Kantor UPK Tirtajaya Diresmikan

Friday, October 31, 2008

Setelah 7 Tahun Ngontrak di Garasi Rumah Warga
 
TIRTAJAYA, RAKA - Rabu (29/10) siang, kantor baru UPK (Unit Pengelola Kegiatan) Tirtajaya diresmikan oleh Kepala BPMS (Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Sosial) Kabupaten Karawang, Drs. H. Momon Sudirman, MSi. didampingi Camat Tirtajaya, Drs. H. Wawan Setiawan. Kantor dengan luas lahan 10x50 meter persegi ini menghabiskan biaya pembangunan hingga Rp 258.000.000.
 
Tanah UPK dibeli pada tanggal 2 April 2007 lalu sebesar Rp 15.600.000 dengan luas lahan 10x50 meter persegi. Pembangunan kantor dimulai dengan peletakan batu pertama pada 9 April 2008 lalu oleh Camat Tirtajaya, Drs. H. Wawan Setiawan, bangunan ini mulai dikerjakan pada 15 Agustus 2008 dengan ukuran bangunan 8x20 meter persegi. Kemudian, diresmikan pada 29 Oktober 2008 oleh Kepala BPMS Karawang. Dana yang dihabiskan untuk membangun kantor UPK ini sebesar 258.000.000, dana itu terdiri dari dana opersional UPK Rp 183.000.000, dana APBD Kabupaten Karawang tahun 2008 sebesar Rp 75.000.000 dan swadaya masyarakat.
 
Tercatat, Kecamatan Tirtajaya yang terdiri dari 11 desa memiliki jumlah penduduk sekitar 66.122 jiwa atau 22.917 KK (kepala keluarga). Sebanyak 12.146 KK atau 53 persen dari jumlah total, masyarakatnya dikategorikan keluarga miskin, mayoritas mereka adalah petani dan pedagang kecil. Potensi daerah ini adalah pertanian padi dan tambak ikan. Kecamatan ini telah berpartisipasi dalam PPK sejak tahun 2002, sampai saat ini telah mendapat alokasi BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) PPK tahun 2007 sebesar Rp 1,25 miliar dan tahun anggaran 2008 PNPM Mandiri sebesar Rp 3 miliar.
 
Kepala UPK Tirtajaya, Nurlaelasari menjelasakan, dia merasa bersyukur UPK Tirtajaya sudah punya kantor sendiri. Sebelumnya, kantor UPK Tirtajaya hanya menyewa garasi sebuah rumah milik H. Nining di Dusun Trijaya, Desa Sabajaya selama 7 tahun. Meski ruang garasi yang hanya memiliki ruang 3x4 meter itu pengap dan sempit, tetap tidak mengurangi kinerja pegawainya, bahkan secara bertahap personil UPK malah bertambah seiring program pemerintah yang terus berjalan melalui PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat).
 
"Saya mengucapkan terima kasih pada masyarakat serta aparatur pemerintah atas suportnya. Dengan kantor baru ini, kinerja UPK akan lebih semangat lagi, mudah-mudahan teman-teman UPK di kecamatan lain akan lebih termotivasi (membangun kantor sendiri, red)," katanya.
 
Kepala BPMS menjelaskan, untuk memberdayakan masyarakat, Kabupaten Karawang memiliki program yang diprioritaskan untuk peningkatan IPM, diantaranya kesehatan, pendidikan dan ekonomi yang ditunjang dengan infrastruktur. Dari tiga asepek dan ditunjang infrastruktur itu maka aturan dan garapannya jelas, artinya payung hukum dan obyek program pembangunan jelas. Pemberdayaan ekonomi kerakyatan itu majemuk dan beragam, masing-masing individu punya cara sendiri-sendiri. "Dengan adanya dorongan dari pelaksana pemberdayaan ekonomi itu, maka prioritas kebijakan IPM terutama pemberdayaan kerakyatan diharap mencapai nilai maksimal," ujarnya. (spn)
 

Aparat Desa Baru 'Dipelonco' Kecamatan

Wednesday, October 29, 2008

TIRTAJAYA, RAKA - Menciptakan kedekatan sesama perangkat desa dan kecamatan tidak bisa dilakukan seiring waktu, melainkan dikenalkan dalam satu pelatihan perangkat desa, anggota BPD, LPM dan Linmas se-kecamatan. Atas dasar itu, Camat Tirtajaya, Drs. H. Wawan Setiawan berinisiatif melakukan pelatihan itu selama tiga hari lalu berturut-turut dikantor kecamatan, 20, 21 dan 22 Oktober 2008 lalu.
 
Dijelaskan camat, latihan ini dilaksanakan karena diantara perangkat di sebelas desa di kecamatan ini baru dan telah melaksanakan Pilkades (pemilihan kepala desa) pada Agustus 2008 lalu, diantaranya Desa Pisang Sambo, Gempol Karya, Medan Karya, Tambak Sumur, Tambak Sari, Sumur Laban, Srijaya dan Desa Bolang. Pada Desember 2008 mendatang, Desa Kutamakmur akan melaksanakan Pilkades.
 
Materi pelatihan itu langsung digembleng Muspika Tirtajaya, Kasi Kecamatan, BPMS dan Kesbang Linmas Pemkab Karawang. Pelatihan ini mirip seperti 'pelonco' mahasiswa baru, tapi lebih halus dan penuh canda, mengingat pesertanya itu adalah orang tua yang berumur rata-rata setengah baya. Bahkan, beberapa hari usai pelatihan ini, beberapa aparatur desa mengungkapkan kesannya, pelatihan dari gagasan camat ini disambut antusias.
 
Kata camat, dana pelatihan ini diambil dari ADD (Anggaran Dana Desa) yang turun September 2008 lalu, sebanyak 11 desa menyisihkan sebesar Rp 1 juta dan terkumpul Rp 11 juta. Pelatihan ini dilaksanakan di kantor desa untuk memberikan materi tentang kedisiplinan dan ketaatan bawahan pada atasan yaitu kepala desa dan camat termasuk Pemkab. Selain di kantor kecamatan, pelatihan dilakukan di TPU (Tempat Pemakaman Umum) pada malam hari untuk menguji mental, termasuk menjelajah area sawah dan menyeberangi sungai-sungai. Mirip seperti anggota pramuka yang sedang dilatih.
 
"Usai pilkades, ternyata banyak hansip baru termasuk perangkat lainnya. Dasar dari kekhawatiran mereka tidak paham tugas pokok dan fungsi, maka kami adakan pelatihan ini. Selain itu, pelatihan ini pun untuk kenalan sesama aparat desa dan staf kecamatan. Kami harap, pelatihan ini bisa menciptakan aparat yang memiliki dedikasi dan kinerja baik sesuai jabatan masing-masing," kata camat, kepada RAKA, Jumat (24/10) siang, di ruang kerjanya.
 
Intinya, kata camat, aparat desa itu diperkenalkan tentang tugasnya masing-masing, jangan sampai perangkat desa tidak mengenal staf kecamatan dan tugasnya sendiri. Dan pelatihan ini menjauhkan sesama aparat desa berselisih tentang tugasnya masing-masing. "Yang paling penting, seorang aparat desa itu harus kreatif, tanpa harus disuruh kepala desa dan camat, misalnya jika sedang tidak ada tugas, dia bisa beres-beres sendiri supaya tugasnya jadi ringan. Kami tidak berharap, jika tidak ada pekerjaan di desa, aparatnya pulang semua," tandasnya. (spn)

Pantai TPK Akan Dijadikan Obyek Wisata

CILEBAR, RAKA - Sepanjang 1,5 km 'pancangan' di lokasi Tambak Pandu Karawang (TPK) peninggalan mantan Presiden RI Soeharto yang dibangun tahun 1982, kini akan dikembangkan sebagai obyek wisata pantai oleh Kepala Desa Pusakajaya Utara, Kecamatan Cilebar, Warman Abdurahman.
 
Dua turap beton atau 'pancangan' yang dibangun menjulur sepanjang 1,5 km ke tengah laut itu awalnya berfungsi untuk mengambil air laut bersih untuk mengairi area tambak di kawasan yang sebelumnya bernama Tambak Inti Karawang (TIR). Diketahui, pada awal pembangunan pun 'pancangan' ini sering dikunjungi orang-orang, karena beton yang memiliki lebar sekitar semeter itu bisa dijejaki orang. Sehingga, mereka bisa berjalan ke lepas pantai merasakan deburan ombak. Dan kebanyakan, pancangan ini didatangi pemancing.
 
Hingga ini, pancangan itu masih tampak indah, meski fungsinya tidak lagi seperti awal pembangunanannya. Melihat hal itu, Warman berinisiatif akan mengembangkan potensi panorama pancangan itu sebagai obyek wisata pantai, Warman menyebutnya 'Pancangan Indah', karena dari tempat masyarakat bisa menikmati pantai yang asri. "Nilai jual kita adalah pancangannya, saya pikir peninggalan Soeharto ini perlu dijadikan obyek wisata, saya juga berharap ada kerjasama baik antara desa dan TPK," katanya.
 
Menurutnya, jika ada kerjasama antara TPK, pemerintah Karawang dan masyarakatnya, dia akan lebih leluasa menciptakan obyek wisata yang tidak kalah saing dibanding lokasi lainnya yang telah ada. Ide mengembangkan obyek wisata ini setelah dia melihat kondisi pantai yang kritis. "Yang akan saya lakukan adalah memperbaiki kondisi pantai, diantaranya penghijauan termasuk fasilitas hiburan lainnya," akunya.
 
Namun demikian, dia juga tidak menutup diri jika ada sponsor yang mendukung pihaknya mengembangkan obyek wisata ini. Selambatnya, perkembangannya bisa terlihat setelah setahun membangun, itu pun jika disokong dana kuat. Dengan begitu, kades tidak menutup bagi investor manapun bekerjasama membangun lokasi wisata yang dia kelola.
 
 
"Saya minta dukungan dan doa dari semua masyarakat. Dan saya juga minta dukungan dari sponsor yang akan ikut membantu pengembangan obyek wisata 'Pancangan Indah'. Ini adalah aset pantai yang potensi di Desa Pusakajaya Utara, tidak ada salahnya untuk dikembangkan supaya bisa bermanfaat untuk masyarakat," ujarnya. (spn)

JPPR Dengklok Gelar Forum Jelang Pemilu 2009

RENGASDENGKLOK, RAKA - JPPR (Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat) Rengasdengklok gelar forum warga di aula Ponpes Bani Ali, Rengasdengklok, Sabtu (25/10) pukul 14.30 WIB. Pada forum ini, JPPR mengajak masyarakat mengenai pentingnya Pemilu (Pemilihan Umum) tahun 2009 mendatang.
 
Kegiatan ini dihadiri masyarakat setempat, tiga caleg (calon anggota legeslatif), Ketua KPUD Karawang dan anggotanya, peserta PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) termasuk Sekertariat JPPR Jakarta. Forum ini merupakan rangkaian kerja JPPR di 20 kota besar di Indonesia, termasuk Kabupaten Karawang untuk memberikan informasi sekitar pemilu tahun 2009, supaya masyarakat tahu dan cerdas memilih wakil rakyat.
 
Di Kabupaten Karawang, Korcam (Koordinator Kecamatan) JPPR meliputi Kecamatan Rengasdengklok, Cikampek, Karawang Barat, Karawang Timur dan Kecamatan Telukjambe Barat. Ketua JPPR Pusat, Maskur menyatakan, program JPPR ini untuk melakukan pendidikan pemilih kepada masyarakat serta informasi mengenai tiga hal, diantaranya undang-undang pemilu, tujuan pemilu dan peran serta perempaun dalam politik.
 
Korcam JPPR Rengasdengklok, Didin Ahmad Muhidin (30) usai acara mengatakan, forum yang digelar JPPR ini sebagai bentuk partisipasi, pihaknya ingin ikut terlibat aktif dalam membangun cita-cita demokrasi dalam mekaniksme pemilu sebagai sistem yang menjembatani pemerintah dan masyarakat. Hal senada di ungkapkan Ketua KPUD Karawang, Emay Ahmad Maehi. Menurut Emay, KPUD menyambut baik kegiatan LSM, ormas dan apapun namanya yang berperan aktif sebagai tempat untuk mensosialisasikan tahapan pemilu.
 
"Kami harap Pemilu tahun 2009 nanti, hasilnya bisa mencapai 75-80 persen, karena kita tahu tingkat pemilu di berbagai daerah mengalami penurunan, kita akan optimalkan agar masyarakat bisa gunakan haknya pada saat pemilu nanti," ucap Emay.
 
Pada kesempatan yang sama, Caleg No 3 PDIP daerah wilayah pemilihan 3, Abdul Arief mengatakan, dia sangat bertetima kasih dengan adanya forum warga yang digelar JPPR. "Beban saya sedikit tertolong oleh JPPR, dalam pencalonan ini saya harap forum warga lainya mengundang saya untuk hadir. Sehingga masyarakat bisa tahu kapasitas calonnya," ucapnya. (spn)
 

Tim Voli ARN Rancanunggul Boyong Saan Mustopa Cup

PEDES, RAKA - Tim bola voli ARN Rancanunggul, Kecamatan Pedes berhasil memboyong piala bergilir Saan Mustopa Cup dalam Open Turnamen Bola Voli Liga Demokrat mengalahkan tim Gas Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya pada final, Minggu (26/10) sore. Liga Demokrat ini digelar 25-26 Oktober 2008 di Desa Sungaibuntu, Kecamatan Pedes.
 
Sebanyak 18 tim bola voli memperebutkan piala bergilir Saan Mustopa Cup dalam kompetisi tersebut. Dan Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan serupa bola voli yang dilaksanakan DPC Partai Demokrat Kabupaten Karawang. Sebelumnya, DPC Partai Demokrat sukses menggelar sukses Open Turnamen Demokrat Cup tahun 2007, kemudian diteruskan Open Turnamen Bola Voli Saan Mustopa Cup dan mulai Oktober 2008 ini digelar Liga Demokrat Cup yang memperebutkan piala bergilir Saan Mustopa Cup.
 
Caleg DP IV, Endang Suherman. ST, menjelaskan, bulan Oktober 2008 ini, kegiatan bola voli yang digelar partai sudah dimuali di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi dan sekarang di Desa Sungaibuntu, Kecamatan, Pedes. Voli in pun bentuk awal Liga Demokrat Cup yang nantinya akan digelar di beberapa kecamatan se-Kabupaten Karawang. Sebelumnya, kegiatan serupa sudah banyak dilakukan di beberapa kecamatan dan kegiatan ini sudah sering digelar partai. "Acara bergilir tiap kecamatan ini, selain untuk sosialisasi partai, juga untuk memberi kesan hiburan bagi masyarakat dan mencari bibit-bibit pemain yang berpotensi," katanya.
 
Lebih lanjut Endang mengatakan, inti kegiatan ini untuk menggali potensi masyarakat, dengan banyak kegiatan berarti peluang bagi pemain-pemain yang potensial. Dengan olah raga bola voli ini, bibit-bibit daerah bisa terlihat jelas. Diketahui, yang mengikuti Liga Demokrat di Desa Sungaibuntu ini tidak hanya dari pemain lokal, tapi meliputi dari Karawang, Bekasi dan Purwakarta. "Ini merupakan salah satu komitmen partai terhadap olah raga masyarakat, terutama bagi para remaja di tiap daerah yang memiliki potensi bola voli," ucapnya.
 
 
Sementara itu, Caleg DPR RI juga sebagai Ketua DPC Partai Demokrat Karawang, Saan Mustopa, MSi, di sela kegiatan Liga Demokrat itu menjelaskan, dia sangat konsen dalam pembinaan voli untuk memacu semangat dan lebih digemari oleh masyarakat. Dia pun ingin mengembangkan masyarakat yang memiliki potensi bola voli daerah. Kegiatan bola voli yang dilaksanakan ini merupakan sumber rektrutmen untuk tim voli Kabupaten Karawang, bahkan dia ingin tingkatkan voli melalui Liga Demokrat ini. "Dan kegiatan ini akan saya lakukan lebih baik lagi dan merata di semua kecamatan Kabupaten Karawang," katanya.
Menurutnya, sudah banyak pertandingan bola voli di beberapa kecamatan Karawang sejak 2007 lalu. Kata Saan, ini merupakan salah satu model, karena sebelumnya Partai Demokrat sering melakukan pengobatan masal. "Selain voli, juga banyak kegiatan lainnya, segala bentuk kegiatan, termasuk bola voli ini salah satu model kegiatan yang manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat," ucapnya.
 
Dia berharap, selain mensosialisasikan partainya, kegiatan ini benar-benar bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Kedepan, aku Saan, mengukir prestasi di ajang voli Kabupaten Karawang bisa terwujud. Dan dia juga menginginkan, segala bentuk kegiatan partai, termasuk olah raga ini memiliki nilai tersendiri. "Mudah-mudahan apa yang telah kami lakukan bisa bermanfaat bagi masyarakat," ujarnya. (spn)

Jalan Pedesaan Banyak yang Masih Rusak

BATUJAYA, RAKA - Sepanjang 6 km jalan di Desa Segarjaya, Kecamatan Batujaya sering terjadi kecelakaan dimusim hujan ini. Pasalnya, jalan tersebut masih batuan dan tanah yang menyebabkan jalanan licin. Tak terhitung satu dua motor yang jatuh, bahkan hingga puluhan motor terpeleset dalam satu hari. Namun begitu, mereka hanya mengalami luka ringan, seperti kejepit motor dan tergores.
 
 
Seorang warga setempat, Misan menceritakan, sejak beberapa tahun ini jalan di desanya lolos dari pengawasan Pemda Karawang, artinya hingga kini tidak pernah diperbaiki. "Bahkan kalau hujan besar, semua pelajar di desa ini akan mogok pergi sekolah, karena memang jalan di desa ini tidak bisa dilalui karena rawan kecelakaan akibat licin," ucapnya kepada RAKA, Selasa (28/10) siang.
 
 
Di tempat terpisah, Kades Telagajaya, Kecamatan Pakisjaya, Naja Nurjaya bahkan menganggarkan dana raksa desa untuk perbaikan jalan di lingkungan desanya. Mengingat, jalan di desanya sudah lama rusak. Jalan tersebut merupakan akses vital untuk ativitas masyarakat, terutama bagi petani setempat.
 
Kata Naja, pada perbaikan jalan itu pihaknya memberdayakan tenaga warga setempat, termasuk BPD dan LPM. "Kami mengharapkan dukungan dari berbagai pihak. Dan kami masih menunggu bantuan dari Pemkab Karawang agar secepatnya memperbaiki jalan-jalan lain yang kondisinya masih rusak," ucapnya.
 
Dia menjelaskan, kondisi jalan sepanjang Desa Teluk Buyung hingga Desa Telagajaya, Kecamatan Pakisjaya termasuk jalan Desa Segarjaya, Kecamatan Batujaya rusak parah. Sampai sekarang warga setempat masih menunggu perbaikan jalan tersebut, mengingat aktivitas warga tergantung kelayakan akses jalan.
 
Sementara itu, Ketua BPD Telagajaya, Sardi Sihabudin mengatakan, secepatnya jalan tersebut harus diperbaiki karena termasuk sarana publik, terutama bagi petani setempat. "Sarana di desa kami, ingin disejajarkan dengan masyarakat di desa-desa lainnya. Selama ini sudah banyak para anggota dewan dan pejabat Pemkab Karawang berkunjung ke desa ini, tapi upaya mereka belum merealisasikan kepentingan kami," ujarnya.
 
Meski begitu, pihaknya bersama desa merencanakan akan menganggarkan dana raksa desa untuk perbaikan sarana jalan. Sementara, dana raksa desa yang telah turun hanya cukup untuk perbaikan jalan di Kampung Wagir, Desa Telagajaya sepanjang 400 meter dengan batuan kapur dan sirtu. Pekerjanya adalah satuan pelaksana Desa Telagajaya. (spn)

Tirtajaya Baru Terima Paket Gas Elpiji Gratis

Saturday, October 25, 2008

TIRTAJAYA, RAKA - Jumat (24/10), paket gas elpiji untuk Kecamatan Tirtajaya baru dibagikan di Desa Srijaya kepada 1.937 (kepala keluarga). Dan untuk desa lainnya menyusul. Keterlambatan pembagian paket gas elpiji di kecamatan ini mengingat pendataan desa-desa yang lambat, alasannya Pilkades (Pemilihan Kepala Desa) pada Agustus 2008 lalu.
 
Kepala Desa Srijaya, Durahman Hamied menjelaskan kepada RAKA, Kamis (23/10) sore disela penerimaan ribuan tabung elpiji yang diturunkan truk-truk dari Pertamina, desa ini merupakan desa yang paling cepat dibanding desa lainnya dalam melakukan pendataan warga yang akan mendapat paket gas elpiji. Padahal, desa ini pun sama sibuknya saat Pilkades lalu.
 
Namun begitu, paket gas yang dikumpulkan di halaman desa ini sebenarnya masih kurang 46 tabung untuk 46 KK, kekurangan itu akan disiasati dengan mengurangi jumlah paket gas yang akan diterima UKM (Usaha Kecil dan Menengah) yang akan benar-benar diseleksi. Sedangkan, bagi paket gas bagi rumah tangga akan dibagikan tepat sesuai jumlah yang ada, kekurangannya diambil dari UKM.
 
Masyarakat Srijaya, lanjutnya, sudah lama menunggu konversi minyak tanah ke gas elpiji. Mengingat, minyak tanah di desa ini sudah terasa sulit dicari, meski ada harganya melambung tinggi. Untuk penyaluran paket gas, aku Durahman, akan dibagikan di tiap dusun, tidak dikonsentrasikan di desa, ini berdasarkan hasil musyawarah bersama. Keempat dusun itu diantaranya, Dusun Gulampok, Ci Cau, Tangkolo dan Dusun Kedungsari.
 
Diakuinya, pihak desa mendapat biaya operasional sebesar Rp 2 juta untuk menyalurkan paket gas elpiji ini. Namun, pihaknya tidak menutup diri jika ada warganya yang tetap memberi ongkos kirim selama pembagian paket gas ini, asalkan tidak dipatok dan tidak membebankan warga. "Terkait dengan pembagian gas elpiji, saya harap warga yang masih awam agar tidak menggunakan paket gas tergesa-gesa, mengingat khawatir jika terjadi kerusakan akibat warga tidak tahu cara memakaiannya. Untuk itu, kita akan demo cara pakai kompor gas kepada semua warga yang masih awan menggunakannya," ujarnya.
 
Diakuinya, hingga paket gas diturunkan pada kemarin sore, pihaknya belum menerima koordinasi jika ada kerusakan paket tersebut. Pihaknya memberi peluang bagi warganya untuk jualan tabung gas elpiji 3 kg. Mengingat gas elpiji ini pasti akan sangat dibutuhkan."Saya juga belum tahu, apakah jika ada kerusakan akan diganti atau warga membelinya ke toko-toko yang menyediakan paket gas elpiji," ucapnya. (spn)

Dishub Uji Emisi dan Kelayakan Bermotor

Thursday, October 23, 2008

RENGASDENGKLOK, RAKA - Unit Pengujian Kendaraan Bermotor Keliling Dinas Perhubungan Karawang menguji kelayakan kendaraan bermotor roda empat di Terminal Rengasdengklok, Rabu (22/10) siang. Semua jenis mobil dicek kelayakannya, mulai emisi gas buang hingga perangkat rambu-rambu lalu lintas.
 
Ketua Tim Pelaksana Uji Kelayakan Keliling Dinas Perhubungan, Wawan Kuswanta mengatakan, uji kelayakan ini untuk mengetahui kelayakan dari kendaraan roda empat yang dipakai umum maupun kendaraan pribadi sesuai dengan standarisasi. Jika tidak dicek, dikhawatirkan banyak kendaraan tidak layak pakai tetap diopersionalkan di jalan umum. Hal itu bisa menyebab kecelakaan, terutama kendaraan angkutan umum. "Ini rutinitas kami dan uji kelayakan ini sangat penting untuk keselamatan pengendara," katanya kepada RAKA, Rabu (22/10) siang disela kesibukannya menguji kelayakan kendaraan.
 
Secara teknis, uji kelayakan keliling ini, lanjut Wawan, timnya datang ke suatu daerah jika diminta oleh para pemilik kendaraan yang ingin disahkan uji kelayakannya. Kalau dilakukan pengujian di kantor Dinas Perhubungan Kabupaten Karawang yang berlokasi di Cikampek, akunya, tidak efesien karena jarak yang terlalu jauh. Untuk itu pihaknya memfasilitasi pemilik kendaraan bermotor dengan cara membuka praktek uji kelayakan bermotor ke tiap-tiap daerah, diantaranya datang ke Rengasdengklok.
 
Selain itu, unit pengujian kendaraan bermotor keliling juga memberikan penjelasan tentang pentingnya melengkapi perangkat rambu-rambu lalu lintas pada kendaraan roda empat. Hal ini dilakukan karena setelah kendaraan tersebut lulus uji kelayakan Dishub menyemprotkan label tentang keterangan spesifikasi kendaraan tersebut beserta kelayakannya. (spn)

Akibat Abrasi, Warga Kampung Tanjung Bali Mengungsi

TIRTAJAYA, RAKA - Masih terkenang banjir air pasang besar di Dusun Sarakan, Desa Tambaksari, Kecamatan Tirtajaya yang telah menenggelamkan puluhan rumah tahun 2007 lalu. Akibatnya, pesisir pantai di desa ini tergerus hingga ratusan meter, bahkan puluhan pohon di pesisir laut tumbang dan sebuah lokasi pembibitan udang hancur.
 
Selain itu, ratusan hektare tambak juga tidak berfungsi karena terjadi abrasi atau pengikisan pantai, sedangkan puluhan warga Kampung Sarakan dan Kampung Tanjung Bali juga mengungsi, karena tempat tinggalnya hancur tergerus air laut. Bahkan kini, Kampung Tanjung Bali hanya tinggal 'kenangan', tidak ada lagi warga yang bermukim di sana.
 
"Dulu, di Kampung Sarakan dan Kampung Tanjung Bali banyak warga yang bermukim. Tapi, karena terjadi abrasi sejak tujuh tahun lalu, warga berangsur pindah menjauhi pesisir laut," kata warga setempat, Aminudin (42) yang juga pemilik tambak ikan, kepada RAKA, Rabu (22/10) siang.
 
Dia menjelaskan, sekitar 80 kepala keluarga (KK) di Kampung Sarakan sudah meninggalkan pemukimannya karena takut terjadi abrasi, kini di kampung itu hanya tersisa sekitar 20 KK yang masih bertahan di pinggir laut. Sedangkan Kampung Tanjung Bali, kini menjadi kampung tanpa penghuni, lantaran seluruh warga Kampung Tanjung Bali mengungsi ke tempat lain. Berdasarkan keterangan yang dihimpun RAKA, ratusan warga Kampung Tanjung Bali, Desa Tambak Sari, Kecamatan Tirtajaya sudah meninggalkan kampung halamannya sejak akhir Desember 2006 lalu, karena takut abrasi.
 
Sedangkan, tumbangnya puluhan pohon di sekitar pesisir laut terjadi sejak abrasi sekitar tahun 2001 lalu. Demikian juga dengan rusaknya lokasi pembibitan udang di Kampung Sarakan dan tidak berfungsinya tambak ikan akibat abrasi yang terjadi sekitar tujuh tahun lalu, selain disebabkan karena terjadi gelombang pasang. Selama sekitar tujuh tahun itu pula, belum ada perbaikan bangunan rusak dan lingkungan sekitar dari pemerintah setempat.
 
Terkait hal itu, warga setempat mengaku sudah beberapa kali meminta bantuan kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang, baik melalui DPRD setempat maupun secara langsung ke Bupati Karawang Dadang S Muchtar, tapi hingga kini belum pernah ada tanggapan. Warga lain, Buang (65) mengaku tidak menyangka terjadinya abrasi sejak tahun lalu menghabiskan pemukiman warga, dan lingkungan sekitar. "Saya juga tidak habis pikir, bagaimana cara mengatasi abrasi yang selalu terjadi hingga mengikis pemukiman warga," katanya. (spn)

Pantai TPK Akan Dijadikan Obyek Wisata

Wednesday, October 22, 2008

CILEBAR, RAKA - Sepanjang 1,5 km 'pancangan' di lokasi Tambak Pandu Karawang (TPK) peninggalan mantan Presiden RI Soeharto yang dibangun tahun 1982, kini akan dikembangkan sebagai obyek wisata pantai oleh Kepala Desa Pusakajaya Utara, Kecamatan Cilebar, Warman Abdurahman.
 
Dua turap beton atau 'pancangan' yang dibangun menjulur sepanjang 1,5 km ke tengah laut itu awalnya berfungsi untuk mengambil air laut bersih untuk mengairi area tambak di kawasan yang sebelumnya bernama Tambak Inti Karawang (TIR). Diketahui, pada awal pembangunan pun 'pancangan' ini sering dikunjungi orang-orang, karena beton yang memiliki lebar sekitar semeter itu bisa dijejaki orang. Sehingga, mereka bisa berjalan ke lepas pantai merasakan deburan ombak. Dan kebanyakan, pancangan ini didatangi pemancing.
 
Hingga ini, pancangan itu masih tampak indah, meski fungsinya tidak lagi seperti awal pembangunanannya. Melihat hal itu, Warman berinisiatif akan mengembangkan potensi panorama pancangan itu sebagai obyek wisata pantai, Warman menyebutnya 'Pancangan Indah', karena dari tempat masyarakat bisa menikmati pantai yang asri. "Nilai jual kita adalah pancangannya, saya pikir peninggalan Soeharto ini perlu dijadikan obyek wisata, saya juga berharap ada kerjasama baik antara desa dan TPK," katanya.
 
Menurutnya, jika ada kerjasama antara TPK, pemerintah Karawang dan masyarakatnya, dia akan lebih leluasa menciptakan obyek wisata yang tidak kalah saing dibanding lokasi lainnya yang telah ada. Ide mengembangkan obyek wisata ini setelah dia melihat kondisi pantai yang kritis. "Yang akan saya lakukan adalah memperbaiki kondisi pantai, diantaranya penghijauan termasuk fasilitas hiburan lainnya," akunya.
 
Namun demikian, dia juga tidak menutup diri jika ada sponsor yang mendukung pihaknya mengembangkan obyek wisata ini. Selambatnya, perkembangannya bisa terlihat setelah setahun membangun, itu pun jika disokong dana kuat. Dengan begitu, kades tidak menutup bagi investor manapun bekerjasama membangun lokasi wisata yang dia kelola.
 
 
"Saya minta dukungan dan doa dari semua masyarakat. Dan saya juga minta dukungan dari sponsor yang akan ikut membantu pengembangan obyek wisata 'Pancangan Indah'. Ini adalah aset pantai yang potensi di Desa Pusakajaya Utara, tidak ada salahnya untuk dikembangkan supaya bisa bermanfaat untuk masyarakat," ujarnya. (spn)

Solokan Terancam Gagal Panen

Sunday, October 19, 2008

Petani Solokan di pematang sawah menunggu air yang digelontorkan mesin pompa.
 
 
PAKISJAYA, RAKA - Ratusan hektar sawah di Desa Solokan, Kecamatan Pakisjaya dipastikan gagal panen, diperkirakan produksi sawah di desa ini hanya berkisar 7 kwintal/hektar. Pasalnya, hampir 15 hari lebih sawah di desa ini kekeringan. Hal ini disebabkan saluran sekunder susut setelah para pentani menanam bibit padi.
 
Seperti diungkapkan petani setempat, Naiman (38) didampingi petani lainnya didampingi Namin (37) dan Rijan (40). Diakuinya, sebagian sawah baru dialiri air setelah 15 hari tanam, sedangkan sebagian sawah lainnya masih kering. Hal ini akan menyebabkan produksi padi pada panen mendatang akan anjlok, tidak akan mencapai 1 ton/hektar apalagi hingga 3-7 ton. "Kalau melihat seperti ini, panen tidak akan berhasil, karena sekarang saja sudah kelihatan bibit padi itu kering," katanya kepada RAKA, Minggu (19/10) sore di pematang sawah saat melihat langsung area sawah yang banyak ditumbuhi rumput ilalang karena kering.
 
Dijelaskannya, keadaan seperti ini akibat tidak ada koordinasi antara pemerintah dengan petani. Beda dengan tahun 1982 lalu, pemerintah melalui penyuluh-penyuluhnya mengagendakan masa tanam bagi petani. Jadi, tiap desa bisa mengetahui kapan mereka bisa menanam bibit tanpa memikirkan air, karena air sudah menjadi tugas pemerintah. "Menjelang datang air, petani biasanya siap-siap mengolah sawahnya. Dan ketika air turun, langsung digarap, hasilnya pun memuaskan, bisa mencapai 7 ton/hektar," ucapnya.
 
Diketahui, persawahan yang terancam kering diantaranya, Desa Tanah Baru, Solokan, Tanjung Bungin dan Desa Tanjung Mekar. Diperkirakan, sawah di empat desa ini mencapai 600 hektar lebih dan ondisi tanaman hampir mati. Untuk menangani ini, petani menggunakan mesin pompa, tapi jika semua petani menyedot air dari saluran sekunder, kemungkinan akan semua petani pun 'kedodoran' air, karena debit air sekunder hanya sedikit. Di Desa Solokan, awalnya petani mendapat air melimpah dari saluran tersier yang mengalir dari sekunder. Namun, selang 15 hari, air susut dan sawah jadi kering.
 
Kondisi kekeringan seperti ini, bukan sekali-dua kali, melainkan selalu terjadi hampir disetiap musim tanam. Petani bahkan cenderung menganggap pemerintah tidak konsen dan memperhatikan nasib mereka. Selama ini, petani sangat berharap solusi tepat dari pemerintah untuk menangani kekeringan sawah yang selalu melanda Kecamatan Pakisjaya. (spn)

Peserta BLT Sukasari Tuntut Uang BLT Utuh

CIBUAYA, RAKA - Ratusan rumah tangga miskin (RTM) Desa Sukasari, Kecamatan Cibuaya memprotes aparat desa yang telah memotong uang BLT (Bantuan Langsung Tunai) secara sepihak dan tanpa musyawarah, Kamis (16/10) siang. Aksi tersebut diwarnai ketegangan adu mulut antara warga dan pihak desa.
 
Seorang warga RT 03/02 Dusun II, Wardi (35) menjelaskan, banyak diantara tetangganya tidak menghendaki dana BLT itu dipotong. "Yang saya pertanyakan, kenapa pemotongan ini tidak dimusyawarahkan, tahu-tahu dipotong. Jelas ini sangat merugikan masyarakat, apalagi yang benar-benar miskin," katanya berapi-api.
 
Hal senada dikatakan, Sekertaris BPD, Ronin (38), lembaganya tidak dilibatkan pada musyawarah pemotongan BLT, tapi hanya dilakukan beberapa warga saja. Diakuinya, tim pelaksana pencairan BLT tidak melibatkan lembaga desa termasuk masyarakat. Saat pencairan Selasa (14/10) lalu, penerima BLT dipotong Rp 100 ribu dan membawa pulang Rp 300 ribu. Sedangkan penerima BLT susulan dipotong Rp 400 ribu dari Rp 700 ribu jumlah yang mereka terima dari pegawai POS.
 
Seorang ibu, Emes (60) menyesali perbuatan tim pelaksana pencairan BLT, dia menyayangkan uang BLT yang dia terima Rp 400 ribu malah dipotong Rp 100 ribu tanpa memberi tahu alasannya. Ketika ditanya apakah dia tahu Rp 100 ribu itu untuk dibagi rata pada non peserta BLT, Emes geleng kepala dan mengatakan dia tidak tahu jika potongan itu untuk tetangganya yang non peserta BLT.
 
Ketua pelaksana pencairan BLT Desa Sukasari, Surnata (37) menjelaskan, pihaknya memang tidak melaksanakan musyawarah pada pencairan BLT bulan ini. Diakuinya, pemotongan BLT bulan ini masih mengacu pada musyawarah yang telah dilakukan antara desa, lembaga desa dan masyarakat pada tahun 2005 lalu. "Memang benar pak, kami tidak melakukan musyawarah pemerataan pada pencairan BLT bulan. Pemerataan BLT bulan ini masih mengacu pada kesepakatan hasil musyawarah tahun 2005 lalu," ucapnya.
 
Diketahui, peserta BPT Desa Sukasari sebanyak 702 KK, dan non peserta BLT sebanyak 579 ditambah susulan 63 KK. Dana BLT bulan ini, aku Sunarta, sebagian dananya untuk membantu pembangunan 3 masjid, Rp 1 juta tiap masjid. Perbaikan 17 mushola, masing-masing Rp 250 ribu. Kepala Desa Sukasari, Murhasan Iyan menjelaskan, kericuhan di desanya ini diduga kuat imbas pilkades bulan lalu. "Kami merasa ini masa transisi, masih ada kaitannya dengan pilkades," katanya. (spn)
 

Warga Tirtajaya Belum Terima Paket Gas Gratis

Paket gas elpiji gratis belum turun, warga masih antri minyak tanah.
 
 
 
TIRTAJAYA, RAKA - Sebanyak sebelas desa di Kecamatan Tirtajaya hingga kini belum menerima paket gas elpiji gratis. Pasalanya, verifikasi data penerima paket gas bersubsidi yang dilakukan di masing-masing desa di kecamatan ini belum selesai disampaikan ke kantor Kecamatan Tirtajaya.
 
Seperti diungkapkan Sekretaris Desa Sabajaya, Endang Taryana, kemarin. Menurutnya, kesulitan bahan bakar masak di Kecamatan Tirtajaya disebabkan paket gas elpiji gratis dari pemerintah belum kunjung dibagikan. Sedangkan, beberapa warga setempat sudah merasakan sulit mencari minyak tanah yang semakin langka, karena di beberapa kecamatan lain sebagian besar pengguna minyak tanah sudah beralih menggunakan gas elpiji.
 
Meski masih banyak penjual minyak tanah eceran di warung-warung, tapi harganya terbilang tinggi. Mahalnya harga itu karena pengecer membeli minyak tanah dari daerah lain menggunakan sepeda motor hingga puluhan liter pakai jerigen besar. Akhirnya mayoritas warga mengambil inisiatif menggunakan kayu bakar untuk keperluan memasak. Namun demikian, banyaknya warga yang mencari kayu bakar pun menyebabkan kayu bakar pun sulit untuk didapatkan. "Seperti di Desa Sabajaya, banyak warga menggunakan kayu bakar untuk memasak, sebab minyak tanah sulit didapatkan dan paket gas elpiji belum turun ke kecamatan ini," ucap Endan
 
Permasalahan yang nampak, lanjut Endang, terlambatnya paket gas elpiji ke kecamatan ini karena dibeberapa desa terjadi masa transisi kepemimpinan. Dengan pelantikan kepala desa baru pada awal September 2009 lalu dibeberapa desa menyebabkan harus mengulang kembali verifikasi penerima paket gas. "Di beberapa desa masih dilakukan verifikasi penerima paket gas, kebanyakan desa tersebut adalah desa yang kepala desanya baru," ucapnya.
 
Hal senada dikatakan Camat Tirtajaya, Drs. H. Wawan Setiawan, sebelumnya sudah ada enam desa yang selesai mendata warga penerima paket gas elpiji, tapi lima desa lainnya masih sibuk berbenah diri usai pilkades, akhirnya enam desa yang memang sudah siap menerima paket gas elpiji jadi ikut-ikutan menunggu desa lainnya yang masih menyelesaikan pendataan. "Tapi kini semua desa sudah siap menerima paket gas elpiji, semua desa sudah menyerahkan data warga yang akan menerima paket gas tersebut," tukasnya. (spn)

Petani Bendung Sungai Bembang 8 Ribu Karung

 
 
Memenuhi Kebutuhan Air Sawah
 
TIRTAJAYA, RAKA - Untuk mengairi persawahan di Desa Srikamulyan, Srijaya, Tambaksumur dan Desa Kutamakmur, Kecamatan Tirtajaya, Sungai Bembang dibendung 8000 karung tanah. Bendungan ini menghabiskan dana swadaya masyarakat sebesar Rp 15 juta. Mengingat pentingnya bendungan tersebut bagi pertanian, Camat Tirtajaya, Drs. H. Wawan Setiawan sudah hitung-hitung untuk membangun bendungan permanen di saluran pembuang tersebut.
 
Bendungan ini lokasinya di Dusun Ciwaru, Desa Srikamulyan, sungai yang memiliki lebar sekitar 20 meter dan kedalaman 4-5 meter itu diarug warga selama beberapa hari. Dana operasionalnya dari saku Desa Srikamulyan, Desa Srijaya dan dari kocek para petani. Bendungan ini akan dipugar kembali setelah kebutuhan bercocok tanam padi usai. Dan jika dibutuhkan lagi untuk mengairi sawah, maka sungai ini akan kembali dibendung.
 
"Makanya pada anggaran tahun 2009 ini kita ajukan untuk bangun bendungan buka-tutup. Saat ini, kita baru tahap membendung atas partisipasi masyarakat sambil nungggu dana APBD II turun. Pembangunan bendungan itu, hitung-hitung mencapai Rp 600 juta. Kemungkinan, kita akan ambil biaya pembangunan itu dari pagu kecamatan sebesar Rp 1 miliar," katanya kepada RAKA, Rabu (15/10) siang di ruang kerjanya.
 
Sementara itu, Kades Srikamulyan, Rojali mengungkapkan, diketahuinya bendungan itu sudah enam kali bongkar pasang sejak beberapa tahun lalu, tujuannya untuk mengangkat debit air dan mengairi persawahan di Desa Srijaya dan sekitarnya. Lokasi bendungan, akunya, sudah ditetapkan di Dusun Ciwaru. "Selama ini petani sangat menggantungkan diri pada bendungan itu, makanya kita galang dana untuk membendung sungai," ujarnya.
 
Hal senada dijelaskan Kades Srijaya, Durahman Hamied, bendungan itu telah mampu mengairi sebanyak 100 hektar dari 360 hektar sawah di desanya. Selebihnya, sawah di desa ini mengambil air sekunder yang mengalir dari Desa Gempol Karya dan Sumur Laban. "Bagaimanapun, petani sangat membutuhkan air yang dihasilakan dari Sungai Bembang, makanya kalau tidak dianggarkan kabupaten, kami akan mengajukan ke provinsi, mengingat naik-turunya produksi pertanian di daerah kita diantaranya persediaan air yang cukup. Sudah 20 hari tanam ini, sawah di Desa Srijaya cukup," ujarnya. (spn)
 
 
 
"Sholat adalah jawaban kehidupan"
e-mail ini dikirim via Nokia 9300
0856 9130 9644
sholat5waktu@yahoo.co.id
Asep Saepudin Hasan (spn)
Reporter RADAR KARAWANG
www.apoedcyber.blogspot.com
www.geocities.com/apoedcyber
"Halal itu pintu keridhoan Allah.
Dengan halal, hidup akan bahagia.
Subhanallah...pantaslah orang beriman
memilih yang halal"

Warga Sampalan Tewas Kesetrum

Wednesday, October 15, 2008

KUTAWALUYA, RAKA - Naas, Eming (40) warga RT 014/04, Dusun Krajan 2B, Desa Sampalan, Kecamatan Kutawaluya tewas tersengat seterum dikamar mandi pukul 16.30 WIB, Senin (13/10). Diduga, ayah tiga anak ini tersengat kabel litrik yang sobek saat dia akan mandi. Ketika dikontakan, listrik langsung menyengat tubuhnya dan tewas seketika.
 
Saat korban teriak, tidak ada satu tetangga pun yang mendengarnya, bahkan rumah kediaman korban tampak sepi seperti biasanya. Korban yang tergeletak tak bernyawa pertama dilihat anaknya sendiri. Korban yang diketahui kesehariannya sebagai tukang ojek ini langsung dikerubungi tetangga setelah anaknya teriak minta tolong sambil menangis. Sementara, istri Eming sedang diluar negeri sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang baru berangkat 3 bulan lalu.
 
Korban langsung diambil pihak keluarganya ke Jarakosta, Lemah Abang untuk dikebumikan, di kampung halamannya. Diketahui, sebelum tersengat listrik, Eming menghadiri pernikahan di kampungnya, sepulangnya dia langsung mandi, tapi naas saat dia menyalakan mesin pompa air, tanpa disadari kabel listrik menyentuh air dan menyengat tubuhnya.
 
Dijelaskan warga setempat, pompa air eming sulit nyala, kecuali tabung airnya dipancing pakai air. Dan Eming melakukan hal itu setiap dia akan mandi. Kemungkinan Eming yang keseharian hanya mendapatkan hasil usaha pas-pasan ini tidak sanggup memperbaiki pompa air itu. "Saat dimasukan air ke tabung, kemungkinan airnya luber dan menyentuh kabel, airnya keinjak kaki dan langsung menyengatnya," kata ketua dusun setempat, Taslim (60). (spn)

Pemotongan BLT Menuai Protes

RENGASDENGKLOK, RAKA - Aparat Desa Amansari, Kecamatan Rengasdengklok diklaim warganya telah menyunat uang BLT secara sepihak dan tanpa musyawarah. Sebanyak 747 kepala keluarga (KK) penerima BLT termasuk 247 KK susulan disunat 50 persen dari uang yang mereka terima dari pegawai POS yang membagikan dana itu di aula desa.
 
Diantara warga yang geram soal pemotongan BLT ini adalah Nining Sari Ningsih warga Dusun Jatipereh yang didampingi Mahasiswa BEM Rema (Republik Mahasiswa) UPI Bandung. Keduanya menuntut aparat desa dan menolak pemotongan BLT, karena pemotongan BLT ini dianggap sepihak dan tanpa melibatkan masyarakat banyak, kecuali hanya beberapa warga tertentu saja yang diajak bermusyawarah soal pemotongan tersebut.
 
Diakui Nining, selain keputusan secara sepihak, dia juga menerima ancaman (peringatan, red) dari aparat desa, tidak akan melayani warga pemilik kartu BLT jika mereka tidak dipotong. "Tidak masalah jika harus ada pemotongan untuk dihibahkan kepada warga yang tidak terdata sebagai penerima BLT, tapi harusnya musyawarah tersebut harus benar-benar diketahui oleh semua penerima BLT, tidak hanya melibatkan sebagian kecil warga saja," ucapnya langsung kepada Kepala Desa Amansari, Hanafi.
 
Sedangkan, Mahasiswa dari BEM UPI Bandung, Arifin (23) menegaskan, tindakan aparat desa yang memalsukan tanda tangan warga yang sepakat untuk pemotongan adalah tindakan pidana yang bisa terjerat sanksi hukum, karena beberapa warga Amansari mengaku tidak pernah dilibatkan dalam musyawarah tersebut, tetapi naman mereka malah tercantumkan sebagai peserta musyawarah yang menyetuji pemotongan BLT.
 
"Jika warga ingin melanjutkan permasalahn ini secara proses hukum, saya akan dampingi, karena beberapa warga tidak mengetahui musyawarah pemotongan BLT. Dan aparat desa telah mengambil keputusan secara sepihak dengan mengatas namakan masyarakat," ujarnya.
 
Menanggapi hal itu, kepala desa tidak tinggal diam, dijelaskannya, musyawarah tersebut memang sudah dilakukan jauh hari dengan melibatkan unsur BPD, LPM dan masyarakat. Tentang adanya ancaman aparat desa kepada penerima BLT, aku Hanafi, itu kemungkinan diucapkan aparat desa supaya pencairan BLT di desa ini kondusif, karena sejak awal di tengah masyarakat sudah terjadi ada gejolak sosial, yaitu dari warga yang tidak terdata sebagai penerima BLT, mereka menuntut kepada aparat desa agar non BLT itu kebagian uang BLT.
 
"Musyawarah pemotongan BLT itu untuk meredam gejolak warga, kami telah belajar dari pengalaman pencairan BLT lalu, jika tidak ada pemerataan untuk non BLT, dikhawatirkan akan muncul gejolak. Untuk itu kami melakukan musyawarah pemotongan BLT," ungkap Hanafi. (spn)

Pencairan BLT Desa Ciptamarga Sunyi Senyap

Tuesday, October 14, 2008

Pembagian BLT di beberapa desa se-wilayah Utara Karawang antri, kecuali di Desa Ciptamarga, Kecamatan Jayakerta. Foto di Kecamatan Tirtajaya.
 
 
JAYAKERTA, RAKA - Di Desa Ciptamarga, Kecamatan Jayakerta, hampir 500-an kartu Bantuan Langsung Tunai (BLT) tidak dicairkan di kantor desa, sejumlah warga itu lebih memilih mencairkan materai BLT di kantor POS Karawang untuk menghindari pemotongan. Akibatnya, sejumlah warga yang tidak memiliki kartu BLT tidak memperoleh uang hibah yang diambil dari potongan BLT.
 
"Jelas, ini permasalahn kita, tapi berapapun yang kita peroleh itu bukan urusan kita, kekurangan uang untuk warga yang tidak memiliki kartu BLT terjadi karena keadaannya seperti ini. Jadi, dalam hal ini saya mohon supaya masyarakat mengerti, kita sebagai aparat desa cuma melaksanakan tugas," kata Ketua BPD Ciptamarga, H. Ma'mun, kepada RAKA, Senin (13/10) siang.
 
Dia menjelaskan, di desanya yang memiliki kartu BLT sebanyak 989 KK, tapi yang mencairkan di kantor desa cuma 392 KK, sisanya banyak dicairkan di kantor POS Karawang. Kata dia, selama ini kartu BLT tidak dikolektif dan dikumpulkan di desa melainkan dipegang oleh masing-masing pemiliknya. Jadi, sebelum BLT cair, sejumlah warga telah lebih dahulu mencairkan di kantor POS. Dan pada hari pencairan yang telah ditentukan, kantor Desa Ciptamarga kosong, bahkan sunyi senyap tidak seperti desa lain yang tampak berdesakan.
 
Sebelum pencairan, desa sudah memperkirakan yang lolos tidak masuk desa sebanyak 20 persen, nyatanya malah terbalik. Sekitar 40 persen yang mencairkan dana itu di kantor desa. Namun begitu, sama seperti desa lainnya, BLT di desa ini pun disunat Rp 150 ribu, pemilik kartu hanya mengantongi Rp 250 ribu. Pada pembagian BLT bulan lalu, pemilik kartu dipotong Rp 150 ribu untuk dibagikan pada non BLT, masing-masing non BLT mendapat Rp 80 ribu/KK, pemilik kartu BLT membawa pulang Rp 150 ribu.
 
Pada pembagian BLT sekarang, diperkirakan warga non BLT hanya mendapat Rp 20 ribu/KK. Meski begitu, kata Ma'mun, berapapun uang hibah dari pemilik kartu BLT yang diterima desa, tetap akan dibagikan pada non BLT lainnya. Sementara itu, Sekdes Kertajaya, Kecamatan Jayakerta H. Empud Basarudin mengatakan, di desanya yang memiliki kartu BLT sebanyak 714 KK, dipotong Rp 100 ribu untuk non BLT sebanyak 1.814 KK. Namun, sama seperti di Desa Ciptamarga, pemilik kartu BLT yang menukarkan kartu materai BLT di desa hanya 614 KK, sisanya diperkirakan dicairkan di kantor POS Karawang. "Hitung-hitungan awal untuk membagikan pada non BLT jadi berubah," tukasnya menyesali kondisi tersebut. (spn)

100 Rumah Tergerus Abrasi, Warga Tidak Bisa Ngungsi

Monday, October 13, 2008

TIRTAJAYA, RAKA - Sekitar 100 kepala keluarga di Dusun Sarakan, Desa Tambaksari, Kecamatan Tirtajaya terancam tidak punya tempat tinggal, karena rumah mereka habis digerus abrasi. Sementara, pihak Perhutani tidak mengijinkan warga ini membangun pemukiman di tanah yang dianggap dilindungi. Demikian kata tokoh masyarakat Tirtajaya yang juga sebagai anggota DPRD Karawang, H. Tono Bahtiar, kepada RAKA, Minggu (12/10) siang.
 
"Saya akan berjuang supaya 100 kepala keluarga itu bisa mendapatkan tempat tinggal yang layak, secepatnya saya akan datangi Perhutani Purwakarta untuk membicarakan persoalan ini. Perum Perhutani agak keras dan tidak bisa memberikan lahannya. Padahal, akunya, di dalam UUD '45 tercatat, bumi ini dikuasai oleh negara dan diberikan sebesar-besarnya untuk rakyat. Selain itu, saya pun akan berusaha supaya pemerintah menganggarkan dana untuk menangani abrasi, karena jika dibiarkan, pesisir pantai di wilayah utara Karawang akan habis terkikis," ucapnya.
 
Selain itu, Tono menyinggung bahwa pelaku untuk membenahi abrasi ini harus dilakukan Bapeda Karawang termasuk Pertamina yang berada di wilayah Utara Karawang. Dia menyatakan kecewa pada Bapeda yang selama ini kurang tanggap terhadap persoalan abrasi. Menurutnya, Bapeda harus bisa mempetakan titik-titik abrasi dan setelah itu segera membenahinya. Masih kata Tono, Perum Perhutani pun tidak efektif, dia mencurigai selama ini Perhutani hanya menghabiskan dana pemerintah melalui programnya, tapi tetap saja tidak bisa mencegah abrasi yang semakin meluas. "Padahal semua masyarakat pantai semangat untuk memelihara pantainya. Harunya semuanya bisa duduk bareng dan membicarakan solusi pemeliharaan pantai, nanti dibuat kelompok-kelompok di lingkungan pantai untuk mengatasi abrasi," katanya.
 
Diakuinya, memang abrasi ini tidak hanya terjadi di pesisir pantai Karawang sja melainkan terjadi hampir di semua daerah. Namun, bukan berarti hal itu harus dibiarkan, pembenahannya bisa dilakukan di daerah sendiri. Dia meminta, supaya Pertamina dan Pemda Karawang harus berupaya membuat program supaya abrasi tidak meluas. "Saya melihat, semua pantai di Kabupaten Karawang sangat potensial untuk dijadikan obyek wisata, dari Kecamatan Pakisjaya hingga Cilamaya, termasuk Desa Sedari di Kecamatan Cibauay memiliki pantai yang beda dengan Kabupaten Bekasi, (makanya tidak heran banyak warga Bekasi berkunjung ke pantai Pakis, red), karena di Karawang hamparan pasir pantainya masih bangus," ucapnya.
 
Saat ini Tono Bahtiar sedang mengajukan perbaikan badan jalan di Desa Tambaksari hingga menuju pantai Sarakan sepanjang 2,5 km, ini bertujuan supaya pantai lebih banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun dari luar kabupaten. Dan pada anggaran dana tahun 2009, dirinya akan mengajukan perbaikan tersebut ke provinsi. Juga, dalam waktu dekat ini semua tokoh masyarakat di pesisir pantai Utara Karawang sebanyak 6 kecamatan akan dikumpulkan, untuk memecahkan solusi dan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menangani abrasi. Enam kecamatan itu diantaranya Kecamatan Pakisjaya, Batujaya, Tirtajaya, Cibuaya, Pedes dan Cilebar. (spn)
 

TBM Mulai Digalakan

Thursday, October 9, 2008

RENGASDENGKLOK, RAKA - Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Kecamatan Rengasdengklok akan digalakan. Sesuai program Bupati Karawang Dadang S. Muchtar, TBM ini bertujuan supaya masyarakat terbiasa membaca. TBM di kecamatan ini disebar di kantor-kantor desa dan tempat tertentu yang sering dikunjungi warga. Perpustakaan masyarakat ini diharapkan menjadi wahana pengetahun umum bagi publik, anak sekolah maupun pengusaha kecil di desa.
 
Kepala UPTD Dikdas Rengasdengklok, Drs. Muhrodi Suruzi didampingi Ketua PKBM Warnasari Kecamatan Rengasdengklok, Dedi Suryadi S.Pd, kepada RAKA, Rabu (8/10) siang menjelaskan, TBM ini searah dengan program pengentasan buta aksara yang sukses dicetus bupati beberapa waktu lalu. Diharapkan, tiap TBM yang ada benar-benar dikelola dan dirawat juga dikembangkan untuk umum. "Memang, kita akui, minat baca masyarakat masih minim," ucap Dedi mengendaki supaya pihak desa pun terus berupaya merangsang warganya supaya jadi minta membaca.
 
TBM ini diluncurkan bupati bertepatan pada acara Nujurul Quran di bulan puasa, Senin (15/9) di Karangpawitan, Karawang. Pada moment itu, dimaksudkan supaya masyarakat gemar membaca, karena wahyu pertama kepada Nabi Besar Muhammad SAW pun adalah 'iqro' artinya membaca. Sementara, di Kecamatan Rengasdengklok, sebanyak 123 buku telah dibagikan untuk tiga desa, yaitu Desa Kalangsari dan Amansari di ruang desa, sedangkan Desa Rengasdengklok Utara TBM dipusatkan dikediaman seorang warga. Buku-buku tersebut dari dana APBD II.
 
Kata Muhrodi, supaya TBM itu langgeng berada di tengah lingkungan masyarakat, pihaknya akan melaksanakan sosialisasi dan bimbingan untuk pengelola TBM, yaitu tata cara peminjaman buku dan perawatan. Jangan sampai buku-buku hilang atau cepat rusak.
 
"Di Indonesia, masyarakatnya cenderung banyak ngomong, bukan menulis dan membaca. Misalnya kalau nunggu bus atau apapun, pasti waktunya dihabiskan untuk 'ngobrol'. Padahal, baiknya disaat seperti itu waktu dihabiskan dengan membaca. Nah, saya harap, TBM ini bisa membuat warga selalu membaca.
Dan idealnya, TBM tidak hanya cukup satu di tiap desa, mengingat (geografis, red) desa sangat luas," kata Muhrodi. (spn)

Kompor Gas Gratis Banyak Diperjual Belikan

Wednesday, October 8, 2008

Warga Amansari, Kecamatan Rengasdengklok komplen kompor gas yang mereka terima kualitasnya jelek. Sehingga banyak yang meminta ditukar lagi.
 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Kompor gas gratis yang dibagikan pemerintah ternyata banyak dijual oleh masyarakat. Ini akibat masyarakat di tidak bisa menggunakan kompor gas, warga lebih tertarik menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar masak.
 
Sepekan ini pembagian kompor gas merata di beberapa desa Kecamatan Rengasdengklok, Kutawaluya, Jayakerta dan kecamatan lainnya. Hasil pantauan RAKA, banyak penerima kompor gas yang komplen karena alat masak gratis yang mereka terima itu rusak, tidak jarang ada beberapa diantara warga yang pulang pergi menukar kompor gas yang mereka anggap kurang layak dipakai.
 
Namun begitu, ada juga diantaranya yang menjual kompor gas itu seharga Rp 100 ribu hingga Rp 120 ribu. Seperti yang dilakukan penarik becak warga Desa Kertasari, Kcamatan Rengasdengklok, Careh (40). Dia mengaku ada yang menawar kompor gasnya. "Karena kalau sekarang dipakai pun, saya takut menggunakannya," ujarnya.
 
Sementara itu, beberapa kepala desa mengungkapkan, pihaknya akan mencegah warganya yang menjual kompor gas pemeberian pemerintah itu, karena pembagian kompor gas ini semata-mata sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah yang lambat laun akan menghilang di pasaran. "Kalau kompor gas dijual, nanti mereka masak pakai apa, karena subsidi minyak pemerintah akan dicabut. Jangan sampai setelah minyak tanah hilang, mereka akan kelimpungan," kata Kepala Desa Amansari, Kecamatan Rengasdengklok, Hanafi.
 
Di Kelurahan Mekarjati, Kecamatan Karawang Barat, pembagian kompor gas belum merata ke semua warga, karena banyak diantaranya tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK). Sehingga, meski mereka menginginkan, tapi persyaratan utama yang belum mereka miliki itu menjadi alasan bagi Pertamina untuk tidak merealisasikan.
 
Di Desa Kalangsari, Kecamatan Rengasdengklok, warga yang awalnya tidak mau dikasih kompor gas dengan dalih takut meleduk, tapi setelah bantuan pemerintah ini turun beberapa warga yang awalnya menolak itu nuntut desa supaya mereka juga kebagian. "Akhirnya data jadi membengkak, karena yang awalnya menolak kompor gas kini malah meminta," kata Kaur Pemerintaha Desa Kalangsari, Komarujaman.
 
Bicara soal kompor gas yang dijual, Komarujaman menjelaskan, tidak menutup kemungkinan warga Pebayuran, Kabupaten Bekasi meminta pada warga Rengasdengklok supaya kompor gas yang telah mereka terima untuk dijual. Pasalnya, warga Pebayuran pun awalnya tidak menghendaki kompor gas, mereka pikir minyak tanah akan ada selamanya. Namun, setelah minyak tanah tidak ada di Kabupaten Bekasi ini, mereka pun mencari minyak tanah hingga ke Rengasdengklok. Dan kini, setelah warga Rengasdengklok mendapat bagian kompor gas gratis, warga Pebayuran ini ekpsansi ke Rengasdengklok untuk mencari kompor gas warga yang mau dijual.
 
Sementara, di Desa Amansari dan beberapa desa lainnya, pembagian kompor gas ini dibarengi dengan pungutan sebesar Rp 5 ribu tiap KK penerima kompor gas. Menurut Kadus Jati Peureuh, Aliyudin, pungutan gas elpiji pada warga sebesar Rp 5000, jumlah itu dikhususkan untuk transport Rp 1000, untuk ketua RT setempat Rp 1000, untuk kepala dusun Rp 1000 dan sisanya Rp 2000 untuk desa. Dia juga menerima kompor gas yang rusak untuk ditukar. (spn)

UPTD Dikdas Dengklok Minta Metode Inovatif Baca Tulis Bunda Yessy

RENGASDENGKLOK, RAKA - Artis Yessy Gusman didampingi Iran dan Iwan RH dari Yayasan Bunda Yessy mengunjungi kantor UPTD Dinas Pendidikan (Dikdas) Rengasdengklok untuk memprogramkan metode inovatif baca-tulis cepat gagasan Iwan RH bagi anak sekolah dasar untuk Rengasdengklok dan sekitarnya.
 
Metode baca tulis cepat ini sempat diperagakan di SDN Rengasdengklok Selatan VI pada 18 Agustus 2008 lalu oleh panitia Proklamarathon Bunda Yessy. Kegiatan tersebut dinyatakan berhasil dan merangsang guru-guru setempat untuk bisa melakukan metode itu, diantara yang meminta metode ini adalah Kepala UPTD Dikdas Rengasdengklok Drs. H. Muhrodi Suruzi. Dia meminta langsung pada Yessy Gusman untuk menerapkan metode itu di wilayah Rengasdengklok termasuk di beberapa kecamatan di sekitarnya.
 
Namun, Muhrodi meminta agar Iwan mengajarkan metode tersebut langsung pada sekitar 60 orang guru-guru sekolah dasar, lokasi pengarahan metode ini bisa dilaksanakan di kantor UPTD Dikdas Rengasdengklok. Sementara, yang selama ini dilakukan Yayasan Bunda Yessy, metode itu langsung diterapkan pada siswa oleh Iwan dan rekan lainnya, tidak diterapkan pada guru. "Untuk itu, kami minta kesediaan Ibu Yessy dan pak Iwan untuk menerapkan metode inivatif baca tulis itu langsung pada guru, karena jika guru bisa menguasai metode ini, akan diterapkan pada siswa secara kontinyu," kata Muhrodi menjelaskan pada Yessy, Iwan dan Iran di ruang kerjanya, Senin (8/9) siang.
 
Metode inovatif gagasan Iwan dan kawan-kawan di Yayasan Bunda Yessy ini, ucap Muhrodi, merupakan gagasan yang baik dan perlu ditransformasikan pada guru sekolah, karena yang dibutuhkan guru kelas 1 sekolah dasar pada siswanya yaitu cara mengajarkan siswa menulis, membaca dan menghitung. Dan kegiatan Bunda Yessy di tugu proklamasi itu harus terus dikembangkan di Rengasdengklok dan kecamatan lainnya.
 
Menanggapi hal demikian, Iwan menjelaskan, memang Rengasdengklok merupakan pilot project pengembangan metode inovatif baca tulis gagasannya, jika berhasil di Kota Proklamasi ini, maka metode itu akan dikembangkan di daerah lain. Kata Iwan, dalam sebulan anak kecil yang tidak bisa baca akan mampu baca koran, asal metodenya tepat dan pengajarnya bisa memfasilitasi dunia mereka. Fungsi otak kiri dan kanan, aku Iwan, sebagai motorik tangan, jika anak melukiskan garis lurus metodenya hanya diekprsikan sambil mengucapkan "set" dan garis melengkung dengan mengucapkan "tuing".
 
"Sehingga belajar jadi menyenangkan bagi anak. Dan huruf besarlah yang terlebih dahulu diajarkan pada anak kecil sebelum huruf kecil. Dan kesempatan membaca huruf besar akan lebih banyak dibaca dijalan, karena dijalanan lebih banyak tertulis dengan menggunakan huruf kapital. Setelah itu, motorik pada huruf kecil pun akan menjadi lebih lancar. Kami siap membantu, dan kehormatan bagi kami jika UPTD Dikads Rengasdengklok menginginkan metode ini," jelasnya.
 
Sementara itu, dijelaskan Iran, metode yang digagas Iwan ini punya sistem yang sangat efektif, ini seperti yang sudah dilakukan pada 150 anak disatu ruang pada peragaan metode tersebut di SDN Rengasdengklok Selatan VI. "Kita sudah terapkan sistem dan mekanisme. Saya yakin guru-guru bisa menyerap metode kita ini dan bisa memahami sistem yang akan digunakan. Pelaksanaannya nanti akan dilakukan oleh beberapa teman kita. Memang, terapan metode ini sudah keinginna kami, karena pilot projectnya memang di Rengasdengklok, alasanya di Rengasdengklok karena kami melihat sejarah bangsa pun berawal dari kota ini," ucapnya.
 
Bicara tentang cara mengembang ekonomi rakyat, Yessy Gusman berharap supaya masyarakat, terutama ibu-ibu yang telah mengikuti Keaksaraan Fungsional (KF) bisa membuat kerajinan khas Rengasdengklok yang bisa dijual, diantaranya Batik Goyang Karawang, batik ini bisa dikembangkan oleh masyarakat setempat sebagai penghasilan tambahan atau bahkan sebagai mata pencaharian utama. Dan Yessy bersemangat memaparkan keuntungan yang akan diperoleh masyarakat setelah Muhrodi menjelaskan banyak peserta PAUD dan KF yang memang sudah siap mengembangkan diri mereka untuk usaha mandiri. (spn)

Warga Minta Pemerintah Tegas Tentang Status Terminal Dengklok

Tuesday, October 7, 2008

RENGASDENGKLOK, RAKA - Masyarakat di wilayah Utara Karawang meminta ketegasan Pemda Karawang tentang status terminal Rengasdengklok. Jika memang terminal ini harus difungsikan, maka Dinas Perhubungan Karawang harus memperbaiki terminal dan membuat rute-rute angkutan umum. Namun, jika tidak lagi digunakan, masyarakat meminta supaya terminal ini dibongkar.
 
Hal ini diungkapkan beberapa warga dan Persatuan Angkutan Umum Rengasdengklok. Mereka menyayangkan aksi tukang ojek dan becak Rengasdengklok yang menurunkan paksa penumpang angkutan umum dari arah Tanjungpura menuju Pasar Rengasdengklok. Dan terminal Rengasdengklok inilah yang dijadikan alasan bagi tukang ojek dan becak sebagai lokasi yang tepat untuk menurunkan penumpang. Padahal, terminal ini hanya berfungsi sekitar 6 bulan sejak didirikan tahun 1984 lalu.
 
Ratusan tukang ojek dan becak menurunkan penumpang di terminal ini 10 hari menjelang lebaran hingga lebaran tiba, bahkan lebih. Aksi kedua pelayan jasa transportasi ini kadang sering membuat geram masyarakat. Pasalnya, tidak sedikit dari mereka harus tersita waktu dan biaya. Bahkan tidak tanggung-tanggung, ojek dan becak menawarkan tarif jasa terbilang mahal, biasanya Rp 5000 sekali antar, kini bisa mencapai Rp 20.000. Memang, menjelang lebaran ini dijadikan momen tepat bagi mereka untuk meraup hasil lebih dari para pemudik, tapi kenyataanya kakek-kakek tua renta yang biasa pulang-pergi Tanjungpura-Rengasdengklok pun terpaksa merogoh ongkos dua kali setelah diturunkan paksa oleh tukang ojek dan becak.
 
Aksi tukang ojek dan becak ini dilakukan sejak pagi hingga lepas dzuhur. Mereka mencegat angkot biru yang melaju dari arah Tanjungpura, memaksa penumpangnya turun dan menawarkan jasa dengan ongkos mahal. Tawar menawar dilakukan saat penumpang masih berada dalam angkot, karena penumpang angkot itu menolak turun. Namun, tukang ojek dan becak tidak kalah diam, mereka terus menawarkan jasanya dan mengatakan angkot yang mereka tumpangi tidak lagi sampai ke Pasar Rengasdengklok melainkan habis sampai terminal. Tidak hanya itu saja, angkot warna biru ini digulung, lalu kaca jendela angkot dibuka, tangan-tangan tukang ojek masuk ke dalam berusaha mengambil barang bawaan penumpang, tapi ada juga yang jahil colak-colek pada penumpang perempuan.
 
Tidak puas mangkal di dalam terminal, puluhan tukang ojek lainnya mencegat angkot jauh sekitar 1 km lebih dari terminal, hingga ke Desa Amansari. Hal itu mereka lakukan karena di dalam terminal sendiri terbilang ratusan ojek dan becak. Jadi, sebagian dari mereka mengejar penumpang hingga bukan pada tempatnya lagi. Bahkan tahun lalu, hampir semua ojek mangkal di luar terminal, mereka menurunkan semua penumpang angkot. Jelas, penumpang geram, kecewa dan tidak menginginkan naik ojek, bahkan mencaci maki tukang ojek. Akhirnya puluhan penumpang yang sudah diturunkan paksa ini harus jalan kaki 1-2 km lebih menuju Pasar Rengasdengklok sambil menjinjing barang-barang mereka yang berat.
 
Hal ini sudah menjadi pengetahuan umum, bahkan bupati dan Dinas Perhubungan Karawang juga intansi lainnya pun tidak bisa menutup mata. Malah, terkesan rutinitas tahunan ini seolah jadi tradisi dan dibiarkan, ribuan masyarakat yang hilir-mudik Tanjungpura-Rengasdengklok ini dirugikan. Beberapa ojek dan becak mengatakan telah mendapat ijin dari pihak kepolisian dan pemerintah setempat. Namun, jika melihat yang dialami masyarakat ini, sepertinya pemerintah bukan mengayomi melainkan mempersulit masyarakat. (spn)

Terminal Dengklok Kembali Kosong

Tukang ojek dan becak yang memaksa penumpang angkot turun di terminal Dengklok, di bulan puasa kemarin.
 
 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Usai lebaran, terminal Dengklok kembali sepi. Padahal, saat jelang Lebaran Idul Fitri kemarin, tempat ini jadi konsentrasi tukang ojek dan becak yang membuat geram para sopir angkot beserta penumpangnya. Pasalnya, ojek dan becak memaksa angkot berhenti di terminal yang tidak berfungsi itu. Parahnya, ojek dan becak ini pun memaksa penumpang turun.
 
Seperti diungkapkan seorang warga Dengklok, Abdul (29) kepada RAKA, Senin (6/10) siang. Diakuinya, keberadaan terminal itu selalu membuat masyarakat resah di saat jelang lebaran, karena dia pun termasuk salah satu penumpang yang dipaksa turun oleh tukang ojek dan becak. Padahal, dia asli berdomisili di Rengasdengklok. "Saya sebagai warga Rengasdengklok tidak nyaman dengan keberadaan terminal Rengasdengklok," ucapnya menceritakan dia dipaksa turun tukang ojek dan becak, saat dia bepergian karena urusan keluarga.
 
Ongkosnya, aku Abdul, sangat mahal dan menyiksa penumpang. Biasanya cuma Rp 5 ribu dinaikan hingga Rp 15-20 ribu, alasan tukang ojek dan becak menaikan tarif sebagai tambahan menghadapi Hari Raya Idul Fitri. "Ah, itu mah alasan saja untuk mencari keuntungan. Lihat saja kejadian kemarin, masa untuk menghadapi hari kemenangan puasa (Idul Fitri, red) harus ada perkelahian antara ojek dan sopir angkot," ujarnya.
 
Hal senada diakui warga Jayakerta, Rohmat (32), terminal harusnya memberi kenyamanan bagi penumpang bukan sebaliknya. Sepertinya, tidak ada terminal angkutan umum yang segarang di Rengasdengklok. "Beberapa tahun lalu, terminal Tanjungpura dikenal ketidaknyamanannya, sesama kondektur rebutan penumpang, tapi kini tidak lagi. Lalu, sampai kapan terminal Dengklok bisa memberi kenyamanan bagi masyarakat. Kalau hanya di fungsikan setahun sekali, lebih baik terminal Dengklok dibongkar saja, karena bikin kesal masyarakat," ujarnya.
 
Beberapa tukang ojek dan becak mengaku, meski setahun sekali difungsikan, terminal Dengklok adalah tempat mereka mencari nafkah. Beberapa diantara mereka pun menyadari ketidaknyamanan yang disebabkan ulah mereka sendiri. Kendati begitu, tidak ada cara lain lagi untuk mencari keuntungan lebih menjelang Hari Raya Idul Fitri. (spn)

Obyek Wisata Pantai Karawang Terancam Punah

Monday, October 6, 2008


CIBUAYA, RAKA - Terakhir penghijauan di wilayah pantai Utara Karawang dilakukan sekitar tahun 2004 oleh Menteri Kehutanan RI. Namun tetap saja abrasi terjadi akibat pemahaman masyarakat terhadap pohon bakau masih kurang, diantaranya petani tambak yang merasa dirugikan jika area mereka ditanam pohon tersebut.

Abrasi terjadi hampir setiap tahun, pengikisannya hampir 50 meter selama kurun 3 tahun, tergantung lokasi pantai. Seperti di Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, abrasi telah memutuskan akses jalan raya, bahkan terkikis hingga ke depan pelataran rumah warga. Apalagi jika terjadi air pasang, banyak diantara rumah warga yang terendam setinggi tumit hingga betis orang dewasa.

Tahun 2002 lalu, Pemkab Karawang telah berupaya menyelamatkan pesisir pantai sepanjang Desa Sedari hingga Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya dengan menggunakan karung jumbo yang diisi pasir. Namun, tetap saja abrasi tidak bisa dicegah, malah pengikisan pantai di Utara Karawang semakin menjadi-jadi. Kendala yang kini dipermasalahkan yaitu sulitnya warga memahami pohon bakau sebagai pencegah abrasi.

Seperti beberapa petani tambak di Kecamatan Tirtajaya, mereka menolak Departemen Perhutani Purwakarta yang memprogramkan tanam bakau sepanjang pesisir pantai. Alasannya, petani tambak akan menuai kerugian jika di area tambaknya ditanam pohon bakau, karena pohon ini disinyalir mempersulit pertumbuhan ikan, diantaranya ikan bandeng.

Ketua Pengelola Pantai Wisata Pisangan, Tarpin Ardinata (32) mengatakan, abrasi yang melanda wisata pantai ini selalu ditangani dari swadaya masyarakat, termasuk tiket masuk wisata dan pengusaha tambak yang menganggarkan dananya untuk perbaikan pesisir pantai. "Kami sudah sering mengajukan perbaikan turab penahan gelombang, kami juga sering mengajukan hal ini pada dinas parawisata dan intansi terkait, tapi hingga kini belum ada tanggapannya. Pernah selama 1,5 tahun obyek wisata pantai ini ditangani pemerintah kecamatan, tapi buktinya malah hancur semua. Sekarang, pantai ini di kelola lagi karang taruna," jelasnya.

Hal senanda di katakan pengelola pantai wisata Samudera Baru, Tata Husen, abrasi adalah ancaman yang sulit ditangani. Beberapa tahun lalu, pantai wisata yang dia kembangkan sempat habis terkikis gelombang. Untuk mengatasinya, dia bersama beberapa karyawannya menamanm bakau sepanjang pesisir pantai, tapi usahanya sia-sia. (spn)

Obyek Wisata Pantai Jadi Pilihan Rekreasi

 
 
PEDES, RAKA - Puluhan ribu warga memadati obyek wisata pesisir pantai Utara Karawang, seperti Tanjungpakis di Kecamatan Pakisjaya dan Samudera Baru di Kecamatan Pedes. Mereka memadati lokasi wisata alam itu untuk rekreasi keluarga selama liburan Lebaran 1429 Hijriyah.
 
Pengunjung ini berdatangan dari berbagai daerah, seperti Kabupaten Bekasi, Purwakarta dan tentunya pengunjung lokal Karawang. Warga memadati sejumlah obyek wisata ini hingga menimbulkan kemacetan lalu lintas, terutama di jalan-jalan yang tidak jauh dengan pintu masuk obyek wisata. Pengunjung wisata ini datang sejak pagi hingga siang dengan mengendarai sepeda motor, mobil pribadi dan truk terbuka.
 
Pengunjung obyek wisata Tanjungpakis asal Bekasi, Ulil (32) mengatakan, dirinya setiap Lebaran mengunjungi pantai tersebut yang kini semakin ramai dan banyak hiburan didalamnya, dia sengaja mengunjungi obyek wisata itu bersama keluarga untuk melepaskan rasa kejenuhan. "Saya merasa senang datang ke sini dan bisa berenang di pesisir pantai," katanya saat ditanya di pintu luar pantai wisata, Minggu (5/10) siang.
 
Menurut dia, obyek wisata Tanjungpakis masih idola warga Karawang dan Bekasi, selain ombaknya kecil juga biaya tidak begitu besar dibandingkan ke Ancol, Jakarta. Namun sayangnya, pantai wisata di Karawang ini keruh dan tidak jernih. Sementara, pengunjung obyek wisata Samudera Baru, Wardi (45) lain mengatakan dirinya bersama keluarga lebih baik mengunjungi Samudera Baru di Kecamatan Pedes, karena jarak tempuh tidak begitu jauh dari rumah. "Kami datang dengan sepeda motor hanya 30 menit," kata Wardi yang mengaku dari Kecamatan Kutawaluya.
 
Pengelola Samudera Baru, Tata Husen mengatakan, pengunjung lokasi wisatanya ini membludak saat lebaran dan diperkirakan tetap ramai dikunjungi hingga pertengahan Oktober 2008 mendatang. "Obyek wisata ini mulai ramai sejak hari lebaran dan terus ramai hingga kami kelimpungan memarkir kendaraan yang masuk, mereka berdatangan dari berbagai daerah yang sengaja ingin menikmati panorama alam pantai yang telah kami ciptakan ini," akunya.
 
Beda dengan pengelola Wisata Pantai Pisangan di Kecamatan Cibuaya, obyek wisata yang beberapa tahun lalu diidolakan warga, kini mulai ditinggalkan, karena pantainya terkikis abrasi. Meski begitu, obyek wisata yang dikelola karang taruna Desa Cemarajaya ini tetap mempertahankan pantai dan segala fasilitasnya. Namun, pantai tidak lagi jadi indah setelah dipancang bambu-bambu dan penahan abrasi yang menjulur di sepanjang pesisir pantai. (spn)

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan