Balita di Cilebar Menderita Sakit Anus

Sunday, May 24, 2009


Siti bersama ibunya ditemani Kades Pusakajaya Utara.


CILEBAR, RAKA - Malang nasib Siti Walijah (3), balita yang berdomisili di Dusun Suka Jadi RT 02/04, Desa Pusaka Jaya Utara, Kecamatan Cilebar, ia memiliki kelainan pada anusnya. Jika buang air besar Siti meringis kesakitan, karena kotorannya tidak kelaur pada anus melainkan melalui vagina.

Putri ke dua pasangan Karma (35) seorang nelayan dan Marsah (27) ini memiliki penyakit tersebut sejak dia lahir. Orang tuanya tidak mampu menyembuhkan putrinya ini akibat terbentur biaya pengobatan yang terbilang mahal. Selama ini, Karma dan Marsah telah berupaya maksimal menyembuhkan putrinya dengan berbagai cara, meski kini mereka pasrah pada Sang Maha Kuasa untuk menunggu keajaiban kesembuhan putrinya.

Anak ini dikenal tetangganya sangat periah ketika bermain dengan teman sebayanya, tapi raut wajahnya berubah murung saat ia akan buang air besar, karena dia harus merasakan sakit terlebih dulu sebelum kotorannya keluar melaui vagina. Kata Marsiah, anaknya mengalami kelainan ini terjadi sejak lahir dan pernah dibawa ke RSUD Karawang saat umur 15 hari. Dokter di rumah sakit itu mengatakan, Siti belum bisa dioperasi diusianya yang baru belasan hari dan harus menunggu umurnya 1 tahun.

Pada umur 1,5 tahun, lanjutnya, dokter bersangkutan masih menganjurkan supaya Siti mendapat perawatan kontrol seminggu sekali. Saat berobat, orang tua Siti hanya bermodalkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang diberikan oleh desa setempat, kemungkinan karena hal itulah pihak rumah sakit kurang tanggap dengan penderitaan yang dialami Siti.

Menanggapi hal tersebut, Kades Pusakajaya Utara, Kecamatan Cilebar Warman Abdurachman mengatakan, pihaknya sedang berupaya agar Siti segera ditangani pihak rumah sakit, tapi ia masih ada kendala tentang biaya keseharian orang tua Siti yang akan mendampingi Siti di rumah sakit. Rencananya Siti akan diminta supaya dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, itu pun setelah ada penggalangan dana dari donator. (spn)

Hanya Dirasakan Sekejap




"UANG BLT (Bantuan Langsung Tunai) hanya bisa dirasakan sekejap, beda jika dana ratusan juta tiap desa itu digunakan untuk perbaikan sarana desa tentunya akan dirasakan lebih lama oleh semua penduduk," kata Kepala Desa Dukuh Karya, Kecamatan Rengasdengklok, Komara, kepada RAKA, Jumat (22/5) siang.

Memang, akunya, program pemerintah ini sengaja menyalurkan uang tunai kepada RTM (Rumah Tangga Miskin) bukan untuk sarana fisik, tujuannya untuk memberikan kecukupan bagi RTM Rp 100 ribu sebulan. Namun realitasnya, meski diberi Rp 200-400 ribu, tetap saja masyarakat menghabiskan uang mereka satu-dua hari saja.

Dia menjelaskan, di desanya tercatat 758 KK (Kepala Keluarga) peserta BLT dan non BLT yang diberi uang tunai dari hibah peserta BLT yaitu sebanyak 1.420 KK. Uang untuk non BLT diambil dari uang peserta BLT yang disisihkan Rp 50 ribu/peserta BLT. Jadi, pemilik kartu BLT membawa pulang Rp 150 ribu untuk dibelanjakan keperluan mereka.

Diakuinya, dana pemerintah yang turun ke masyarakat memang terbilang besar, tujuannya untuk kesejahteraan rakyat. Dengan begitu, pemerintah masih perlu mencairkan dana pembangunan desa lainnya, semisal perbaikan jalan lingkungan di desanya sepanjang 2 km dan membuat turap di kedua sisi jalan itu supaya jalan tidak amblas. (spn)

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan