Warga Dongkal dan Kendaljaya Serang Polsek Pedes

Wednesday, September 30, 2009



PEDES, RAKA - Dar der dor, polisi terpaksa buang tembakan puluhan kali ke udara untuk membubarkan ratusan warga Desa Dongkal dan Kendaljaya yang hendak merusak kantor Polsek Pedes, Senin (28/9) pukul 23.01 WIB. Masa yang anarkis ini pun merusak barang milik warga Pedes sebagai pelampiasan kemarahan mereka. Warga Dongkal ini meminta polisi untuk mengeluarkan orang yang diduga sebagai perampok motor yang mereka cari.


Pengejaran pun tak terelakan, beberapa anggota polisi berlari mengejar puluhan motor dua warga itu yang memadati jalan raya. Selain polisi, warga Pedes yang geram melihat perbuatan anarkis tersebut jadi ikut turun tangan untuk mengusir warga Dongkal yang marah akibat tuntutannya tidak dikabulkan polisi. Akibat desakan polisi dengan letusan tembakan berulang-ulang dan dibantu warga Pedes, akhirnya ratusan masa itu bisa dibubarkan setelah berjam-jam mengganggu kenyamanan warga Pedes.


Semua warga Pedes yang terusik istrirahat malamnya akibat bising raungan motor itu menyesalkan perbuatan perusuh yang merusak aset milik warga Pedes, seperti menghancurkan mobil yang parkir, warung-warung dan mengambil beberapa ban motor dari salah satu bengkel dengan membakarnya di tengah jalan. Kegeraman mulai memuncak ketika ratusan masa ini hendak merusak milik warga Pedes yang jadi sasaran kemarahan para perusuh ini.


Padahal, selama berjam-jam aksi warga yang membakar ban dan memblokir jalan raya itu hanya jadi tontonan warga Pedes. Caci makian perusuh ini hanya dianggap cemoohan yang ditujukan pada polisi. Ratusan masa ini memaksa polisi mengeluarkan orang yang mereka anggap pelaku curanmor, mereka menduga orang itu adalah yang mengambil dan menganiaya tiga warganya hingga babak belur. Namun, tindakan warga dua desa ini malah menyulut kemarahan warga Pedes yang awalnya hanya sebagai penonton setelah warga Dongkal dan Kendaljaya melakukan pengrusakan.


Aksi ini berawal kecurigaan masyarakat dua desa itu yang menduga pelaku curanmor tertangkap dan sedang diintrograsi polisi, padahal orang tersebut adalah pemilik kendaraan yang digunakan pelaku yang sampai saat ini pelakunya masih DPO (Daftar Pencarian Orang). Meski sudah dijelaskan berulang kali oleh polisi, ratusan masa itu tetap tidak mau mengerti, mereka tetap menganggap orang yang sedang diproses polisi itu adalah pelaku utama curanmor.


Ratusan masa itu mulai berunjuk rasa di depan kantor Polsek Pedes sekitar pukul 19.00 WIB, aksi itu mampu dihalau setelah polisi menjelaskan tuntutan mereka. Namun, sekitar pukul 22.00 WIB masa tersebut kembali datang dengan jumlah yang lebih banyak dengan tuntutan sama.


Dengan sabar polisi menghadapi ratusan orang yang diperkirakan mayoritas remaja. Puluhan motor itu diraungkan di tengah jalan sebagai aksi protes pada polisi. Terlihat, aksi mereka di depan kantor polisi dan Koramil Pedes itu seolah tidak menghargai hukum, mereka mencaci polisi dengan menantang. Setelah itu, kesabaran polisi pun habis ketika pelaku anarkis ini dianggap mengganggu keamanan dan kenyamanan warga setempat.


Dijelaskan dua warga Dongkal, beberapa waktu lalu tiga remaja Dongkal yang sedang melintasi jalan Raya Pedes yang sepi dibegal motornya oleh sembilan kawanan perampok. Ketiganya luka parah meski salah satunya berusaha melawan. Peristiwa mengenaskan itu lah yang jadi alasan warga Dongkal dan Kendaljaya mendatangi Polsek Pedes untuk menghajar habis orang yang diduga pelaku curanmor tersebut.


Hingga Selasa (29/9), satu SSK (Satuan Setingkat Kompi) Polres Karawang berjaga di Polsek Pedes untuk mengantisipasi kerusuhan susulan. Sejumlah polisi langsung diturukan ke Desa Dongkal untuk menyisir pelaku-pelaku kerusuhan semalam. Sampai jam 14.00 WIB baru sembilan pelaku yang diduga sebagai provokator, mereka diamankan Polres Karawang, kesembilan orang itu diciduk hanya beberapa jam setelah kejadian untuk dimintai keterangan. Tidak hanya sembilan saja, polisi tetap terus memburu para provokator tersebut. (spn)

Pendidikan Tidak Boleh Bermasalah

Tuesday, September 29, 2009

Halal Bil Halal di rumah keluarga Besar Endang, di Desa Kampung Sawah, Jayakerta.
 
 
JAYAKERTA, RAKA - Pendidikan tidak boleh bermasalah lagi bagi keluarga miskin (gakin), program pendidikan bukan hanya program bebas, karena siswa gakin butuh buku, ongkos dan keperluan lainnya. Demikian kata Endang Abdullah, S.Kp,M.Si, kepada RAKA, Sabtu (26/9) siang pada kesempatan Halal Bil Halal keluarga besarnya sekaligus santunan beasiswa bagi 22 siswa SD/MTs dan SMPN di Jayakerta.
 
Acara silaturahmi keluarga besar Endang ini juga sebagai perkenalan dirinya kepada masyarakat bahwa dirinya akan maju sebagai calon Bupati Karawang periode mendatang. Selain keluarga besar, Endang mengundang warga setempat dan menggelar acara sejak pukul 08.00 WIB hingga sore. Pada kesempatan bantuan beasiswa itu, Endang mengajak semua masyarakat, terutama bagi yang kaya harta untuk membantu siswa berprestasi yang kesulitan biaya pendidikan.
 
Beasiswa yang dibagi Endang yaitu bagi 12 siswa berprestasi masing-masing Rp 100 ribu/bln. Kedua belas siswa itu akan terus diberi uang tunjangan pendidikan hingga 3 tahun kedepan. Juga penghargaan untuk bagi 10 anak lainnya yang hanya diberikan uang saku Rp 100 ribu. Terbilang, 20 siswa dari SD/MI, 1 siswa dari MTs Mursyidul Falah dan 1 siswa dari SMPN 2 Jayakerta.
 
Kepada RAKA, Endang menjelaskan, pada Halal Bil Halal ini dia memusyawarahkan bersama keluarga mengenai niatnya yang akan mencalonkan diri sebagi calon bupati. Diungkapkannya, selama ini pemerintah harus menjalankan politik murni, tapi politik keejahteraan. Selain itu, dia ingin membangun kepedulian pemerintah terhadap masyarakat. "Selama ini Karawang sudah bagus, jangan sampai nantinya jadi daerah tertinggal. Dan pemerintah harus mampu menjawab aspirasi atau keinginan masyarakat yang kemudian dirangkum dalam sebauh program pembangunan," jelasnya. (spn)
 

Lebaran, Pantai Wisata Digoyang Dangdut

Monday, September 28, 2009

PEDES, RAKA - Pantai wisata Samudra Baru, Kecamatan Pedes dan Tanjungpakis, Kecamatan Pakisjaya digoyang artis dangdut ibu kota dengan bintang tamu Riki Lokur dan Tati Prandita 23-24 September 2009 lalu. Sudah jadi tradisi jika pantai wisata di Kabupaten Karawang dipadati ribuan pengunjung untuk rekreasi saat liburan lebaran Idul Fitri, termasuk di kedua pantai wisata tersebut.
 
Dijelaskan Manajer Mutiara Entertainmen, Tatang Suhendi yang menggandeng sponsor dari Hemaviton Jreng, Neolanta dan Oskadon SP kepada RAKA, Sabtu (27/9) kemarin mengatakan, dengan ikut sertaannya dia di acara itu diharap mampu menggeliatkan iklim wisata di Kabupaten Karawang untuk lebih maju. Acara yang dikemas apik EO (Even Organizer) Mutiara Entertainmen ini berhasil menyedot ribuan pengunjung ke obyek wisata itu, setelah beberapa waktu sebelum acara dangdut digelar EO ini memasang spanduk acara termasuk iklan di radio.
 
Sementara itu, pengelola pantai wisata Samudra Baru juga sebagai Kepala Desa Sungaibuntu, Kecamatan Pedes, Tata Husen menjelaskan, kerjasama baik antara pengelola wisata dengan EO yang profesional akan mampu menciptakan lokasi wisatanya lebih menarik untuk dikunjungi. Bahkan, 'saking' banyaknya pengunjung jalan menuju lokasi wisata ini macet total hingga 1 kilo meter. Kata Tata, menjelang lebaran Idul Fitri, lokasi wisata yang dikelolanya telah dibenahi, semisal menambah saung-saung untuk berteduh dan menambah sekitar 4 warung ikan bakar dari puluhan warung serupa yang sudah berdiri lama.
 
Selain itu, persiapan lainnya selama menyambut pengunjung wisatawan lokal Karawang maupun dari luar daerah ini, Tata telah mempersiapkan air bersih yang diambil langsung dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Puncak pengunjung yang memadati lokasi wisata ini yaitu dua hari setelah Sholat Idul Fitri. Ratusan pedagang ikut mewarnai obyek wisata pantai ini yang berjejer di sepanjang pesisir pantai, termasuk nelayan dan warga setempat yang menyewakan ban renang dan perahu tamasya.
 
Kedepan, Tata berkeinginan untuk membuat dua pintu keluar-masuk lokasi wisata, karena saat ini satu-satunya jalan keluar-masuk telah mengakibatkan kemacetan panjang. Dengan dua akses jalan itu diharap kenyamanan pengunjung bisa lebih ditingkatkan. Selain itu dia menginginkan pemagaran area wisata dan memperluas area parkir. Namun demikian, obyek pantai wisata Samudra Baru yang telah berdiri lama ini sudah dikenal hingga ke luar daerah. (spn)

Adi Buang Air Besar Dari Perut

CILEBAR, RAKA - Malang nasib Adi Bin Tayim (46) warga RT 06/04, Dusun Mekar Jati, Desa Pusakajaya Utara, Kecamatan Cilebar. Dia tidak bisa buang air besar melalui anus, tetapi kotorannya keluar langsung dari perutnya yang telah dilubangi dokter. Hingga berita ini diturunkan, penderitaannya belum sembuh meski sudah beberapa kali keluar-masuk rumah sakit untuk berobat.
 
Hingga kini, dia telah lima kali operasi saluran anus, semua harta bendanya telah habis untuk kesembuhannya ini, tetapi sakitnya malah tambah parah. Kesehariannya selalui dilalui dengan penderitaan yang tak kunjung usai, karena cairan kotoran yang keluar dari perut yang bekas dioperasi itu selain mengeluarkan kotoran juga bau tak sedap. Palagi ketika dia terlelap tidur malam, kotoran itu pun keluar membasahi sekujur tubuhnya. Sedangkan Adi sendiri tidak menyadari jika kotorannya keluar, ia hanya mendengar suara seperti keroncongan sebelum akhirnya keluar kotorannya itu.
 
Rumah sakit yang sering didatanginya adalah RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Karawang, Sukabumi dan Hasan Sadikin Bandung. Dia sudah ikhtiar berobat sejak tahun 2002 hingga 2007. Tak kuasa menahan deritanya ini, dia hampir putus asa, namun sampai sekarang ia masih tetap tegar menjalani hidup dengan kondisi yang tidak normal seperti orang sehat lainnya. Dengan kondisi kesehatan yang makin memburuk, Sunenti, istri Adi harus jadi TKW (Tenaga Kerja Wanita) dan meninggalkan suaminya itu. Kepergian Suneti hanya untuk membantu suaminya sembuh dan menafkahi anak-anaknya untuk tetap bisa sekolah.
 
Kini Adi hidup seorang diri setelah istrinya bekerja keluar negeri, sedangkan ketujuh anaknya dititipkan ke rumah mertuanya di Sukabumi. Untuk membiayai keseharian anak-anaknya itu, Adi bersama nelayan lainnya mencari ikan ke laut bersama. Meski pendapatannya tidak seberapa besar, tetapi hasil itu sudah bisa menghidupi keluarga. Adi berharap, ada dermawan yang mau peduli untuk mengobati penyakit yang dideritanya, karena Adi sudah kepayahan berobat dan semua harta bendanya sudah habis. (spn)
 
 

Warga Cilebar Hanyut di Laut 7 Hari

Saturday, September 26, 2009

Jasad Jumad saat diangkat di muara sungai, karena nelayan tidak berani mengangkat jasadnya di laut lepas.



KARAWANG NEWS - Setelah dicari seminggu, akhirnya jasad Jumad Bin Ari (23) warga Dusun Mekar Jati, RT 02/06, Desa Pusakajaya Utara, Kecamatan Cilebar ditemukan tak bernyawa sekitar 15 km dari lepas pantai Betokmati, Jumat, (25/9). Jumad tewas karena tercebur di muara sungai dan hanyut ke laut sejak Jumat, (18/9) lalu. Saat ditemukan, tubuh korban tampak mengelupas dan mulai membusuk.


Berdasarkan keterangan warga setempat, kejadian naas yang menimpa Jumad terjadi pada Jumat (18/9) sekitar pukul 21.00 WIB. Selama seminggu itu, warga dan kepolisian setempat siang-malam menyisir pantai dan dibantu para nelayan setempat. Awalnya, pihak keluarga dan masyarakat sempat putus asa, karena jasad Jumad belum terlihat meski setiap inchi pantai Cilebar disisir. Namun pencarian yang melelahkan itu akhirnya usai setelah jasad sosok yang dicari ditemukan terapung jauh dari pantai.


Diceritakan warga setempat, Jumad tercebur di muara Betok Mati, setelah itu tubuhnya tenggelam dan menghilang, warga yang mengetahui kejadian tersebut berusaha menolong, tapi tubuh Jumad sulit ditemukan di dalam air muara yang mengalir ke laut. Warga menduga, setelah tercebur tubuh Jumad terbawa arus bawah air sehingga dia tenggelam dan tubuhnya tidak terlihat hanyut mengapung.


Setelah mendapat keterangan tersebut, Polsek Kecamatan Pedes dan Cilebar bersama warga juga nelayan Desa Pusakajaya Utara berusaha menyisir pantai, dimulai dari Jumad tercebur hingga ke tengah laut. Namun selama enam hari pencarian hasilnya sia-sia. Saat itu, semua menduga Jumad tidak lagi bernyawa. Dan pada hari ke tujuh, seorang nelayan yang sedang menangkap ikan menemukan mayat dengan kondisi tubuhnya rusak di pantai Desa Sungaibuntu, Kecamatan Pedes. Penemuan jasad Jumad itu mengakhiri pencarian yang melelahkan semua pihak yang siang-malam mencarinya.


Orang tua Jumad, Ari (60) menuturkan, saat anaknya tercebur semua keluarga dan tetangganya telah mencari dengan menelusuri muara hingga ke tengah laut, tapi Jumad tidak ditemukan. Ditempat sama, Kepala Desa Pusakajaya Utara, Warman Abdurachman mengatakan, jenazah Jumad langsung dimakamkan beberapa jam setelah ditemukan dan disholatkan, mengingat kondisi jadasnya rusak akibat lama terendam air laut.


Jumad, anak ketiga dari tujuh bersaudara ini tewas menjelang Hari Raya Idul Fitri 1430 Hijriyah. Pihak keluarga mengaku, mereka kehilangan sosok Jumad yang pendiam juga sebagai tulang punggung keluarga. Jumad dikenal warga setempat sebagai pekerja tambak ikan, ia juga suka ikut mencari ikan dengan nelayan untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya. (*)

Kenyamanan Transportasi Lebaran di Rengasdengklok Terusik Ojek dan Becak

Friday, September 18, 2009

RENGASDENGKLOK, RAKA - Penumpang angkot dari Tanjungpura menuju Rengasdengklok terusik kenyamanannya ketika ratusan tukang ojek dan becak memblokade jalan di depan terminal Rengasdengklok, kedua penarik jasa ini memaksa penumpang angkot itu turun.
 
Hal itu dilakukan kedua penarik jasa dengan dalih bagi-bagi rejeki dari penumpang yang diklaim adalah para pemudik dari luar daerah yang pulang kampung ke daerah utara Karawang. Namun, aksi kedua penarik jasa itu membuat penumpang tidak nyaman, terlebih di terminal ini tidak ada pengawasan dari pihak kepolisian. Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Karawang yang seharusnya bertanggungjawab menangani transportasi lebaran di Rengasdengklok seolah tutup mata.
 
Tampak, hanya 1-2 petugas Dishub yang berjaga di terminal ini, petugas itu pun berjaga seperti biasanya, tidak mengamankan jalur mudik, melainkan tetap meminta retribusi dari angkot trayek Tanjungpura-Rengasdengklok yang melintasi terminal Rengasdengklok. Beberapa warga menyatakan, jika Dishub beritikad memperbaiki transportasi Rengasdengklok, tentunya Dishub akan memberikan status yang jelas untuk terminal Rengasdengklok yang sudah lama diabaikan ini. Namun, terminal ini hanya difungsikan seminggu jelang lebaran saja, itu pun oleh tukang ojek dan becak yang memblokade angkot dengan menurunkan penumpangnya.
 
Dilihat, penumpang tampak kepayahan menghadapi kerumuman tukang ojek dan becak ketika angkot dipaksa masuk terminal Rengasdengklok. Apalagi, kedua penarik jasa itu memaksa penumpang turun. Bahkan tangan-tangan mereka sudah menarik-narik barang bawaan penumpang. Ditambah, bau keringat tukang ojek dan becak ini membuat ruangan angkot jadi pengap. Kondisi ini bukan hanya terjadi jelang Idul Fitri tahun 2009 ini saja, tapi sudah menahun. Dan Dishub tidak melakukan tindakan tegas terhadap status terminal ini.
 
Namun begitu, tukang ojek dan becak menyatakan kepada RAKA, Kamis (17/9) siang, meski terminal ini tidak ada, mereka tetap akan mangkal di tempat lain sekitar 1 atau 2 km dari pasar Rengasdengklok untuk memblokade angkot dan menurunkan penumpang. Namun, saat ini terminal Rengasdengklok yang masih ada dijadikan alasan mereka untuk menghentikan angkot dari arah Tanjungpura. Seperti dikatakan Ma'in (45) warga Kampungsawah, Kecamatan Jayakerta, dia bersusah payah rebutan penumpang di terminal ini untuk mencukupi kebutuhan lebaran.
 
Dipastikan, hari Jumat (18/9) ini, pemudik akan mulai berdatangan dari luar daerah dan kedua penarik jasa itu akan kebanjiran rejeki. Mengingat hari sebelumnya jumlah pemudik masih minim. Ada juga yang menduga, jumlah pemudik yang melewati terminal Rengasdengklok akan sedikit, karena mereka tahu jika di terminal itu tidak akan nyaman dan kurang aman. Pemudik cenderung memilih menghubungi keluarga mereka via handphone untuk menjemputnya di dalam terminal Rengasdengklok atau diluar. (spn)

Lebaran Listrik Aman

Thursday, September 17, 2009

Git Muhkandi (kiri) bersama Mashuri di UPJ Rengasdengklok.
 
 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Jelang lebaran Idul Fitri 1430 Hijriyah pasokan listrik dipastikan aman, karena pemeliharaan jaringan listrik sudah dilaksanakan jauh sebelum Ramadhan. Pada H-10 hingga nanti H+10, pengaduan PLN siaga ektra 24 jam. Demikian kata Supervisor Opdis (Operasi Distribusi) PT. PLN UPJ Rengasdengklok Git Muhkandi didampingi Supervisor Administrasi Keuangan, Mashuri, kepada RAKA, Rabu (16/9) siang di tempat kerjanya.
 
Dijelaskan Git Muhkandi, gangguan listrik tidak bisa diprediksikan, bisa terjadi kapan saja. Namun demikian, pihaknya akan berupaya meminimkan pemadaman, bahkan diusahakan nihil gangguan, karena jika ada gangguan malam hari, maka akan banyak warga komplen, apalagi jika padam pas beduk takbir malam Idul Fitri. "Jauh sebelumnya jaringan listtrik sudah kita pelihara," ujarnya.
 
Pada H-10 hingga H+10 PLN mengkhususkan siaga menjaga kondisi jaringan listrik, semuanya disiagakan dari PLN UPJ (Unit Pelayanan Jaringan) hingga KP (Kantor Pelayanan). Selama itu, petugas PLN harus ada ditempat dengan menugaskan beberapa orangnya sesuai jadwal yang telah ditetapkan UPJ. Jadi, selama 20 hari itu, PLN nyaris tidak boleh bekerja memperbaiki jaringan listrik, karena dikhawatir ada pemadaman akibat pekerjaan tersebut. Untuk itu, PLN sudah memperbaiki jaringan jauh hari sebelumnya, supaya pelanggan listrik nyaman dan rumahnya bisa terang.
 
Petugas PLN akan kembali melakukan pemeliharaan kabel-kabel jaringan sekitar Oktober 2009 mendatang sesuai rencana kerja. Namun begitu, PLN membuka pengaduan warga jika selama lebaran ini terjadi gangguan listrik yang tidak terduga dengan menghubungi nomor pengaduan PLN APJ Karawang 0267-7000123, untuk pengaduan PLN UPJ Rengasdengklok bisa menghubungi langsung 0267-482013 yang siaga 24 jam.
 
Lebih lanjut Git Muhkandi menjelaskan, jelang lebaran ini persiapan PLN lebih ditingkatkan, material-material listrik sudah disiapkan di UPJ jika sewaktu-waktu ada material jaringan yang perlu diganti akibat gangguan. Memang siaga listrik 24 jam ini tidak beda dengan bulan lain, tapi ada kelebihan khusus disaat perayaan umat Islam secara nasional ini. Semisal laporan dari KP ditingkatkan hingga 3 kali, dari biasanya cuma 2 kali, pertama yaitu pukul 7.00-14.00 WIB, kedua 14.00-19.00 WIB dan ketiga laporan-laporan dari tiap KP ke UPJ dilakukan pukul 19.00-07.00 WIB dengan terus berkomunikasi tanpa henti. (spn)

Damkar Rengasdengklok Sering Rusak

Rasim sedang mengecek kondisi mesin air Damkar yang rusak total.
 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Satu armada Damkar (Pemadam Kebakaran) yang siaga di kantor UPTD Cipta Karya Rengasdengklok sering rusak, meski kondisi mesin dan body mobil mulus, justru yang rusaknya adalah mesin air dan tanki yang menjadi alat vital Damkar.
 
Seorang anggota Damkar Rengasdengklok, Rasim menuturkan kepada RAKA kemarin, idealnya Damkar yang siaga di kantor UPTD Rengasdengklok ini harus berfungsi sepenuhnya, karena jika satu saja dari bagian armada ini tidak berfungsi, maka upaya penolongan pertama pada kebakaran akan terhambat. Semisal rusak mesin air, otomatis Damkar tidak bisa menyedot maupun menyemprot air, justru mesin air ini yang berperan penting pada armada Damkar.
 
Kerusakan Damkar bisa diketahui langsung, karena setiap hari petugas pemadam selalu mengecek semua kelengkapan termasuk mesin mobil dan mesin air semprot. Kata Rasim, setiap dua hari sekali mesin air dinyalakan untuk menguji coba semprotan air. Beberapa hari kemarin, semprotan air tidak maksimal, karena mesin airnya 'ngadat'. "Kita selalu cek, agar bisa sigap jika terjadi peristiwa," jelasnya.
 
Diakui Rasim, sering rusaknya Damkar yang siaga di Rengasdengklok hanya akan menghambat penyelamatan jika terjadi kebakaran, apalagi yang rusaknya adalah mesin air dan tanki. Di Dinas Pemadam Kebakaran Karawang, lanjutnya, Damkar type lama sebanyak 6 unit, semuanya dalam kondisi rusak. "Damkar di Rengasdengklok untuk pertolongan pertama jika terjadi kebakaran (di daerah utara Karawang, red) sebelum Damkar dari Karawang datang," ujarnya.
 
Upaya ini, kata Rasim, tidak didukung Damkar Rengasdengklok yang layak. Sejak di kota Proklamasi ini disiagakan Damkar, sebenarnya armada ini sudah sering diganti-ganti, antara Damkar nomor 07 dan 10, kedua Damkar itu seperti barang yang selalu ditukar ke Dinas Kebakaran di UPTD Cipta Karya Kabupaten Karawang, karena keduanya sering rusak. Jika mesin air dan tanki Damkar sudah layak, kata Rasim, Damkar yang siaga di Rengasdengklok siap 24 jam, tapi jika kondisinya rusak, maka Damkar Rengasdengklok hanya akan jadi pajangan saja. "Kita malu pada masyarakat, beban bagi kita jika Damkar yang siaga di Rengasdengklok ini tidak layak pakai," ujarnya.
 
Dijelaskannya, tanki Damkar bisa menampung air sebanyak 3000 liter, air itu mampu disedot mesin air sekitar 10 menit dan waktu disemprotkan akan habis kira-kira 15 menit non stop. Lokasi pengambilan air biasanya di saluran induk Bedeng atau pintu air di Desa Kertasari. Mengenai hidran air, Rasim tidak bisa menjawab gamblang, karena hidran air yang lokasinya ada di dekat Masjid Rengasdengklok tidak diketahui berfungsi atau tidak, lagi pula pihaknya tidak dikasih kunci khusus untuk membuka hidran itu jika sedang terjadi kebakaran. "Kuncinya khusus dari PDAM, bukan kunci biasa," tukasnya.
 
Dengan demikian, Damkar Karawang memang perlu peremajaan mesin air dan tankinya, karena kondisi bodi dan mesin mobilnya masih bagus. Apalagi masyarakat menaruh harapan banyak pada satu Damkar yang disiagakan di Rengasdengklok untuk mampu menjadi penolong pertama jika terjadi kebakaran besar, terutama di rumah pemukiman dan pasar tradisional. (spn)

Terminal Rengasdengklok Kacau

Wednesday, September 16, 2009

Tampak beberapa penumpang bergegas keluar dari area terminal Rengasdengklok dan merasa kecewa karena dipaksa turun dari angkot oleh tukang ojek dan becak. Sementara, tukang ojek dan becak menawarkan jasa dengan tarif mahal.
 
 
*Polisi Tak Bertindak, Dishub Karawang Angkat Tangan
 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Tukang ojek dan becak kembali mangkal di terminal Rengasdengklok, Selasa (15/9), mereka menghentikan setiap angkutan umum yang melaju dari arah Tanjungpura ke Rengasdengklok dan menurunkan semua penumpangnya. Meski ada larangan memfungsikan terminal itu, kedua penarik jasa tersebut tetap nakal. Sementara, polisi tak bertindak dan Dishub angkat tangan.
 
Dalih ingin mencukupi kebutuhan untuk lebaran keluarganya, tukang ojek dan becak membuat peraturan sendiri, yaitu menurunkan semua penumpang meski jarak yang ditempuh penumpang angkot berjarak sekitar 1 km lagi ke pasar Rengasdengklok. Dengan begitu, penumpang angkot dipaksa naik ojek atau becak ke pasar tersebut dengan tarif relatif mahal, naik sekitar Rp 5.000 hingga Rp 10.000 dibanding hari biasa.
 
Seperti dipaparkan seorang tukang ojek asal Dusun Pawanda, Desa Medang Asem, Kecamatan Jayakerta, Hendra (26), dia sengaja mangkal di terminal Rengasdengklok untuk mengais keuntungan lebih banyak, karena menjelang lebaran ini tarif ojek sengaja dinaikan untuk pemudik. Diakuinya, dia tidak tahu-menahu tentang kesepakatan ojek dan angkutan umum yang melarang ojek mangkal di terminal, karena dianggap mengganggu kenyamanan penumpang.
 
Hal senada dikatakan beberapa tukang ojek lainnya, mereka berduyun-duyung meninggalkan tempat mangkalnya di pasar Rengasdengklok dan pindah ke terminal untuk menjemput para pemudik. Meski cara kerja mereka dianggap kasar, tapi hal itu perlu dilakukan, mengingat kebutuhan ekonomi keluarga mereka lebih mendesak. "Kalau tidak mangkal di terminal, kami tidak akan memperoleh penghasilan lebih menjelang lebaran besok," tukas seorang ojek.
 
Seorang tukang becak warga Dusun Pacing Utara, Desa Dewisari, Timan (42) mengungkapkan, jika becak hanya mangkal di pasar Rengasdengklok, penghasilannya sedikit, tapi jika bisa mendapatkan penumpang di terminal Rengasdengklok, penghasilannya bisa 2 kali lipat. Namun, jika tidak gesit menarik penumpang, maka pulang akan gigit jari. "Kalau tidak gesit menawarkan jasa, maka tidak akan dapat penumpang," ujarnya menceritakan kadang terjadi rebutan penumpang sesama tukang becak yang berujung ricuh.
 
Aksi tukang becak dan ojek ini tentu tidak disetujui masyarakat, yaitu penumpang angkot dari Tanjungpura. Mereka mengeluhkan pemerintah tidak bisa mengatasi hal ini, karena aksi kedua penarik jasa itu dianggap sangat mengganggu dan kadang membuat naik pitam. Setibanya angkot di depan terminal, ojek dan becak langsung mengarahkan angkot masuk terminal, jika sopir angkot 'ngeyel' dan melewati terminal, maka mobilnya dipukulin dan dihadang.
 
Setiba di dalam terminal, angkot langsung dikerubuti tukang ojek dan becak, seperti semut mengerubuti sepotong gula jawa. Belum juga penumpang turun, tangan-tangan kedua penarik jasa itu sudah mengambil barang-barang bawaan penumpang di atas dan di pintu angkot, melihat hal itu tak jarang penumpang meneriaki barang bawaannya. Ada juga tukang ojek dan becak yang sudah menawar-nawar ongkos di sela-sela jendela selagi penumpang masih di dalam angkot. Tentu, hal itu membuat penumpang bingung dan merasa tidak nyaman, bagi kaum hawa, colak-colek tangan-tangan kedua penarik jasa itu membuat kesal dan marah.
 
Selama aksi tersebut berlangsung, polisi dan Dishub tidak ada di lokasi, seolah mereka tidak mau tahu menahu apa yang sedang terjadi di terminal Rengasdengklok, padahal di saat seperti itu, penumpang berharap banyak kepada polisi untuk mengamankan dirinya dari ketidak nyamanan. Terlebih Dishub yang seharunya membuat peraturan jelas tentang transportasi yang nyaman. Warga berharap, ketidak nyamanan ini bisa segera diatasi, apalagi aksi kedua penarik jasa itu terbilang lama, yaitu seminggu sebelum lebaran dan beberapa hari sesudah lebaran. "Keadaan kacau seperti ini kok tidak ada polisi," cetus seorang penumpang dengan nada kesal. (spn)
 

PGRI Jayakerta Peduli Gempa Garut

JAYAKERTA, RAKA - PGRI Kecamatan Jayakerta menggalang dana bagi korban gempa bumi di Kabupaten Garut. Selain kemanusiaan, PGRI Jayakerta memperlihatkan kepada semua siswa di Jayakerta untuk peduli sesama saudara yang kena musibah.
 
Koordinator aksi sosial yang juga Ketua PGRI Jayakerta, Rohiman Adi Susanto A.Ma.Pd mengatakan, yang dilakukan pihaknya ini sebagai bentuk keprihatinan dan kepedulian terhadap korban gempa bumi di Garut maupun daerah lainya yang ikut menjadi korban. "Kita tahu, gempa yang melanda sejumlah daerah telah memakan banyak korban meninggal maupun luka-luka. Dari musibah ini, tidak sedikit para korban gempa yang kini tinggal di tempat pengungsian. Tentunya mereka sangat membutuhkan bantuan," ucapnya.
 
Untuk itu, pihaknya berusaha membantu mereka melalui aksi sosial melalui penggalangan dana dari para siswa dan guru-guru se-Kecamatan Jayakerta. Hasil penggalangan dana tersebut disalurkan langsung kepada para korban bencana. Sasaran dilakukanya pemberian bantuan langsung ke lokasi kejadian agar bisa melihat bagaimana kondisi pemukiman akibat gempa bumi yang telah memporak porandakan beberapa daerah di Jawa Barat
 
Wakil ketua PGRI Kecamatan Jayakerta, Cacan S.Pd menambahkan, dalam aksi penggalangan dana ini pihaknya 'menghaturkan' terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung, terlebih sekolah-sekolah yang telah memberikan perhatian kepada sesama saudara yang kini tengah menderita. Meski secara nilai rupiah terbilang sedikit, tapi perhatian siswa dan guru di Jayakerta menandakan bahwa penderitaan masyarakat Garut adalah penderitaan masyarakat Jawa Barat dan bangsa ini.
 
Bendahara PGRI Kecamatan Jayakerta, Jaenal Abidin S.Pd menambagkan, dengan bantuan ini, setidaknya bisa meringankan beban penderitaan para korban bencana. Dan dana ini disalurkan langsung ke Garut setelah terkumpul. Diakuinya, tidak ada kata terlambat untuk membantu korban gempa, karena hingga sekarang masyarakat yang telah diguncang gempa masih butuh uluran tangan. (spn)

Lebaran 1430 H Terminal Rengasdengklok Tidak Difungsikan

Tuesday, September 15, 2009

Terminal Rengasdengklok yang kosong tanpa angkot, ojek dan becak.
 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Jelang lebaran tahun ini, terminal Rengasdengklok tidak akan difungsikan seperti tahun-tahun sebelumnya, ini berdasarkan kesepakatan para sopir angkot, ojek dan tukang becak minggu kemarin. Mereka menyanggupi tidak menggunakan terminal dengan alasan keamanan dan kenyamanan masyarakat.
 
Seperti yang terjadi tahun-tahun sebelumnya, seminggu sebelum lebaran semua angkutan Tanjungpura-Rengasdengklok dihentikan di terminal Rengasdengklok, pengalihan ini dilakukan berdasarkan permintaan tukang ojek dan becak dengan dalih bagi-bagi rejeki ongkos penumpang, terutama bagi pemudik yang selama seminggu itu berdatangan dari luar daerah untuk pulang kampung.
 
Menjelang lebaran sekarang, angkutan umum dari arah Tanjunpura ke Rengasdengklok berhenti sekitar 200 meter sebelum pasar tradisonal atau di depan Toko Cahaya Intan, di situ ojek dan becak boleh mangkal untuk menjemput penumpang dari pagi hingga siang, jika lewat tengah hari semua penarik jasa ini beroperasional seperti biasa lagi. Jadi, ojek dan becak akan mengantarkan penumpang yang turun dari angkot Tanjungpura ke angkot berikutnya yang mangkal di jembatan Karang Anyar, sekitar 600 meter dari toko tersebut.
 
Angkot yang mangkal di jembatan Karang Anyar yaitu jurusan Rengasdengklok-Pedes dan Rengasdengklok-Batujaya, termasuk jurusan lainnya menuju Kutawaluya, Jayakerta dan Tirtajaya. Kepada RAKA, beberapa sopir angkot menginginkan supaya pemerintah membangun terminal yang strategis, mereka menunjuk Karang Anyar lokasi terminal yang layak dibangun dibanding terminal yang sekarang berdiri. Lagi pula, terminal Rengasdengklok itu tidak difungsikan, mengingat lokasinya jauh dari pasar. Sejak dibangun, terminal Rengasdengklok hanya digunakan bebeberapa bulan dan kemudian di tinggalkan.
 
Setiap seminggu menjelang lebaran, terminal ini jadi tempat mangkal tukang ojek dan becak, secara sengaja kedua penarik jasa itu mengalihkan angkot dari arah Tanjungpura untuk masuk terminal Rengasdengklok, mereka memaksa penumpang turun seolah diwajibkan naik ojek dan becak. Pemaksaan ini kadang berbuntut ricuh, sopir dikeroyok tukang ojek juga tukang becak yang memaksa menarik-narik penumpang turun, tak ayal penumpang perempuan sering jadi korban pelecehan.
 
Parahnya, ongkos ojek dan becak naik hingga 200 persen, harga itu ditawarkan pada pemudik, bagi warga setempat hanya ditawari ongkos yang dinaikan sekitar 100 persen. Perbuatan kedua penarik jasa itu jelas tidak disukai warga, bahkan diantara warga menginginkan supaya pemerintah menggaruk terminal Rengasdengklok, agar tidak lagi ada alasan bagi tukang ojek dan becak untuk mangkal di terminal itu dan menurunkan paksa penumpang angkot dari arah Tanjungpura.
 
Tidak hanya itu, aksi penarik jasa ini tidak selalu mangkal di dalam terminal Rengasdengklok, beberapa ojek menghentikan angkot sekitar 1 km sebelum terminal, artinya penumpang ini dipaksa turun sebelum sampai ke lokasi tujuan. Akibatnya, penumpang, sopir dan ojek jadi cek-cok dan ribut. Sementara ini, dengan tidak difungsikannya terminal Rengasdengklok merupakan hal baru pertransportasian menjelang lebaran di Rengasdengklok, warga berharap kondisinya akan kondusif dan merasakan perjalanan yang nyaman. (spn)

Liburan Lebaran Jangan Hura-hura

Monday, September 14, 2009

 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Selama liburan menjelang lebaran, kita arahkan siswa untuk mengisinya dengan kegiatan positif, tidak hura-hura apalagi mengurangi makna puasa. Demikian kata Kepala SMAN 1 Rengasdengklok, Drs. H. Tarya Sukmana, kepada RAKA, Sabtu (12/9) siang.
 
Hal itu dikemukakannya disela pertemuan siswa dan guru menjelang liburan lebaran di masjid sekolah. Pada Sabtu kemarin, merupakan hari terakhir KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) SMAN 1 Rengasdengklok, libur sekolah hingga 30 September 2009 mendatang. Pada kesempatan itu, wakasek kesiswaan memaparkan pelanggaran-pelanggaran yang telah dilaksanakan siswa selama ini, hal itu untuk evaluasi sekaligus pemberitahuan langsung kepada siswa-siswa yang tidak disiplin.
 
Dijelaskan Tarya, minggu petama di Bulan Ramadhan 1430 Hijriyah ini, KBM SMAN 1 Rengasdengklok diisi Sanlat (Pesantren kilat), minggu kedua meed semester dan minggu ketiga dengan KBM biasa, sedangkan minggu keempatnya liburan lebaran. Pihak sekolah juga menghibau kepada siswanya yang akan mudik supaya berhati-hati di jalan, supaya bisa kembali ke sekolah di hari pertama usai lebaran untuk melakukan halal bi halal.
 
Sementara itu, Ketua Komite SMAN 1 Rengasdengklok, Suherlan berpesan kepada siswanya untuk tetap melakukan kegiatan positif selama di rumah mereka masing-masing, mengingat selama liburan ini sekolah tidak bisa mengawasi sekolah langsung. Dia juga meminta kepada orang tua untuk tetap mengarahkan putra-puteri mereka ke arah perilaku yang baik. (spn)

Sri Minta Uluran Tangan Dermawan 


JAYAKERTA, RAKA - Sri Herdiana (12) siswa kelas VI SDN 3 Medangasem, Kecamatan Jayakerta menderita gondok sejak lahir, anak keempat dari lima bersaudara Dedi Suhaedi (48) warga RT 02/01, Dusun Cilogo, Desa Medangasem ini tumbuh besar dengan penyakitnya itu, Dedi berharap pemerintah dan dermawan mau mengobati putrinya, karena diketahui Dedi termasuk keluarga tidak mampu.
 
Selain menderita gondok, tak jarang penyakit Sri ini jadi olokan teman-temannya, namun begitu Sri tetap bersabar dan menunggu keajaiban agar penyakitnya ini sembuh dan bisa normal seperti temannya yang lain. Kata Dedi, penyakit putrinya itu memang sudah terlihat pada lehernya sejak bayi. Namun, akibat tidak memiliki biaya akhirnya Sri tidak mendapatkan pengobatan intensif dari dokter, hingga akhirnya gondoknya itu semakin membesar seperti sekarang ini. "Tidak ada orang tua yang tidak sayang terhadap anaknya, tetapi apa daya, untuk bisa makan keluarga saja sulit," ujarnya dengan wajah bingung dan sedih.
 
Keluarga Sri berharap, pemerintah dan dermawan yang berhati mulia mau meringankan beban putrinya, mengingat kedua orang tua Sri hanya berprofesi buruh kasar tanpa penghasilan yang jelas. Bahkan, Dedi menginginkan penderitaan anaknya ini bisa dibantu para dermawan, seperti yang dialami Titin warga Desa Sampalan, Kecamatan Kutawaluya, atas bantuan orang yang peduli, kini Titin mulai diobati sakit gondoknya di RS Hasan Sadikin Bandung dan tidak lama lagi Titin akan dioperasi gondok. (spn)

Wisata Kuliner & Seni Budaya Saung Beureum Rengasdengklok

Saturday, September 12, 2009


Bagi anda yang menyukai masakan khas Sunda plus panoramanya, tentunya Saung Beureum adalah tempat yang wajib dikunjungi jika anda mengunjungi Rengasdengklok, Kabupaten Karawang. Di sini, semua jenis masakan Sunda disediakan dengan cita rasa khas warisan leluhur. Anda bisa menikmati semua hidangan itu di dalam saung-saung bambu yang sejuk. Mau?



Lokasinya di Desa Amansari, Kecamatan Rengasdengklok, jika dari arah Tanjungpura, Saung Beureum ini ada disebelah kanan jalan, kira-kira 1 km sebelum masuk Kota Rengasdengklok. Saung Beureum yang memiliki area 3000 meter persegi ini lengkap dengan kolam ikan yang disediakan bagi penggemar mancing. Usai mancing, ikannya bisa digoreng atau dibakar untuk disantap, wah pasti nikmat. Di Saung Beureum ini disediakan satu 'bale sagala guna' atau ruang serba guna. Selain itu ada saung radio fm, saung padepokan seni dan lainnya. Sedangkan tiap saung makan dikasih nama dengan nama-nama alat musik Sunda, misal suling, kendang, angklung dan lainnya.


Ini supaya Saung Beureum memiliki kesan sebagai tempat seni budaya Sunda, seperti dikatakan pemiliknya Ir. H. Herman El Fauzan kepada Radar Karawang, alumnus ITB (Institut Teknologi Bandung) tahun 1989 ini sengaja menciptakan tempat makan dengan wisata kuliner & seni budaya. Selain pengunjung diajak goyang lidah mencicipi masakah leluhur Sunda, juga disajikan alam Sunda dengan musik-musik khas Sunda.


Menurutnya, jika bukan orang Sunda, siapa lagi yang mau memberdayakan kuliner & seni budaya Sunda. Nah, yang lebih menyentuh lagi, pelayan-pelayan Saung Beureum yang cantik-cantik dan gagah-gagah ini akan menyapa pengunjung dengan Bahasa Sunda, tutur kata yang santun dan lembut akan membuat pengunjung benar-benar berada di dalam lingkungan tataran Sunda yang asli, mengingat selama ini, kebanyakan orang Sunda merasa asing dengan Bahasa Sunda dan lebih sering bicara Bahasa Indonesia.


Kata Herman, di Saung Beureum tidak ada menu istimewa, karena semua adalah istimewa. Diakuinya, dia hanya menjual masakan budaya, soal tempat makan hanya dimodivikasi sedikit menyerupai masyarakat Sunda umumnya, jika mereka makan di sawah dan saung ini memang dibuat alami, bahkan tidak ada satu pun bangunan yang dibuat dari semen, kecuali dari bambu dan jerami.



Semua Menu Istimewa
Masakan tempo dulu ada disini, tidak ada yang modern, tidak ada menu yang istimewa, karena semua menu adalah istimewa. Nama masakan pun tidak mengadopsi dari masakan modern, seperti tumis kangkung tidak akan disebut capcai, ini untuk mempertahankan keaslian masakan Sunda, tergantung nanti selera konsumen mau makan apa.


Sebenarnya masih banyak manu asli khas Sunda yang belum ada di Saung Beuruem, jadi satu persatu menu Sunda disediakan di saung ini. Kata H. Herman, menu yang ada di saungnya adalah masakan-masakan Sunda yang dia temukan, banyak menu lainnya yang sulit dibuat, semisal masakan tutut dan kepiting tonggeng, itu masakan yang sulit dicari karena bahan bakunya. Semisal ikan belut yang sulit dicari. Jika beberapa hari ada, kadang beberapa hari kemudian kehabisan, tapi dalam menu tetap tercatat. Untuk itu, dia mencari belut hingga keluar kota dengan biaya beli yang mahal tapi harga jual yang relatif murah.


"Saya tidak menyebutkan Saung Beurem ini adalah restoran, yang saya tampilkan juga bukan sebuah restoran, saya hanya khawatir ada rekayasa makanan atau inprovisasi makanan yang tidak dari leluhur dan budaya Sunda, misal nasi timbel Sunda dan nasi timbel Cina, nah saya tidak mau masakan saya di improv, kalau Sunda ya Sunda, tidak untuk direkayasa," ucapnya.


Kuliner ini dijual untuk memamerkan budaya Sunda, jangan sampai Karawang dan Bandung kehilangan Sundanya, karena sekarang banyak masakan dari luar di perkotaan, tujuan Saung Beureum ini memamerkan budaya Sunda dengan nilai jual tinggi. Namun begitu, ada minuman yang pakai mesin modern blender tapi tetap menggunakan buah lokal. Dan penyajian piringnya pun pakai daun pisang, termasuk menunya dengan sebutan orang Sunda.



Mempertahankan Seni Budaya Sunda

Tak hanya menghidangkan masakan khas Sunda, H. Herman pun memiliki tujuan untuk melestarikan seni budaya Sunda melalui masakan khas, di Saung Beureum ini dia mendesain tempat makannya dengan alami sambil memperlihatkan seni-seni dan budaya Sunda yang dianggapnya sudah pudar. Tak jarang orang Sunda tidak tahu alat musik asli Sunda.


Memaknai Saung Beureum, nama beureum atau merah itu melambangkan berani, maksudnya berani eksis dan menampilkan khas Sunda di mata publik, karena selain sebagai tempat makan, di saung ini diperlihatkan nuansa Sunda. "Saya ingin memperlihatkan orang Sunda masih ada, karena saya sendiri merasa yakin, karakter aslinya orang Sunda dan Jawa sudah tidak ada, tercemar westernisasi, orang Sunda dan Jawa sangat dikenal ramah. Makanya, saya tampil berani untuk menyatakan orang Sunda masih ada dengan keaslian Sundanya," jelas Herman.


Diakuinya, dia ingin mempertahankan nilai-nilai leluhur tentang khas makanan, kini banyak beredar menu makanan baru seperti fried chicken, akhirnya nama masakan budaya lokal tidak tahu. Ada masakan yang sebenarnya tidak kalah enak dibanding makanan yang didatangkan dari luar, makanan khas seperti lotek, pecak lenca dan lainnya sebenarnya bisa menyaingi menu luar. Dengan demikian, Herman bermaksud untuk kembali memperkenalkan budaya leluhur yang kini seolah tersisihkan. Dia juga menceritakan, seperti di Saung Ujo Jawa Barat, mayoritas yang belajar alat musik Sunda adalah orang asing, karena sebenarnya mereka suka dengan budaya Sunda, sedangkan anak Indonesia malah 'ngeband'.


Acara seni budaya yang selalu disajikan Saung Beureum diantaranya Kecapi Suling malam Minggu, juga ada acara 'ngabungbang' pada bulan purnama, acara Padepokan Seni Saung Beureum yang digelar orang-orang lulusan ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia) Bandung.
"Ada juga yang menggugah saya membangkitkan seni budaya Sunda, yaitu dari seorang penyanyi cilik Kustian, ada pemikiran orang yang berkarakter Sunda akan hancur dan hilang, pada liriknya disebutkan 'urang sunda kamarana' (orang Sunda kemana, red). Dengan begitu, maka saya semakin mantap memperkenalkan seni budaya Sunda, diantaranya melalui masakan khas Sunda," ujarnya.



Karakter Budaya Sunda
Tidak hanya sebatas kuliner & seni budaya Sunda, di Saung Beureum ini juga menerapkan karakter Sunda, terutama bagi para karyawannya, mereka mengajak pengunjung untuk kenal lebih dekat dengan budaya Sunda. Sebelum saung ini buka, ada Pendidikan Bahasa dan Budaya Sunda bagi karyawannya, mereka dijelaskan tentang ramah-tamah dan budaya Sunda, seperti saat menerima tamu, tidak menguping obrolan tamu, tapi pelayan ini tidak jauh dengan tamu supaya semua kebutuhan tamu bisa dilayani. (spn)

Lagi, SMPN 1 Jayakerta Dibobol Maling

2 CPU Komputer Raib
 
JAYAKERTA, RAKA - Lagi, sudah dua kali ruang komputer SMPN 1 Jayakerta dibobol maling, Selasa (8/9) malam, 4 CPU berhasil digondol keluar ruang kelas. Namun, 2 CPU ditemukan petani setempat tergeletak di pematang sawah seolah sengaja ditinggalkan maling. Pada awal tahun 2009 lalu, 7 unit CPU raib tanpa jejak.
 
Pihak sekolah hanya melaporkan kejadian ini kepada aparat desa setempat, setelah mendengar kabar pelaku diduga warga setempat. Namun Kapolsek Rengasdengklok AKP Mujiharja menyayangkan pada hari kejadian pihak sekolah segera melaporkan hal ini pada polisi. Namun begitu, atas bantuan aparat desa setempat, orang yang dicurigai melakukan pencurian itu dimintai keterangan, kemudian digiring ke Polsek Rengasdengklok untuk sementara diperiksa sebagai saksi.
 
Saksi berinisial WRD ini menjelaskan, ia mengetahui jika yang sering membobol ruang komputer SMPN 1 Jayakerta berinisial MK masih tetangganya, tapi sekarang ia buron ke Cikarang. Sepengetahuannya, malam itu MK sempat mengajaknya untuk membobol ruang komputer SMPN 1 Jayakerta, namun ajakan jahatnya itu ditolaknya. Meski begitu, dia tidak mengetahui kemana CPU itu dijualnya.
 
Sementara, WRD dibebaskan, karena tidak cukup bukti keterlibatan dia soal pembobolan tersebut, ia diijinkan pulang dan dari kesaksiannya itu polisi melakukan pengejaran terhadap MK yang disebut-sebut WRD sebagai pelakunya. Mengomentari hal itu, Kepala Sekolah SMPN 1 Jayakerta, Agus merasa kebingungan, pasalnya dia sudah berusaha mengamankan ruang komputer supaya tidak lagi disantrongi maling, tapi tetap saja maling bisa masuk ke ruang komputer dan berhasil menggondol 2 CPU.
 
Diketahui, SMPN 1 Jayakerta ini tidak diawasi ketat oleh penjaga sekolah, terlebih lokasi gedung sekolah jauh dari pemukiman, sehingga perampok dengan leluasa membobol ruang komputer. Perumpamaannya, meski si perampok ini main komputer sebelum maling komputer, tidak akan ada warga yang tahu. Penjaga sekolah, ternyata tidak tiap malam berjaga-jaga. Dan untuk mengungkap peristiwa ini, pihak sekolah meminta aparat desa setempat untuk melakukan pencarian terhadap pelaku, mengingat pelaku diduga warga desa setempat. (spn)

Yapinas Cibuaya Akhiri KBM Jelang Lebaran

CIBUAYA, RAKA - Hari ini, Sanlat (Pesantren Kilat) dan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) Yapinas (Yayasan Pendidikan Islam) Nihayatul Amal Sukasari, Kecamatan Cibuaya diakhiri dengan acara silaturahim dengan memberikan 'kadeudeuh' jelang Idul Fitri 1430 Hijriyah kepada para guru.
 
Ketua Yapinas Cibuaya juga Ketua MK2MI (Musyawarah Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah) Kabupaten Karawang H. Sopian S.Pdi, MSi, menjelaskan kepada RAKA, Jumat (11/9) siang, SMK Yapinas yang telah dibuka sejak 25 Mei 2009 lalu, hingga sekarang terus berupaya melengkapi sarana untuk kemajuan pendidikan. Hingga kini SMK Yapinas baru membuka Jurusan Perkantoran, kedepan akan membuka jurusan Arsitek Pembangunan.
 
Dengan mengakhiri kegiatan pendidikan jelang liburan lebaran Idul Fitri, yayasan ini akan akan kembali memulai kegiatan seminggu setelah lebaran. Dan SMK Yapinas ini merupakan sekolah kejuruan pertama di Kecamatan Cibuaya. Selain konsen pada pendidikan, yayasan sering melakukan santunan kepada yatim dan fakir miskin di Desa Suksari, Kecamatan Cibuaya.
 
Pada tahun ajaran 2009-2010, Yapinas bercita-cita mengangkat Cibuaya menjadi daerah pendidikan. Hingga kini, ekistensi Yapinas semakin signifikan, ini tak lepas dari peran masyarakat dan semua lembaga yang telah mendukung yayasan. Dan moto Yapinas yang selalu didengungkan, 'Berdharma Tata Buana, Berbakti Bina Agama', maksudnya Yapinas ingin melakukan perubahan dan mengembangkan keagamaan. (spn)

Kaum Jaya Bentuk Dusun Siaga

Yanti Nurmala menunjukan papan informasi dusun siaga yang dipasang di depan rumahnya.
 
TELUK JAMBE, RAKA - Dusun III Kaum Jaya, Desa Paseurjaya, Kecamatan Telukjambe Timur bentuk dusun siaga sejak 10 Mei 2009 lalu. Dusun siaga ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran warga tentang pentingnya kebersamaan sesama tetangga. Dusun siaga ini lebih cepat dibentuk karena Desa Siaga Paseurjaya belum terbentuk.
 
Dijelaskan Bendahara II Dusun Siaga Kaum Jaya Yanti Nurmala kepada RAKA, kemarin, dusun siaga ini membantu kesehatan warga, meningkatkan kegiatan dalam mengantisipasi dan melaksanakan tindakan-tindakan penyelamatan ibu hamil, melahirkan, nifas, bayi dan anak menuju penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu. Alasannya dibentuk dusun siaga ini tidak beda dengan desa siaga, yaitu menciptakan lingkungan yang mandiri terhadap bencana. "Kebanyakan desa siaga belum siaga, hanya disebut desa siaga sebatas pemasangan plang, dari pada menunggu lama maka kita bentuk di lingkungan yang terkecil yaitu dusun siaga," ujarnya.
 
Penggagas dusun siaga di Dusun III Kaum Jaya ini, lanjutnya, adalah H. Erwin Dewinter sebagai tokoh masyarakat bersama istrinya Bidan Hj. Narsih. Keduanya menganggap penting membentuk dusun siaga ini untuk membantu warga yang tidak mampu.Sejak Juni 2009 lalu, panitia sudah menggali Dasomas (dana sosial masayarakat) dan sampai sekarang sudah berjalan. Satu RT (Rukun Tetangga) ada dua orang yang menggalang Dasomas dengan uang lelahnya Rp 25 ribu/orang.
 
Dan untuk diketahui warga, dibuat papan informasi supaya warga tahu Dasomas yang sudah terkumpul, penggalangan dana cuma Rp 1000/KK (Kepala Keluarga) tiap bulan, bagi keluarga mampu ada yang memberi Rp 5-10 ribu, tercatat jumlah penduduk di dusun ini sebanyak 549 KK. Jika ada yang meninggal maka disisihkan Rp 400 ribu dari Dasomas, Rp 150 ribu bagu penunggu pasien gakin di RSUD Karawang, tapi kalau dirawat di luar RSUD tidak dikasih. Meski begitu, pasien yang mampu pun tetap diberi uang santunan Rp 50 ribu untuk sekedar beli buahan. Dasomas ini dibuat berdasarkan musyawarah bersama.
 
Diketahui, dusun siaga yaitu dusun yang penduduknya memiliki kesiapan SDA (Sumber Daya Alam) dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengawasi masalah-masalah sosial, khususnya masalah kesehatan, bencana dan gawat darurat kesehatan secara mandiri. Selain itu, meningkatkan keluarga yang sadar gizi serta melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, meningkatkan kesehatan lingkungan dusun, meningkatkan kemauang dan kemampuan warga dusun untuk menolong diri sendiri dibidang kesehatan dengan melaksanakan upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan bagi warga sejak usia bayi sampai lanjut usia, akses terhadap pelayanan kesehatan, mengembangkan berbagai upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat.
 
Sumber potensi pembiayaan dusun siaga Kaum Jaya yaitu dari iuran warga Dusun Kaum Jaya perbulan, juga dari sumbangan lain yang tidak mengikat, bantuan atau subsidi pemerintah, potensi yang ada di dusun Kaum Jaja seperti perusahaan, universitas UNSIKA, toko, kios, warung, pengusaha material, bengkel las dan bubut, juga rumah kontrakan termasuk lokasi klinik dan acara insidensial warga. (spn)
 

DBE Fasilitasi Pelatihan RKS Rengasdengklok

Friday, September 11, 2009

Suasana pelatihan RKS di aula UPTD TK,SD Rengasdengklok.
 
 
RENGASDENGKLOK, RAKA - UPTD TK,SD Rengasdengklok melaksanakan pelatihan RKS (Rencana Kegiatan Sekolah) yang difasilitasi DBE (Desentralized Base Education) Jawa Barat, Kamis (10/9) siang di kantor UPTD TK,SD setempat. Sementara, se-Kabupaten Karawang, pelatihan RKS ini didanai swadaya dan hanya Kecamatan Rengasdengklok yang difasilitasi DBE.
 
Dijelaskan, District Koordinator DBE 1, Iin didampingi Kepala UPTD TK,SD Rengasdengklok, Drs. Muhrodi Suruzi menjelaskan, semua sekolah punya rencana, tapi rencana tu ada yang tertulis dan ada juga yang tidak tertulis. Sementara ini, pemerintah mewajibkan supaya rencana sekolah tertulis dengan RKS. "Pada umumnya sekolah belum membuat RKS, makanya pemerintah sekarang mengarahkan sekolah untuk membuat RKS," kata Iin.
 
Diketahui, Rengasdengklok mendapat bantuan USAID satu gugus melalui program DBE 1 dan DBE 2. Program DBE 1 ini maksudnya memenej supaya bisa sekolah maju, didalamnya direncanakan pengembangan pendidikan 4 tahun kedepan yaitu dengan RKS. Pelatihan DBE tidak diberikan kepada semua sekolah, namun begitu pada kesempatan pelatihan DBE ini diharap semua sekolah bisa mengerti membuat RKS. "Saya meminta bantuan ke DBE untuk bisa membimbing sekolah-sekolah yang diluar gugus DBE untuk diberikan pelatihan membuat RKS," kata Muhrodi.
 
Pada pelatihan yang dipaparkan Handi dari DBE 1 Jabar Banten, sekolah dilatih membuat 4 tahapan yang harus dilakukan. Pertama, menyusun profil, yaitu menerangkan mengenai kondisi ril sekolah, semisal jumlah kursi, guru dan jumlah siswa. Kedua yaitu menyusun harapan sekolah yang dirangkum dalam RKW tentang bagaimana sekolah itu mencapai tujuan dan harapan. Pada proses 4 tahun itu dibuat RKT (Rencana Kegiatan Tahunan) dan setelah spesifik dijabarkan ke dalam uang atau RKAS (Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah) dan setelah itu sekolah mempergunakan uang itu sesuai kebutuhan 4 tahun yang telah tercatat.
 
RKAS dibentuk sesuai kebutuhan sekolah masing-masing, ini sebagai panduan supaya pihak sekolah secara bijaksana memenuhi kebutuhannya sendiri mengenai rencana pengembangan pendidikan untuk 4 tahun kedepan. Jadi, siapapun kepala sekolahnya, jika RKS sudah dibentuk, jika terjadi pergantian kepala sekolah maka pimpinan yang baru itu bisa meneruskan program yang telah ditetapkan, karena RKS dibuat bukan oleh kepala sekolah, tapi oleh orang-orang yang ada di lingkungan sekolah, seperti orang tua siswa, guru, komite dan masyarakat. (spn)

Anggota Dewan Cuma Janji Doang

Thursday, September 10, 2009

 
KUTAWALUYA, RAKA - Hingga kemarin, belum satu anggota DPRD Karawang pun yang melirik penderitaan Teti (37) warga Desa Sampalan, Kecamatan Kutawaluya yang sudah sembilan tahun mengidap penyakit gondok. Padahal, ibu dua anak itu pernah mengeluhkan sakitnya pada beberapa anggota dewan saat mereka kampanye. Namun, dewan yang terpilih itu ternyata cuma janji doang.
 
Ternyata, yang bisa membawa Teti ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung adalah warga setempat, mereka mengumpulkan dana untuk biaya berobat Teti, karena janji dewan tak kunjung datang. Padahal saat kampanye, beberapa anggota dewan pernah berjanji akan membantunya. Namun demikian, belum terlambat bagi anggota dewan untuk membantu dan meringankan penderitaan Teti.
 
Ketidak pedulian para dewan ini setelah mereka tak bergeming ketika tim relawan penggalang dana bagi Teti kecewa karena dewan dianggap tak memberi harapan bagi kesehatan Teti. Tim relawan itu memang sengaja dibentuk untuk mengumpulkan dana bagi biaya Teti, karena diketahui Teti termasuk keluarga tidak mampu. "Belum juga dimintai bantuan, mereka sudah berkilah," kata seorang relawan Tati.
 
Ketua relawan untuk Teti, Nasep mengatakan, dana yang diperoleh untuk kesembuhan Teti sudah menipis, malu jika pihaknya harus terus meminta lagi kepada warga yang hampir setiap waktu menyisihkan uang untuk Teti. "Saya mencoba mendekati para anggota legislatif yang terpilih dari daerah pemilihan 3, namun jawabannya semua tidak ada yang peduli kecuali dari salah satu partai yang langsung merespon setelah dia, H. Opik dari Demokrat," ujarnya. (spn)

Bencana Sebagai Cermin Diri

 
Oleh: Kholid Al Kautsar
Pengajar SMAN 1 Batujaya, Kabupaten Karawang
 
Duka kembali melanda bangsa Indonesia, seolah datang bergiliran, beberapa tahun lalu bencana alam melanda Aceh, Nias, Yogyakarta dan Pangandaran. Sekarang gempa itu mengguncang Tasikmalaya dan beberapa daerah lain Jawa Barat. Indonesia seperti tak pernah putus di rundung duka.
 
Fenomena alam ini sebagai peringatan keras dari Allah SWT agar kita kembali ke jalan yang benar. Tanpa mengenyampingkan rasa empati yang mendalam kepada korban dan keluarga yang ditinggalkan, pantas menjadi renungan, perkataan Umar bin Khatab saat terjadi gempa di suatu wilayah, kalimat yang pertama kali diucapkan Khalifah Umar bin Khatab. "Wahai rakyat ku, maksiat apa yang kita lakukan sehingga mengundang bencana seperti ini".
 
Dan gempa di Tasikmalaya yang menelan banyak korban ini memang menyisakan kepiluan yang mendalam, tapi bukan berarti kita harus larut dalam kepedihan dan tidak berusaha melakukan introspeksi diri. Setidaknya ada tiga aspek yang harus kita renungkan. Pertama, sebagai mukmin, bencana ini tentu terkait dengan perilaku kita selama ini. Kedua, musibah ini merupakan alat untuk selalu melakukan introspeksi diri dan mengerjakan aksi kesadaran sosial dalam bentuk memberikan bantuan kepada sesama. Ketiga, banyak pernyataan yang melecehkan ajaran Islam dan kemaksiatan yang merajalela, sehingga Allah SWTdatangkan bencana bagi bangsa ini.
 
Kedepan kita harus berpikir jernih, lebih baik, sesuai dengan tuntutan Allah dan Rasul-Nya. Ada pesan bagi pemerintah Indonesia. Pertama, perlu ada skala prioritas dalam menangani negeri ini, terutama persoalan kemiskinan yang terabaikan. Kedua, rasa keadilan terhadap masyarakat harus ditumbuhkan terus menerus oleh pemerintah dan ketiga, pemerintah harus memerangi segala bentuk kemaksiatan secara tegas.
 
Sudah saatnya pemerintah melakukan 'dakwah amar makruf nahi munkar' dengan baik. Pemerintah harus tegas dan konsisten kalau ingin membawa bangsa ini kepada kondisi yang lebih bermartabat. Peringatan Allah SWT sudah datang berkali-kali, kita harus ingat itu. (spn)
 

PSBG Rengasdengklok Ikuti Praktek Aplikasi Komputer

Wednesday, September 9, 2009

Suasana praktek komputer PSBG oleh fasilitator BDE 2 Bandung di SDN Rengasdengklok Selatan XII.
 
 
 
RENGASDENGKLOK, RAKA - PSBG (Pusat Sumber Belajar Gugus) Proklamasi Kecamatan Rengasdengklok menerima pelatihan aplikasi internet, exel, data base, penggunaan email, kamera digital dengan perangkat komputer dari ME (Monitor Evaluasi) USAID DBE (Desentralized Basic Education) Bandung, Selasa (8/9) di SDN Rengasdengklok Selatan XII mulai pukul 08.00 - 15.00 WIB.
 
Praktek tersebut diikuti 10 dari 16 sekolah dasar se-gugus IV, keenam sekolah yang tidak mengikuti itu tetap diberi pelatihan mengopersionalkan komputer oleh 10 sekolah yang mengikuti pembinaan dari DBE. Praktek ini merupakan kelanjutan dari kegiatan pelatihan komputer bagi guru-guru Gugus II dan IV di wilayah Kecamatan Rengasdengklok 11- 14 Februari 2009 lalu. Namun, sekarang praktek komputer dilakukan ME dalam sehari kemarin, sedangkan sebelumnya oleh ICT (Information Communication Technology) DBE Bandung.
 
Dijelaskan MTT (Master Teacher Training) Haryati SPd, usai praktek pengoperasionalan komputer tersebut, kegiatan ini beda dengan sebelumnya. Pada Februari lalu dipraktekan menggunakan komputer di depan kelas, sedangkan sekarang dipraktekan penggunaan komputer untuk guru, seperti mengirim email dan mengedit foto. Dengan pelatihan komputer dari DBE ini, kata Haryati, semua guru tidak lagi gaptek. "Sebelumnya, banyak guru tidak tahu mouse komputer, tapi sekarang banyak guru yang sudah punya komputer sendiri," ujarnya.
 
Ketua PSBG Proklamasi Rengasdengklok juga Kepala Sekolah SDN Rengasdengklok Selatan XIII, Falah menjelaskan, bantuan DBE tentang praktek mengoperasionalkan komputer dirasa bagus. Kegiatan dari USAID DBE ini memungkinkan semua guru bisa melakukan data base sekolah dengan komputerisasi. Namun begitu, masa kontrak DBE dengan sekolah yang akan habis tahun 2010 nanti, diharap bisa diadopsi Pemda Karawang dan Provinsi Jawa Barat supaya program komputirisasi ini bisa berlanjut. (spn)
 

Rayakan Lebaran Dengan Paceklik

PEDES, RAKA - Warga Pedes dan Tirtajaya akan melalui lebaran tahun ini dengan masa paceklik, mengingat lebaran tidak bertepatan dengan masa panen padi yang diperkirakan tiba Oktober 2009 mendatang jauh setelah hari raya. Tahun lalu, bulan Ramadhan bertepatan dengan masa penen, sehingga kebutuhan lebaran bisa dipenuhi. Terlebih mayoritas warga di kedua kecamatan itu adalah petani.
 
Camat Pedes, Drs. Ade Sudiana mengatakan kepada RAKA, Selasa (8/9) siang, jika panen sebelum lebaran, masyarakat bisa saling antar makanan ke sanak keluarganya, tapi pada masa paceklik ini hal itu kemungkinan sulit dilakukan. Area sawah di Kecamatan Pedes sekitar 2800 hektar, tiap panen petaninya mampu memproduksi hingga 5 ton/hektar. Masa tanam sekarang, kata Ade, tidak ada tanda hama menyerang, dia berharap hasil panen nanti mampu mengangkat ekonomi masyarakatnya.
 
Di tempat terpisah, Camat Tirtajaya Drs. Wawan Setiawan menjelaskan, ada alternatif yang kemungkinan dilakukan warga untuk lebaran di saat paceklik ini, pertama warga mengambil tabungannya dan kedua mencari pinjaman yang akan dibayar panen. Camat Wawan mengutip pernyataan Bupati Dadang S. Muchtar yang mengatakan, untuk mencukupi kebutuhan lebaran nanti jangan terlalu mengada-ada, karena situasi dan kondisi masih pailit. Lebaran nanti harus disambut dengan kemenangan dengan kebutuhan yang wajar.
 
"Kita syukuri lebaran ini dengan aman dan lancar, kita harus bersyukur bisa melaksanakan lebaran dengan tenang dan aman. Sementara saudara kita di Jawa Barat kini sedang kena bencana alam, ini harus kita syukuri," kata Wawan menceritakan kejadian yang menelan kerugian nyawa dan harta benda di beberapa kabupaten Jawa Barat akibat gempa bumi beberapa hari lalu.
 
Dijelaskannya, produksi padi pada Oktober 2009 diperkirakan tidak jauh dari 5-6 ton/hektar, sama seperti musim sebelumnya. Namun begitu pada lebaran besok, masyarakat tetap akan bisa mencukupi keperluan pokok mereka, mengingat selama puasa banyak warganya mengais rejeki sebagai pedagang musiman, semisal jualan es kelapa, kolak pisang dan makanan berbuka puasa. Padahal, di bulan lain, jualan seperti itu belum tentu selaris bulan puasa ini.
 
Sekcam Tirtajaya, Rahlan menambahkan, pas lagi butuh untuk kebutuhan lebaran, pas kondisi ekonomi lagi paceklik. Jika padi sudah ditanam dan menghijau, petani sulit mencari pekerjaan lagi, karena sudah tidak ada lagi yang dikerjakan selain menunggu masa panen. "Mudah-mudahan produksi padi Oktober besok bisa bagus," ujarnya. (spn)

Dendhy Dilantik Ketua Sispamdu Zhadoel Karawang

Tuesday, September 8, 2009

Dendhy Ananda (kanan) saat dikukuhkan sebagai Ketua Sispamdu Zhadoel Karawang oleh AKBP Rudi Antariksawan, S.ik.SH.Msi.
 
 
KARAWANG BARAT, RAKA - Dendhy Ananda dikukuhkan sebagai Ketua Sispamdu Zhadoel (Sistem Pengamanan Terpadu Jalur Duduluran) periode 2009-2011 oleh Kapolres Karawang, AKBP Rudi Antariksawan, S.ik.SH.Msi, Senin (7/9) sore di Rumah Makan Alam Sari, Karawang. Bersamaan dengan acara ini, dibentuk kepengurusan Zhadoel Karawang dan buka puasa bersama.
 
Kepada seluruh anggota Zhadoel, Kapolres Karawang, AKBP Rudi Antariksawan, S.ik.SH.Msi, menyatakan, ini adalah tekad dan semangat Zhadoel, organisasi ini akan jadi bagian masyarakat yang ingin bekerjasama dengan aparatur pemerintah dan berkeinginan menciptakan kondisi masyarakat yang aman dan nyaman. Sesuai tugas pokok dibidang keamanan, ketertiban, hukum dan mengayomi masyarakat, tentunya polisi tidak bisa sendiri, maka Zhadoel inilah yang akan menjadi bagian dari tugas kepolisian dengan keberadaan organisasi yang jelas. "Ini akan sangat bermanfaat bagi kepolisian dan masyarakat, keberadaan organisasi seperti ini masyarakat Karawang akan semakin aman," ujarnya.
 
Pelantikan ini sangat tepat untuk mengayomi masyarakat, mengingat beberapa hari lagi akan masyarakat muslim merayakan Idul Fitri. Dia juga menghimbau pada anggota Zhadoel untuk mempersiapkan mental dan fisik menghadapi pemudik, mengingat Karawang ini jalur strategis dan pintu jalan bagi pemudik dari Jakarta ke arah Jawa Timur dan sebaliknya, terlebih jumlah kendaraan arus mudik akan bertambah banyak. "Terima kasih atas kesanggupan rekan-rekan (Zhadoel, red) yang berkeinginan mengayomi masyarakat dan kita siap bekerja sama," ujarnya.
 
 
Jalur duduluran ini maksudnya jalur persaudaraan dengan sistem menggunakan komunikasi frekwensi HT. Pada kesempatan bicara Dendhy Ananda menjelaskan, berdirinya Sispamdu Zhadoel ini merupakan kepedulian keamanan di Kabupaten Karawang dan Indonesia. Organisasi ini bukan untuk menyaingi organisasi lain atau tandingan, melainkan sebuah organisasi yang akan mempererat kekeluargaan untuk mencapai tujuan bersama.
 
 
Sistem kinerja Zhadoel menggunakan jalur komunikasi untuk membantu Polri dalam memberikan informasi jika di suatu daerah ada peristiwa. Sifatnya hanya memberikan informasi pada Polres Karawang dengan cepat. Sispamdu Zhadoel ini mulai aktif pada Januari 2009 lalu dan hingga September ini anggotanya sudah mencapai 203 orang lebih yang terdiri dari berbagai profesi, dari pegawai negeri hingga penjaga parkir. "Organisasi ini tidak hanya mengutamakan kuantitas tapi kualitas anggota," ucapnya.
 
 
Zhadoel ini tujuannya untuk membina sistem pengamanan terpadu dari masyarakat untuk masyarakat dan kepedulian ini mencakup seluruh daerah di Kabupaten Karawang. Dalam hal ini Zhadoel bermitra dengan Polres Karawang dan kekeluargaan ini tidak hanya sebatas satu organisasi, karena di dalam keanggotaan Zhadoel terdapat beberapa unsur anggota Polri, TNI, Security dan pengusaha juga PMI Karawang yang selalu mendapingi dimanapun Zhadoel berada. Kinerja Zhadoel lebih mengedepankan sosial.
 
Dia juga mengucapkan terima kasih pada Kapolres Karawang yang telah merestui kartu anggota Zhadoel, dia juga berharap anggota ini bisa membantu kepolisian dan pihak keamanan terkait. Ditegaskannya, Zhadoel harus mencerminkan sikap gotong royong dan siap membantu keamanan dan bencana alam yang terjadi di kabupaten ini. Organisasi ini, lanjutnya, senantiasa berjiwa patriot dan santun, silih asah, silih asih dan silih asuh. Keanggotaan Zhadoel terdapat di beberapa kecamatan diantaranya Kecamatan Cikampek, Pangkalan, Rengasdengklok dan Sedari. Dan Zhadoel ada di setiap kecamatan di Kabupaten Karawang.
 
Diakuinya, jajaran Sispandu Zhadoel telah melakukan berbagai kegiatan sosial, diantaranya bantuan kesehatan dengan Yayasan Buddha Tsu Chi, menggelar Waisak di Candi Jiwa, Batujaya juga kegiatan sosial dan bantuan lainnya. Dan dalam waktu dekat Zhadoel akan membantu Polres Karawang untuk mengamankan jalur mudik sekaligus membuat posko mudik yaitu di Terminal Tanjungpura, lampu merah KPUD Karawang, depan Kantor Pemda Karawang, Cikampek dan beberapa titik rawan dan mecet lainnya. "Sispamdu anti kekerasan, organisasi ini harus menjadi contoh. Dengan perbuatan tancapkan tombak, lebarkan sayap dan mari kita ciptakan keamanan kota bersama," jelasnya.
 
Sekertaris KPUD Karawang, Hadis Herdiana mengatakan, jajaran Sispamdu Karawang sudah eksis dan telah mendukung program pemerintah, diantaranya telah membantu Pemilu 2009. Dia berharap, kerjasama sispandu dengan KPU Karawang bisa terus ditingkatkan, terlebih pada Pilkada Karawang tahun 2010 nanti, yaitu menciptakan iklim yang kondusif dan aman. Hal senada dikatakan Ketua DPRD Karawang sementara, Karda Wiranata, 'jalur duduluran' ini harus mendapat dukungan dari semua pihak. "Jika ini untuk kebersamaan masyarakat Kabupaten Karawang, kita harus mendukungnya," ujarnya. (spn)

Biaya Buang Sampah Rp 25 Juta/Bulan

RENGASDENGKLOK, RAKA - Biaya buang sampah Pasar Rengasdengklok ke TPSA (Tempat Pembuangan Sampah Akhir) Jalupang, Kecamatan Kota Baru sekitar Rp 25 juta-an perbulan. Biaya itu hanya untuk BBM (Bahan Bakar Mesin) 4 armada sampah, belum termasuk pekerja dan suku cadang armada. Jika di Rengasdengklok ada TPSA, biaya BBM itu bisa ditekan setengahnya sekaligus menghemat dana Pemda Karawang.
 
Demikian kata Koordinator Kebersihan UPTD Cipta Karya Rengasdengklok, Ilyas kepada RAKA, Senin (7/9) siang di tempat kerjanya. Setiap hari, empat armada kebersihan UPTD Cipta Karya Rengasdengklok membuang sekitar 45-50 meter kubik sampah. Kubikasi ini tidak pernah surut setiap hari, titik surut hanya berkisar 40 kubik sampah perhari di waktu tertentu. Dan sampah terbanyak ketika Pasar Rengasdengklok menerima kiriman jagung, sampah kulit jagung ini membuat tumpukan sampah pasar semakin banyak.
 
Besarnya biaya operasional membuang sampah, kata Ilyas, harus ditangani dengan membuat TPSA di sekitar Rengasdengklok. Jika Rengasdengklok punya TPSA, maka BBM akan bisa ditekan. Selama ini, kerusakan armada selalu terjadi, semisal ban dan onderdil lainnya. Jarak Rengasdengklok-Jalupang ini sangat mempengaruhi kualitas armada sampah.
 
Hitung-hitung, setiap satu armada sampah membutuhkan 30 liter solar tiap rit, sedangkan satu armada membuang sampah sebanyak 2 rit. Sebanyak 19 pekerja dikerahkan setiap hari mengangkut sampah, sejumlah pekerja itu dibagi untuk empat armada sampah. Jam kerja kebersihan di Pasar Rengasdengklok mulai pagi pukul 8.00 sampai 11.00 WIB, kemudian dilanjutkan sore pukul 15.00 sampai 18.00 WIB. Meski sampah pasar terus diangkut, pihak kebersihan UPTD Cipta Karya Rengasdengklok mengaku belum bisa maksimal membersihkan pasar dari sampah, karena sampah terus mengalir dari para pedang yang mereka tumpuk di sepanjang jalan raya.
 
Kata Ilyas, lokasi TPSA yang ideal adalah daerah Leuwisisir di Telukjambe, lokasi itu sangat strategis dan mudah dijangkau armada sampai se-Kabupaten Karawang. Selama ini, Rengasdengklok adalah lokasi terjauh ke Jalupang. Di TPSA Jalupang, lanjutnya, pemerintah hanya membebaskan lahan sawah seluas 5 hektar, sedangkan di Leuwisisir sudah permanen, memang mandegnya TPSA Leuwisisir itu akibat penolakan warga setempat, yang tidak menginginkan keberadaan TPSA di lingkungannya. "Kalau di Rengasdengklok ada TPSA, kita biasa menekan biaya setengahnya setiap bulan, jadi Pemda akan menghemat pengeluaran," ujarnya.
 
Pada bulan puasa ini, jumlah kubikasi sampah Pasar Rengasdengklok bertambah hanya pada awal puasa sekitar 7,5 meter kubik dan kembali normal di pertengahan puasa. Seperti tahun sebelumnya diperkirakan H-7 sampah akan kembali banyak, mengingat akan banyak warga yang belanja untuk memenuhi kebutuhannya. Dan pada saat itu pula, pedagang akan menambah jumlah dagangan mereka dua hingga tiga kali lipat. Pada 7 hari sebelum lebaran itu, pihak kebersihan akan kewalahan untuk membuang sampah ke TPSA Jalupang. (spn)
 

Recording Seismik Masih Berlangsung

Sejak sebulan ini, perekaman seismik beralih ke arah Karawang Barat, setelah sebelumnya di Batujaya, Tirtajaya dan Rengasdengklok. Perekaman seismik ini adalah untuk mengetahui kandungan perut bumi yang dilakukan PT. Pertamina. Tampak kendaraan dihentikan petugas 'recording' PT Pertamina di Jalan Tunggakjati, Kecamatan Karawang Barat, Senin (7/9) siang. Petugas seismik ini pun dibantu polisi untuk mengamankan lalu lintas.

Tetapkan Hati Pada Kemuliaan Allah

Oleh: Kholid Al Kautsar
Pengajar SMAN 1 Batujaya, Kabupaten Karawang
 
SEJENAK saja, lepaskan semua beban yang menggantung di dalam hati dan pikiran, tentramkan hati kita agar ia (pikiran dan hati) tetap berada dalam jalan yang membawa pada keselamatan, tidak menyebrang jauh ke jalan yang buruk. Hasan Al-Basri dalam nasehatnya mengatakan, saling berbicaralah engkau dengan hati, karena hati itu cepat lalai.
 
Dia juga mengatakan, jauhkan hatimu ini dari sentuhan yang buruk, karena ia akan begitu cepat melesat pada keburukan. Keimanan itu tempatnya di dalam hati, dia lah yang menjadi patokan dalam sikap kita. Jika mendapat ujian, maka seorang mukmin akan berlindung pada keimanannya, sedangkan orang munafik akan kembali pada kemunafikannya.
 
Jadi, kita adalah pemain dalam hidup ini, kita yang menentukan arahnya. Maka kehancuran berawal karena kita yang menginginkan kehancuran. Hidup perlu energi
kesabaran, kesabaran perlu kekuatan perlawanan, melawan semua desakan diri yang ingin melalaikan, melawan semua pukulan yang ingin menjatuhkan. Kekuatan sabar ada pada sandaran keimanan dan keimanan yang kuat memunculkan hubungan dekat dengan Allah SWT.
 
Kemudian, kita akan merasakan bahwa kita kuat karena Allah, hancur tanpa Allah dan mampu melakukan apapun karena dukungan Allah. Makhluk apapun di dunia ini lemah di hadapan Allah, perjalanan hitam boleh saja ada di setiap lembar kehidupan, sehitam dan sekelam apapun, siapa pun yang ada dalam gelap pasti mendambakan cahaya, yang sudah mendapat cahaya, pasti berusaha tetap memegang kuat cahaya itu.
 
Siapapun yang sudah mendapat penerang hati, tak mungkin rela berjalan tersesat dan jatuh ke dalam jurang. Umar bin Khotob pernah berucap, kita adalah kelompok orang yang dimuliakan Allah melalui Islam. Andai kita mencari kemuliaan dari selain Islam, pasti Allah akan menghinakan kita, wallahu alam. (spn)

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan