeveloped. Today the legalists are represented more or less by modern fundamentalists, who think that some or all of the Shari'a should be the life and constitution of Islam.
 
The fourth tradition was called the Kharijites. These were the radicals--one can fairly call them the fanatics. The Kharijites had a violent, politicized notion of Islam, and they committed frightful massacres as a result. Their view was that God would reveal the true leader of Islam on the battlefield and that any Muslim who did not obey the religion exactly as the Kharajites understood it was an apostate that can and should be killed. They made war on every other Muslim who did not follow their exact version of Islam. At one point, they even assassinated Ali, the fourth caliph. Their objective was to exterminate any competing version of Islam. It took the rest of Islam two centuries to put down that heresy.
 
The fifth tradition--called Sufism--came two centuries later in reaction to the dominant legalists. The Sufi were mystics, believing that they could gain oneness with God through the inner life and moral purification. The Sufi tradition and the legalistic tradition have frequently been in severe tension over the centuries. Islam in Decline It may seem strange to call Islam in decline during the period of the Ottoman Empire when its armies reached the gates of Vienna or when the Mughals dominated the great subcontinent of India. Yet even though the Ottomans reunified much of Islam following the disastrous Mongol destruction of the thirteenth century, Islamic culture as a whole became moribund, particularly when contrasted with the high Middle Ages and the Renaissance of the West. In Islam, the dominant intellectual element became the ulema, the legal and religious scholars, who became, in fact, the court party of the empire. Self-perpetuating, the ulema constituted a class of partisans of a rigidified Shari'a. The law, which had been a liberating and creative element of Islamic civilization in its first three centuries, became a weight allied with tyrannical leadership.
 
In reaction to the dry legalism of the ulema, the Sufis offered a spiritual alternative. Thus, during the period when independent scientific and philosophical enquiry was discouraged, the mystical element of the religion could not be contained, and it flourished. Sufi orders and devotions spread throughout the Muslim world. Nonetheless, this was also the era of political tyranny, forced conversions, a vigorous slave trade, rigid legalism, tribalism, and military elites.
 
Islam in disarray
 
Beginning in the late eighteenth century, reactions to the corruption and, later, to the decline of the Islamic empires grew apace. Two forms of Muslim reaction argued that the Islamic world had strayed from its origins. One group believed that the empire had tolerated Sufi mysticism too much. They held that the empire had not been legalistic enough. This group sought to impose the details of the Shari'a in all its rigor, as codified some centuries previously. They were what are now appropriately termed the fundamentalists. One of the most important of the early fundamentalists was Muhammad ibn 'Abd al-Wahhab, who railed against Sufi devotions. Allied with the Saud faction, Wahhabism eventually established one of the most strict and intolerant versions of fundamentalist Islam on the Arabian peninsula.
 
Another group of thinkers, coming to prominence in the late-nineteenth and early-twentieth centuries, believed that the ulema were part of the problem. Many believed that Islam in its creative era, free of the legalism that later concretized around the religion, was what should be revivified. They held that the law should be thought anew, leapfrogging past the later codifications and finding its source in the Qur'an and in those actions of Muhammad (the traditions of the Prophet) that could be validated. These reformers included men such as Muhammad Abduh of Egypt and Muhammad Iqbal of India.
 
A third group, small in number, accepted the post-Enlightenment West. As in the West, they span a variety of positions, including socialism, Marxism, liberalism, and capitalism. In the latter half of the twentieth century, the Islamic world was divided into separate modern states that were part of the contemporary international order. Most states followed the practice of Islamic rulers in the past by limiting the extent to which Islamic law ruled the society. Even today, most Islamic states are ruled by Western forms of law with some Islamic elements intermixed.
 
Beginning in the 1920s much of the Islamic fundamentalist revival was politicized into a new phenomenon: Islamist extremism. Influenced by modern Western notions of state power and of the force of political ideology, thinkers such as Sayyid Qutb of Egypt and Abu Al-Mawdudi of Pakistan held that the Islamic world had fallen into a state of pre-Islamic "ignorance" or worse, of apostasy. Consequently, a vanguard of true believers was necessary to take power by violent means and to attack those leaders that had fallen away from Islam, no matter how much they claimed to be Muslims. Although the Satanic West was proclaimed the enemy, the true objectives of the extremists were to change Islam into a modernized ideological force. Although they would never have claimed that the Kharajites of early Islam gave them their inspiration, in many ways the modern terrorists of Islam replicate the attitude and tactics of that despised sect.
 
Islam Today and Tomorrow
 
The war against terrorism today is also a war to free Islamic civilization from the baleful actions of extremists and to give that area of the world a chance to experience liberty, for liberty is the only medium by which religion can truly flourish. Liberty successfully defeated Nazism and Communism, far greater threats than Muslim extremism today. Germany, Russia, Japan, Eastern Europe, and Latin America all now embrace the good of liberty in some form or another. Liberty has natural allies in the Muslim world. We can see it in the young men of Kabul who shaved their beards in defiance of the Taliban, in writers in Egypt who brave an autocratic state and murderous fundamentalists, in women who dare to show their individualized faces.
 
The West has learned that intolerance and violence do not advance any religion in the true sense. We have too long connived with states that have appeased extremists within their borders. If we offer more than television shows and blue jeans to the Middle East, if we instead offer a genuine respect for religion and support those elements there that hunger for freedom, we shall find friends and allies throughout the region. Islam has in its history great traditions of tolerance, learning, and spirituality. We should all hope that Muslims can once again enjoy those marvelous fruits of their Abrahamic faith. Liberty is the only sure way for that hope.

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan