Jalan Dewisari Amblas dan Miring

Monday, April 27, 2009

RENGASDENGKLOK, RAKA - Jalan raya di Desa Dewisari, Kecamatan Rengasdengklok amblas dan miring. Akibatnya, banyak truk besar kesulitan melalui jalan tersebut, karena khawatir terjungkal. Bahkan di jalan tersebut, kerap terjadi kecelakaan maut. Kondisi jalan ini bergelombang, satu sisi patah dan amblas, sedangkan sisi lainnya tetap keras.



Pantauan RAKA, kerusakan jalan ini terjadi sejak beberapa tahun lalu, disinyalir amblasnya jalan ini akibat tanah yang labil, karena diapit dua saluran air. Satu sisi jalan ini amblas sedangkan sisi lainnya tetap keras. Sehingga, jalan tampak miring, bahkan tengahnya patah dan berlubang. Dilihat, puluhan kendaraan yang melewati jalan ini kadang saling berebut posisi jalan yang mulus, akibatnya tak sedikit diantara mereka bertabrakan.



Beberapa warga mengatakan, tanah jalan itu harus diperbaiki dengan rucuk-rucuk kayu agar tidak amblas. Seperti jalan Bedeng Rengasdengklok yang selalu amblas, tapi kini sudah tidak amblas lagi setelah dirucuk dan sisi jalannya dibeton supaya tidak amblas. Diketahui, jalan di sepanjang Rengasdengklok hingga Batujaya sangat labil, karena tepat disisi jalan ini terdapat saluran air induk yang membentang.



"Saya harap, jalan ini segera diperbaiki, karena kondisinya sudah sangat membahayakan pengendara. Bahkan, bamper dan kolong mobil pun kadang menggesek jalan. Apalagi kalau melihat truk muatan, ngeri banget, saya kadang khawatir truk itu terbalik," kata Ejen warga Dewisari. (spn)

Intelijen Asing di Lembaga Pemilu?

 
BATUJAYA, RAKA - Sejak proses pemilu 2009 berjalan, pemantau asing berduyun-duyun ke Indonesia. Berdasarkan akreditasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebanyak tujuh lembaga yang mengawasi pemilu di negeri ini. Demikian kata pengamat politik juga guru SMAN 1 Batujaya, Kholid Al Kautsar kepada RAKA, Minggu (26/4) siang.
 
Ketujuh lembaga itu diantaranya National Democratic Institute (NDI), International Foundation For Electoral System (IFES), Friedrich Naumann Stiftung fur die Freiheit (FNS), Asian Network for Free Elections Foundation, Australia Election Commission, The Carter Center, dan International Refublican Institute(IRI).
 
"Apa pentingnya banyak pemantau asing datang ke Indonesia jika mereka sekedar wisata, jelas itu tidak mungkin mereka lakukan, karena kedatangan mereka adalah menghitung jumlah suara dan menilai kejujurannya. Memang, rasanya kok sederhana sekali. Pasti ini ada kepentingan lain yang lebih besar dibalik pemilu. Mereka tidak hanya masuk ke Indonesia dengan leluasa, mereka pun memberi bantuan dana bagi Indonesia. Bahkan mereka menyebut bantuan itu sebagai hibah, artinya pemberian saja, tapi adakah pemberian yang tanpa pamrih. Sedangkan mereka sendri mengatakan, tidak ada makan siang yang gratis," ungkapnya.
 
Untuk pemilu 2009 ini, kata Kholid, Indonesia mendapat bantuan sebesar 37,5 juta dolar Amerika. Dana itu digunakan bagi pemilu mulai dari proses sosialirasi hingga usai. Pendanaan itu dikoordinasikan oleh United Nation Development Programme (UNDP). Dana itu berasal dari berbagai negara donor, di antaranya Inggris, Belanda, Spanyol, Amerika Serikat dan Australia. Sebagian dana tersebut disalurkan ke LSM guna sosialisasi Pemilu 2009, melalui proses seleksi yang ketat dari 584 proposal yang diajukan.
 
Di luar bantuan resmi itu, tidak tertutup kemungkinan ada bantuan tidak resmi. Amien Rais menjelang Pemilu 2004 pernah mengungkapkan bahwa dirinya pernah ditawari sejumlah uang oleh kalangan di Amerika sebagai modal untuk maju jadi capres. Selain memberi bantuan dana, pihak asing turun langsung ke lapangan untuk menjajaki siapa saja yang tepat untuk memimpin negeri ini sesuai dengan keinginan mereka. "Yang cukup kentara adalah Duta Besar Inggris Martin Hatfull. Ia mengaku telah menyambangi sejumlah parpol peserta Pemilu 2009. Tak ada yang tahu apa isi pembicaraan tersebut," ujarnya.
 
Sebelumnya, lanjut Kholid, ketika ke Amerika Serikat, Wakil Presiden Jusuf Kalla yang juga Ketua Umum DPP Partai Golkar diterima oleh Joe Biden yang baru 16 hari menjabat Wakil Presiden AS. JK juga bertemu dengan Direktur Intelijen Nasional AS Dennis Blair, Senator James Webb dari Partai Demokrat, dan Christopher Bond dari Partai Republik. Pertemuan seperti ini bisa membawa arti tersendiri yang sangat besar bagi Golkar dan Ketua Umumnya.
 
Pengalaman Pemilu 2004 menunjukkan modus yang sama. Mendekati pelaksanaan Pemilu 2004, Indonesia kedatangan tamu asing yaitu Jimmy Carter dan Collin Powell. Carter datang dengan istrinya Rosalynn serta mantan Perdana Menteri Thailand Chuan Leekpai ke Indonesia untuk memimpin para pemantau dari The Carter Center. Selain memantau, Carter juga ikut mengecek kesiapan KPU dalam penyelenggaraan pemilu preriden dan juga mengenai hubungan KPU dengan Panwaslu. Ia pun bertemu dengan para calon presiden dan wakil presiden saat itu. Sementara pada saat Pemilu 2004, Menlu AS Collin Powell bertemu dengan salah seorang capres RI, Susilo Bambang Yudhoyono.
 
Banyaknya campur tangan asing dengan berbagai modus itu membuat khawatir berbagai pihak. Intervensi asing dalam bentuk apa pun termasuk dalam bentuk uang dan pakar tidak bisa dibenarkan di dalam penyelenggaraan pemilu. Bantuan asing untuk pemilu merupakan global grand strategy Amerika serikat. Indonesia akan dipaksa setuju dengan proses globalisasi yang diusung negara-negara donor. "Kita memang tidak anti bantuan asing, tapi bukan tidak mungkin bantuan tersebut bagian dari - 'kuda troya' politik, artinya di balik pekerjaan yang besar terdapat operasi intelijen," kata Kholid. (spn)
 

Optimis UN Berhasil Baik

"Semua sekolah sudah mempersiapkan diri menghadapi UN (Ujian Nasional), karena UN ini merupakan bagian dari kewajiban sekolah mengantarkan siswanya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pada pelaksanaan UN, semua sekolah tetap dipantau oleh TPI (Tim Pemantau Independen) juga pengamanan dari pihak kepolisian. Pengambilan soal-soal UN dari kabupaten dijaga ketat di tingkat komisariat," kata Sekertaris MKKS Komisariat Rengasdengklok, juga Kepsek SMPN 1 Kutawaluya, Drs. Yayat Rukhiyat, didampingi Ketua MKKS Komisariat Rengasdengklok, Mustarom S.Pd, kepada RAKA, Minggu (26/4) sore.
 
Sebelum siswa menghadapi UN, kata Yayat, siswa telah mengikuti 'try out' untuk memperkecil nilai ketidak lulusan. Diakuinya, awalnya memang nilai pra-UN siswa anjlok dan pihak sekolah memperbaikinya melalui bimbingan belajar yang hasilnya cukup signifikan. Se-komisariat Rengasdengklok, terdapat 14 SMP negeri dan 4 SMP swasta.
 
Dia meminta, supaya pihak orang tua membantu kelulusan putra-putrinya yang sedang ujian akhir, karena sekarang nilai kelulusannya 5.5, pihaknya tak henti menghimbau pada orang tua siswa agar dapat membantu kegiatan belajar siswa di rumah, mengingat kenaikan nilai itu harus banyak bekerjasama antara pihak sekolah dan orang tua. "Saya harap, pihak orang tua melakukan pembinaan dan bimbingan belajar di rumah, juga saya meminta pada orang tua agar mereka memantau kegiatan siswa selama UN," kata Yayat.
 
 
Persiapan UN pada ajaran tahun 2008-2009 sudah dimulai di semua sekolah se-komisariat Rengasdengklok, yaitu melaksanakan bimbel (bimbingan belajar) untuk kelas 9, diantaranya bimbel mengenai soal yang diprediksi akan keluar pada waktu UN. Hasil bimbel ini dievaluasi dengan 'try out' juga dari hasil bedah SKL (Standar Kompetensi Lulusan) guru mata pelajaran se-komisariat Rengasdengklok.
 
Kemudian, dilanjutkan dengan pra-UN, soalnya diambil dari Pusat Pendidikan dan Komunikasi (Pusdikom) Bandung, lalu sebagian sekolah melanjutkannya dengan melaksanakan 'try out' yang bekerja sama dengan lembaga pendidikan lainnya, seperti primagama dan SMK Ristek. (spn)
 

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan