'Outer Ring Road' Dengklok Wajib Dibangun

Monday, June 15, 2009

*Untuk Mengurangi Kemacetan
 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Rutinitas kemacetan lalu lintas di Kota Rengasdengklok harus diakhiri dengan membuat jalur 'outer ring road' atau cincin luar jalan kota, yaitu dengan membangun jalan raya sepanjang tanggul saluran induk dari Karang Anyar hingga Bedeng.
 
Angkutan umum jurusan Rengasdengklok-Tanjungpura berjalan searah melingkari kota, yaitu dari arah Tanjungpura kemudian masuk ke dalam kota sambil mencari penumpang yang akan ke Tanjungpura dan terus menuju jembatan Karang Anyar. Dari jembatan itu, angkot belok ke jalan raya tepian saluran induk dan keluar di Bedeng, setelah itu angkot melanjutkan perjalanan ke Tanjungpura. Jadi, tidak akan ada angkot yang saling berlawanan arah di dalam Kota Rengasdengklok.
 
Sementara, angkot jurusan Rengasdengklok-Pedes tetap mangkal di Karang Anyar dan angkot jurusan Rengasdengklok-Batujaya mangkal di Cikangkung seperti biasanya. Mobil-mobil pribadi bisa bebas lalu lalang di dalam kota, mengingat diantara penyebab kemacetan yang terjadi di Rengasdengklok adalah angkot jurusan Rengasdengklok-Tanjungpura.
 
Kemacetan di Rengasdengklok bukan hal baru bagi masyarakat, terlebih sejak pukul 06.00-09.00 WIB, sepanjang 1 km dari Cikangkung hingga kantor Telkom Rengasdengklok berjejer kendaraan 0 km/jam. Bisa dibayangkan, hanya untuk menempuh 2 km itu, kendaraan roda empat harus menghabiskan waktu 30-60 menit. Dengan dibukanya akses jalan di pinggiran saluran induk Rengasdengklok yang melewati bekas lahan relokasi pasar PT. Kaliwangi, maka akan menjawab permasalahan kemacetan itu.
 
Macet yang tiada pernah ada solusinya ini jelas selalu merugikan para karyawan, pelajar, pegawai negeri dan masyarakat lainnya yang butuh waktu cepat sampai ke tempat tujuan. Diketahui, kemacetan ini akibat pasar tumpah yang menggelar lapak di sepanjang Jalan Raya Rengasdengklok, mulai dari jembatan Karang Anyar hingga ke depan kantor Kecamatan Rengasdengklok. Ditambah semua kendaraan tumplek di jalan itu secara berlawanan yang mengakibatkan macet total. Tidak hanya itu saja, kemacetan pun merugikan warga Dusun Warudoyong, Desa Rengasdengklok Selatan, jika sebelum jam 6.00 WIB mereka tidak segera mengeluarkan mobilnya, puluhan pegawai yang bermukim di dusun itu terjebak.
 
Seorang tokoh masyarakat Rengasdengklok Jiji Makriji (40) membenarkan jika pemerintah harus membangunan jalan 'outer ring road' untuk mengurangi kemacetan akibat pedagang, becak dan angkot yang tidak teratur. Jika pemerintah diam terpaku dan membiarkan hal ini berlarut, untuk selamanya Rengasdengklok akan terus macet. "Jika pemerintah tidak bisa merealisasikan hal ini, jelas masyarakat akan sangat kecewa, karena selama ini warga selalu menganggap pemerintah tidak pernah turun tangan untuk membenahi kemacetan di Rengasdengklok," jelasnya kepada RAKA, Sabtu (13/6) siang.
 
Di tempat sama, Ketua Forum Pemuda Dengklok Bersatu, Obay Sobari SPd mengungkapkan, pihaknya akan membuka solusi untuk menata wilayah utara Karawang. Penataan ini tidak sebatas tata ruang Rengasdengklok, juga menyangkut ekonomi kerakyatan, lingkungan, pertanian, nelayan, buruh dan lainnya. Forum yang beranggotakan para pemuda, mahasiswa, sarjanan dari Rengasdengklok dan sekitarnya ini akan rutin membahas persoalan wilayah utara Karawang tiap bulan. Hasilnya akan disampaikan pada Pemda Karawang, Pemprov Jabar dan pusat.
 
Mengomentari hal ini, anggota DPRD fraksi PDI Perjuangan Kabupaten Karawang, H. Tono Bahtiar mengatakan disela pertemuannya dengan Forum Pemuda Dengklok Bersatu, untuk membenahi tata ruang Rengasdengklok dia akan mengaktifkan peran serta para anggota DPRD terpilih, mengingat sejak lama Rengasdengklok selalu menerima angaran terbatas, apalagi Rengasdengklok ini akan merupakan kota kecil dan penyanggah daerah wilayah utara Karawang lainnya, terlebih Rengasdengklok merupakan pusat tata niaga bahkan kota ini hidup 24 jam.
 
Menurut Tono, jalan 'outer ring road' ini bisa mengurangi permasalahn kemacetan di Jalan Raya Rengasdengklok. Untuk itu, Pemda Karawang harus mengalokasikan di anggaran perubahan tahun 2009 sekarang. Kata dia, Pemda Karawang jangan hanya melaksanakan proyek seperti perbaikan kantor-kantor pemerintahan yang manfaatnya hanya dirasakan kalangan tertentu, beda dengan fasilitas umum yang dirasakan semua masyarakat. (spn)

Caleg Dapil 3 Diragukan

"Caleg yang terpilih sekarang sangat minim bersinggungan dengan politik, maksudnya dia terpilih tanpa wawasan politik yang luas, terpilihnya hanya karena faktor keberuntungan. Buktinya, caleg-caleg intelek malah dikalahkan caleg yang beruntung. Jadi saya kurang setuju jika pemilu 2009 adalah pemilu cerdas, tapi pemilu tahun ini cenderung membuat masyarakat jadi cerdas hanya untuk meminta sesuatu dari caleg, apapun itu bentuknya," kata aktivis Karawang, Nana Permana (32) kepada RAKA, Minggu (14/6) siang.
 
Secara kualitas caleg kalah ternyata yang memiliki kemampuan dibanding caleg terpilih. Selain itu, kemenangan partai baru tahun ini disebabkan masyarakat sekarang lebih senang sesuatu hal baru, misalnya tahun 2004 lalu Partai Demokrat pertama muncul dan tahun 2009 partai ini klimaks. Tahun 2009 Partai Gerindra muncul dan pasti akan jadi seperti Partai Demokrat pada tahun 2014 nanti. Dan 'partai besar' sudah ditinggalkan pemilih klasik atau pemilih tradisionalnya, karena pemilih klasik sekarang sudah banyak yang meninggal dunia. Sekarang partai yang mempunyai pemilih pemula lebih punya kans untuk menjadi pememang pada pemilu.
 
Semoga, kata Nana, bagi caleg terpilih atau yang diragukan kemampuannya bisa menjawab dan membuktikan pada masyarakat bahwa masyarakat tidak salah memilihnya, karena bagimanapun wakil rakyat terpilih itu adalah wakil rakyat bagi semua masyarakat di dapil 3 yang didukung penuh oleh masyarakat, meski dipilihnya bukan berdasarkan intelektual melainkan oleh uang.
 
Dan bagi anggota DPRD Karawang yang sekarang masih menjabat dan akan berakhir, tolong maksimalkan masa akhir jabatan itu untuk menjadi contoh pada para caleg pemula yang tepilih, karena bagaiman pun wakil rakyat lama adalah parameter bagi wakil rakyat yang baru. "Masyarakat hanya berharap kebaikan dan perubahan menuju ke arah yang lebih baik," ujarnya. (spn)

Perpisahan Sekolah Terganggu Listrik Padam

JAYAKERTA, RAKA - Perpisahan SMPN 2 Jayakerta sempat terhenti satu jam akibat padam listrik, perayaan meriah pun mendadak sepi. Padam listrik ini jelas membuat siswa dan guru jengkel. Sedangkan anak-anak band yang siap manggung merasa terganggu. Listrik ini mati di pertengahan acara pukul 11.30 WIB hingga 12.36 WIB.
 
Diketahui, matinya listrik ini dari perbaikan PLN di perbatasan Desa Dewisari dan Kertasari, Kecamatan Rengasdengklok. Mati listrik mendadak ini pun membuat beberapa guru dan siswa harus menunggu lama, sambil mempersiapkan mesin disel untuk bisa menghidupkan alat elektronik panggung, tapi kekuatannya tidak sebesar listrik dan memaksa semua siswa menunggu listrik hidup. Dan perayaan kembali dilanjutkan setelah listrik nyala, gembrang-gembrung musik pun kembali mengidupkan suasana acara perpisahan tersebut.
 
Disela acara, PKS (Pembantu Kepala Sekolah) Kesiswaan, Cacan SPd, didampingi Wakasek SMPN 2 Jayakerta, Engkus Sutisna menjelaskan, ini merupakan perpisahan SMPN 2 Jayakerta yang ketiga sejak sekolah jauh SMPN 1 Jayakerta ini berdiri tahun 2004 lalu. Perpisahan sekolah untuk pertama kalinya dirayakan di SDN Medang Asem II, karena waktu itu siswa SMP ini masih menggunakan fasilitas SD untuk sarana belajar. Setelah gedung SMP dibangun tahun 2008, semua siswa yang belajar di SD pun dipindahkan ke lokasi gedung baru, tepatnya di Kampung Pawanda, Desa Medang Asem, Kecamatan Jayakerta.
 
Tahun ini, sebanyak 224 siswa yang mengikuti UN (Ujian Nasional). Cacan berharap, semua siswa tersebut bisa lulus. Sedangkan kelulusan akan diumumkan tanggal 20 Juni 2009 mendatang. Diketahui, SMPN 2 Jayakerta dibangun dengan partisipasi masyarakat menggunakan dana APBN melalui program 'block grant' pembangunan unit sekolah baru anggaran tahun 2008 dengan biaya pembangunan sebesar Rp 1.248.458.000, sebelumnya sekolah ini bernama SMPN 6 Rengasdengklok yang kemudian ada perubahan nomor klatur menjadi SMPN 2 Jayakerta. (spn)

350 Warga Dengklok Selatan Diobati GKI

RENGASDENGKLOK, RAKA - GKI (Gereja Kristen Indonesia) klasis Jakarta Timur gelar pengobatan gratis bagi 350 warga Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok di aula desa setempat, Minggu (13/6) siang. Sebanyak 15 anggota GKI termasuk dokter sibuk melayani masyarakat yang rata-rata orang tua dan anak-anak.
 
Di sela pengobatan, Koordinator Pengobatan Bidang Pelayanan GKI, Silas Suhardi menjelaskan, pihaknya melakukan pengobatan di desa ini setelah melihat kondisi masyarakatnya yang butuh pengobatan gratis. Dilihatnya, ratusan keluarga miskin (gakin) di desa ini sulit berobat. Untuk itu, berdasarkan survei dan rekomendasi pihak desa akhirnya pengobatan gratis pun digelar dan sengaja menjadwalkan hari Minggu di waktu luang kerja aparat desa dan masyarakat.
 
Jika selama pengobatan, kata Silas Suhardi, jika diketahui ada warga yang terjangkit penyakit berbahaya, pihaknya akan merujuknya ke rumah sakit. Dan rumah sakit yang bekerjasama dengan GKI adalah RSU Bayukarta Karawang. Namun begitu, selama pengobatan kemarin tidak satu warga pun yang mengidap penyakit berbahaya tersebut, semuanya pasien GKI itu hanya mengalami penyakit sedang yang biasa diderita masyarakat umum. "Kita pakai obat paten, bukan generik," ujarnya.
 
Kaur Kesra Rengasdengklok Selatan, Trusto Suwarji mengatakan, GKI mengundang 275 warga untuk diobati gratis, tapi yang hadir lebih dari 350 orang dari 21 jiwa jumlah total masyarakat Rengasdengklok Selatan. Secara teknis, GKI mengundang warga melalui kantor desa, kemudian masing-masing kepala dusun membagikan undangan itu kepada gakin di lingkungannya.
 
Pengobatan ini mendapat respon positif dari warga setempat, diantaranya Jejen (35) warga Dusun Warodoyong Utara. Kata dia, kalau dihitung-hitung, untuk mengobati sakit bisulnya dia harus merogoh sekitar Rp 40-50 ribu ke dokter, tapi pada pengobatan itu dia bebas biaya, malah mendapat obat bagus yang dianggapnya mahal. Dia berharap, pengobatan gratis seperti ini harus lebih sering dilakukan di desanya untuk membantu gakin yang kadang tak mampu ke dokter atau beli obat karena harganya mahal. (spn)

Judi Togel Seperti Penyakit Jamuran

RENGASDENGKLOK, RAKA - Judi togel ibarat penyakit jamuran, meski berulang kali pengedar judi togel dibekuk polisi, tapi togel tetap marak di tengah lingkungan masyarakat. Judi ini sangat meresahkan, diantaranya judi ini secara langsung mempengaruhi keuangan rumah tangga.
 
 
Diketahui, segala bentuk perjudian selalu membawa dampak negatif bagi masyarakat mulai dari dampak sosial hingga ekonomi. Meski demikian hal ini masih sulit disikapi meski beberapa kali sikap tegas polisi sudah dilakukan untuk meredamnya. Seperti judi togel ini, jenis permainannya sederhana. Pertama, pemasang diharuskan menaruhkan sejumlah uang paling minim Rp 1000 rupiah untuk menebak beberapa angka, mulai dari 2 angka hingga 4 angka secara acak dan dikumpulkan oleh para pengecernya.
 
Peredaran judi ini sulit diketahui, sebab pelaku yang ada di masyarakat hanya pengedarnya, yaitu mengumpulkan sejumlah uang pasangan berikut kuponnya, sementara bandarnya sulit dilacak. Para penjudi ini lebih mementingkan uangnya untuk ditaruhkan dibanding harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Para petaruh berharap, dari uang sedikit bisa berlipat ganda, bahkan bisa membuat penjudinya kaya mendadak. Meski begitu, selama ini belum pernah terdengar ada yang sukses hasil berjudi, malah sebaliknya terdengar kabar banyak rumah tangga carut marut akibat judi, juga bercerai akibat tidak bisa menafkahi keluarga.
 
Selama ini, perjudian sering membuat para pelakunya berperilaku negati, seperti dikatakan seorang ibu rumah tangga yang tidak mau disebutkan namanya, kepada RAKA Minggu (12/6) siang, warga Desa Karangjaya, Kecamatan Pedes ini mengungkapakan, suaminya masih sering menaruhkan uang yang ditukar dengan selembar kupon togel di Rengsdengklok, padahal untuk memenuhi sejumlah kebutuhan keluaga suaminya masih banyak kekurangan. Akhirnya ia sering bertengkar hingga terancam diceraikan suaminya karena ia sering melarangnya suaminya berjudi."Jadi serba salah, dilarang malah mengancam cerai dan jika tidak dilarang ekonomi keluarga kami hancur," ungkapnya.
 
Meskipun sekarang ibu tersebut tidak bisa menghalangi, namun ia mengadu untuk memohon agar petugas yang berwenang bisa lebih gencar melakukan operasi pemberantasan perjudian seperti togel dan bentuk judi lainnya, karena hingga kini masih saja marak perjudian di tengah lingkungan masyarakat yang sangat meresahkan. Jika dibiarkan, akan banyak lagi masalah sosial di masyarakat. "Kalau bisa perjudian harus benar-benar hilang," harapnya ibu itu.
 
Hal senada dikatakan warga Desa Rengasdengklok Selatan, Sidik, menurutnya, meski selama ini banyak pengedar togel tertangkap tetap saja togel masih marak, karena bandarnya tidak bisa terungkap. Dan sampai saat ini judi tersebut masih marak dan terus meresahkan. "Kalau akarnya tidak dicabut pasti akan tumbuh lagi, mirip seperti jamuran," ucapnya. (sigit)

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan