Judi Sabung Ayam Digerebeg Polsek Dengklok

Friday, April 24, 2009

JAYAKERTA, RAKA - Puluhan pelaku judi sabung ayam berlarian kocar-kacir ketika digerebeg jajaran Polsek Rengasdengklok, di Kampung Teluk Bunder, Desa Dewisari, Kecamatan Rengasdengklok, Kamis (23/4) siang, pukul 15.00 WIB. Penggerebegan ini berdasarkan laporan warga setempat yang resah dengan judi tersebut.
 
Laporan warga itu ditindak lanjuti Kapolsek Rengasdengklok, AKP Muji Harja, dia langsung memimpin pemberantasan judi tersebut. Ditegaskan Kapolsek, tidak ada tawar menawar tentang perjudian di wilayah hukumnya. Pada penggerebegan ini, tak satu pun penjudi yang tertangkap, kecuali barang bukti berupa sandal jepit penjudi yang berserakan, jam dinding yang digunakan untuk waktu pertandingan ayam dan terpal untuk digunakan area adu ayam.
 
Diketahui, hampir di setiap desa, judi sabung ayam ini kerap dilakukan warga untuk mendapatkan uang taruhan. Pada penggerebegan kemarin, warga berhamburan tunggang langgang ketika didatangi polisi bermotor dengan pakaian preman. Awalnya warga yang sedang asik main judi sabung ayam tak menduga jika yang mendekati mereka adalah polisi, tapi setelah Kapolsek AKP Muji Harja bersama anggotanya mendekati penjudi ini, mereka langsung kocar-kacir.
 
Dijelaskan AKP Muji Harja, meski pihaknya tidak menangkap pelaku judi, setidaknya penggerebegan itu sebagai 'shock terapy' supaya warga jera dan tidak lagi melakukan perjudian itu. Kepada masyarakat setempat, dia menghimbau jika ada hal serupa agar melaporkan ke polisi. (spn)




Cockfight gambling was ambushed Sector Police Dengklok


JAYAKERTA, RAKA - Dozens Of perpetrators of scattering cockfight gambling disorganised when being ambushed by the rank Sector Police Rengasdengklok, in the Teluk Bunder Village, Desa Dewisari, Kecamatan Rengasdengklok, on Thursday early afternoon (23/4), struck 15,00 of WIB. It's was based on the report on the local resident who was restless with this gambling.



The report on the resident was had action taken against him to Sector Police Chief Rengasdengklok, AKP Muji Harja, he at once led the eradication of this gambling. It was stressed Sector Police Chief, not there is bargained bargained about gambling in his legal territory. In this raid, not even one gambler that was arrested, except for the material evidence took the form of thongs gambler that was scattered about, the wall clock that was used for time and canvas of the chicken match to be used the area pitted the chicken.



Known, almost in each village, this cockfight gambling was often carried out by the resident to get money for the bet. In the raid yesterday, the resident jumped head over heels when being visited by motorised police with civilian clothes. Initially the resident who was engrosseding in gambling the cockfight did not suspect if that approached them was police, but after Sector Police Chief AKP Muji Harja with his member approached this gambler, they at once were disorganised



Explained by AKP Muji Harja, although his side did not catch the perpetrator of gambling, at least the raid as 'shock terapy' to the wary resident and no longer carried out the gambling. To the local community, he made a plea if having the similar matter so that reported to police. (spn)

 
 

Pendidikan Harus Jadi Prioritas Utama

KUTAWALUYA, RAKA - Masyarakat harus menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama dan sebuah kebutuhan diatas kebutuhan lainnya, karena dimasa yang akan datang kebutuhan kompeten pendidikan ini sangat tinggi. Segala perubahan global saat ini baru bisa dilakukan melalui pendidikan.
 
Demikian kata Kepala SMK Perbankan Indonesia, Bambang Pranowo kepada RAKA, Kamis (23/4) siang di ruang kerjanya. Menurutnya, tujuan pendidikan ada tiga, diantaranya psykomotor (keterampilan), kognitif (kemampuan intelektual) dan affektive (sikap). Untuk mewujudkan itu, siapapun yang ingin menimba ilmu tentunya membutuhkan biaya yang relatif, bahkan mengeluarkan biaya besar. Kendati mengeluarkan biaya, kemampuannya pun bisa terukur. Beda dengan biaya kecil yang akan mendapatkan hasil kurang memuaskan.
 
"Mana mungkin bisa terampil tanpa teknologi dan sarana yang mendukung, karena untuk tiga hal itu butuh biaya besar, Apalagi membentuk sikap siswa yang sebagian orang menganggapnya sulit, mendidik hal itu harus berkesinambungan, untuk itu perlu sarana pendukung untuk membentuk sikap dan siswa terampil," jelasnya.
 
Proses pendidikan, lanjutnya, tidak semata harus berada dalam ruang kelas atau disebut belajar klasik, karena saat ini perubahan global terus berkembang pesat dan semua termasuk siswa harus bisa mengikutinya. Ruang sekolah sangat sempit jika hanya mendidik sikap siswa. Tak jarang, selain sekolah formal banyak orang tua membawa anaknya ke pondok pesantren khusus untuk pembinaan sikap anak dari buruk ke sikap yang baik. "Pendidikan tidak hanya dalam ruang kelas, pendidikan itu kompetitif dan bersaing secara global," paparnya menceritakan perkembangan internet yang saat ini menjadi 'edutainment' atau media pendidikan siswa yang menghibur.
 
Sementara ini, SMK Perbankan Indonesia telah melaksanakan UN (Ujian Nasional) pada 20-22 April 2009 kemarin. Ujian di SMK ini diawali pada Februari 2009 lalu dengan melaksanakn uji kompetensi bidang produktif, setelah selesai uji kompetensi dilanjutkan uji kompetensi normatif dan adaptif, disusul ujian nasional teori kejuruan pada 24 Maret 2009 lalu. Setelah UN, sekolah ini akan melaksanakan UAS (Ujian Akhir Sekolah) di awal Mei 2009 mendatang.
 
Menghadapi PSB (Penerimaan Siswa Baru) SMK Perbankan Indonesia memiliki acuan 'Competitive Advantage', artinya keunggulan bersaing, yaitu memiliki agenda dalam memberdayakan potensi yang dimiliki siswa. Dengan begitu, persaingan lembaga sekolah diwujudkan dengan mengarahkan siswa menjadi individu yang punya karakter sesuai dengan kebutuhan masyarakat, termasuk interaksi yang bagus dan orientasinya luas, juga skill-nya. "Ini jadi keunggulan kita, ruang ekpresi siswa juga kita perluas dengan cara menyelenggarakan kegiatan yang sesuai dengan bakat anak itu sendiri," imbuhnya. (spn)




Education must be the Main Priority


KUTAWALUYA, RAKA - the Community must place education as the main priority and a requirement on the other requirement, because dimasa that will come the competent requirement for this education was very high. All the global changes at this time just could be carried out through education.



Was like this the headword of SMK Perbankan Indonesia, Bambang Pranowo to RAKA, on Thursday early afternoon (23/4) in his office. According to him, the aim of education was three, among them psykomotor (skills), cognitive (the intellectual's capacity) and affektive (the attitude). To create that, who that want to studied definitely needed the relative cost, in fact spent the big cost. Although spending the cost, his capacity could be then measured. Unlike the small cost that will get results was more unsatisfactory.



"How could it be that could be skilled without technology and supportive means, because for three that needed the big cost, Let Alone forming the student's attitude that some people regarded him was difficult, educated that must be continous, so needed supporting means of forming the attitude and the skilled student," he explained.



The process of education, he continued, not only must be in the classroom or was acknowledged as studying classic, because at this time the global change continued to develop fast and all must be able to including the student join him. School space was very crowded if only educated the student's attitude. Not rare, apart from the formal school of many parents brought his child to the special islamic boarding school for the management of the child's attitude from bad to the good attitude. "Education not only in the classroom, the education was competitive and competitive globally," he explained told the development of the internet that at this time to 'edutainment' or the media of the student's education that entertained.



Now this, SMK Perbankan Indonesia carried out the UN (the Nasional Exam) on April 20-22 2009 yesterday. The exam in SMK this was preceeded last February 2009 with melaksanakn the productive test of broad competence, after being finished the competence test was continued by the normative competence test and adaptif, was followed by the national exam the theory kejuruan last March 24 2009. After the UN, this school will carry out UAS (the Sekolah Final Examination) in the beginning of this coming May 2009.



Faced PSB (Acceptance of the Baru Student) SMK Perbankan Indonesia had the 'Competitive Advantage' reference, meaning that the superiority competed, that is having the agenda in empowering the potential that was owned by the student. In this way, the competition for the school agency was realised by guiding the student to the individual who had the character in accordance with the requirement for the community, including the good interaction and the orientation him was wide, also skill him. "This was our superiority, space ekpresi the student was also widened by us by means of holding the activity that in accordance with the child's talent personally," he added. (spn)

Hanya PSN yang Bisa Cegah DBD

"Kita telah berupaya menangani DBD (Demam Berdarah Dengue) dengan cara fogging di sekitar Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok dan memang kenyataannya DBD di desa ini terus bertambah. Nah, ini berarti masyarakatnya yang harus berperan aktif untuk memberantas wabah itu dengan cara PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)," kata Survelance DBD Puskesmas Rengasdengklok, Iwan S. Hidayat, kepada RAKA, Kamis (23/4) pagi saat mengantar pasien DBD di RSUD Karawang.
 
Minggu lalu, kata Iwan, Puskesmas Rengasdengklok telah melakukan fogging di Dusun Rengasjaya sekaligus pemberian obat abate kepada masyarakat setempat. Diakuinya, pencegahan DBD oleh puskesmas telah dilaksanakan, kini tinggal masyarakat setempat yang berusaha agar wabah itu tidak menjalar dan kembali menjangkit warga lainnya. "Yang harus dilakukan masyarakat adalah PSN, karena bagaimanapun upaya fogging jika masyarakatnya tidak melakukan PSN, maka wabah itu sulit dihilangkan," ujarnya.
 
Diketahui, DBD menyerang beberapa warga Desa Rengasdengklok Selatan secara beruntun, selama dua minggu ini tercatat 6 orang terserang DBD di dua dusun, yaitu Dusun Warudoyong dan Dusun Rengasjaya. Dan jika mau, akunya, fogging pun bisa dilakukan dari dana donatur, yaitu warga yang dianggap mampu membiayai fogging, selebihnya ditambah dari desa dan warga. Biaya fogging cuma Rp 1 juta. "Untuk mencegah DBD, yang harus dilakukan masyarakat adalah PSN, dibantu dengan fogging," tukasnya. (spn)

Diah Menderita Dermaritis Kronik DDI Neurodermaritis

 
KARAWANG, RAKA - Pasien penderita kulit, Diah Rodiah (34), warga Dusun Bojongkarya II, RT 10/02, Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok tiba di RSUD Karawang, pukul 09.15 WIB. Hasil diagnosa sementara Puskesmas Rengasdengklok, Diah mengidap penyakit Dermaritis Kronik DDI Neurodermaritis.
 
Diketahui, ibu dua anak ini mulai terjangkit penyakit kulit aneh sejak dua tahun lalu, kulit di setengah badannya terkelupas hingga kepala tak berambut, selama itu dia merasakan tubuhnya gatal-gatal, tak ayal satu salep kulit seharga Rp 27 ribu habis untuk dilulurkan ke sekujur tubuhnya. Padahal suaminya, Wahab, hanya penarik becak yang penghasilannya tak kurang Rp 12 ribu perhari.
 
Diah dibawa ke RSUD Karawang atas ajuan Kepala Desa Rengasdengklok, Selatan, Wawan Hermawan, kades ini merasa kasihan terhadap penderitaan yang dialami warganya, apalagi masa sakitnya terbilang lama. Dia sendiri baru mengetahui warganya terjangkit penyakit aneh ini seminggu lalu sejak dia terpilih jadi kades Agustus 2008 lalu. Dia pun menyesalkan ada warganya yang gakin (keluarga miskin) tak mampu berobat akibat terbentur biaya.
 
Keterangan suaminya, pada awal sakit, istrinya itu sering dibawa berobat ke Puskesmas Rengasdengklok, termasuk pada orang pintar yang diyakini bisa menyembuhkan derita sang istri, tapi hasilnya tak kunjung membaik, malah sakitnya semakin menjadi-jadi. Sebelum dibawa ke RSUD, Diah ditangani pihak medis Puskesmas Rengasdengklok dan hasil diagnosa sementara Diah mengidap sakit Dermaritis Kronik DDI Neurodermaritis.
 
Kemudian, Diah dibawa ke RSUD Karawang didampingi suaminya dan kepala desa Wawan Hermawan, termasuk petugas Puskesmas Rengasdengklok, Iwan S. Hidayat. Dan untuk pertama kalinya Diah mendapatkan perawatan RSUD sejak 2 tahun. Namun begitu, informasi terakhir yang didapatkan RAKA, hingga sore Diah belum juga mendapatkan pelayanan medis. (spn)
 

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan