Tugu Proklamasi Dipenuhi Ornamen Merah Putih
posting berita pukul 12:55 PM 0 comments
Cilebar Kembali Diterjang Rob
yang rumahnya rusak akibat sering terendam air laut yang masuk kedalam rumahnya
setinggi 20 cm. Dengan nada sedih dia memohon agar Bupati Karawang mau membantu kondisinya, terutama keluham para nelayan yang kena musibah ini. "Saya tidak tahu harus bagaimana, saya cuma minta bantuan dari bupati," ujarnya.
posting berita pukul 12:50 PM 0 comments
Syarat Cicilan Motor Dipermudah
posting berita pukul 12:49 PM 0 comments
Usia Hotmix Hanya Seumur Jagung
tersebut," ujarnya. (sigit)
posting berita pukul 12:42 PM 0 comments
Mukron: Proyek Pemerintah Harus Diawasi Ketat
posting berita pukul 12:38 PM 0 comments
Labels: Suara Publik
Era Reformasi Belum Pulihkan Kondisi Negeri
RENGASDENGKLOK, RAKA - Dibandingkan dengan masa Orde Baru, kondisi stabilitas politik di era reformasi ini tidaklah lebik baik. Justru banyak konflik horisontal ketika kran kebebasan dibuka. Bahkan banyak pihak khawatir, saat ini muncul kebebasan tanpa batas.
Demikian dijelaskan pemerhati politik, Kholid Al Kautsar, kepada RAKA, Kamis (4/6) siang. Menurutnya, konflik-konflik pemilihan kepala daerah bisa menjadi contoh. Di Tuban, kantor bupati dibakar. Di Maluku Utara, dua kubu sampai sekarang terus bermusuhan, tidak hanya di level elit tapi sampai 'grass root' dan bersifat fisik. Perang antar kampung hampir menjadi pemandangan sehari-hari.
Kasus tewasnya Ketua DPRD Sumatera Utara Abdul Azis Angkat menjadi potret paling nyata praktik demokrasi di Indonesia. Muncul kelompok-kelompok penekan yang menggunakan kekuatan fisik untuk mencapai tujuannya. Anarkisme sudah menjadi budaya baru. Tampaknya Indonesia telah masuk pada fase baru, yakni mobokrasi yaitu kekuasaan yang dikendalikan mob, yakni kerumunan yang secara emosional dan irasional muncul untuk menjalankan aksi-aksi penuh destruksi.
Ketika ada pihak yang dianggap membuat kesalahan dan tidak memenuhi kehendak dari kerumunan yang agresif itu, pihak yang dimaksud pun dikeroyok, dipukuli atau di hajar beramai-ramai hingga ajal. Dampak instabilitas ini memang nyata. Bahkan di penghujung tahun 2006 Wapres Jusuf Kalla pernah melontarkan pernyataan, bahwa demokrasi bukanlah faktor utama yang diharapkan pengusaha.
Demokrasi yang awalnya digunakan sebagai sarana untuk memperlicin masuknya investasi dari luar negeri ternyata menghasilkan ketidakstabilan politik dalam negeri. "Bayangkan saja, tenaga kerja mudah demontrasi, masyarakat mudah marah, mudah merusak dan mudah memblokir," ucapnya. (spn)
posting berita pukul 9:24 AM 0 comments