Perairan Karawang Dijarah Nelayan Asing

Saturday, August 29, 2009

CIBUAYA, RAKA - Perahu pukat harimau diuber-uber nelayan Cibuaya, karena nelayan pukat harimau ini dianggap menjarah kekayaan bahari laut utara Karawang. Pukat harimau ini sejenis perahu besar dengan perlengkapan lengkap dengan dobel mesin, sedangkan nelayan Karawang pada umumnya hanya perahu kecil dengan satu mesin.
 
Ngatiman (45) nelayan asal Ciparage yang kesehariannya menangkap ikan dan menjual di TPI Sungaibuntu Kecamatan Pedes mengatakan, jika nelayan pukat itu sering menjarah ikan di perairan Karawang maka akan mempengaruhi penghasilan nelayan lokal. "Kita menjaring ikan sedikitnya dapat puluhan kilogram, sedangkan mereka bisa berton-ton," ujarnya.
 
Dengan tertangkapnya perahu pukat harimau di perairan Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya beberapa waktu lalu, nelayan setempat berharap pemerintah Kabupaten Karawang cepat tanggap untuk segera menindak supaya kejadian tersebut tidak terulang lagi. Namun begitu, Kepala Desa Cemarajaya, Young Liem saat dihubungi via handphone terkait kejadiat tersebut mengatakan tidak tahu, padahal beberapa nelayan mengetahui kalau kades sempat menangani penangkapan perahu jaring arad tersebut.
 
Keterangan beberapa warga, perahu pukat harimau itu memiliki ABK (Anak Buah Kapal sebanyak 9 orang, namun sayangnya perahu tersebut dilepas kembali dan tidak ada kepastian yang jelas. Perahu pukat harimau ini diperbolehkan menjaring ikan jauh dari lepas pantai, kalau perahu ini menjaring di pesisir pantai, akibatnya akan mengganggu terumbu karang dan merugikan produksi nelayan kecil, karena sekali menjaring, perahu pukat ini mampu menangkap ikan dalam jumlah besar. Dengan begitu, pantas jika pukat harimau ini diusir-usir nelayan setempat. (spn)

Bidan Tolak Gakin, Warga Kecewa

CILEBAR, RAKA - Bukan pertama kali bidan di Kecamatan Cilebar menolak pasien gakin (keluarga miskin) yang akan melakukan persalinan, terutama di Desa Pusakajaya Selatan. Seperti yang dialami warga Dusun Sumberjati RT 02/01, istri Dasim tidak disentuh seorang bidang pun, hingga akhirnya persalinan dilakukan Paraji.
 
Dengan nada kesal, Dasim menceritakan kepada RAKA, saat istrinya akan melahirkan, seorang bidan tidak mau melayani, itu setelah Dasim memperlihatkan surat keterangan tidak mampu kepada bidan setempat. Dengan berbagai dalih, bidan berkilah dan tidak mau menolong istrinya. "Saya panggil saja Paraji," tukasnya kesal.
 
Mengetahui hal ini, masyarakat setempat meminta supaya Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang segera menegur kinerja para bidan yang berada di Kecamatan Cilebar agar mau melayani persalinan warga meski hanya dengan modal surat gakin. Diakui beberapa warga, kejadian ini bukan satu-dua kali, bahkan untuk membantu persalinan, didatangkan bidan dari luar daerah, bukan bidan setempat.
 
Ada beberapa bidan yang saat dimintai bantuan untuk persalinan menolak datang, alasannya beda-beda, sibuk, sakit dan tidak ada di rumah. Untuk itu, warga setempat lebih memilih Paraji atau bidan yang sengaja diundang dari luar kampung. Seorang ibu yang tidak dilayani bidan yaitu Akem (32), pada Sabtu (22/8) pukul 23.00 WIB dia sudah merasa mulas mau melahirkan, tapi tidak ada satu bidan pun yang bersedia membantu persalinannya. Hingga akhirnya Paraji turun tangan tanpa didampingi bidan. (spn)

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan