Kompor Gas Gratis Banyak Diperjual Belikan

Wednesday, October 8, 2008

Warga Amansari, Kecamatan Rengasdengklok komplen kompor gas yang mereka terima kualitasnya jelek. Sehingga banyak yang meminta ditukar lagi.
 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Kompor gas gratis yang dibagikan pemerintah ternyata banyak dijual oleh masyarakat. Ini akibat masyarakat di tidak bisa menggunakan kompor gas, warga lebih tertarik menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar masak.
 
Sepekan ini pembagian kompor gas merata di beberapa desa Kecamatan Rengasdengklok, Kutawaluya, Jayakerta dan kecamatan lainnya. Hasil pantauan RAKA, banyak penerima kompor gas yang komplen karena alat masak gratis yang mereka terima itu rusak, tidak jarang ada beberapa diantara warga yang pulang pergi menukar kompor gas yang mereka anggap kurang layak dipakai.
 
Namun begitu, ada juga diantaranya yang menjual kompor gas itu seharga Rp 100 ribu hingga Rp 120 ribu. Seperti yang dilakukan penarik becak warga Desa Kertasari, Kcamatan Rengasdengklok, Careh (40). Dia mengaku ada yang menawar kompor gasnya. "Karena kalau sekarang dipakai pun, saya takut menggunakannya," ujarnya.
 
Sementara itu, beberapa kepala desa mengungkapkan, pihaknya akan mencegah warganya yang menjual kompor gas pemeberian pemerintah itu, karena pembagian kompor gas ini semata-mata sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah yang lambat laun akan menghilang di pasaran. "Kalau kompor gas dijual, nanti mereka masak pakai apa, karena subsidi minyak pemerintah akan dicabut. Jangan sampai setelah minyak tanah hilang, mereka akan kelimpungan," kata Kepala Desa Amansari, Kecamatan Rengasdengklok, Hanafi.
 
Di Kelurahan Mekarjati, Kecamatan Karawang Barat, pembagian kompor gas belum merata ke semua warga, karena banyak diantaranya tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK). Sehingga, meski mereka menginginkan, tapi persyaratan utama yang belum mereka miliki itu menjadi alasan bagi Pertamina untuk tidak merealisasikan.
 
Di Desa Kalangsari, Kecamatan Rengasdengklok, warga yang awalnya tidak mau dikasih kompor gas dengan dalih takut meleduk, tapi setelah bantuan pemerintah ini turun beberapa warga yang awalnya menolak itu nuntut desa supaya mereka juga kebagian. "Akhirnya data jadi membengkak, karena yang awalnya menolak kompor gas kini malah meminta," kata Kaur Pemerintaha Desa Kalangsari, Komarujaman.
 
Bicara soal kompor gas yang dijual, Komarujaman menjelaskan, tidak menutup kemungkinan warga Pebayuran, Kabupaten Bekasi meminta pada warga Rengasdengklok supaya kompor gas yang telah mereka terima untuk dijual. Pasalnya, warga Pebayuran pun awalnya tidak menghendaki kompor gas, mereka pikir minyak tanah akan ada selamanya. Namun, setelah minyak tanah tidak ada di Kabupaten Bekasi ini, mereka pun mencari minyak tanah hingga ke Rengasdengklok. Dan kini, setelah warga Rengasdengklok mendapat bagian kompor gas gratis, warga Pebayuran ini ekpsansi ke Rengasdengklok untuk mencari kompor gas warga yang mau dijual.
 
Sementara, di Desa Amansari dan beberapa desa lainnya, pembagian kompor gas ini dibarengi dengan pungutan sebesar Rp 5 ribu tiap KK penerima kompor gas. Menurut Kadus Jati Peureuh, Aliyudin, pungutan gas elpiji pada warga sebesar Rp 5000, jumlah itu dikhususkan untuk transport Rp 1000, untuk ketua RT setempat Rp 1000, untuk kepala dusun Rp 1000 dan sisanya Rp 2000 untuk desa. Dia juga menerima kompor gas yang rusak untuk ditukar. (spn)

UPTD Dikdas Dengklok Minta Metode Inovatif Baca Tulis Bunda Yessy

RENGASDENGKLOK, RAKA - Artis Yessy Gusman didampingi Iran dan Iwan RH dari Yayasan Bunda Yessy mengunjungi kantor UPTD Dinas Pendidikan (Dikdas) Rengasdengklok untuk memprogramkan metode inovatif baca-tulis cepat gagasan Iwan RH bagi anak sekolah dasar untuk Rengasdengklok dan sekitarnya.
 
Metode baca tulis cepat ini sempat diperagakan di SDN Rengasdengklok Selatan VI pada 18 Agustus 2008 lalu oleh panitia Proklamarathon Bunda Yessy. Kegiatan tersebut dinyatakan berhasil dan merangsang guru-guru setempat untuk bisa melakukan metode itu, diantara yang meminta metode ini adalah Kepala UPTD Dikdas Rengasdengklok Drs. H. Muhrodi Suruzi. Dia meminta langsung pada Yessy Gusman untuk menerapkan metode itu di wilayah Rengasdengklok termasuk di beberapa kecamatan di sekitarnya.
 
Namun, Muhrodi meminta agar Iwan mengajarkan metode tersebut langsung pada sekitar 60 orang guru-guru sekolah dasar, lokasi pengarahan metode ini bisa dilaksanakan di kantor UPTD Dikdas Rengasdengklok. Sementara, yang selama ini dilakukan Yayasan Bunda Yessy, metode itu langsung diterapkan pada siswa oleh Iwan dan rekan lainnya, tidak diterapkan pada guru. "Untuk itu, kami minta kesediaan Ibu Yessy dan pak Iwan untuk menerapkan metode inivatif baca tulis itu langsung pada guru, karena jika guru bisa menguasai metode ini, akan diterapkan pada siswa secara kontinyu," kata Muhrodi menjelaskan pada Yessy, Iwan dan Iran di ruang kerjanya, Senin (8/9) siang.
 
Metode inovatif gagasan Iwan dan kawan-kawan di Yayasan Bunda Yessy ini, ucap Muhrodi, merupakan gagasan yang baik dan perlu ditransformasikan pada guru sekolah, karena yang dibutuhkan guru kelas 1 sekolah dasar pada siswanya yaitu cara mengajarkan siswa menulis, membaca dan menghitung. Dan kegiatan Bunda Yessy di tugu proklamasi itu harus terus dikembangkan di Rengasdengklok dan kecamatan lainnya.
 
Menanggapi hal demikian, Iwan menjelaskan, memang Rengasdengklok merupakan pilot project pengembangan metode inovatif baca tulis gagasannya, jika berhasil di Kota Proklamasi ini, maka metode itu akan dikembangkan di daerah lain. Kata Iwan, dalam sebulan anak kecil yang tidak bisa baca akan mampu baca koran, asal metodenya tepat dan pengajarnya bisa memfasilitasi dunia mereka. Fungsi otak kiri dan kanan, aku Iwan, sebagai motorik tangan, jika anak melukiskan garis lurus metodenya hanya diekprsikan sambil mengucapkan "set" dan garis melengkung dengan mengucapkan "tuing".
 
"Sehingga belajar jadi menyenangkan bagi anak. Dan huruf besarlah yang terlebih dahulu diajarkan pada anak kecil sebelum huruf kecil. Dan kesempatan membaca huruf besar akan lebih banyak dibaca dijalan, karena dijalanan lebih banyak tertulis dengan menggunakan huruf kapital. Setelah itu, motorik pada huruf kecil pun akan menjadi lebih lancar. Kami siap membantu, dan kehormatan bagi kami jika UPTD Dikads Rengasdengklok menginginkan metode ini," jelasnya.
 
Sementara itu, dijelaskan Iran, metode yang digagas Iwan ini punya sistem yang sangat efektif, ini seperti yang sudah dilakukan pada 150 anak disatu ruang pada peragaan metode tersebut di SDN Rengasdengklok Selatan VI. "Kita sudah terapkan sistem dan mekanisme. Saya yakin guru-guru bisa menyerap metode kita ini dan bisa memahami sistem yang akan digunakan. Pelaksanaannya nanti akan dilakukan oleh beberapa teman kita. Memang, terapan metode ini sudah keinginna kami, karena pilot projectnya memang di Rengasdengklok, alasanya di Rengasdengklok karena kami melihat sejarah bangsa pun berawal dari kota ini," ucapnya.
 
Bicara tentang cara mengembang ekonomi rakyat, Yessy Gusman berharap supaya masyarakat, terutama ibu-ibu yang telah mengikuti Keaksaraan Fungsional (KF) bisa membuat kerajinan khas Rengasdengklok yang bisa dijual, diantaranya Batik Goyang Karawang, batik ini bisa dikembangkan oleh masyarakat setempat sebagai penghasilan tambahan atau bahkan sebagai mata pencaharian utama. Dan Yessy bersemangat memaparkan keuntungan yang akan diperoleh masyarakat setelah Muhrodi menjelaskan banyak peserta PAUD dan KF yang memang sudah siap mengembangkan diri mereka untuk usaha mandiri. (spn)

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan