Ratusan Warga Rengasdengkok Gagal Mencoblos Pilgub Jabar

Thursday, April 17, 2008


RENGASDENGKLOK, RAKA – Ratusan warga sejumlah desa di Kecamatan Rengasdengklok gagal mencoblos karena tidak mendapat kartu undangan pemilih (berkas C-6). Padahal, selain tercatat sebagai warga Rengasdengklok, pada Pilkada Karawang tahun lalu mereka bisa menyalurkan aspirasinya.
Daerah-daerah yang warganya gagal mencoblos seperti terjadi di Dusun Blok Kraton selain Dusun Telukbunder dan Dusun Pacing Utara dan Selatan, Desa Dewisari. Berdasarkan informasi, sedikitnya 400 ratus warga tidak bisa menyalurkan aspirasinya memilih calon guberbur dan wagub pilihannya.
Sejumlah warga yang kesal karena gagal menyalurkan aspirasinya bahkan langsung menyampaikan keluhannya melalui sms kepada anggota Fraksi Partai Golkar Drs. H. Deni Nuryadi, malah beberapa ada yang langsung menelphon dan mendatanginya langsung.
Mendapat laporan tersebut ia langsung mendatangi KPUD Karawang untuk meminta kejelasan. Namun, KPUD sendiri kebingungan karena data pemilihan tetap bukan hasil produknya melainkan Badan Kependudukan dan pencatatan Sipil (Badukcatpil).
Sudah tentu, warga yang telah mengajak dan mengkampanyekan salah satu pasangan gubernur dan wakilnya itu geram, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Seperti diungkapkan mantan Ketua Panitia Pemungutan Suara (KPPS) Kecamatan Rengasdengklok, Anwar Hilmi (37).
Ironis memang, seorang petugas KPPS tahun 2004 lalu ini bisa tidak terdaftar jadi pemilih pada Pilgub sekarang. “Jika kasusnya hanya satu atau dua orang, ya tidak masalah, tapi jika sudah puluhan bahkan ratusan seperti ini, terlalu mencoreng keabsahan pemilih,” katanya.
Berdasarkan data lapangan, di Dusun Blokraton RT 24 yang tidak mendapat kartu undangan pemilih sekitar 112-an orang dari 230 orang hak pilih di RT ini. Sedangkan di Dusun Jati, Desa Rengasdengklok Utara sekitar 47 orang yang tidak menerima kartu pemilih.
“Seolah saya seperti calo, ngajak untuk nyoblos tapi saya sendiri tidak bisa nyoblos. Dan kejadian ini pertama kalinya terjadi di Rengasdengklok sejak pemilihan umum di tahun yang sudah-sudah,” ucapnya.Di tempat sama, hal senada dikatakan warga Blokraton lainnya, Juanda (38).
Dikatakannya, yang menjadi pertanyaan bukan saja warga yang tidak terdaftar sebagai pemilih, melainkan mempertanyakan proses yang menyebabkan hampir ratusan warga di Kecamatan Rengasdengklok tidak tercatat sebagai pemilih. Herannya, yang kemarin terdaftar sebagai pemilih, tapi kini seolah data tersebut hilang, sehingga ratusan warga tidak bisa melakukan hak dan kewajibannya.
Kata Anggota Dewan dari Fraksi Partai Golkar, Deni Nuryadi menyatakan sikap kekecewaannya, dia berjanji akan membawa persoalan ini ke meja DPRD Karawang, supaya pada pemilihan ditahun yang akan datang tidak terjadi hal serupa. “Kami dari DPRD dan bupati menghimbau supaya warga bisa memilih dan meminta kepada warga supaya hak pilih mereka digunakan, tapi jika kondisinya seperti ini, bagaimana warga bisa memilih,“ ucapnya menyesali hal ini tidak bisa diantisipasi sehingga banyak warga yang tidak bisa menyalurkan hak suaranya.
Sementara, Ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Emay menjelaskan, pemutahiran data hak pilih tidak dikerjakan KPUD melainkan dikerjakan oleh lembaga lain. Jelasnya, dari semua tahap penyelenggaraan, yaitu kampenye, penentuan calon dan diantara pekerjaan yang bukan produk KPU adalah Daftar Pemilih Tetap (DPT).
Daftar pemilih adalah sesuatu yang lain dari tahapan pilgub yang bukan dari KPUD, hak pemilih ini hanya diproses oleh lembaga lain yaitu Badukcatpil. “Ini bukan dalam kontek badukcatpil sebagai obyek persoalan, tapi memang di KPUD hanya daftar pemilih yang diproses mekanisme oleh pihak lain,” katanya.
Selain itu, Emay menjelaskan, dari sistem Siak (Sitem informasi klependudukan) yang diolah oleh Badukcatpil menjadi BP4, artinya didata jumlah penduduk potensial pemilih Pilkada (Pemilihan kepala daerah). “Jadi yang paling ideal, ada perubahan sistem perubahan kita kedepan, yaitu dengan pola baru baru apa saja yang pasti bisa mendekati pantarlih,” ucapnya. (spn)

Warga Dengklok Ultimatum Pemerintah, Soal Konversi Minah ke Gas Elpiji

Antrian warga minyak tanah di Rengasdengklok.



RENGASDENGKLOK, RAKA - Masyarakat Dengklok mengultimatum pemerintah mengenai rencana pemberlakukan penggunaan gas elpiji bagi masyarakat. Mereka tidak keberatan asalkan elpiji tidak bernasib seperti minyak tanah.


"Kami siap menggunakan gas elpiji menyusul konversi minyak tanah ke gas asalkan harganya masih bisa terjangkau dan tidak langka seperti minyak tanah," kata Udin (55) warga Desa Karyasari, Kecamatan Rengasdengklok saat antrian minah di pangkalan PT. Sandika Pratama, Desa Amansari, Jumat (11/4) siang.


Diakuinya, penggunaan bahan bakar ini tidak jauh beda dan sama-sama dibutuhkan. Tetapi jika minyak tanah sudah dialihkan ke gas elpiji harganya harus terjangkau oleh masyarakat miskin. Dan tidak sulit dicari seperti sulitnya mencari minyak tanah saat ini," kata Udin.


Seperti diketahui, beberapa kabupaten di propinsi lain yang kini sudah menggunakan gas elpiji kadang sulit mencari elpiji. Malah acap kali kesulitan tersebut berbuntut ricuh dan menjadi masalah baru. "Nah, kami tidak mau yang seperti itu terjadi di Karawang. Jangan sampai setelah beralih ke gas, tiba-tiba gas kembali langka," ucap Udin lagi.


Kendati demikian dia percaya kepada kebijakan pemerintah. Meski terkadang juga membuat kesal. "Kami percaya pada pemerintah yang mengatur semua itu. Mudah-mudahan di Karawang nanti tidak akan terjadi kelangkaan gas elpiji setelah kita kelelahan dengan minyak tanah," katanya.


Antrian minyak tanah yang kerap terjadi baru-baru ini diakui beberapa warga sangat melelahkan. Tidak cukup sejam mereka menunggu untuk bisa mendapatkan 3-5 liter sesuai yang ditentukan pihak pangkalan. Bahkan, sebelum datang mobil tanki, warga sudah berjubel dipangkalan sambil menenteng jerigen, sementara pihak pangkalan mengabsen warga. Karena jatah yang dikeluarkan pangkalan hanya dibatasi 20 persen untuk warga dengan harga Rp 2300 perliter dari jumlah total satu tanki.


Namun, beberapa warga yang ditanya menyebutkan, ada saja pangkalan yang berani menjual hingga Rp 3000, dan hingga kini pangkalan tersebut sepi dari minyak tanah. Warga menduga, ijin pangkalan itu dicabut karena menjual harga diatas ketentuan. Sementara, harga minyak tanah di beberapa warung sudah terbilang tinggi, berkisar Rp 3500-3800 per liter. Namun karena butuh, warga tetap saja membeli.


Dengan dijualnya minyak murah Rp 2300 per liter. Seperti yang dijual hampir semua pangkalan adalah kesempatan bagi warga, meski antri tiga jam, mereka rela asalkan dapat jatah 20 persen minyak yang dibagikan pangkalan.Di tempat sama, penjaga pangkalan minyak tampak sibuk, beberapa pegawainya tiada henti meliter minyak tanah pada jerigen warga.


Di pangkalan seberang terminal Rengasdengklok ini antriannya tidak menggunakan kupon atau tali yang dipasang memanjang, melainkan hanya diabsen. Warga yang namanya dipanggil langsung memberikan jerigen setelah dia menunggu lama. Sementara yang tidak terdaftar berharap kebagian sisa jatah 20 persen itu.


"Punten ya ibu-ibu, bapak-bapak kami hanya menyediakan lima drum. Yang tidak terdaftar tunggu sisanya saja ya," teriak penjaga pangkalan minyak kepada warga yang berdesakan berharap mendapat sisa minyak tanah, meski seliter. (spn)

SMK PI, Pioner Teknologi dan Informasi

Bambang Pranowo (kanan) bersama staf pengajar SMK Perbakan Indonesia


GEDUNG sekolah bergaya futuristik di Karawang terbilang jarang. Lain hal dengan SMK Perbankan Indonesia (PI) di Kecamatan Kutawaluya, SMK yang baru dua tahun berdiri ini ingin menjadi pioner sekolah yang mengacu pada teknologi dan informasi, termasuk menciptakan sarana pendidikan layaknya gedung perkantoran.


Selain ber-AC, gedung minimalis futuristik ini sengaja dibangun untuk membiasakan siswanya sebelum menghadapi dunia kerja yang sebenarnya. Meski kini SMK PI tampak biasa, rencananya kedepan sekolah ini akan tampak beda dibanding sekolah umumnya. Misalnya tidak menggunakan kapur tulis tapi akan mengarah pada penggunaan proyektor dan laptop. Pada beberapa tahun mendatang, SMK PI akan serupa seperti gedung kampus modern.


Kepala SMK Perbankan Indonesia, Bambang Pranowo, S.Pd mengatakan, gaya gedung yang rencananya akan dibangun ini berdesain desain minimalis. Ini supaya ada kesan tersendiri bagi siswinya dan mereka yang mengemban ilmu di SMK ini tidak sekedar sekolah melainkan memiliki motivasi belajar yang lebih.


Saat ini, gedung sekolah umumnya bergaya lama, seolah tidak ada gairah bagi siswa untuk berekspresi, tapi SMK PI akan membuat siswi betah dan nyaman selama mengikuti belajar, apalagi sekolah ini merupakan sekolah kejuruan yang selayaknya memperkenalkan situasi dunia kerja setelah mereka lulus.


Dengan membangun gadung gaya kantoran, setidaknya kesan sekolah konvensional atau sekolah klasik umumnya bisa hilang sekitar 80 persen di SMK PI. Dengan bentuk dan suasana berbeda ini mempu menciptakan kebangaan bagi warga sekolah, yaitu siswa, tenaga pengajar termasuk pengelola. Bahkan, toliet di SMK PI dibentuk dengan corak modern, jika dilihat sepintas seperti bukan toilet. Desain toilet itu menjiplak wajah sebuah hotel ternama di Jakarta. Jika toilet saja dibentuk bagus dan bersih, tentunya halaman muka sekolah akan dibangun lebih modern dan artistik.


Furniture atau mebeler SMK ini akan menggunakan mebeler yang digunakan kantoran dengan bentuk yang transparan, tentunya ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Namun begitu, sudah menjadi konsekuensi SMK PI menciptakan sekolah yang mengedepankan teknologi dan mengikuti perkembangan jaman.


"Kita punya arah pengembangan sarana sekolah, kita punya skala prioritas, yaitu tahun 2008 ini pembangunan gedung tambahan harus bisa selesai, setelah sarana kelas memadai tinggal diikuti fasilitas pendukung lainnya," katanya.


Puluhan tahun situasi belajar di sekolah tidak berubah, kata Bambang, artinya siswa seolah hanya diperkenalkan dengan bidang studi tanpa lingkungan sekolah yang mendukung, ini faktor utama bagi SMK PI untuk membuat kondisi berbeda dan menciptakan situasi tidak stress selama dikelas. Ini adalah upaya SMK PI untuk keluar dari kondisi sekolah yang saat ini tampak monoton.


Namun, hal ini pun masih di uji cobakan. Diantarnya, belajar tanpa meja melainkan dengan kursi kampus, dengan kursi kampus ini mengajarkan siswa untuk duduk bebas dan bisa saling geser berdekatan sesama teman mereka, jika saling berdekatan komumikasi mereka akan lancar dan bisa melakukan diskusi dengan banyak temannya.


Memang, kalau dihitung keuntungan sekolah swasta ini belum sesuai, maksudnya yang dibelanjakan dengan pendapatan belum ideal, tapi yang pasti prospek SMK PI ini kedepannya akan cerah dan baik, apalagi SMK ini mengedepankan kemajuan teknologi dan konsep sekolah yang beda, yaitu sekolah yang bernuansa seperti tempat kerja.


Saat ini pemerintah pun memiliki konsep pengembangan 60 persen SMK dan 40 persen SMA. Dengan keterlibatan pemerintan ini masyarakat juga bisa merasakan SMK lebih banyak manfaat bagi dunia usaha dan industri. "Perusahaan juga bisa berpikir, kalau melihat sekolahan yang jelek, asumsinya siswanya bisa apa," ungkapnya. (spn)

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan