Warga Cilebar Waspada Gelombang Laut Besar

Saturday, February 14, 2009

Jalan raya di Desa Pusakajaya Utara, Kecamatan Cilebar yang hancur akibat terjangan ombak laut.
 
 
CILEBAR, RAKA - Para nelayan dan warga yang bermukim di sepanjang pesisir pantai utara Karawang mewaspadai gelombang air laut pasang. Pasalnya, alam sudah mulai tidak ramah, pada beberapa bulan ini gelombang air laut pasang telah menerjang beberapa rumah warga, bahkan diantaranya ambruk. Belum lagi hujan deras yang menyebabkan banjir.
 
Diketahui, perairan di laut utara Karawang sangat berpotensi terjadi gelombang tinggi, seperti yang terjadi sebulan lalu di Desa Pusakajaya Utara, Kecamatan Cilebar, dua rumah warga setempat ambruk total sedangkan puluhan rumah lainnya rusak berat. Ketika terjadi gelombang tinggi sekitar 3-5 meter di bibir pantai, warga setempat sempat 'shock', beberapa diantaranya mengungsi dan meninggalkan rumahnya, tapi sebagian besar warga setempat tetap bertahan di rumah-rumah mereka hingga sekarang.
 
Beberapa warga mengatakan, kondisi cuaca saat ini kurang kondusif. Gelombang laut yang tinggi ini akan berbahaya bagi perahu-perahu nelayan. Sementara, pihak pemerintah belum melakukan upaya menangani air laut pasang yang sempat meresahkan warga di sepanjang pesisir pantai. "Selain menerjang rumah-rumah, gelombang besar air laut pasang ini menymbat saluran air pembuang dari sawah dan tambak ikan bandeng. Apalagi jika dibaerengi guyuran hujan, otomatis sawah dan tambak ikan akan banjir karena saluran air pembuangnya tersumbat di muara pantai," kata Sahro, warga Dusun Sukamulya, Desa Pusakajaya Utara, kepada RAKA, Jumat (13/2) sore.
 
Sementara itu, gelombang air laut itu pun membawa pasir hingga ke daratan dan menutupi jalan raya, akibatnya muara-muara saluran pembuang dari hulu tersumbat, seperti saluran pembuang dari Dusun Babakan Pedes, Tegal Jero dan dusun lainnya tidak bisa mengalir lancar ke laut karena tersumbat pasir. Untuk mengatasinya, beberapa petani tambak dan sawah termasuk aparat desa setempat melakukan pengalian pada muara-muara saluran pembuang, supaya air tidak mengantung dan mengakibatkan banjir, apalagi saat beberapa hari ini hujan selalu turun.
 
Ombak besar air laut pasang menerjang pemukiman di Dusun Sukamulya, Desa Pusakajaya Utara, Kecamatan Cilebar, pada 13 Januari 2009 lalu, pukul 8.00 dan 11.00 WIB. Akibatnya, sebanyak 10 rumah rusak diterjang ombak setinggi dua hingga tiga meter. Dengan kejadian itu, hingga kini warga setempat masih cemas jika gelombang itu terjadi lagi. Seperti diungkapkan Rohi (32), selama diterjang ombak, sebanyak puluhan kepala keluarga (KK) terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman untuk menghindari terjangan ombak dan jalan sepanjang 1 km rusak berat terkikis terjangan ombak. (spn)
 
 
 
 
 
'Sholat adalah jawaban kehidupan'
e-mail ini dikirim via Nokia 9300
sholat5waktu@yahoo.co.id
0856 9130 9644
Asep Saepudin Hasan (spn)
Reporter RADAR KARAWANG
www.apoedcyber.blogspot.com
www.geocities.com/apoedcyber
'Yang jadi alasan kita beribadah, karena ada kehidupan setelah kematian'

Perahu Penyebrangan Transportasi Dua Kabupaten Karawang-Bekasi

Warga dari seberang Bekasi saat sampai di tepi Sungai Citarum Rengasdengklok.
 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Hingga kini, perdagangan di Kota Rengasdengklok berkembang pesat. Pasalnya, masyarakat dari Kecamatan Pebayuran, Kabupaten Bekasi pun melakukan transaksi jual-beli di pasar Rengasdengklok ini. Kedua daerah ini hanya dibatasi Sungai Citarum dan akses penyeberangan warga setempat hanya menggunakan perahu eretan.
 
Sungai Citarum yang lebarnya hanya berjarak ratusan meter ini menghubungkan Desa Sumbersari, Kecamatan Pebayuran, Kabupaten Bekasi dan Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang. Terdapat empat penyeberangan perahu yang menghubungkan di dua daerah ini, semuanya perahu penyeberangan ini tanpa henti melayani kedua penduduk setempat selama 24 jam tanpa henti. Kendati demikian, kedua kabupaten antara Karawang-Bekasi yang terpisah Sungai Citarum ini merupakan tonggak ekonomi yang tidak terpisahkan.
 
 
Seorang pekerja eretan asal warga Desa Sumbersari, Kecamatan Pebayuran, Kabupaten Bekasi, Enda (25) menjelaskan, setiap harinya pendapatan perahu eretan mencapai Rp 1-2 juta-an, apalagi di hari raya atau liburan sekolah. Perahu penyeberangan ini mendapat keuntungan yang cukup lumayan. "Pedagang Rengasdengklok dagang ke Bekasi dan pedagang Bekasi pun banyak yang dagang ke Rengasdengklok," ujarnya.
 
 
Untuk sekali menyeberang, pejalan kaki dikenakan biaya Rp 1000, sepeda motor Rp 2000 dan mobil kecil Rp 5000. Mobil truk pun bisa naik perahu ini, asalkan baknya dalam kadaan kosong tanpa isi, karena jika truk berisi muatan, dikhawatirkan perahu penyeberangan tidak kuat dan tenggelam. Satu unit perahu eretan ini memang kuat karena harganya pun terbilang mahal, sekitar Rp 40 juta-an.
 
 
Seorang warga dari Kecamatan Pebayuran, Yono (35) mengatakan, dengan adanya perahu eretan yang digunakan jembatan kedua warga antara Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang ini sangat membatu masyarakat. Menurutnya, untuk mencapai pasar Cikarang sangat jauh, lebih dekat ke pasar Rengasdengklok, jadi dia membeli segala keperluan ke pasar Rengasdengklok yang aksesnya lebih dekat.
 
 
Beberapa warga dari Kecamatan Pebayuran, Kabupaten Bekasi mengatakan, sejak lama masyarakat di kedua kabupaten ini mendambakan lintasan sungai yang efesien, yakni jembatan penyeberangan. Sekarang, yang menjadi jasa penyeberangan masih dilakukan perahu-perahu eretan. Kata 'eretan' ini karena perahu tersebut menyeberang dengan tali tambang kuat yang diikat ke pohon-pohon di kedua sisi Sungai Citarum, kemudian pekerja perahunya 'mengeret' atau menarik-narik tambang agar perahunya melaju diatas air tanpa terbawa hanyut oleh derasnya air Sungai Citarum. "Ya kalau di Rengasdengklok harus dibuatkan jembatan, maka kami harus mendapatkan ganti rugi, seperti yang dialami pekerja perahu eretan di Batujaya setelah di kecamatan itu dibangun jembatan," ucap Enda (spn)
 

Cucu Cuaca: Berharap Hasil UN Tahun Ini Meningkat

"Bedah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) ini mengantisipasi mutu siswa kelas 3 dalam menghadapi Unjian Nasional (UN). Untuk itu usaha yang dilaksanakan selama antispasi UN ini diantaranya bimbingan belajar (bimbel), try out dan pra-UN. Soal 'try out' diharapkan bisa mendekati sasaran soal-soal UN yang sebenarnya. Dengan begitu, maka diadakan bedah SKL yang didalamnya membuat soal berdasarkan kisis-kisi dari Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP), BNSP ini telah membuat kisi-kisi UN yang secara nasional," kata Kepala Sekolah SMPN 1 Rengasdengklok, Cucu Cuaca, kepada RAKA, Jumat (13/2) sore.
 
Dia berharap, soal-soal empat mata pelajaran UN yang disusun sekolah-sekolah SMP/MTs se-Komisariat Rengasdengklok bisa mendekati kisis-kisi UN. Cucu berharap soal yang dibuat ini tidak jauh beda dengan soal UN nanti. Pembuatan soal yang mengacu pada kisi-kisi BNSP ini pelaksanaaannya di sekolah masing-masing untuk kemudian dijadikan bahan 'try out'. Dengan 'try out' itu diharap siswa terbiasa mengisi soal UN dan mudah-mudahan hasil UN tahun ini ada peningkatan pelulusan dibanding tahun kemarin.
 
Pembuatan soal dari kisi-kisi BNSP ini pun dilakukan enam komisariat se-Kabupaten Karawang. Setelah soal itu dibuatkan tiap komisariat, nantinya antar komiariat se-Kabupaten Karawang akan saling tukar dan menggunakan soal-soal yang telah dibuat. Saat ini, guru-guru empat mata pelajaran yang akan di UN kan itu kembali membuka soal-soal UN tahun lalu dan dibahas dengan siswanya, yang lebih banyak dikaji adalah materi-materi kelas I, II dan III. Pada pelajaran tambahan maupun 'try out' dananya ditanggung BOS. "Yang jadi hambatan adalah keterbatasan waktu untuk mengkaji materi-materi UN, terutama sekolah yang dua shift seperti SMPN 1 Rengasdengklok ini," ujarnya. (spn)

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan