Waskat Dapat Bantuan Kaki Palsu Gratis

Monday, November 17, 2008

JAYAKERTA, RAKA - Beruntung bagi Waskat (32), warga RT 11/04, Desa Medang Asem, Kecamatan Jayakerta, dia mendapat kaki palsu gratis setelah pergelangan kaki kanannya patah tertimpa beton dua tahun lalu. Dia dikasih kaki palsu selutut yang terbuat dari plastik oleh Yayasan Peduli Tuna Daksa (Yay. Sadhu Vaswani) Jakarta.
 
Dia mendapatkan kaki palsu berawal sejak saudara sepupunya bernama Ipon 'ngojek' di pasar Rengasdengklok, dia kebetulan dapat penumpang yang berkaki palsu. Sepanjang jalan, penumpang itu bercerita dia mendapatkan kaki palsu dari Yayasan Peduli Tuna Daksa. Mendengar hal itu, Ipon menceritakan punya saudara yang kena musibah dan pergelangan kaki kanannya buntung. Setelah sampai tujuan, penumpang itu turun dan memberi alamat yayasan tersebut, dia berpesan supaya saudaranya itu segera dibawa ke Jakarta.
Mendapat informasi tersebut, dengan girang Ipon menceritakan semuanya pada Waskat. Dan keesokan harinya, Waskat, Ipon dan ditemani saudaranya seorang staf Desa Teluk Haur, Kecamatan Pebayuran, Kabupaten Bekasi, Soma (40) berangkat ke Jakarta. Sampai di tempat tujuan, Waskat mendapat kaki palsu selutut setelah dia menyerahkan identitas kependudukan termasuk Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Kaki palsu itu dibuat mendadak dan dicetak sesuai ukuran kaki Waskat. Melihat hal ini, Waskat bangga dan terharu, bahkan dia banyak cerita pada tetangganya telah dibantu Yay. Sadhu Vaswani Jakarta.
 
Setelah mendapat kaki palsu tersebut, Waskat yang selama ini selalu menggunakan tongkat bisa kembali main sepak bola. Ini hal yang sangat luar biasa bagi Waskat dan keluarganya. Keseharian Waskat sekarang adalah buruh tani, dia bisa leluasa masuk ke ladang dan sawah dengan dua kakinya yang bisa berjalan seperti sekarang. Diketahui, istri Waskat, Sidah (25) sejak 1,5 tahun lalu jadi TKW (Tenaga Kerja Wanita) di negeri Arab Saudi, selain untuk mengangkat ekonomi keluarga, kepergian Sidah jadi TKW ini agar bisa membelikan kaki palsu untuk suaminya.
 
 
Hilangnya pergelangan kaki Waskat sejak dia bekerja di Cibitung pada perusahaan limbah. Naas, saat dia sedang membongkar balok beton sebuah gedung tua, kakinya tertimpa beton hingga tumit sampai telapak kakinya remuk dan buntung seketika. RS Karya Medika Cikarang langsung mengamputasi kakinya. Setelah kejadian itu, Waskat kembali ke kampung halaman dan tidak bisa mencari nafkah seperti biasanya, lalu istrinya memberanikan diri jadi TKW. Hingga kemarin, Sidah belum dikasih tahu bahwa suaminya telah mendapatkan kaki palsu. (spn)
 

Kerja Bakti 2 Desa Menghadapi Musim Tanam Padi dan Banjir

CILEBAR, RAKA - Dua kepala desa, Pusakajaya Utara Warman Abdurahman dan Pusakajaya Selatan Mintra Hendra, Kecamatan Cilebar kompak mengerahkan aparat desa dan warganya membersihkan saluran sekunder Randu sepanjang 4 km yang menghubungkan dua desa tersebut, Sabtu (15/11) pagi pukul 07.00 WIB.
 
Dijelaskan Warman, sesuai intruksi bupati, air dari hulu akan mulai digelontorkan pada 18 Desember 2008 untuk area persawahannya. Menghadapi hal itu, dia berkoordinasi dengan Mintra untuk membersihkan saluran utama di dua desa tersebut. Saat ini memang air belum dibutuhkan, mengingat beberapa petak sawah sedang panen. Tepatnya, pada pertengahan Desember 2008 nanti petani di dua desa ini akan mulai tanam.
 
Sawah yang diairi saluran sekunder Randu ini mencapai 650 hektar, meliputi 380 hektar persawahan di Desa Pusakajaya Selatan dan sisanya sawah di Desa Pusakajaya Utara. Sepanjang saluran sekunder antara Kampung Cikunir, Pusakajaya Selatan hingga Kampung Krajan, Pusakajaya Utara, sekitar 50 aparat desa dan masyarakat turun ke saluran dan mengangkat tumbuhan air yang membuat laju air lambat dan kadang menghambat sampah yang mengalir diatasnya.
 
"Kebutuhan kita sama, sama dan lokasi yang perlu dibersihkan pun sama. Untuk itu kita sengaja melaksanakan kerja bakti. Sebelum kerja bakti ini, seminggu lalu kita sudah saling koordinasi dan mengagendakan Sabtu sebagai hari tepat untuk kerja bakti, karena di hari Sabtu kita punya luang," ucap Warman di tengah kesibukannya bersama aparat desa dan warga yang sibuk membersihkan saluran sekunder.
 
Hal senada dikatakan Mintra Hendra, pada masa tanam padi musim ini air untuk persawahan terbilang cukup. Namun begitu, dia tetap mengambil langkah antisipasi pembenahan semua saluran air supaya laju air lancar saat dibutuhkan. Pembenahan saluran air ini pun tidak menutup kemungkinan untuk mencegah banjir. "Memang untuk saluran tersier belum kita jamah, karena masih panen. Pembenahan saluran sekunder ini supaya saluran lancar. Setelah saluran utama ini bersih, selanjutnya pembenahan saluran tersier diteruskan oleh masing-masing desa," katanya. (spn)
 

Rob Masih Jadi Ancaman Bagi Warga Sarakan

Niman dan keluarganya.
 
 
TIRTAJAYA, RAKA - Hingga kemarin, air pasang laut (Rob) masih menerjang pemukiman di Dusun Sarakan, RT 16/06, Desa Tambaksari, Kecamatan Tirtajaya. Seperti dialami keluarga Niman (30), rumahnya doyong akibat diterjang ombak dan tiupan angin kencang. Menghidari ambruk, nelayan satu anak menurunkan sebagian genting rumahnya.
 
"Sejak pertama air pasang laut terjadi (Senin (10/11), red) rumah saya terendam dan tampak mau ambruk, kemudian pada hari Jumat kemarin saya menurunkan sebagian genting supaya atapnya tidak berat, karena tiang-tiang rumah terlihat tidak kuat menahan beban," ujarnya.
 
Selain air pasang laut dan tiupan angin kencang, Niman bersama anak-istrinya harus rela kehujanan karena atapnya terbuka. Meski demikian, Niman hingga kemarin masih tetap bertahan di rumahnya itu, menunggu kepastian Pemda Karawang menyiapkan relokasi pemukiman baru bagi dia dan tetangganya. "Saya ingin pindah pak, saya juga takut jika harus tinggal lama disini," ucapnya.
 
Diketahui, air pasang laut atau bahasa kelautannya di sebut 'rob' mulai membanjiri pesisir pantai Karawang, termasuk pesisir pantai Jakarta dan Laut Jawa sejak Senin (10/11) lalu. Rob ini datang memuncak sekitar pukul 09.00-11.00 WIB, setelah Dzuhur, Rob kembali surut dan kembali datang di keesokan harinya pada jam yang sama. Sejak Senin minggu lalu, Rob kian hari semakin besar, hingga Senin (17/11) kemarin banjir itu masih melanda warga Sarakan.
 
Dilihat, beberapa rumah di dusun ini diikat tambang besar, ini dimaksudkan supaya rumah bambu tersebut tidak ambruk saat ditiup angin kencang yang biasanya datang pada malam hari. Di dalam rumah mereka, sudah tidak tampak rapih, semua perabotan rumah tangganya basah. Sepertinya, tidur pun tidak akan nyenyak jika disekeliling rumah di dusun ini riuh angin dan ombak besar. Mirip seperti tidur dalam perahu yang kena badai. (spn)

44 Rumah di Tambaksari Diterjang Rob

Rumah warga Sarakan di pesisir pantai yang terjebak air laut pasang.
 
 
 
TIRTAJAYA, RAKA - Camat Tirtajaya, Drs. H. Wawan Darmawan didampingi Kepala Desa Tambaksari Arum Saepulloh beserta aparatnya mengunjungi lokasi pemukiman yang dilanda banjir air laut pasang di Dusun Sarakan, RT 16/06, Desa Tambaksari, Sabtu (15/11) siang.
 
Sejak Rabu (12/11) siang pukul 09.00-11.00 WIB sekitar 44 KK (Kepala Keluarga) atau 220 jiwa usik warga setempat direndam air laut setinggi 40-60 cm. Sedangkan 4 rumah warga setempat rusak berat. Kepada camat, warga setempat meminta supaya mereka dipindahkan ke lokasi aman jauh dari lepas pantai. Dalam bahasa kelautan, air laut pasang ini dinamakan 'rob', terjadi akibat global warming (pemanasan global) yang mengakibatkan dorongan air laut, gelombang laut dari jarak jauh dan badai yang sering terjadi di laut.
 
Seperti dikatakan Sugeng, sebelumnya abrasi pantai Sarakan belum separah ini, pada tahun 2006 saja, hamparan pasir pantai masih membentang luas sekitar 200 meter dari kondisi sekarang. "Tapi setelah melihat abrasi yang parah seperti ini, kita memilih pindah dibanding harus tetap tinggal diam. Kami tidak keberatan pindah, yang penting lokasi pemukiman baru bagi kami dekat dengan sungai, karena mayoritas penghuni (yang kena musibah abrasi, red) adalah nelayan," katanya.
 
Dihadapan warga tersebut, Camat Wawan mengatakan, dia akan ajukan permintaan warganya itu pada Bupati Karawang Drs. Dadang S. Muchtar. Relokasi pemukiman baru yang akan jadi tempat hunian baru warga Sarakan adalah area pertambakan setempat yang tidak jauh dari pesisir pantai. "Kita coba ajukan ke bupati, karena pada tahun 2006 sekitar 82 rumah warga Sarakan pernah dibantu untuk mengungsi dari bibir pantai yang abrasi. Namun, yang pindah cuma setengahnya, alasannya karena relokasi rumah saat itu terbatas akhirnya sebagian warga masih dipantai sampai sekarang," jelasnya.
 
Warga setempat, Karmin (32) mengatakan, dirinya sudah beberapa hari tidak melaut mencari ikan sejak air laut pasang, karena dia khawatir pada keluarganya. Dia pun takut jika rumahnya ambruk direndam banjir. "Tuh, rumah itu saja sudah doyong mau ambruk, makanya saya tidak melaut, karena saya harus menjaga keluarga dari musibah ini," katanya sambil menunjukan satu rumah yang doyong.
 
Selain pemukiman di Dusun Sarakan, sekitar 90 rumah di Dusun Tambaksari II dan 50 hektar tambak ikan bandeng terendam. Di area tambak, tanggul-tanggul sungai tampak jebol, ini disebabkan air limpas. Kata Kepala Desa Tambaksari, Arum Saepulloh, tanggul sungai itu harus diturab, karena kalau tidak dibangun maka air akan limpas dan turun ke pertambakan. "Sepanjang 2 km kiri-kanan tanggul sungai harus diturab untuk menahan limpasan air," ucapnya. (spn)
 

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan