Warga Dengklok Gunakan Kayu Bakar, Menyusul Raibnya Minyak Tanah Dari Daerah Itu

Sunday, December 30, 2007


RENGASDENGKLOK, RAKA - Setelah lama melupakan kayu bakar kini masyarakat Rengasdengklok kembali menggunakan jenis bahan bakar tersebut untuk memasak. Hal itu dilakukan menyusul menghilangnya minyak tanah dari daerah tersebut sejak sepekan terakhir.

Warga setempat mengaku, kelangkaan minyak tanah ini tidak logis dan menilai hal itu berkaitan dengan konversi minyak tanah ke gas. "Jika akan diadakan konversi minyak tanah, sebaiknya bahan bakar yang sudah menahun digunakan masyarakat itu tidak berkurang secara drastis, karena merugikan ekonomi masyarakat," ungkap Asep, warga Dengklok.

Seorang pengecer minyak tanah di Dusun Bakanjati, RT 44/19 Desa Karyasari, Rengasdengklok, Sukardi (55) mengungkapkan, sudah beberapa hari ini kiriman minyak tanah berkurang. Biasanya, setiap hari warung kecilnya di tengah pemukiman penduduk ini di drop 40 liter minyak tanah tiap hari. Namun, sebulan ini jumlah tersebut dikurangi menjadi 20 liter per hari. Dan beberapa hari ini, warungnya nyaris tidak lagi didrop minyak tanah, alasanya minyak langka. "Sekarang masyarakat kebingungan dan beberapa tetangga kembali mencari kayu bakar," katanya kepada RAKA, Minggu (30/12) siang.

Diakuinya, beberapa warga sudah banyak yang menggunakan bahan bakar gas, tapi lebih banyak lagi yang menggunakan minyak tanah, ini karena ekonomi masyarakat setempat yang bisa membeli bahan bakar dengan mengecer. Namun, dengan kelangkaan minyak tanah di kampungnya ini, Sukardi sangat menyayangkan jika pemberlakukan konversi minyak ke gas dibarengi dengan kelangkaan minyak tanah secara total.

Katanya, kelangkaan minyak tanah ini sempat dispekulasi oleh agen penjual, tentunya ini dua kali kerugian yang dialami masyarakat. Jika pemerintah tidak bisa mengantisipasi kelangkaan ini, kemungkinan akan terjadi gejolak sosial di masyarakat, karena minah merupakan kebutuhan umum masyarakat. "Saya ingin minyak tanah jangan langka, karena konversi di Karawang belum berlaku," ujarnya.

Sementara, harga jual minyak tanah oleh pengecer di pasaran Rengasdengklok berkisar Rp 2.800 per liter. Namun, di beberapa wilayah Utara Karawang, seperti Pakisjaya dan Batujaya, harga minyak tanah dijual pengecer hingga Rp 3.500. Harga tinggi ini, karena pengecer mencari minyak tanah hingga puluhan kilo meter. Kendati begitu, warga yang sangat membutuhkan minyak tanah tidak komplen ke pengecer malainkan komplen ke pemerintah yang dianggap tidak bisa menyeimbangkan ekonomi masyarakat bawah.

Dilihat, beberapa hari lalu, agen minyak tanah di seputar wilayah Utara Karawang dipadati pengecer yang antri menunggu dengan puluhan jerigen minyak tanah. Beberapa diantaranya harus berjam-jam menunggu bagian minyak tanah. Sebagian pengecer yang lain, mencari agen minyak tanah di tempat lain. Namun, semua agen kondisinya serupa, yakni kekurangan jumlah minyak tanah meski pengecer banyak yang antri.

Seorang ibu rumah tangga, Rumiyati (35) menyatakan, beberapa hari ini dirinya kesulitan mencari minyak tanah. Sambil menunjukan jerigen, dari kebutuhan 2 liter perhari, saat ini hanya bisa beli seliter, kerena di pengecernya sudah kehabisan. "Biasanya, saya simpan jerigen kosong di warung, jadi kalau mereka dikirim minyak jerigen saya diisi, kalau tidak begini saya sulit mendapat minyak tanah, meski seliter juga tidak apa-apa," katanya. (spn)

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan