Memaknai Antara Jihad dan Teroris

Saturday, October 17, 2009

Kapten Kusnen didampingi ketua dan sekjen LSM Gasak.
 
 
KARAWANG NEWS - Dalam memaknai antara jihad dan teroris, LSM Gasak (Galang Solidaritas Anak Karawang) gelar lokakarya, Sabtu (17/10) siang di aula Kecamatan Rengasdengklok. Acara ini dihadiri oleh BIN (Badan Intelijen), Kesbang Polinmas Kabupaten Karawang, Koramil dan Polsek Rengasdengklok, termasuk mengundang tokoh agama, masyarakat dan siswa.
 
Pada acara itu, dipaparkan perkembangan terorisme di Indonesia, seperti dijelaskan Posda BIN, organisasi Jamaah Islamiyah yang dikenal sebagai orang-orang teroris yang membagi beberapa negara menjadi zona gerak perkembangannya, diantaranya Zona Malaysia, Zona Indonesia, Zona Singapura, Zona Filipina dan Zona Thailand Selatan.
 
Dijelaskan, Indonesia adalah zona operasi, Malaysia dan Singapura adalah zona ekonomi untuk mencari dana, makanya hampir tidak ada kejadian di kedua negara itu. Kemudian Filipina adalah zona latihan, dan Thailand Selatan sebagai zona persembunyian. Aksi mereka dipastikan akan selalu ada diwaktu mendatang selama kebijakan pemerintah tidak mementingkan umat Islam. "Selama 5 tahun kepemimpinan SBY tidak ada aksi teror. Dan harusnya aksi mereka (jihad, red) ini tugas ulama," katanya.
 
Kenapa Abu Bakar Ba'asir tidak dibina oleh MUI, lanjutnya, harusnya persoalan ulama harus dengan ulama, bukan polisi. Diceritakan Endang, pada umumnya mereka dari kelompok pejuang afganistan, ketika kembali ke Indonesia, di negaranya ini tidak ada pekerjaan. Mayoritas teroris yang menyatakan bom bunuh diri dianggap jihad dilakukan orang yang dikenal sebagai ustad, padahal ilmu agamanya tidak ada jika dibandingkan dengan ustad sebenarnya.
 
Jadi, masyarakat melibatkan diri, jangan menutup-nutupi kelompok radikal tersebut. Selama ini perekrutan anggota melalui organisasi Islam yang sepaham memaknai jihad. "Potensi kedepan gerakan terorisme pasti ada, masih banyak kelompok afganistan yang kecewa dan mereka selalu memandang kebijakan pemerintah salah," tandasnya.
 
Sementara itu, Danramil Rengasdengklok, Kapten Kusnen menjelaskan, perkembangan teroris di Indonesia, karena di negara ini mayoritas Islam terbesar dikaitkan dengan sejarah organisasi Islam radikal waktu silam juga pemahaman jihad yang salah kaprah. Langkah antisipasi yang bisa dikerjakan yaitu melalui sosialisasi dan secara spesifik, penanganan teroris dilaksanakan Densus.
 
 
Penanganan sederhana mengantisipasi perkembangan teroris diantaranya, desa harus selektif membuatkan KTP, pembuatan pos kamling di setiap wilayah untuk memonitor keluar masuk terorisme. Juga memantau pabrik-pabrik yang operasionalnya menggunakan bahan peledak. "Juga tolong, waspadai pengajian-pengajian yang tidak seperti biasanya, dikhawatirkan pengajian itu akan melakukan doktrin untuk jadi teroris dengan iming-iming masuk surga," jelasnya.
 
 
Narasumber tokoh agama setempat, Ahmad Jumroni mengjelaskan, Jika ditinjau secara agama, jihad adalah membela agama, cuma akibat pengaurh garis keras jihad disalah artikan. Dalam ajaran Islam, Rasul mengajarkan tidak semua kafir dibunuh. Jadi, Islam harus menghargai selama mereka tidak merusak akidah Islam. "Latar belakang agama dan pendidikan yang mengartikan jihad itu sendiri, yang pasti salah kaprah jika jihad identik dengan teror, padahal jihad sebenarnya bukan seperti itu," ungkapnya.
 
 
Islam mengajarkan jihad adalah perjuangan umat dalam memperbaiki taraf kehidupan dan membela agam jika mendapat ancaman. Diceritakan Ahmad, ketika Rasul bersalaman dengan seorang petani yang tangannya kasar, Rasul mengatakan dia adalah seorang mujahid. "Jadi, aksi teror ini tidak sesuai dengan makna jihad sesungguhnya," katanya. (*)

0 comments:

Post a Comment

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan