PPK Dengklok Belum Dapat Bilik Suara

Tuesday, March 17, 2009

RENGASDENGKLOK, RAKA - Data hak pilih dari Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Rengasdengklok, jumlah hak pilih se-Kecamatan Rengasdengklok sebanyak 71.074 orang, terdiri dari perempuan sebanyak 35.154 orang dan laki-laki 35.920 orang, jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) sebanyak 169 titik yang tersebar di sembilan desa.
 
Pengelola Data Pemilih PPK Rengasdengklok, Iwan Purwanto mengatakan kepada RAKA, Selasa (17/3), sejauh ini persiapannya data pemilih sementara untuk Pemilihan Presiden (Pilpres). Kita menunggu masuk dari PPS dan pengajuan dari masyarakat untuk data pemilihan Pilpres. Sedangkan rekapitulasinya sudah ditetapkan sejak Februari 2009 lalu," ucapnya.
 
Logistik surat suara, akunya, banyak yang rusak, tapi sudah dilaporkan dan dikirim ke KPUD (Komisi Pemilihan Umum Daerah) Kabupaten Karawang, diantaranya surat DPR sejumlah 2.400 lembar, DPD 124 lembar, DPRD Provinsi 188 lembar dan surat suara DPRD Kabupaten 43 lembar. Katageori rusak ada yang sobek, warna tidak jelas juga akibat bercak tinta yang nempel saat dilipat, ada juga yang cetakannya tidak sempurna. "Kita agak terhambat saat menghadapi jadwal tahapan pemilu, tapi kita siap melaksanakan pemilu," ujarnya.
 
Di tempat sama, Teknis Penyelenengara PPK Rengasdengklok, Juanda mengatakan, hingga kemarin siang, bilik suara bilik suara belum dikirim dari KPUD. Dan belum dijanjikan turunnya bilik suara. Bahkan PPK mengkhawatirkan bilik suara itu tidak turun. Sementara, tentang pencontrengan masih banyak masyarakat yang belum paham. "Saya akan buatkan stiker tata cara pencontrengan, nanti kita akan sebarkan dan ditempel di setiap dusun. Ini sosialisasi awal saya supaya masyarakat paham," ujar Juanda. (spn)
 

LPI Al Hurriyyah Kutawaluya Gebyarkan Harlah dan Maulid Nabi

KUTAWALUYA, RAKA - Minggu (15/3) Lembaga Pendidikan Islam Al Hurriyyah Kecamatan Kutawaluya gebyarkan hari lahirnya (harlah) ke-41 bersamaan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Pada gebyar ini hadir penceramah dari Bandung, KH. Raden Muhammad Hariri Abdul Aziz.
 
Di sela kegiatan, Kepala MTs Al Hurriyyah, Wawan Setiawan S.Pd menjelaskan, pihaknya sengaja membuat gebyar hari lahir lembaga pendidikan ini yang waktunya bersamaan dengan Maulid Nabi, karena acara tersebut tidak hanya seremonial semata, tapi merupakan hari memotivasi mental kepada masyarakat setempat, khususnya guru dan siswa Al Hurriyyah.
 
Disebutkannya, lembaga pendidikan ini memiliki Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Terutama Untuk MTs, kata Wawan, tahun lalu perolehan siswa menurun. Dengan begitu, dia berharap pada tahun ini jumlah siswanya bertambah. "Makanya selain proses kegiatan belajar mengajar juga memunculkan harlah, biasanya kita gelar harlah cuma seremonial, kini kita panggil mubalig," ujarnya.
 
Hari lahir ke-41 lembaga pendidikan Islam ini tanggal 15 Februari 2008, tapi tidak bisa dilaksanakan gebyarnya, kecuali hanya melaksanakan upacara saja, mengingat pada bulan tersebut hujan deras terus mengguyur hampir setiap hari, terlebih di beberapa kecamatan mengalami musibah banjir. Akhirnya, harlah diundur hingga dilaksanakan bersamaan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
 
Diharapkannya, Pemda Karawang tidak diskriminatif sekolah negeri dan swasta, karena sesuai undang-undang saat ini tidak ada dikotomi negeri dan swasta. "Dalam mencerdaskan kecerdasan bangsa, kalau sekolah A dapat bantuan, maka sekolah lain pun harus dapat. Dengan begitu, pilihan sekolah diberikan pada orang tua untuk menentukan sekolah bagi putra-putrinya," ujarnya.
 
Kepala SMK Al Hurriyyah, Drs. Ita Sugiyono mengatakan hal senada. Dia mengharapkan, dengan kegiatan ini ada perubahan dan penyegaran rohani bagi siswa dan guru. Kedepannya, aku Ita, kegiatan belajar mengajar guru dan siswa akan sinkron. Bicara soal Ujian Nasioanl (UN) mendatang, pihaknya berupaya membantuk siswa berprestasi. "Yang kita lakukan saat ini adalah kerja keras, karena sebelumnya ada ujian ulangan, tapi kini kalau tidak lulus, maka siswa harus ikut UN lagi tahun depan. Dengan adanya harlah, guru dan siswa merasa memiliki terhadap sekolah ini," katanya. (spn)
 

Perbaikan Tanggul Tangkil Harusnya 500 Meter Permanen

BATUJAYA, RAKA - 'Desain maker' perbaikan tanggul Sungai Citarum yang jebol di Dusun Tangkil, Desa Kuta Ampel, Kecamatan Batujaya adalah bupati, karena usulan yang resmi diterima badan terkait perbaikan tanggul ini hanya tanda tangan bupati. Jadi, alangkah baiknya jika di titik rawan jebol ini dibuatkan tanggul permanen 500 meter, jangan cuma 50 meter.
 
Demikian kata Anggota DPRD Fraksi PPP Karawang, Muhtar Somantri, kepada RAKA, Senin (16/3) saat dia meninjau langsung lokasi titik perbaikan tanggul Sungai Citarum yang jebol pada 15 Januari 2009 lalu. "Kemampuan kita hanya bisa menyampaikan usulan, tetap saja 'desain maker' adalah bupati, dan usulan yang resmi diterima badan terkait yang mengurus perbaikan tanggul ini adalah Pemda Karawang, yaitu bupati," ujarnya.
 
Dia menjelaskan, perbaikan titik jebol hanya di Dusun Tangkil ini hanya 50 meter, sesuai panjang jebol saat banjir kemarin. Namun begitu, perbaikan semenisasi (batuan yang dipelster semen, red) tidak akan cukup jika hanya dipermanenkan 50 meter, idealnya perbaikan permanen sekitar 500 meter. Kata Muhtar, di lokasi sama, ada dua titik tanggul yang pernah jebol, yaitu tanggul yang jebol tahun 2007 dan tahun 2009 sekarang. "Sayangnya, titik jebol tahun 2007 lalu itu tidak dipasang batu pada rencana kegiatan (perbaikan, red) sekarang. Saya minta supaya bupati mengajukan surat lagi, saya yakin jika bupati ajukan akan direalisasikan, karena meski 1000 tanda tangan masyarakat Batujaya, tetap saja hanya tanda tangan bupati yang diterima oleh badan yang berwenang memperbaiki tanggul Citarum," jelasnya.
 
Kendati demikian, kemajuan yang tampak sekarang sudah membuat masyarakat nyaman, peninggian tanggul Citarum yang sedang dalam pengerjaan kini tinggal beberapa meter lagi, sekaligus memadatkan tanggul yang jebol. "Yang jelas warga Tangkil minta penambahan kegiatan pemasangan batu di titik jebol tahun 2007, karena titik itu tidak termasuk kategori perbaikan semenisasi sekarang," ucapnya dengan tetap meminta supaya bupati menambah pemasangan batu sepanjang 500 meter dari 50 meter yang telah diajukanya ke badan terkait perbaikan tanggul Sungai Citarum.
 
Sementara itu, Kepala Dusun Tangkil, M. Fadilah mengatakan, masyarakatnya malah terus mempertanyakan perbaikan kontruksi tanggul yang mereka anggap kurang. Bahkan, diantara warga berharap supaya dilibatkan dalam pekerjaan tanggul tersebut. Menurutnya, kalau masyarakat setempat dilibatkan bekerja, selain untuk menambah penghasilan dari upahnya, juga akan bekerja sungguh-sungguh, warga akan mendahulukan kualitas tanggul yang bagus dan merasa memiliki. "Jika diperbaiki warga dari luar Batujaya, dikhawatirkan asal-asalan. Jika warga setempat yang bekerja, tentunya akan lebih baik, karena tanggul itu dibangun untuk kepentingan bersama," ucapnya. (spn)
 

Eksis Usaha Dedak Di Tengah Krisis Ekonomi

RENGASDENGKLOK, RAKA - Di tengah krisis ekonomi global, Yana Supriatna (40) tengkulak dedak asal Desa Kertasari, Kecamatan Rengasdengklok ini tetap eksis usaha. Ayah tiga anak ini telah menggeluti usaha pakan ternak sejak tahun 2000 lalu dengan modal awal hanya Rp 5 juta yang sekarang berkembang dan beromset ratusan juta. Keberhasilan inilah yang mengangkatnya menjadi pengusaha berhasil di desanya.
 
Kepada RAKA, Senin (16/3) siang dia menceritakan, usaha ini awalnya ia geluti mulai dari dirinya menjadi seorang kuli panggul untuk mendapatkan modal usaha. Kemudian dia mulai mandiri dengan bantuan kakaknya sampai akhirnya menjadi besar. Keberhasilan ini bukan berarti tidak ada kendala, tapi semua usahanya ini dilaluinya dengan sabar dan jujur. "Karena modal uang tidak akan sama dengan modal jujur. Jika hanya modal uang, maka usaha sulit berkembang, tapi dengan diimbangi jujr, maka usaha akan tetap berjalan sampai sekarang, bahkan berkembang," ujarnya.
 
Selain itu dorongan moril keluarga juga salah satu pendukung keberhasilannya, karena tanpa ada kerjasama yang baik itu semua akan sia sia. Usaha dedak dan menir ini ia tekuni bersama saudaranya bernama Iyon. Semula produksi Yayan hanya memasok ke pabrik makanan ternak di Kabupaten Karawang saja, tapi sekarang sudah mengembangkan usahanya ke luar daerah seperti Jakarta, Banten, Bandung, Bogor, Sukabumi dan beberapa daerah di Jawa Tengah, bahkan sampai ke Lampung. Omset penjualan setiap bulannya mencapai 300 ton. Dari usaha ini Yana sudah dapat menyekolahkan putrinya hingga ke perguruan tinggi dan mempekerjakan 10 orang.
 
Diakuinya, usahanya terus merangkak naik. Dengan usahanya ini dia membuktikan segala upaya jika diimbangi jujur maka akan membuahkan hasil gemilang. Tentunya dengan terus berusaha dan mencari peluang keuntungan. Tiap bulannya dia mampu terus mengeruk keuntungan ketika kebanyakan pengusaha lain terpuruk. (spn)

Jelang UN, SMAN 1 Tempuran Istigosah

TEMPURAN, RAKA - Disela peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1430 Hijriyah, sebanyak 132 siswa SMAN 1 Tempuran gelar istigosah dihalaman sekolah, Sabtu (14/3). Dalam doa bersama ini, mereka berharap hasil Ujian Nasional (UN) April 2009 mendatang mendapat nilai bagus dan lulus. Usai istigosah, SMAN ini pun gelar panca lomba keagamaan.
 
Di sela acara, Wakasek Kesiswaaan SMAN 1 Tempuran Hendra Wahyudi menjelaskan, pada Maulid Nabi Muhammad SAW ini sekolahnya punya melakukan dua agenda kegiatan, pertama istigosah untuk kelas tiga supaya UN lancar, sehat, selamat dan bisa lulus 100 persen seperti tahun kemarin. Kedua, menggelar lomba MSQ (Musabaqoh Sahril Quran), puisi Islami, pidato Bahasa Arab, Musabaqoh Kaligrafi Quran (MKQ), bikin nasi tumpeng.
 
Panca lomba ini diikuti kelas X dan XI. Dengan lomba-lomba berwawasan Islami itu pihak sekolah mengharapkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) SMAN 1 Tempuran yang unggul spiritual dan mental. Selain itu, panca lomba ini pun merupakan persiapan lomba-lomba serupa yang akan digelar Departeman Agama tingkat Kabupaten Karawang. Kita pun persiapkan proyeksi lomba untuk tingkat kabupaten," ucapnya.
 
Sementara itu, SMAN 1 Tempuran yang telah mendapat akreditasi A pada Oktober 2008 lalu, siswanya telah banyak menyandang juara, bahkan pada saat Pekan Olah Raga Kabupaten (Forkab) tahun kemarin, hampir 75 persen pesertanya siswa SMAN 1 Tempuran sebagai atlet kecamatan. Juga, lomba 'geo sains' tingkat Kabupaten Karawang tahun 2008 lalu, perwakilan SMAN ini mendapat juara harapan II, sebuah prestasi yang dianggap spektakuler, karena sekolah ini telah mampu menyisihkan sekolah lainnya se-kabupaten.
 
Kata Hendra, baru kali ini sekolahnya fokus pada prestasi, sebelumnya belum muncul. Dia menceritakan, sekolah ini awalnya menginduk di SMAN 1 Telagasari, gedung SMAN 1 Tempuran baru bisa digunakan untuk pertama kalinya setelah meluluskan angkatan pertama tahun 1998 lalu. Sampai saat ini, sudah enam kali pergantian kepala sekolah dan sejak tahun 2007 lalu kepala sekolah masih Dra. Yossie Rosmawati. "Setelah kehadiran Dra. Yossie Rosmawati, ektra kulikuler di sekolah ini muncul," ungkapnya. (spn)
 

Sawah Kebanjiran, Harga Padi Anjlok


JAYAKERTA, RAKA - Sedikitnya 30 hektar hasil panen padi di Dusun Pawanda, Desa Medang Asem, Kecamatan Jayakerta tidak bisa dijual. Pasalnya, petani menuai padi dalam keadaan basah akibat sawah mereka terendam air hujan. Bahkan, mereka pun sulit mengarit batang padi dengan kondisi sawah berlumpur selutut.
 
Seperti diungkapkan petani asal Kampung Karang Anyar RT 13, desa setempat, Idi (50). Harusnya beberapa hektar sawah bisa dipanen tiga hari, tapi karena banjir, hingga seminggu ini petani masih berusaha menuai padi. "Banjir ini akibat saluran air kecilnya dari Desa Mudang Asem menuju Desa Dewisari, Kecamatan Rengasdengklok tidak lancar. Hujan yang mengguyur beberapa hari kemarin tidak bisa surut dan akhirnya merendam sawah," ujarnya.
 
Diakuinya, untuk mengeringkan padi yang basah membutuhkan waktu selama dua hari jika cuacanya panas, jika cuaca hujan maka akan membutuhkan waktu lebih dari dua hari. Genangan air yang merendam sawah, kata Idi, menyulitkan petani 'mengarit' (menuai batang padi, red). Untuk mengangkat padi, petani menggunakan alat pelampung dari batang pohon pisang yang diikat dan kemudian diseret ke pematang sawah yang dianggap kering.
 
Kendati demikian, hasil panen di sawah ini terbilang standar, hanya 4 ton/hektar. Tentunya setelah padi mengering usai dijemur, harga pun akan anjlok. "Sekarang tidak ada pabrik yang mau beli padi basah seperti ini, harus dijemur dulu. Saya harap pemerintah bisa memperbaiki saluran air sawah ini supaya tidak banjir," ujarnya. (spn)
 

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan