Nokia Cell Rengasdengklok Jual HP Berkualitas

Thursday, June 18, 2009

RENGASDENGKLOK, RAKA - Masyarakat Rengasdengklok tidak perlu beli HP jauh-jauh di Karawang, SGC Cikarang atau Jakarta, semuanya ada di Nokia Celluler Rengasdengklok. Harga yang ditawarkan relatif murah, serupa harga Roxy Mas Jakarta. Semua merek HP ada di toko tersebut, termasuk HP Cina Bergaransi.
 
Pemilik Nokia Celluler Rengasdengklok, Anton Tanzil mengatakan kepada RAKA, Rabu (17/6) siang. Diakuinya, banyak HP rakitan dalam kondisi bagus yang dijual di pasaran. Parahnya lagi, banyak warga tidak mengetahuinya, bahkan tak jarang mereka tertipu dengan casing mulus tapi mesinnya bekas. Hal ini yang sering membuat HP tidak awet lama, baru beli sudah bermasalah.
 
Dijelaskannya, kini banyak HP rakitan yang dijual murah. Jika jeli, HP itu bisa diketahui rakitan dilihat dari HP lama yang tidak diproduksi kemudian muncul lagi dengan harga murah. Dan konsumen harus bisa mengetahui spesifik HP yang diminati. Namun demikian, Anton Tanzil, menjamin tokonya menjual HP gres, 100 persen asli dan bergaransi resmi dari pabrikan.
 
Diketahui, ribuan HP bekas telah dijual lagi ke masyarakat dengan dibalut rangka dan casing baru. Makanya masyarakat perlu hati-hati membeli HP. "Saya menjamin kualitas dan garansi resmi, kita tidak jual HP rakitan," kata Anton. (spn)

Dedi Surajat: Kita Tangani Bencana Alam Bersama

"Bagaimanapun air pasang laut atau rob adalah bencana alam, kita sangat prihatin ketika bencana alam yang sempat menimpa Kecamatan Cilebar dan beberapa daerah di sepanjang laut sampai kini belum ada perhatian serius pemerintah dari kecamatan dan kabupaten. Jika bencana ini baru ditangani tingkat, saya sangat prihatin," kata Anggota DPRD Komisi B, Fraksi PKS Kabupaten Karawang, Dedi Sudrajat MM, kepada RAKA, Rabu (17/6) siang.
 
Semua fasilitas pertanian dan lainnya di wilayah memang harus diprioritaskan, mengingat musim hujan akan segera datang. Diakuinya, hal itu harus jadi perhatian khusus. Dan untuk bencana rob ini harus ada perhatian dari pemerintah, karena langkah antisipasinya perlu biaya besar dan perlu suntikan dana dari pemerintah provinsi dan pusat. "Jika ada alokasi khusus, tolong porsinya harus ada yang ke sana (perbaikan alam, red) memang perbaikan itu tidak bisa diselesaikan sendiri oleh Pemda Karawang," ujarnya.
 
Mengomentari pemerintah yang terlihat belum serius menangani rob, Dedi menjelaskan, memang harusnya pemerintah juga mendukung penanaman pohon bakau yang kini telah dikembangkan oleh masyarakat, bagusnya lagi pemerintah harus melakukan rangsangan ulang untuk menanam bakau yang lebih banyak sebagai imunitas alam penahan rob. Kata dia, tidak salah juga jika ada istilah bencana alam harus dilawan dengan alam, kalau selama ini projek pembangunan pemecah gelombang dengan dana besar itu luput dari perhatian pemerintah, sudah saatnya pemerintah melirik pengembangan pohon bakau lagi. "Setidaknya itu bisa mengurangi dana fisik penanganan rob," ujarnya. (spn)

Nelayan Tirtajaya Butuh Koperasi

TIRTAJAYA, RAKA - Nelayan butuh bantuan koperasi karena selama ini Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Desa Tambak Sari, Kecamatan Tirtajaya sudah tidak beroperasi lagi, ibarat mati suri, tidak seperti TPI di daerah lain. Untuk memenuhi kebutuhan melaut, tak sedikit para nelayan yang meminjam uang ke tengkulak untuk menutupi kebutuhannya.
 
Beberapa nelayan menyebutkan, kini sedang musim timur dan ikan yang banyak ditangkap adalah ikan teri nasi biasanya dijadikan ikan kering atau ikan asin dan dikirim ke Jakarta, harga perkilonya dijual antara Rp 13 ribu sampai Rp 14 ribu kepada tengkulak. Setiap hari, pendapatan tidak kurang dari 5-7 kwintal.
Seorang nelayan asal Indramayu, Selamet (42) menuturkan, jika TPI Tambak Sari beroperasi, maka nelayan tidak akan terlalu kesulitan jika akan melaut, karena ada koperasi yang membantu biaya operasional. "Kalau sekarang tidak di bantu para
tengkulak, kemungkinan nelayan tidak bisa melaut," ungkapnya.
 
Penghasilan nelayan setiap harinya berkisar 40 kg-60 kg ikan teri basah, kebutuhan biaya operasional melaut Rp 200 ribu dengan anak buah kapal (ABK) 6 orang sedangkan penghasilan tangkapan sekitar Rp 500 - Rp 600 ribu. Seorang bos tengkulak, Japra (35) warga setempat membenarkan kesulitan para nelayan pada saat akan melaut karena lelang tidak beroperasi sejak dua tahun lalu. Untuk itu dia berinisiatif membeli hasil tangkapan nelayan dengan harga yang sesuai di pasaran, sehingga para nelayan dapat penghasilan untuk menghidupi keluarganya.
 
Meski TPI tidak aktif, tapi para tengkulak tetap membayar retribusi kepada penjaga kelompok masyarakat pengawas nelayan (Pokmaswas) yang di rekrut dinas perikanan Kabupaten Karawang. (spn)

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan