Pemda Dianggap Tidak Mampu Bikin Saluran Air Banjir

Tuesday, February 3, 2009

Warga Dusun Kalijaya II, yang telah siaga banjir.
 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Warga Dusun Kalijaya II, Desa Rengasdengklok Utara menganggap selama ini pemerintah kecamatan dan kabupaten tidak becus membangun saluran air pembuang, karena pemukiman mereka selalu terendam banjir hampir setiap tahun, setiap musim hujan.
 
Seperti dikatakan, Aan (34) warga RT 07/10, Desa Rengasdengklok Utara, sejaka musim hujan ini keluarga dan tetangganya se-RT sudah dua minggu mengungsi ke jalan raya, tapi sempat kembali ke rumahnya setelah air surut. Namun, setelah banjir dihujani semalaman, akhirnya mereka kembali lagi ke tenda pengungsian. "Saya ingin ada yang mengurus banjir di sini, ini harus orang-orang kabupaten atau pusat (pemerintah kabupaten dan pemerintah pusat, red), karena selama ini orang-orang kecamatan tidak bisa membangun saluran air," ujarnya.
 
Diakuinya, sudah menahun rumahnya kebanjiran, tapi tidak pernah ada yang peduli atau mempebaiki saluran air pembuang, supaya rumah dia dan tetangganya tidak lagi kembanjiran. "Air yang membanjiri pemukiman di dusun ini datang kiriman dari Dusun Bojong, Desa Rengasdengklok Selatan juga dari Desa Kertasari. Air tidak bisa mengalir dan tertahan di sini," jelasnya.
 
Hal senada dikatakan tetangganya, Karna (30), tertahannya air di dusun ini diantaranya akibat pabrik kerupuk, beberapa pabrik kerupuk yang dibangun permenen ini menyumbat laju air ke tempat yang lebih rendah. "Pertama, memang tidak ada saluran air, kedua akibat bangunan pabrik kerupuk yang mengelilingi rumah warga," tukasnya.
 
Lebih lanjut Karna menyatakan, banjir di kampungnya ini akan bertambah tinggi jika hujan lebat terus mengguyur. Hal ini dikatakannya mengingat kampung halamannya ini tidak memiliki saluran pembuang yang layak. Sejak beberapa hari ini, puluhan warga sudah mengangkut dan memindahkan barang-barang rumah ke tenda pengungsian. Sebagian lagi masih bertahan di rumah masing-masing dan mereka pun akan menyusul pindah setelah air meninggi. (spn)

1.599 KK di Dengklok Utara Kebanjiran

RENGASDENGKLOK, RAKA - Akibat hujan deras yang mengguyur semalaman, 1.599 Kepala Keluarga (KK) atau 5000 jiwa di Desa Rengasdengklok Utara kebanjiran, rata-rata ketinggian air sekitar 30-50 cm. Banjir ini disinyalir akibat gorong-gorong yang sempit di Desa Dewisari.
 
Kaur Kesra Rengasdengklok Utara Zaenal Arifin menjelaskan kepada RAKA, Senin (2/2) siang di ruang kerjanya, meski saluran sekunder sudah dikeruk dari Desa Rengasdengklok Utara, Kertasari dan Dewisari, tapi air terhambat di gorong-gorong sipon tersebut. Imbasnya air tidak mengalir lancar, melainkan tersumbat di dua gorong-gorong yang diameternya terbilang sempit.
 
Kata Zaenal, akibat banjir ini pemukiman di Dusun Jati terendam sekitar 30-50 cm, Dusun Kalijaya I dan Kalijaya II termasuk Cikangkung Barat I terendam 50-70 cm. Untuk sementara ini, warga Kalijaya I dan Kalijaya II sudah pindah ke tenda pengungsian yang sudah disediakan pemerintah. Sedangkan warga Jati dan Cikangkung Barat masih tetap bertahan di rumahnya masing-masing, karena diperkirakan air akan cepat surut. Beda dengan Kalijaya yang mengantung, karena pemukiman tersebut berada di dataran rendah.
 
"Jika kita mengacu pada tahun lalu yang juga terjad banjir, di bulan ini akan terjadi banjir besar pula dan akan menenggelamkan Desa Rengasdengklok Utara. Kita memang masih berbicara pada saluran, dan dua minggu lalu sudah ada penggalian pakai alat beko, tapi banjir tetap saja terjadi. Ini juga disebabkan saluran Bembang yang menerima air dari gorong-gorong sipon sudah menyempit juga, sehingga airnya mandeg dan membanjiri Rengasdengklok," ujarnya.
 
 
Desa Kertasari Tak Luput dari Banjir
 
Sementara itu, di Desa Kertasari, sejumlah 164 jiwa atau 45 rumah di Dusun Krajan A, RT 05/02, terendam hingga ketinggian air sepinggang orang dewasa, warga tersebut sudah mengungsi ke jalan raya yang lebih tinggi. Dari 3 dusun, yang parah dua dusun, yaitu Dusun Krajan A dan Dusun Krajan B. Sedangkan Dusun Tegal Asem aman, tidak kebanjiran.
 
Kepala Desa Kertasari, Apud Mahpudin mengatakan, banjir yang terjadi di dua dusun itu akibat tidak ada saluran pembuang, karena dua dusun itu berada di tanah yang lebih rendah. Dengan begitu, kades meminta pada pemerintah untuk membangun saluran pembuang. "Air tidak akan surut sebulan, kecuali di sedot pakai mesin pompa. Saya minta pada pemerintah untuk menyediakan mesin tersebut," ungkapnya. (spn)
 

Pesisir Pantai Pakisjaya Terancam

Pesisir pantai Dusun Sarakan, Desa Tambaksari, Kecamatan Tirtajaya yang rusak akibat kondisi global.
 
 
BATUJAYA, RAKA - Jika pengerukan pasir laut di pantai Tanjungpakis, Kecamatan Pakisjaya tidak segera dihentikan, maka keharmonisan hubungan masyasarakat Pakis dengan alam akan terganggu dan berubah menjadi bencana. Memanfaatkan alam tanpa mempertimbangkan kerusakan lingkungan dan eksistensi budaya setempat tidak berbeda dengan penjajahan.
 
 
 
Demikian kata pembimbing lingkungan hidup SMAN 1 Batujaya, Kholid Al Kautsar, kepada RAKA, Minggu (1/2) siang. Ini diungkapkannya menanggapi ekploitasi pesisir pantai di Desa Tanjungpakis, Kecamatan Pakisjaya baru-baru ini. Menurutnya, berlakunya otonomi daerah tidak diimbangi tanggung jawab negara, rakyat kian termarjinalkan haknya. Sementara, kerusakan lingkungan berlangsung di depan mata.
 
Keadaan ini, lanjutnya, semakin memburuk seiring dengan reformasi setengah hati. Isu lingkungan dan sumber penghidupan tidak menjadi perhatian serius para pengambil kebijakan. Imbasnya, korban akibat konflik dan salah urus kebijakan terus bertambah. Tentu, korbannya sebagian besar adalah kelompok masyarakat yang rentan.
 
"Salah urus ini (kurang perhatian pemerintah, red) terjadi akibat paradigma pembangunan dan pendekatan sektoral. Sumber-sumber penghidupan diperlakukan sebagai aset dan komoditas yang bisa dieksploitasi untuk keuntungan sesaat dan kepentingan kelompok tertentu. Buktinya, akses dan kontrol ditentukan oleh siapa yang punya akses terhadap kekuasaan. Masalah ketidakadilan dan jurang sosial diabaikan. Pembangunan tidak dipandang sebagai salah satu cara dan proses untuk mencapai kemerdekaan," jelas Kholid.
 
Lebih lanjut, guru yang konsen menididik siswanya cinta lingkungan ini mengatakan, sumber kehidupan hanya dilihat dari nilai ekonomi yang bisa dihasilkan, sumber daya hutan disempitkan menjadi kayu, sumber daya laut hanya ikan dan sebagainya. Sumber-sumber kehidupan tidak pernah dilihat sebagai sumber penghidupan secara utuh dimana fungsi ekologi, sosial, ekonomi dan budaya melekat padanya.
 
Berdasarkan data-data, dia memaparkan penyusutan luasan kawasan hutan produksi berdasarkan statistik kehutanan dari tahun 1993 hingga 2001 luas hutan telah mengalami penyusutan sebesar 32,2 juta hektar. Kata Kholid, data resmi terakhir menyatakan, kawasan hutan yang rusak di seluruh Indonesia mencapai 43 juta hektar dengan laju deforestasi rata-rata 1,6 - 2,4 juta hektar pertahun.
 
Untuk sumber daya pesisir dan laut, akunya, situasinya tidak lebih baik. Terumbu karang di Indonesia semakin menyusut akibat penangkapan ikan dengan cara merusak dan berlebihan, pencemaran, pembangunan di kawasan pesisir, sedimentasi dan pengerukan pasir laut.
 
Antara tahun 1983 dan 2000, terumbu dengan tutupan karang menyusut dari 36% menjadi 29%. Luas hutan bakau berkurang dari 5,2 juta hektar tahun 1982 menjadi 3,2 juta hektar pada tahun 1987 dan menciut lagi menjadi 2,4 juta hektar pada 1993 akibat maraknya konversi bagi kegiatan budidaya.
 
Sumber daya perikanan laut juga terancam oleh penggunaan teknik dan peralatan penangkapan ikan yang merusak lingkungan dan dengan kapasitas berlebih. Belum lagi pengerukan pasir laut, seperti yang terjadi di Pantai Tanjung Pakis yang akan mengancam rusaknya ekosistem dan biota laut, serta berpotensi terjadinya bencana eros yang berdampak buruk pada lingkungan dan kehidupan manusia.
 
Sebenarnya kita bisa banyak belajar dari kearifan lokal masyarakat pedalaman tentang bagaimana cara memperlakukan lingkungan dengan baik dan bersahabat. Meski secara teoritis mereka buta pengetahuan, tetapi di tingkat praktis mereka mampu membaca tanda-tanda dan gejala alam melalui kepekaan intuitifnya.
 
"Masyarakat Baduy misalnya, memiliki budaya dan adat istiadat lokal yang lebih mengedepankan keharmonisan dengan alam. Mereka pantang melakukan perusakan terhadap alam karena dinilai bisa menjadi ancaman besar bagi budaya mereka. Alam bukan hanya sumber kehidupan, melainkan juga sahabat dan guru yang telah mengajarkan banyak hal bagi mereka. Dari alam mereka menemukan falsafah dan pola hidup yang mereka anut hingga kini," ungkapnya.
 
Namun berbagai peristiwa tragis akibat parahnya kerusakan lingkungan sudah terlanjur terjadi. Membangun tanpa merusak lingkungan yang dulu pernah digembar gemborkan pun hanya slogan belaka. Realisasinya atas nama pembangunan, pembabatan hutan dan pengerukan pasir laut terus berlangsung. Sementara itu, hukum pun semakin tak berdaya menghadapi para 'preman' lingkungan hidup.
 
Lingkungan hidup merupakan persoalan kolektif yang membutuhkan partisipasi semua komponen bangsa untuk mengurus dan mengelolanya. Pemerintah, tokoh masyarakat, LSM, semua warga masyarakat dan komponen bangsa lainnya harus memiliki, 'kemauan politik' untuk sama-sama menjaga kelestarian lingkungan dari ulah para penjahat lingkungan. Hal itu harus dibarengi dengan tindakan hukum yang tegas.
 
 
Dan pedang hukum harus benar-benar bisa memenggal para penjahat lingkungan untuk memberikan efek jera dan sekaligus memberikan pelajaran bagi yang lain. Lingkungan hidup dan sumber penghidupan Indonesia berada di ambang kehancuran akibat over eksploitasi selama 32 tahun terakhir. (spn)

GL QC 114 Gelar MDI untuk Siswa

KUTAWALUYA, RAKA - Gallery Of Learning Quantum Centre 114 (GL QC 114) di Kecamatan Kutawaluya gelar program Meningkatkan Daya Ingat (MDI), 25 Januari - 1 Februari 2009. Peserta yang mengikuti program 800 siswa. MDI ini bertujuan membantu siswa menghafal bahasa asing dengan mudah cepat dan menyenangkan.
 
 
Pendiri GL QC 114, Titut Hartadi menjelaskan kepada RAKA, Minggu (1/2) siang, di dalam seminar interakrif ini menyuguhkan metode 'tiga pencitraan' yaitu suatu metode dengan mensinergikan antara materi dan potensi kodrati manusia. Sehingga metode tersebut akan memaksimalkan prosesi pembelajaran. Beberapa waktu lalu, Mentri Pendidikan Prof.Dr Bambang Sudibyo telah menganugrahkan penghargaan terhadap metode tiga pencitraan ini dalam kegiatan keberhasilan guru dalam pembelajaran tingkat Nasional tahun 2007.
 
Diakuinya, MDI ini telah berhasil membimbing siswa dalam waktu 5 menit untuk mengingat 30 kata dalam 5 bahasa asing yaitu Bahasa Inggris, Belanda,Jepang, Spanyol dan Itali. "Siswa yang memiliki daya ingat yang luar biasa tersebut yaitu Ahmad Arif, Astri Nurhalimah dan Hilda dari SMA Rengasdengklok, juga Enang Herdiana dari SMA Pedes. Yang unik dalam seminar di Gallery of Learning milik ini seluruh peserta larut dalam aktifitas senam 'brain gym', bernyanyi dan menyaksikan visualisasi dari seluruh materi. Berdasarkan survei pada April dan Mei 2005, tingkat pemahaman siswa terhadap teknik belajar masih sangat rendah yaitu 14,27 % siswa yang memahami teknik belajar dan 75.73 % siswa tidak memahami teknik beljar dengan baik," jelasnya.
 
 
 
Diketahui, Gallery Of Learning Quantum Centre 114 merupakan tempat pembelajaran non formal di bawah naungan LPK Quantum Centre 114 yang berlokasi di Desa Kutakarya, Kecamatan Kutawaluya sejaka 17 April 2007 lalu. Gallery ini dibangun di atas tanah seluas 500 m2 dan memiliki berbagai macam program inovasi di bidang pendidikan diantaranya adalah bimbingan belajar, pelatihan, seminar dan untuk mendukung efektifitas kegiatan dilengkapi dengan warnet (GalleryNET).
 
 
Gallery ini memiliki bimbingan belajar metode pembelajaran Menyenangkan, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menarik (MAIKEM), yaitu suatu yang mengedepankan belajar menyenangkan dengan tekhnis pembentukan kondisi prima yaitu perpaduan kesiapan fisik dengan 'brain gym' dan kesiapan 'psikis' dengan pembentukan 'gelombang alfa'. Kedua hal tersebut sebagai prasyarat belajar efektif. Disamping itu seluruh peserta belajar dianalisa gaya belajarnya dan cara belajar yang cocok, sehingga pembelajaran akan lebih efektif.
 
 
Disamping itu GL QC 114 memiliki program pelatihan unggulan dengan sasaran siswa, mahasiswa, guru dan pengelola pendidikan. Programnya meliputi pelatihan Internet, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Program ini merupakan program untuk mendorong terwujudnya komunitas pendidikan yang berkualitas yang sejalan dengan Visi Pendidikan Nasioanal dan misi Kabupaten Karawang yaitu terwujudnya pendidikan yang berkuantitas dan berkualitas.
 
 
Dalam upaya mewujudkan dan mensukseskan Visi dan Misi Kabupaten Karawang ini maka GL QC 114 menggelar seminar interaktif setiap bulan di bawah bimbingan Titut Hartadi. Bimbingan ini membantu seluruh pelajar di Kabupaten Karawang tingkat SMP, MTs, SMA, SMK dan MAN yang terkait pada tehnik belajar. (spn)
 

Warga Batujaya Meminta Pemda Benahi Tanggul Citarum Permanen

RENGASDENGKLOK, RAKA - Warga Kecamatan Batujaya, Jayakerta dan Tirtajaya meminta pemerintah untuk memperbaiki tanggul Sungai Citarum di Dusun Tangkil, Desa Kuta Ampel, Kecamatan Batujaya dipermanenkan, supaya kuat dan kokoh, mengingat perbaikan batuan beronjong tahun 2007 lalu tidak mampu menahan debit air sungai ini, sehingga jebol dan merugikan semua masyarakat.
 
Hasil pantauan RAKA sepekan ini, beberapa warga mengungkapkan, perencanaan pemerintah menambal tanggul Sungai Citarum tahun 2007 lalu, asal-asalan, tidak diberikan pada CV atau pemborong yang profesional dalam bidang pembuatan tanggul. Pelaksana pembangunan tanggul Citarum tahun 2007 lalu, tidak mengukur tekanan air jika sungai meluap. Beronjong yang dipasang sama sekali tidak bermanfaat.
 
"Ujung-ujungnya sekarang pemerintah memperbaiki lagi untuk tanggul yang jebol itu, berapa miliar lagi dana yang harus ditanggung. Ini jelas pemborosan, juga sangat mengecewakan rakyat, karena pekerjaan kemarin merupakan petaka besar," kata warga Medang Asem, Kecamatan Jayakerta, Utomo (45), kepada RAKA, Minggu (1/2) siang.
 
Dia termasuk warga yang rumahnya terancam luapan Sungai Citarum. Menurutnya, pelaksana pembangunan tanggul Sungai Citarum sama sekali tidak memiliki perhitungan matang. Akibat dari kecerobohannya itu, harta benda masyarakat termasuk nyawa menjadi taruhannya. Dan jika dihitung-hitung, tidak sedikit kerugian yang dialami masyarakat yang diterjang banjir Citarum kemarin.
 
Supaya tidak terulang lagi, lanjutnya, jika tanggul itu akan diperbaiki kembali, proyek ini jangan diberikan kepada sembarang 'pemborong', harus yang benar-benar ahli dalam membuat tanggul yang kokoh. "Percuma dong, anggaran Rp 1,2 miliar terbuang sia-sia, bukannya manfaat, tapi malah jadi petaka. Saya harap, untuk pembangunan tanggul Citarum jangan hanya mementingkan keuntungan doang, tapi pikirkanlah akibat yang akan terjadi jika pada pelaksanaannya ceroboh. Bupati tolong untuk perbaikan tanggul ini dimonitor terus, agar kejadian serupa tidak terulang lagi," ungkapnya.
 
Kejadian dua kali jebolnya Citarum dalam dua tahun terakhir ini membuat semua warga Batujaya trauma, masih terbayang dalam benak mereka luapan air Citarum yang telah menghancurkan harta benda. Seperti diungkapkan warga Dusun Tangkil, Desa Kuta Ampel, Ahmad (34), jebolnya tanggul Citarum ini akibat beronjong yang tak kuat menahan debit air Sungai Citarum yang meluap. Selain itu, galian tanah yang pernah dilakukan pada saat pembuatan beronjong ini tahun 2007 lalu, menjadi salah satu penyebab tanggul jebol kembali. "Dengan adanya kubangan air dibawah beronjong, tekanan air jadi besar. Tentunya, beronjong ini tak kuat lagi menahan luapan air dan jebol," ucapnya. (spn)
 

Kalangsari Masih Direndam Banjir

Warga setempat melintasi pemukiman pakai batang pohon pisang.
 
 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Banjir yang menggenangi puluhan rumah di Dusun Sinar Sari, Desa Kalangsari, Kecamatan Rengasdengklok tidak akan cepat surut sebulan, karena air di dusun ini mengantung di tanah bekas rawa. Dan ini diperparah lagi mengingat tidak ada saluran pembuang.
 
Banjir sisa luapan Sungai Citarum yang jebol di Dusun Kaceot, Kelurahan Tunggakjati, Kecamatan Karawang Barat ini, kini mempersulit warga setempat untuk beraktivitas. Jalan lingkungan terputus dan rumah-rumah yang berdekatan dengan tanah bekas rawa itu terendam hingga perabotan rumah jadi lapuk.
 
Kepala Desa Kalangsari, Aan Heryanto mengatakan, kepada RAKA, kemarin, satu cara untuk mengeringkan banjir ini hanya dipompa pakai mesin pompa, tapi mesin tersebut tidak dimiliki desa, sehingga pihak desa kesulitan jika harus menyewa mesin tersebut dengan biaya yang cukup mahal. Meski pada banjir tahun 2008 pernah meminta mesin pompa pada Pemda Karawang, tapi hingga kini belum direalisasikan.
 
Warga setempat mengaku, banjir yang menggenangi pemukiman mereka memang kerap terjadi di setiap musim hujan dan merendam rumah hingga 40 cm. "Jika musim hujan telah berlalu, saya akan memompa air ini ke Sungai Citarum. Dan saya butuh dukungan dari semua pihak, terutama Pemda Karawang untuk biaya operasional," katanya.
 
 
Banjir ini serupa dengan banjir Februari 2008 lalu, sejumlah pemukiman di Dusun Sinar Sari terendam akibat air hujan yang mengantung. Meski pihak desa telah berupaya mencari celah-celah saluran air, sepertinya tidak air tersebut tidak bisa dibuang, kecuali harus menggali jalan raya dan membuat saluran air yang melintas. Tentu, itu memakan biaya yang sangat mahal. "Untuk sementara ini, kami menyedot air banjir dan dibuang ke Sungai Citarum, tidak ada lagi cara yang lain," ujarnya. (spn)
 
 

Fooging Dilakukan Setelah Ada Penderita DBD Meninggal

3 Bulan Puskesmas Rengasdengklok Tak Dengarkan Permintaan Warga
 
 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Setelah ada korban Demam Berdarah Dengue (DBD) di Dusun Warudoyong Selatan, Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok barulah Puskesmas Rengasdengklok menurunkan fooging. Padahal, usulan fooging ini telah diminta pihak desa dan masyarakat sejak tiga bulan lalu.
 
Fooging di Dusun Warudoyong Selatan, Jumat (30/1) menyisir 3 RT dari 11 RT yang direncanakan, 11 RT itu diantaranya RT 37 sampai RT 48. Kemarin, fooging hanya dilakukan di RT 37, 38 dan 39 dari dana pemerintah, sedangkan sisanya akan dilakukan menyusul dari dana swadaya masyarakat. Memang, sebelumnya warga pun selalu meminta fooging meski mereka harus iuran, tapi sepertinya Puskesmas Rengasdengklok enggan merealisasikannya, hingga akhirnya jatuh satu warga meninggal dunia akibat DBD di Dusun Warodoyong, Rabu (28/1) lalu.
 
Menanggapi hal itu, Sekdes Rengasdengklok Selatan, Nadi mengatakan, pihaknya telah berupaya menangani wabah tersebut, tapi korban DBD tetap tidak bisa dicegah. Untuk itu, Kamis (29/1) siang, kepala desa telah mengintruksikan kepada semua kepala dusun se-Desa Rengasdengklok Selatan untuk melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di lingkungannya masing-masing. "Kepala desa berpesan, agar PSN tidak dilaksanakan sehari, melainkan tiap minggu. Tiap kepala dusun diwajibkan mensosialisasikan PSN kepada semua warga di lingkungannya," ujarnya.
 
Kata Nadi, pencegahan wabah DBD di lingkungan desanya melalui PSN sudah maksimal, tapi penyakit memang tidak bisa dideteksi. Meski begitu, upaya Kebersihan, Keamanan dan Ketertiban (K3) sudah dilaksanakan. "Kami intruksikan sosialisasi PSN pada semua warga diantaranya melalui pengeras suara di masjid-masjid. Saya tidak putus-putus mengintruksikan PSN di tiap dusun. Dan saya sangat menyesalkan ada korban DBD, padahal sebelumnya kami selalu meminta fooging pada Puskesmas Rengasdengklok," ucapnya.
 
Di tempat sama, Kesra Rengasdengklok Selatan, Trusto Suwaji sangat kecewa terhadap sikap Puskesmas Rengasdengklok yang lamban merealisasikan ajuan fooging untuk beberapa dusun yang nyata-nyata sudah diketahui ada warganya yang terjangkit DBD. Dia minta, yang harus diprioritaskan mendapatkan fooging diantaranya sekarang diantaranya Dusun Warodoyong Utara, Rengasjaya I, Bojong Karya I, Bojong Karya II dan Dusun Bojong Tugu. "Ini efek hujan yang terus mengguyur sehingga banyak nyamuk, kita berharap jangan ada lagi korban DBD," paparnya.
 
Dia juga menyatakan kecewa pernyataan Kepala Puskesmas Rengasdengklok Dr. Hidayati beberapa waktu lalu yang mengatakan Rengasdengklok Selatan tidak perlu difooging melainkan cukup melaksanakan PSN. Dengan meninggalnya seorang warga Dusun Warudoyong akibat DBD, Trusto sangat menyesali pelayanan kesehatan yang terkesan cu'ek. "Dinas Kesehatan selalu mengatakan, fooging akan dilakukan jika sudah ada korban DBD, nah sekarang terbukti sudah ada korbannya, lalu siapa yang bertanggungjawab dengan meninggalnya warga Warudoyong Selatan itu, sedangkan kita sudah teriak-teriak ke Puskesmas Rengasdengklok meminta fooging, melalui media koran maupun langsung, tapi tidak pernah didengar," tandasnya.
 
Setelah ada yang meninggal akibat DBD, lanjutnya, baru kemudian Puskesmas Rengasdengklok tampak sibuk mengedarkan selebaran PSN dan melakukan fooging, itu pun tidak semua dusun difooging, hanya sebagian saja, selebihnya tetap saja pihak desa yang menggalang dana pembiayaan fooging melalui swadaya masyarakat. (spn)
 
 

Darsono Sumedi: Kebutuhan SMK Mengikuti Perke mbangan Teknologi

"Saat ini banyak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang belum memiliki peralatan yang memadai, termasuk SMK Ristek. Kebutuhan peralatan tidak akan usai, karena terus mengikuti perkembangan teknologi kedepan. Kita memang sangat membutuhkan bantuan alat-alat praktikum dari pemerintah," kata Kepala SMK Ristek, Drs. Darsono Sumedi, kepada RAKA, Jumat (30/1) siang.
 
Hal ini diungkapkannya saat mengomentari pernyataan, Direktur Pembinaan SMK Depdiknas Joko Sutrisno yang mengatakan, keterbatasan peralatan yang belum memenuhi standar menjadi salah satu kendala untuk meningkatkan kualitas SMK. Untuk itu, peningkatan anggaran SMK pada tahun 2009 yang naik dua kali lipat menjadi Rp 3,8 triliun akan difokuskan untuk pengadaan dan pembaruan sejumlah peralatan di SMK. Sebanyak 5.000 SMK negeri dan swasta akan mendapat kucuran dana subsidi pengadaan dan pembaruan peralatan.
 
Menurut Darsono, SMK di Kabupaten Karawang banyak yang mengajukan bantuan itu. Dan semua SMK mendapat peluang diberi. Kebutuhan semua SMK sama dan yang diutamakan memang SMK negeri. Di SMK Ristek yang sudah menyandang Standar Nasional (SN) ini pun telah diperhatikan pemerintah. Pemerintah melihat, selama ini SMK Ristek memiliki angka kenaikan jumlah siswa sejak berdirinya Ristek tahun 1999 lalu, termasuk jumlah lulusan yang banyak.
 
"Dan kita memerlukan peralatan yang memadai, jika jumlah siswa dan peralatan sinergi, minimal akan mendekati kualitas pendidikan yang telah diprogramkan pemerintah, tentunya SMK pun harus mampu trampil, pandai dan lulusan yang siap pakai untuk perusahaan," ungkapnya.
 
Diakuinya, beberapa tahun ini kerjasama dengan perusahaan industri belum kembali turun ke SMK. Kemungkinan hal ini terjadi akibat 'krisis global' yang sangat terpengaruh pada dunia industri juga berimbas pada SMK. "Namun begitu, setelah banyak karyawan di PHK, banyak tenaga Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dari Ristek yang diambil perusahaan. Ini menunjukan ada peningkatan permintaan PSG di insustri," katanya.
 
Untuk tahun ini, aku Darsono, pihaknya telah ajukan Ruang Kelas Baru (RKB) dan lab komputer pada pemerintah. Kata Darsono, setiap sekolah memang sangat mengharapkan bantuan pemerintah ini. Apalagi dengan adanya pernyataan dari Direktur Pembinaan SMK Depdiknas, semua SMK berlomba dan siap diseleksi. Titik tolak pertama untuk mendapatkan bantuan ini adalah jumlah siswa dan kebutuhan siswa untuk peralatan praktikum. "Selain itu, kita mengacu pada lulusan yang telah diterima di dunia industri, ini yang menjadi penilaian Depdiknas," imbuhnya. (spn)

UPK Rengasdengklok 'Memble'

MAD Program PNPM Mandiri Rengasdengklok di aula Desa Dengklok Selatan
 
 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Tak bisa dipungkiri, dana Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Rengasdengklok macet 82 persen, meski telah dilakukan berbagai upaya musyawarah desa hingga ke Kejaksaan Negeri Karawang, tetap saja kendala ini tak terpecahkan. Dan hingga kini presentasenya terus turun.
 
Demikian kata Ketua UPK, Asep Saepulloh, saat membacakan pertanggungjawabannya di forum Musayawarah Antar Desa (MAD) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kecamatan Rengasdengklok, Kamis (29/1) siang di aula Desa Rengasdengklok Selatan. Menurutnya, begitu jelekah masyarakat Rengasdengklok sehingga tidak mau membayar hutang pinjaman atau begitu rendahkah pendapatan masyarakat Rengasdengklok sehingga tidak mampu membayar utang ke UPK, "Kami tetap terus berjalan, meski di tahun 2008 ini kami tetap menderita," katanya.
 
Kata Asep, telah 8 tahun ini UPK berjalan memberikan kontribusi pada masyarakat di Kecamatan Rengasdenglok melalui Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Dan UPK Rengasdengklok telah mengelola UEP dan SPP yang merupakan perguliran dari modal awal dan laba hasil usaha UPK.
 
Namun begitu, nada miring dilontarkan Anggota BPD Rengasdengklok Selatan, Kholid (56). Dia menegaskan, upaya yang telah dilakukan UPK hasilnya tetap masih nol besar. Dampak kegagalan UPK Rengasdengklok berimbas pada semua desa se-kecamatan. "Jika ada kepercayaan dari pemerintah jangan mengulangi kedua kalinya sehingga akan menghambat program pemerintah itu sendiri," ujarnya.
 
Diketahui, kemacetan dana UPK ini akibat perbuatan ketua-ketua kelompok,
bahkan UPK Rengasdengklok sudah beberapa orang tersangka penyelewengan dana pinjaman bergulir UPK. Kata Kholid, harus seperti apa lagi cara menangani kemacetan dana saat UPK diminta pertanggungjawabannya oleh pihak pusat dan persoalan selalu dikembalikan ke desa.
 
Ini jelas kerugian bagi desa, akunya, padahal masyarakat akan mendapat kemudahan jika dana miliaran rupiah itu bisa digulirkan kembali. Dan terhitung hampir setahun persoalan ini tidak pernah selesai. Penyelesaian ini sebanrnya sudah dilakukan sejak lama, ternyata Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) sendiri tidak bisa menyelesaikan penyalahgunaan dana itu. "Bagaimana caranya UPK Rengasdengklok bisa sembuh, jangan sakit seumur-umur, ini ibaratnya UPK Rengasdengklok sedang sakit struk," ujarnya.
 
 
Sementara, Camat Rengasdengklok, R. Supandi menyesalkan macetnya program PNPM Mandiri di wilayahnya. Sehingga semua masyarakat Rengasdengklok seolah harus menelan 'pil pahit' akibat mandegnya dana penunjang ekonomi masyarakat tersebut. "Program PNPM Mandiri Kecamatan Rengasdengklok memble," ujarnya.
 
Kendati begitu, dia mengharapkan ada solusi dan tanggungjawab bersama dari semua unsur untuk memperbaiki hal ini. Dia juga berharap, perkembangan pembangunan di wilayahnya bisa terus berkesinambungan hingga dimasa yang akan datang. Sedangkan Kepala Bidang Badan Pemerdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) Ade Lukman mengatakan, dengan adanya kemacetan tunggakan dana di masyarakat sampai sekarang ini harus segera diatasi.
 
Untuk itu, lanjut Ade, UPK Rengasdengklok masih diberi kesempatan untuk bisa menyelesaikannya hingga Maret 2009 mendatang. "Karna tunggakan sekarang, jika dilihat saldo usaha ekonomi produktif mengalami kekurangan Rp 89.0145.220 yang ada di masyarakat, sedangkan untuk saldo SPP sekitar Rp 287 juta," ujarnya.
 
Fasilitator Teknik PNPM Kabupaten Karawang, Marwoto menyatakan, mandegnya dana PNPM di Rengasdengklok tentunya sangat mengagetkan. Dia berharap, semua unsur yang terkait dangan program UPK PPK dan PNPM Mandiri Kecamatan Rengasdengklok bisa diselesaikan sampai batas waktu dan bulan yang sudah ditentukan, supaya Rengasdengklok bisa mendapatkan kembali kucuran dana di tahun berikutnya. (spn)
 

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan