Tak Punya Ongkos, Siti Telat Dioperasi

Wednesday, October 21, 2009

Siti Walijah bersama ibunya.
 
 
KARAWANG NEWS - Siti Walijah, usia tiga tahun, putri kedua pasangan Marsah dan Karma warga Dusun Sukajadi, Desa Pusakajaya Utara, Kecamatan CIlebar telat dioperasi meski sudah dibekali surat operasi gratis di RS Fatmawati Jakarta Pusat. Hal ini disebabkan keluarga Siti Walijah tidak memiliki ongkos selama menunggu Siti di rumah sakit.
 
 
Sejak lahir, Siti Walijah tidak memiliki anus, sebelumnya dia buang air besar melalui vaginanya, setelah dioperasi Siti bisa buang air besar di perut. Harusnya Siti kembali dioperasi tanggal 6 Oktober 2009 kemarin untuk operasi kedua yaitu membuat saluran pembuang kotoran di anusnya. Namun akibat tidak memiliki uang cukup, Siti tidak dibawa ke Jakarta untuk dioperasi kedua.
 
 
Untuk pengobatan Siti Walijah ini, pengobatannya dilakukan tiga tahap operasi, pertama membuat saluran buangan sementara di perut, kedua membuat saluran buangan di anus dan ketiga pemeriksaan terakhir untuk pemulihan kondisi Siti. (*)
 

Abrasi Paksa Warga Mengungsi

KARAWANG NEWS - Selama 3 hari, sedikitnya 6 dari 20 KK di Dusun Sukamulya, RT 01/02, Desa Pusakajaya Utara secara bertahap mengungsi untuk menghindari abrasi yang semakin mendekati pemukiman mereka. Warga setempat mengaku sudah lelah setiap hari dihantui kondisi alam yang semakin mengganas.
 
Seperti di paparkan Angwar (65), Rabu (21/10) siang, dia sudah kesulitan menahan gelombang ombak supaya tidak menerjang rumahnya, meski berbagai upaya memasang penahan abrasi dengan batu dan bambu, tetap saja ombak menghancurkannya. "Saya lelah diterjang ombak, jika tidak ditangani secepatnya rumah kami akan habis," jelasnya.
 
Kepala Desa Pusakajaya Utara, Warman Abdurahman menjelaskan, secepatnya Pemda Karawang, Provinsi Jawa Barat dan Pusat untuk turuan tangan menangani musibah abrasi di desanya. Selama ini, penanganan abrasi hanya dengan cara manual yang dilakukan warga dengan menumpuk-numpukan karung tanah, setiap pergeseran cuaca antara musim barat dan musim timur selalu menyediakan ribuan karung untuk menahan gelombang laut.
 
Diperkirakan ombak besar ini akan berlanjut hingga beberapa hari kedepan, setelah itu gelombang akan kembali biasa, tetapi tetap saja ketika menghadapi tanggal tertentu ombak akan kembali besar dan menggerus pesisir pantai termasuk rumah-rumah warga setempat. "Jika hal ini dibiarkan, mungkin desa ini akan hilang oleh abrasi, jadi pemerintah harus serius menangani hal ini," jelasnya. (*)

Terancam Abrasi

Rumah keluarga Kajang di Dusun Sukamulya, RT 02/02, Desa Pusakajaya Utara, Kecamatan Cilebar, terancam tergerus abrasi. Mereka selalu was-was pada setiap menghadapi musim barat, karena ombak laut besar. Sedangkan, di sepanjang pesisir utara Karawang ini tidak ada pepohonan mangrove yang bisa menghalau ombak tersebut. Foto, Rabu (21/10) pukul 14.08 WIB.

6 Rumah Hancur Diterjang Ombak

KARAWANG NEWS - Pesisir pantai utara Karawang rusak parah akibat terjangan air pasang sejak Minggu (18/10), dalam waktu sepekan itu, selain menggerus menggerus pantai, ombak pun memporak porandakan 6 rumah warga di Dusun Sukamulya, Desa Pusakajaya Utara, Kecamatan Cilebar, diantaranya 21 rumah terendam air laut dengan terus menerus diterjang ombak.
 
Terjangan ombak ini terjadi sekitar pukul 11.00 hingga 13.00 WIB, akibatnya jalan raya hampir putus. Sementara ini jalan dipenuhi sampah dan pasir laut. Selain itu, tanaman bakau sepanjang 1 km lenyap disapu ombak. Hingga Rabu (21/10) pukul 13.23 WIB, tidak ada upaya dari pihak Pemda Karawang untuk menangani kerusakan pantai. Padahal, kerusakan akibat terjangan ombak ini terjadi sejak tahun 2004 lalu. Warga setempat berharap pemerintah berupaya membuat pemecah ombak untuk mengatasi terjangan gelombang ombak.
 
Tahun 2004 lalu, Yayasan OISKA dari Jepang sempat memberikan bantuan berupa penanaman bibit mangrove sepanjang 1 km di pesisir pantai Desa Pusakajaya Utara ini, akibat tidak dirawat akhirnya tanaman itu musnah disapu ombak. Keterangan beberapa warga, kejadian ini mata rantai sejak beberapa tahun lalu, petani tambak enggan menanam dilahannya, hingga akhirnya pantai ini tidak memiliki 'green belt' dan kerusakan abrasi semakin pada dua-tiga tahun ini.
 
Warga setempat, Akam (48) mengatakan, rumahnya habis digerus abrasi, meski begitu dia tidak bisa mengungsi karena tidak memiliki tempat tinggal selain rumahnya yang hancur itu. Sedangkan Ajang (50) bersama keluarganya harus mengungsi untuk menghindari gerusan abrasi yang hanya berjarak dua meter dari rumahnya. "Kami mencari lokasi yang aman dari terjangan ombak yang terus menggerus pantai," ujarnya. (*)

Hapuskan Dikotomi Negeri dan Swasta

KARAWANG NEWS - Dikotomi sekolah negeri dan swasta harus dihilangkan, keduanya harus diberi kesempatan untuk memperoleh perhatian sesuai undang-undang yang menyatakan pendidikan adalah tanggungjawab negara. Kebijakan pemerintah harus mengakomodir kepentingan kedua sekolah tersebut, karena keduanya telah memberikan kontribusi.
 
Demikian kata Kepala SMK Perbankan Indonesia (PI) Karawang, Bambang Pranowo, S.Pd, Rabu (21/10) siang. Dijelaskannya, seharusnya tidak ada perbedaan negeri swasta, semua harus diberi kesempatan. Menurutnya, yang lebih memprihatinkan ketika saat tertentu pemerintah bicara tidak ada dikotomi, tapi di saat lain muncul yang diutamakan dan yang dibelakangkan.
 
Kendati begitu, Bambang menyadari, memang kendala dikotomi itu adalah dari anggaran, tapi bagaimapun pemerintah, sekolah dan masyarakat harus sinergis mencari solusi untuk mengatasi ketimpangan anggaran itu. Meski begitu, ada atau tidak ada anggaran itu, SMK Perbankan Indonesia yang bernaung dibawah payung YGCI (Yayasan Gema Cendikiawan Indonesia) tetap komitmen mengambangkan kualitas pendidikan, karena memiliki program yang pasti.
 
"Tapi semuanya memang butuh proses dan kita pun tidak perlu nunggu bantuan-bantuan, karena yang sebenarnya kita hadapi kedepan memang tuntutan lingkungan yang begitu kompleks, artinya kemajuan teknologi akan terus menjauh meninggalkan kita," ujarnya.
 
Namun begitu, pihaknya tetap terbuka dari partisipasi, jika ada bentuk bantuan sangat diterima, tapi bukan berarti tidak ada bantuan lembaga pendidikan tidak akan maju. Menurutnya, bantuan saat ini hanya beberntuk stimulus atau dorongan saja, jika ada bantuan yang tidak mencukupi kebutuhan yang ada, makanya perlu menambahkan kekurangannya yang sangat relatif dari lembaga pendidikan sendiri.
 
"Sekarang pemerintah sudah mempunyai komitmen yang jelas dan sudah sangat bagus, tapi masih kelihatan masih ada dikotomi antara negeri dan swasata. Memang butuh waktu panjang untuk menghilangkan dikotomi itu," jelasnya. (*)
 

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan