CV Nur Bontang Ganti Nama TS Jadi Beta

Friday, June 19, 2009

CV Nur Bontang bersama petani Desa Sumber Jaya, Kecamatan Tempuran.
 
 
TEMPURAN, RAKA - CV Nur Bontang mengganti nama TS 47 dan TS 36 menjadi Beta (Benah tanah). Pergantian itu setelah CV ini dikomplen karena dianggap menggunakan hak paten BUMN, padahal CV ini telah mengantongi nama paten TS. Kendati begitu, CV ini tetap saja mengalah dan mengganti nama TS menjadi Beta.
 
Demikian dijelaskan Direktur CV Nur Bontang, Semun Samadikun didampingi Pemasaran dan Litbang CV Nur Bontang Rengasdengklok, M Yoggi Darmawan kepada RAKA, Kamis (18/6) siang saat panen raya di Kampung Kalen Kalong, Desa Sumber Jaya, Kecamatan Tempuran. Dia menjelaskan, meski berbeda, kualitas TS yang diubah namanya menjai Beta tetap sama dan menjamin kualitas baik bagi penggunanya.
 
"Ya, nama TS sempat dikomplen, tapi petani tidak mempermasalahkan hal itu, cuma departeman peratanian saja yang mempermasalahkannya dan sekarang kita pakai nama Beta yang artinya bedah tanah," kata Semun.
 
Lebih lanjut Semun memaparkan tentang keunggulan pupuk organik yang dia produksi ini, pembenah tanah kuncinya di kalcium karbonat sebagai pencuci, pengurai dan pengikat nurtrisi yang ada dalam tanah. Adanya unsur tersebut, maka penyerapan nutrisi dalam tanah diserap optimal oleh pohon. Sedangkan, jika PH-nya dibawah 6 maka akan sangat sulit untuk diserap, sehingga harus ada bahan kalsium karbonat untuk merubah tanah itu.
 
Memang proses pemulihan tanah sawah itu tidak langsung beres, tapi bertahap. Dengan menambahkan kalsium yang ada pada kapur dan ditambah silikat pada zeolit, pemulihan tanah akan terlihat membaik secara bertahap. Kalsium ini berfungsi untuk mencuci tanah dan silikat untuk mengurai sekaligus mengikat kandungan tanah supaya terserap. Tanah subur teridiri dari dua unsur yaitu makro dan mikro, keduanya bisa terserap dengan baik. "Kita melakukan pembenah tanah dominan pada unsur mikronya, kalau makronya yaitu NPK (Natrium Fospat dan Kalium)," ujarnya.
 
Di desa ini, ada sorang petani sukses, dia telah mengubah lahan tambak ikannya menjadi lahan sawah. Kata Semun, harusnya H. Warta dapat penghargaan dari pemerintah, karena telah berhasil membuat lahan tambak ikan bandeng jadi sawah dengan hasil yang baik. Petani sukses itu memupuk sawah dengan menggunakan pupuk TS 47 sebanyak 4 kwintal tiap hektarnya, sedangkan kalau untuk tanah normal hanya 3 kwintal, tapi memang agak repot kalau terjadi air pasang laut. Pada masa pemulihan unsur mikro pada lahan tambak yang dialih fungsikan jadi lahan sawah, yang sangat kuat untuk mengurai nutrisi bagi tumbuhan adalah zeolit. Sedangkan zat besi kurang bagus untuk tanamaan, karena tanahnya akan masam. Dan tanah masam ini PH-nya rendah, PH yang bagus untuk tanah sawah yaitu 6-7 PH.
 
Sementara itu, Yogi menambahkan, unsur mikro itu ibarat sayuran menggunakan vetsin yang gunanya untuk penyedap makanan, kelebihan vetsin tentu tidak boleh begitu pun jika kurang, tapi vetsin itu harus ada dan porsinya harus pas. Kata dia, kalau tanah banyak pakai zat kimia maka tanah itu akan cepat rusak. Kecenderungan petani sekarang menggunakan pupuk kimia karena ingin langsung 'ces pleng' artinya mereka tak ingin repot memperbaiki tanah dengan proses lama, tapi memang tanpa disadari pupuk kimia berangsur telah merusak tanah sawah. "Dari pertumbuhannya memang cepat, tapi segi negatifnya cukup besar, tanpa disadari tanah sawah semakin rusak," ujarnya.
 
Kalau semua petani Inonesia menggunakan organik, kata Yogi, maka sawah mereka akan pulih membaik dengan hasil yang baik juga. Pupuk kimia memang bagus, tapi efek sampingnya akan panjang, beda dengan organik yang perlu waktu lama untuk memperbaiki kondisi tanah, tapi kedepannya unsur tanah itu akan membaik. "Segala sesauatu yang penggunakan kimia memang cepat bereaksi, tapi dampak negatifnya akan cepat juga," paparnya.
 
Seorang PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) Tanjungjaya, Kecamatan Tempuran, Dendi Ananda (36) mengatakan, untuk saat ini banyak petani tambak ikan mengalihkan lahannya menjadi tanah sawah, karena selama mereka menanam ikan selalu kesulitan pupuk. Dan memang, yang dirasa petani tambaik ikan ini merasak kesulitan saat merubah tanah tambak ikan menjadi lahan sawah, perlu pekerjaan berat dan dana hingga puluhan juta. (spn)

0 comments:

Post a Comment

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan