Pepohonan Butuh Perawatan Intensif

Thursday, August 28, 2008




"Harusnya, kita tidak hanya menanam pohon tetapi juga harus memiliki wawasan tentang pemeliharaan. Jangan setelah menanam lalu bibit yang ditanam kita tinggalkan," ungkap guru Pendidikan Lingkungan Hidup dan Pembina Pencinta Alam SMAN 1 Batujaya, Kholid Al Kautsar (50) kepada RAKA, Jumat (22/8) siang.


Sama seperti manusia, lanjut Kholid, perlu mengkonsumsi makanan dan perawatan yang sangat intensif. "Jadi, memang kita baru menyadari mengembalikan kondisi lingkungan hanya menanam saja, tapi belum ada kesadaran merawatnya. Dan jika hanya menanam saja, itu belum solusi penghijauan jika tidak dilakukan perawatan setelah melakukan penanaman," katanya.


Masih dilanjutkan Kholid, selama ini, yang sering terjadi adalah pemborosan menanam. Setelah membeli bibit pohon dan memenanamnya, kemudian tidak ada perawatan, akhirnya bibit pohon itu habis dimakan kambing atau mati kekeringan. Seperti yang pernah dilakukan disepanjang jalan Tugu Proklamasi Rengasdengklok, usai menanam bibit, hanya dalam hitungan hari bibit itu rusak dan mati. "Makanya saya lebih tertarik jika penanaman bibit pohon itu ditanam di tempat khusus, karena kalau ditanam di lokasi umum perlu perawatan dan dukungan berbagai dinas, termasuk masyarakat umum untuk menyiram dan memupuknya," jelasnya.


Mengenai pembalakan hutan, Kholid bersama siswa sekolahnya memang sering ke gunung, selain melihat endemik juga memperhatikan kejanggalan hutan yang habis ditebang, justru pembalaknya adalah masyarakat setempat, karena didukung cukong (penadah, red). Dengan dimotori rekannya di Karawang, Kholid bersama kelompok lainnya yang peduli pada lingkungan pernah mendatangi kantor DPRD Karawang untuk meminta Pemda Karawang membuat peraturan daerah yang mengatur tentang lingkungan hidup.


"Kalau memang tidak ada remisi dari Presiden RI bagi penjahat pembalakan ini berarti suatu kemajuan, kita tinggal mendorong kebijakan itu, mudah-mudahan bisa direalisasikan dengan baik," ucapnya.


Selama ini, Kholik selalu menggugah siswanya tentang kesadaran menanam dan merawat pepohonan, terutama hutan, yaitu dengan cara observasi hutan. Hal itu dilakukan untuk memperkenalkan hutan pada siswa dan bahaya pembalakan hutan. Dan untuk beberapa kelompok sukarelawan yang telah melakukan penanaman pohon, aku Kholid, agar bisa melihat kembali bibit pohon yang telah mereka tanam.


"Saya sering mengatakan pada siswa, kita menghisap oksigen yang dikeluarkan pepohonan, untuk itu kita harus menciptakan lingkungan hijau di lingkungan kita. Dan bahwa alam ini bukan warisan nenek moyang, tapi amanah untuk anak-cucu kita," jelasnya. (spn)

Bangun Mushola Sekolah dari Dana Infak



BATUJAYA, RAKA - Selain gedung kelas, yang dibutuhkan sekolah adalah masjid atau mushola. Apalagi peningkatan iman dan taqwa sudah merupakan visi sekolah, seperti SMAN 1 Batujaya. Sejak sekolah ini berdiri tahun 2006 lalu, baru saat ini bisa membangun sarana ibadah untuk guru dan siswa, terlebih mushola ini bisa digunakan untuk pesantren kilat di bulan puasa.


Kepala Sekolah SMAN 1 Batujaya, Nasar Suryana menjelaskan, mushola yang kini sedang dibangunnya itu hasil dari dana swadaya keluarga besar sekolah, yaitu siswa dan guru dengan cara infak yang dipungut seminggu 2 kali. "Pembangunan mushola ini inisiatif keluarga besar SMA, sesuai visi Iman dan Taqwa," katanya kepada RAKA, Jumat (22/8) siang.


Diakuinya, meski pembangunan mushola ini tidak didukung orang tua siswa, tapi akan terus dituntaskan. Tidak adanya dukungan ini karena orang tua siswa merasa membayar Dana Sumbangan Pembangunan (DSP). Padahal, DSP itu merupakan draft pemerintah dan tetap saja sekolah masih butuh anggaran lebih untuk membangun sarana ibadah.


Setelah lebaran, kata Nasar, pihaknya akan memanggil semua orang tua siswa untuk merapatkan anggaran mushola, tapi jika tetap saja tidak ada dukungan, maka terpaksa keluarga besar sekolah ini terus melakukan infak. Mushola yang kini dibangun ukurannya 10x11 meter persegi.


Selain membangun mushola, SMAN 1 Batujaya kini sedang membangun tiga kelas baru dari dana APBD Rp 186 Juta, sedangkan isi ruang kelasnya diserahkan pada komite, seperti pengadaan mebeler. Kekurangan kelas pada tahun depan diperkirakan 8 kelas lagi, saat ini sudah 11 kelas dengan jumlah rombongan belajar 19 kelas. Sekarang kelas X sebanyak 9 kelas, kelas XI sebanyak 6 kelas dan kelas XII sebanyak 4 kelas. (spn)

Pilkades 8 Desa Tirtajaya Akan Gelar Pilkades






*Jadwal Kampanye 25 - 27 Agustus




JAYAKERTA, RAKA - Sebanyak delapan desa di Kecamatan Tirtajaya akan menggelar Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) secara serempak pada 30 Agustus mendatang. Bahkan jadwal kampanye juga telah ditetapkan selain pembagian tanda gambar yang dilakukan di kantor kecamatan tersebut Jumat (22/8).






Camat Jayakerta, Wawan Setiawan ketika dikonfirmasi perihal pembagian tanda gambar terhadap masing-masing calon kades mengatakan pengambilan tanda gambar tersebut sengaja dipusatkan di kantor kecamatan dengan alasan efektifitas waktu. "Yang melatar belakangi pengambilan tanda gambar yang dipusatkan di kantor kecamatan ini dilakukan dengan alasan efisiensi waktu. Selain keterbatasan personil keamanan," katan camat.






Selain alasan efisiensi waktu, Wawan juga menjelaskan hal itu dilakukan agar pengawasannya lebih mudah. Terlebih dengan keterbatasan petugas kecamatan, polsek maupun koramil. "Dengan keterbatasan personil seperti saat ini paling tidak bisa mengcover delapan desa yang mengelar pemilihan kepada desa tersebut," terang Wawan.






Sementara disinggung penetapan jadwal kampanye masing-masing calon kades, dikatakan Wawan, hal itu juga sudah ditetapkan yakni tanggal 25, 26 dan 27 Agustus. Sedang waktu kampanyenya disepakati berlangsung sejak pukul 06.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. "Pemilihan jadwal dan waktu kampanye saya masukan dalam kegiatan positif dan bisa dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat. Jadi agar tidak mubazir karena intinya kampanye ini menarik simpatik, malah jika hura-hura mengurangi simpatik masyarakat. Memang harusnya membuat kegiatan yang manfaat," jelasnya.






Sedangkan untuk Daftar Pemilih Tetap (DPT), hari ini diharapkan masuk ke kecamatan dan pihak kecamatan bisa menentukan menganai surat pindah antar desa yang sedang pilkades. Juga, kecamatan punya kewenangan menolak DPT jika diragukan. Hal ini bertujuan agar tidak ada satu warga pun yang mencoblos pilkades di dua desa atau lebih. Ini merupakan proaktif Muspika Tirtajaya. "Pada prinsipnya, kita semua mengacu pada aturan administrasi kependudukan," jelasnya. Berdasarkan pantauan RAKA pengambilan tanda gambar di Kantor Kecamatan Tirtajaya, meski tidak berlangsung ricuh namun sempat membuat lalu lintas di depan kantor tersebut macet total.






Pasalnya, saat pengambilan tanda gambar tersebut masing-masing calon kades membawa serta pendukung dan simpatisannya. Sementara itu, tanda gambar yang dibagikan masing-masing Desa Sambo, Een (duren), Ento (jagung) dan Jamat (jambu). Desa Bolang Jaenudin (jagung), Rojali (durian). Desa Gempol Karya, Nurjaman (duren) , Naban (jagung), Acep (jambu). Medan Karya, Umbara (jagung), Arkim (durian), Guproni (jambu). Tambaksari, Arum (jagung), Wawan (durian). Sumur Laban, Tamin (durian), Gapur (jagung). Tambaksumur, Leles Lesmana (durian) , Dadan (jagung). Dan Desa Srijaya Durahman (durian), Mulyadi (jagung). (spn)

Waspadai Narkoba di Sekolah



"Saya sangat merespon kegiatan Polres Karawang yang telah melaksanakan penyuluhan bahaya narkoba. Minimal siswa di SMK Ristek ini mengetahui obat-obat terlarang dan barang yang dinyatakan dilarang pemerintah," kata Kepala SMK Ristek, Drs. Darsono Sumedi, kepada RAKA, Kamis (21/8) siang di ruang kerjanya.


Dikatakannya, narkoba itu efeknya memang negatif dan sifatnya membunuh secara pelan tapi pasti. Dengan kegiatan penyuluhan bahaya narkoba yang digelar pihak kepolisian itu paling tidak bisa menjadi bahan peringatan bagi generasi muda agar tidak mengkonsumsi narkoba. Dampak narkoba, aku Darsono, bisa membuat mental siswa jadi tidak benar. Dan Ristek telah memiliki guru kesiswaan yang selalu memberikan materi mengenai bahaya narkoba. "Menurut saya, sekarang tinggal pembinaan pada anak didik, kita sudah eksis sejak awal tentang disiplin dengan dukungan kepolisian dan tak luput peran serta masyarakat, memang menididk anak kejuruan tidak mudah. Selama ini kita sudah terbiasa, karena sejak awal siswa kita selalu diperbaiki kondisinya, diantaranya mencegah kenakalan remaja akibat narkoba, kita selalu saling mengontrol," ujarnya.


Penyuluhan narkoba di Ristek, lanjutnya, dihadiri Kapolsek Rengasdengklok, Badan Narkoba Kabupaten Karawang dan Polwan Kabupaten Karawang termasuk beberapa organisasi. "Memang saya harapkan penyuluhan ini tidak dilakukan sekali tapi terus ditindak lanjuti. Polsek maupun Polres Karawang bisa kerjasama dengan sekolah dan lingkungan secara rutin, karena masalah ini sangat direspon semua kalangan, jika hanya di sekolah tanpa ada dukungan lingkungan dan masyarakat maka tidak akan berjalan," ujarnya. (spn)

Krisis Energi Tuntas


*Tidak Ada Lagi Pemadaman Bergilir


KARAWANG, RAKA - Setelah diterpa krisis energi listrik cukup lama akhirnya masyarakat dan kalangan bisa bernapas lega. Hal itu menyusul pernyataan sumber resmi PLN APJ Karawang bahwa terhitung sejak 31 Juli lalu di Karawang tidak ada lagi pemadaman begilir.


Hal itu diungkapkan Humas PLN APJ Karawang, Samsul Rizal (21/8) kepada RAKA di ruang kerjanya. Dia menjawab seputar pertanyaan tentang pemadaman bergilir yang sempat diberlakukan akibat krisis yang terjadi. Menurut Samsul sejak 31 Juli lalu sudah tidak ada lagi pemadaman bergilir. "Sekarang, pemadaman begilir itu tidak ada lagi. Dan, saat ini yang dilakukan Industri adalah pengalihan waktu kerja sebagai upaya antisipasi terhadap pemakaian energi yang berlebih," ungkap Samsul.


Dia menyinggung soal kesepakatan kalangan industri mengenai penghematan beban energi listrik. "Mereka telah membuat kesepakatan dengan PLN perihal pengoptimalan beban listrik melalui pengalihan waktu kerja dengan menukar waktu libur. Melalui cara seperti itu maka daya listrik yang digunakan untuk industri menjadi seimbang. Artinya antara pasokan dan pemakaian sama besar," ujar Samsul Rizal lagi.


Tidak hanya itu, Samsul yang juga anggota tim sosialisasi Surat Keputusan Bersama (SKB) lima menteri juga mengatakan bahwa pengoptimalisasian antara pasokan energi dan pemakaian yang disepakati kalangan industri tersebut sesuai dengan SKB. yakni Menteri Perindustrian, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara, mengatakan kesepakatan dengan kalangan industri itu sesuai SKB lima menteri. "Melalui SKB ini, tidak ada lagi pemadaman bergilir di industri maupun di pemukiman, kecuali pengoptimalan listrik melalui waktu kerja pada sektor Industri," tandas Samsul.


Kendati begitu Samsul tetap mengatakan kemungkinan pemadaman itu bisa saja terjadi. Dan kalaupun itu terjadi sama sekali tidak terkait dengan pemadaman bergilir yang selama terjadi akibat krisi energi. "Kalaupun tiba-tiba terjadi padam yang jelas itu bukan akibat pemadaman bergilir yang dilakukan oleh PLN. Tetapi disebabkan karena gangguan listrik," tegas Samsul.


Selain itu Samsul juga menandaskan SKB 5 menteri ini digulirkan sejak 31 Juli 2008 untuk sektor Industri. "Kita harus bisa memulai untuk melakukan pengehamatan energi, khususnya energi listrik. Hal itu sudah pasti dibutuhkan supaya ketersediaan energi listrik Jawa-Bali bisa memasok listrik pada pelanggan secara optimal," ujarnya.


Masih dikatan Samsul, sebelumnya PLN mengalami defisit daya pada Senin sampai Jumat pada jam kerja.Defisit tersebut terjadi karena pada hari tersebut pasokan listrik digunakan oleh semua Industri. Sedangkan pada Sabtu dan Minggu ketersediaan daya listrik Jawa-Bali cukup banyak. Yaitu sekitar 1000-2000 Mega Watt (MW). Dan itupun bisa terjadi karena hari itu pelanggan Industri banyak yang libur.


Dengan turunnya SKB 5 menteri tersebut, PLN dapat mengoptimalkan pasokan daya listrik ke seluruh pelanggan Jawa-Bali.Masih dituturkan Samsul, saat ini jumlah penggunaan listrik Industri Jawa-Bali sekitar 70 persen. Dari jumlah sebesar itu antisipasi yang dilakukan adalah dengan mengoptimalkan beban listrik melalui pengalihan waktu kerja. Dan, hal itu ditempuh dengan pemilihan hari yaitu Sabtu-Minggu yang biasanya libur ditukar antara Senin sampai Jumat. Pengalihan hari kerja itu dilakukan sebulan dua kali. Jadi, kini banyak industri di Karawang yang mengalihkan jadwal liburnya. (spn)

Di Dengklok BLT Dibagi Rata


*Besarnya Rp 100.000 - Rp 180.000


RENGASDENGKLOK, RAKA - Menyusul besaran dana bantuan langsung tunai (BLT) sebesar Rp 150.000 yang disalurkan kemasyarakat Desa Medang Asem, Kecamatan Jayakerta, giliran warga Desa Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok, mengalami hal yang sama, Rabu (20/8). Mereka bahkan hanya menerima Rp 100.000 dari Rp 300.000 besaran yang dicairkan pemerintah per penerima BLT.


Berdasarkan informasi yang diperoleh RAKA, dari besaran Rp 100.000 dana BLT yang dibagikan sebesar Rp 200.000 yang tersisa dengan status dihibahkan. Tercatat, pemilik kartu BLT di Desa Rengasdengklok Utara, sebanyak 993 KK setelah hasil validasi dari 1.040 KK, sekitar 47 KK, lainnya pindah rumah dan meninggal dunia. Sedangkan pemerintah belum mencetak kartu BLT bagi 47 KK tersebut.


Sebelumnya PT Pos Indonesia menyalurkan dana BLT sejumlah desa di kecamatan Jayakerta. Dari tiga desa yang menerima dana tersebut diantaranya Desa Medang Asem dengan jumlah penerima sebanyak tiga ribu KK, sementara penerima kartu BLT sebanyak 1.138 KK dan menerima 150 ribu/KK. Sisanya sebesar 150 ribu dihibahkan untuk 1.709 KK termasuk yang 393 warga jompo yang hanya mendapat Rp 80 ribu/KK.


Di Desa Ciptamarga, tercatat sekitar 3.664 KK penerima BLT dan sebanyak 985 KK mendapat uang 150 ribu dan yang tidak memiliki kartu BLT 2.679 KK hanya mendapat Rp 80 ribu/KK. Sama seperti dua desa lainnya, pembagian BLT di Ciptamarga inipun berdasarkan musyawarah BPD, LPM, Kades dan tokoh masyarakat setempat. Sementara di Desa Kampung Sawah tercatar sebanyak 3.857 Kepala Keluarga (KK) mendapatkan dana BLT.


Pjs Kepala Desa Rengasdengklok Utara, Dahromi, ketika dikonfirmasi mengenai besaran dana BLT sebesar Rp 100.000 yang disalurkan ke masyarakatnya menjelaskan, pembagian rata ini berdasarkan musyawarah antara lembaga desa dan masyarakat setempat.


Hasil musyawarah itu isepakati hibah dari pemilik kartu sebesar Rp 200 ribu untuk 3.310 KK yang tidak memiliki kartu BLT. Sementara tahun lalu, pembagian BLT tahun lalu lebih banyak dibanding tahun sekarang yaitu 1.040. Tahun lalu, pemilik kartu atau yang tidak mendapat jatah sama yaitu sebesar Rp 87 ribu/KK.


Sehari sebelumnya PT Pos Indonesia juga menyebarkan BLT di Desa Rengasdengklok Selatan dan Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok dan Desa Kertasari serta Dewisari. Dipastikan hampir di semua desa BLT dibagikan merata, karena pihak desa tak ingin terjadi kisruh dari warga yang tidak tercatat sebagai penerima BLT.


Kepala Dusun Kalijaya II, Didi Supriadi (58) menyebutkan, pemilik kartu di desanya tercatat sebanyak 65 KK dan yang tidak mendapat BLT sebanyak 407 KK. Bagi non BLT sebanyak 65 KK itu diberi Rp 60 ribu. Dia menceritakan, tahun lalu semua warganya mendapat Rp 87 ribu, yang miskin dan kaya mendapat uang yang sama. "Sebelum uang diturunkan, kami sudah memberi pengarahan, yang punya kartu mendapat Rp 100 ribu dan sisanya dibagi rata," katanya.


Sementara, di Desa Rengasdengklok Selatan pemilik kartu BLT 2.478 dari jumlah 2.448, sisanya 170 KK kertu BLT-nya belum jadi dan belum dibagikan. Pembagian BLT merata, tergantung jumlah keluarga miskin di suatu dusun yang tidak memiliki kartu. Misalkan Dusun Bojong Tugu I, masing-masing pemilik kartu BLT menerima Rp 180 ribu dan sisanya Rp 120 ribu dikumpulkan lalu dibagi rata sesuai jumlah gakin di dusun tersebut.


Kasi Kesos Kecamatan Rengasdengklok, Ida Herawati (47) mengharapkan kartu yang belum jadi bisa segera dibagikan, karena banyak diantara warga yang menanyakan hal ini, mengingat dana BLT ini sangat dibutuhkan bagi keluarga miskin. Se-Kecamatan Rengasdengklok Rumah Tangga Miskin (RTM) sekitar 9.517 KK. (spn)

Kualat, Jika Abaikan Tugu Dengklok

Sunday, August 24, 2008


RENGASDENGKLOK, RAKA - Biar anjing menggonggong napak tilas tetap berjalan. Saat ini banyak orang melupakan sejarah Indonesia yang terjadi pada 16 Agustus 1945. Bahkan banyak juga generasi bangsa ini tidak tahu Rengasdengklok. Padahal, daerah itu merupakan tempat singgah Soekarno-Hatta yang diabadikan melalui tugu proklamasi ini merupakan tempat sakral.

Hal itu diungkapian Mayjen TNI (Purn), Drs. H. Herman Saren Sudiro disela acara napak tilas Forum Komunikasi Keluarga Besar Siliwangi di Tugu Proklamasi, baru-baru ini. Menurutnya, jika pejabat dan masyarakat melupakan sejarah bangsa ini, maka semuanya akan kualat.

Ditambahkan Saren, pihaknya akan meminta pada pemerintah, terutama bupati Karawang dan Gubernur Jawa Barat untuk bertanggungjawab melestarikan lokasi sejarah Rengadengklok. Yang lebih berperan dalam hal ini adalah menteri sosial. Sementara, pembangunan tugu proklamasi di Rengasdengklok ini tergantung bupatinya.
Di Indonesia, kata Saren, terdapat empat lokasi sejarah yang sakral, diantaranya Rengasdengklok, Pegangsaan Timur, Rumah Meida dan Pejambon. Tempat sakral bagi bangsa ini bukan Monas ataupun Istana Presiden. Untuk tempat-tempat yang menjadi penentu kemerdekaan bangsa ini harusnya dilestarikan sesuai program pembangunan.

"Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya, tidak akan ada kemerdekaan jika tidak ada peristiwa Rengasdengklok. Jadi jelas, yang harus bertangungjawab adalah pemerintah, sebab kalau tidak melestarikan kota sejarah ini, maka siapa lagi yang akan menjadi saksi kemerdekaan," ucapnya.
Sekarang, tambahnya, banyak yang mengaku sebagai pejuang kemerdekaan, seperti banyak orang gila yang mengaku-ngaku hanya karena ingin mendapat pengharaaan semata. Sedangkan pahlawan yang asli dianggap Saren Sudiro telah wafat. Dia sangat menghkawatirkan generasi bangsa ini akan dibodohi dan dibohongi dengan nama-nama pahlawan yang tidak dikenal tersebut.

"Saya diundang ke Lenteng Agung, katanya A Yani dan Haryono masih hidup. Itu bohong, dia bukan yang asli, saya saksinya. Kalau saya masih hidup seperti sekarang, saya bisa menjelaskan bahwa mereka palsu, tapi bagaimana dengan anak-cucu kita yang tidak tahu menahu," tegasnya.

Dia geram dengan kondisi negara ini yang seolah tidak menghormati para pejuang. Diakuinya, banyak panglima perang kemerdekaan 45, kini hidupnya tidak sebaik darinya. Banyak diantaranya yang terpuruk dan berdagang hingga akhir hayatnya. Kata Saren, untuk perbaikan rumah Bung Karno saja sulit, padahal hanya butuh Rp 150 juta, sedangkan korupsi di negara ini mencapai triliunan rupiah. Ini bukti banyak pejabat saat ini melupakan sejarah bangsa.

"Ingat, kita akan terpuruk dan kualat, siapapun presidennya, jangankan rumah Djiau Kie siong, panglima perang 45 saja banyak yang terusir. Kita dulu berjuang bukan untuk sesuap nasi, tapi memang benar-benar ingin membela negara. Ingat, kita akan merasakan hidup susah jika tidak berterima kasih pada jasa pahlawan, apalagi berada di wilayah Prabu Siliwangi, jadi jangan lupakan napak tilas," ucapnya. (spn)

Jangan Tunggu Ada Korban DBD


*Prinsip Fogging Dahulukan Kesehatan

RENGASDENGKLOK, RAKA - Mengisi hari kemerdekaan tidak melulu dengan pesta rakyat dan perlombaan. Seperti yang dilakukan anggota DPRD Karawang Fraksi Partai Golkar, H. Deni Nuryadi SH, dia melakukan fogging di Dusun Blokraton, Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok.

Hal itu dilakukannya supaya masyarakat di sekitar lingkungan itu bebas dari wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) dan bisa mengisi kemerdekaan dengan sehat. Diakui Deni, dia ingin merubah paradigma pelaksanaan fooging tidak harus dilakukan setelah ada korban DBD, tapi akan dilaksanakan berkala, minimal setahun sekali atau setiap pergantian musim hujan ke musim panas dan sebaliknya.

Rengasdengklok memiliki historis yang tidak akan terlupakan secara nasional maupun Internasional. Para pejuang bangsa ini, aku Deni, telah bertaruh nyawa memerdekakan negara kesatuan Republik Indonesia. Dia sebagai wakil rakyat mengaku sangat peduli dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan adanya kegiatan fooging untuk mencegah DBD ini memang sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

"Karena kersehatan ini merupakan suatu nilai yang tidak bisa diukur dengan materi, kalau masyarakat dan lingkungan sehat mobilisasi kehidupan pun akan lancar," ungkap Deni yang akan mencalonkan kembali sebagai dewan rakyat Kabupaten Karawang tahun 2009 mendatang.

Fogging ini dilakukan di Dusun Blokraton yang terdiri dari 7 RT sekitar seribu rumah. Pada saat penyemprotan berlangsung, Deni turut terlibat memantau rumah-rumah yang sedang difooging. Diketahui, dusun merupakan pemukiman yang padat, masih banyak kolam-kolam ikan yang kemungkinan jadi sarang nyamuk, termasuk saluran air pembuang dari tiap-tiap rumah yang kurang lancar mengalir. Dengan begitu, pemukiman ini memang perlu difogging secara berkala untuk mengantisipasi wabah DBD.

"Kita akan anggarkan alat fogging, karena Puskesmas Rengasdengklok merupakan daerah kota. Sehingga, kalau diperlukan fogging tidak repot lagi, saat diminta warga, fooging bisa dilaksanakan, karena fooging ini sangat diperlukan sekali untuk mencegah DBD. Saya akan mengubah paradigma fooging hanya dilakukan setelah warga terserang DBD, ada atau tidak ada kasus DBD, fooging ini akan ditetapkan menjadi program kerja puskesmas. Namun begitu, fooging bukan suatu penanganan berkesinambungan, fooging ini hanya preventif saja, yang harus berperan adalah masyarakat dengan melakukan 3M (menguras bak mandi, menutup gentong atau penampung air dan mengubur barang bekas yang tidak terpakai agar tidak dijadikan sarang nyamuk, red) untuk mencegah wabah DBD dari jentik nyamuk," jelasnya.

Pangkal penyelesaiannya yaitu melakukan 3M, sementara fooging hanya preventif, tapi tetap dalam melakukan ini masyarakat harus selalu berkoordinasi dengan Puskesmas Rengasdngklok dan Dinas Kebaupaten Karawang. "Memang, menjadi wakil rakyat harus betul-betul aspiratif dan tanggap membantu rakyat. Intinya, kita mengisi kemerdekaan dengan melakukan hal yang bermanfaat, diminta atau tidak, itu tetap kewajiban saya, karena saya selalu melihat kondisi masyarakat yang sebenarnya," imbuhnya.

Seorang warga RT 23/05, Enang Sutarya (44) membenarkan penyataan Deni, diakuinya fooging ini sebaiknya dilakukan tidak usaha menunggu yang kena DBD karena setiap waktu masyarakat memang memerlukan fooging, terutama saat pergantian musim, hampir di setiap rumah warga banyak nyamuk. Meski lingkungan sekitar Blokraton bersih, tetap saja nyamuk-nyamuk ini berdatangan dari dusun lainnya. Untuk itu, selain 3M, fooging tetap diperlukan. (spn)

Yessy Gelar Bakti Kemerdekaan




RENGASDENGKLOK, RAKA - Artis Yessy Gusman menggelar sejumlah kegiatan di Tugu Proklamasi Rengasdengklok dalam rangka HUT RI ke-63. Tidak hanya hiburan dan eduksi bagi masyarakat, Yessy juga meresmikan masjid Masjid Al Karomah AT Toyyibah yang dia bangun di Dusun Tugu Bojong, Sabtu (16/8) sore.

Rangkaian kegiatan dipusatkan di Tugu Proklamasi sejak 16-18 Agustus 2008. Usai persesmian masjid, Yessy mengatakan, mudah-mudahan masjid yang telah dia resmikan ini tidak hanya sekedar dibangun, tapi mengisinya. Apalagi saat ini umat Islam akan menyambut bulan puasa. "Kami senang pembangunan masjid ini berjalan dengan lancar, diawali khitanan masal untuk 30 anak di Puskesmas Rengasdengklok, kemudian meresmikan masjid dan membuka taman bacaan di pelataran masjid yang dikelola langsung DKM masjid, dengan 800 buku bacaan anak TK, SD dan SMP," jelasnya.

Sementara, kegiatan lari marathon yang telah direncanakan sebelumnya sepanjang Rengasdengklok-Jakarta dibatalkan, mengingat panitia tidak memiliki waktu persiapan tersebut dan akhirnya memusatkan kegiatan di Tugu Proklamasi Rengasdengklok dalam waktu 3 hari berturut-turut.

Kegiatan tersebut diawali sunatan masal untuk 30 anak di Puskesmas Rengasdengklok, kemudian dilanjutkan peresmian taman bacaan dan gunting pita masjid Al Karomah At Toyyibah lalu renungan malam di tugu proklamasi pada Sabtu (16/8). Keesokan harinya digelar pawai becak, lomba lukis tong sampah dan panjat pinang. Minggu (18/8) digelar lomba baca tulis inovatif di SDN Rengasdengklok Selatan VI dan lomba kebersihan tugu proklamasi, pesertanya warga Kalijaya dan Bojongtugu, Desa Rengasdengklok Selatan.
Acara dilanjutkan dengan menggelar gebyar budaya nuansa lingkungan hidup yang dilaksanakan puluhan Mahasiswa Universitas Jakarta (UNJ) Fakultas Sastra dan Seni bersama siswi SMP 1 Rengasdengklok di lapang tugu proklamasi sekaligus pembagian thropy bagi semua pemenang perlombaan yang telah digelar sejak 16-18 Agustus 2008.

Kegiatan Yessy yang diakhiri teaterikal ini menampilkan tentang lingkungan hidup yang saat semakin rusak oleh penebangan dan pembalakan pohon termasuk pabrik yang merusak lapisan ozon. Juga limbah dan barang kimia dari pabrik. Pesan dari teaterikal ini masyarakat dan pemerintah harus sama-sama memperbaiki kerusakan ini dan yang rusak dibangun kembali, terutama di Indonesia sebagai paru-paru dunia. (spn)

Kontes Bonsai Perlu Dikembangkan




RENGASDENGKLOK, RAKA - Organisasi Massa Rengasdengklok Forum menggelar festival proklamasi REngasdengklok 2008 dengan menampilkan tanaman hias jenis bongsai dan edenium dalam rangka menyambut HUT RI ke 63. Acara berlangsung dua hari (14 - 16/8).

Koordinator Rengasdengklok Forum, Robby Barmaqi mengatakan kepada RAKA, Jumat (15/8) sore, kegiatan festitival proklamasi Rengasdengklok 2008 ini untuk mengapresiasi potensi dan hobi generasi muda, diantaranya gembrang-gembrung musik dan mengumpulkan penggemar tanaman hias bonsai untuk dikonteskan. Sampai kemarin, panitia festival proklamasi Rengasdengklok sudah menentukan juara kreasi bonsai dan edenium. Juara pertama bonsai yaitu H. Una, juara keduanya Soni. Sedangkan untuk Adenium Obesum, dimenangkan Yayan juara dan juara keduanya H. Una.

Penilaian ini diantaranya dilakukan mantan anggota Persatuan Pecinta Bonsai Indonesia (PPBI) Dr. Ryan Eljuta. Dia mengatakan, tanaman hias bonsai di Rengasdengklok ini sudah bangus dan banyak penggemarnya, tapi pada kontes perdana ini banyak yang belum turun karena informasinya mendadak. "Dan enam bulan lagi, kita akan gelar kegiatan serupa mengenai kontes bonsai, edenium dan anturium, karena saya lihat di Rengasdengklok ini banyak penggemarnya," ucapnya.

Kata Ryan, bonsai itu seni, di luar negeri disebut 'art of dwarf tree' atau seni mumungilkan pohon, penggemarnya hampir meluas. Kegiatan di Rengasdengklok Ini baru pemanasan, untuk menggugah penggemar bonsai. Sementara, Camat Rengasdengklok yang ditunjuk sebagai penilai kontes bonsai ini mengatakan, diharapkan kompetisi bonsai seperti ini bisa dikembangkan hingga tahun mendatang. "Saya berterima kasih banyak pada Dr. Ryan dan berharap bonsai di Rengasdengklok bisa dikembangkan termasuk melestarikannya," ucapnya. (spn)

SMPN 1 Jayakerta Gelar 17-an




JAYAKERTA, RAKA - Banyak cara menumbuhkan rasa kebersamaan di moment 17 Agustus-an, seperti yang dilakukan SMPN 1 Jayakerta, Jumat (15/8) pagi. Sembilan perlombaan digelar untuk semua siswa termasuk guru-gurunya. Selain memeriahkan HUT RI ke-63, acara ini pun merupakan hiburan sekaligus motivasi pendidikan bagi siswa.

"Diharapkan, kegiatan ini terus berlanjut dan lebih meriah lagi, karena kegiatan ini rutin dilakukan setiap tahun," kata Pembantu Kepala Sekolah (PKS) Bidang Kesiswaan SMPN 1 Jayakerta, Yayat Supriatna,S.Pd disela kegiatan.

Ditambahkan Yayat, kegiatan tahunan ini bertujuan untuk meningkatkan persatuan dan persaudaraan, menamakan sikap saling menghargai, menanamkan mentalitas percaya diri yang bernuansa infak juga menumbuhkan motivasi siswa tentang pentingnya olah raga.

Kepala Sekolah SMPN 1 Jayakerta, Agus Imam Mulyana menjelaskan, dalam rangka 17-an ini untuk membangkitkan semangat kebangsaan pada siswa agar bisa mengenang dan menghargai jasa pahlawan, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya. Juga memberikan pendidikan pada siswa, tentang kebanggan, penghormatan pada para pahlawan agar bangga dan cinta terhadap tanah air. "Saya harap setiap siswa bangga dirinya sebagai bangsa Indonesia," katanya. (spn)

Tuntaskan Pembangunan Situs Proklamasi Dengklok

Saturday, August 23, 2008



RENGASDENGKLOK, RAKA – Faktor apa yang menyebabkan pembangunan situs Tugu Proklamasi ini jadi terbengkalai, apakah pemerintah selama ini selalu kekurangan dana ataukah persoalan kisruh antara tanggungjawab pusat dan daerah, ataukah memang tidak ada keinginan untuk menyelesaikannya. Demikian kata Ketua Umum LSM SOMAKA, Dul Jalil SH, kepada RAKA, Jumat (15/8) siang.

Dia menjelaskan, Rengasdengklok merupakan satu kecamatan yang ada di Kabupaten Karawang, secara geograpis Rengasdengklok terletak di karawang bagian utara. Rengasdengklok merupakan simpul bagi kecamatan-kecamatan lain yang ada disekitarnya, kita tahu ada sembilan kecamatan lain yang menggantungkan kegiatan perekonomiannya ke Rengasdengklok. selain itu akses utama dari kecamatan-kecamatan lain di wilayah utara karawang untuk menuju ke kota kabupaten harus melewati kota Rengasdengklok, dua hal inilah yang menyebabkan kenapa kemudian kecamatan Rengasdengklok disebut sebagai simpul dan memiliki arti yang cukup penting bagi kecamatan-kecamatan lain yang ada di bagian utara Karawang.

Kalau kita kilas balik ke belakang ke zaman perang kemerdekaan, maka mata kita akan semakin terbuka lebar bahwa Rengasdengklok ternyata punya peranan yang sangat penting dalam sejarah lahirnya Negara Indonesia. Catatan sejarah yang sangat penting dalam proses merebut kemerdekaan Negara Indonesia adalah bahwa pada tanggal 16 Agustus 1945 dinihari Ir.Soekarno dan Moh. Hatta sempat dibawa secara paksa ke kota Rengasdengklok oleh sekelompok pemuda dari pasukan Pembela Tanah Air (PETA). .

Kemudian di Rengasdengklok inilah Soekarno dan Hatta menyatakan kesediaanya untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Negara Indonesia meskipun melalui proses perdebatan yang alot. Sehingga akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 untuk pertama kalinya proklamasi kemerdekaan Negara Indonesia dibacakan oleh Ir. Soekarno.

“Saya kira kalau kita bertanya kepada setiap warga Rengasdengklok apa yang bisa dibanggakan dari daerahnya maka jawabannya sepertinya akan sama yakni bahwa Rengasdengklok adalah kota yang bersejarah. Rengasdengklok adalah titik awal lahirnya Negara yang merdeka dan berdaulat dengan nama Indonesia. Hal ini tidaklah terlalu berlebihan karena memang fakta-fakta sejarah berbicara demikian. Namun yang perlu direnungkan adalah apakah kebanggaan kita terhadap kota Rengasdengklok ini berbanding lurus dengan penghargaan kita terhadap nilai-nilai sejarah sejarah itu sendiri, mari kita sama-sama cari jawabannya,” jelasnya.

Proyek pembangunan museum atau situs Proklamasi Rengasdengklok dimulai pada zaman pasca Reformasi pada periode pemerintahan presiden Megawati Soekarno Putri. Penanggungjawab program adalah dinas pariwisata Kabupaten.Karawang sedangkan pelaksana teknisnya adalah UPTD Cipta Karya.

Kabarnya, sampai saat ini untuk pembuatan jalan alternanif dari terminal Rengasdengklok menuju lapangan Bojong dan untuk pembuatan Pondasi dari pilar-pilar beton telah menghabiskan dana sebesar Rp. 2.000.000.000 dari alokasi total anggaran sebesar Rp.50.000.000.000. Namun pembangunan hanya selesai sampai tahap itu saja, tidak ada tanda-tanda bahwa proses pembangunan akan dilanjutkan. Sebagai warga Rengasdengklok tentu saja kita sangat prihatin melihat kondisi seperti ini, karena pembangunan situs proklamasi tidak bisa dilihat sebagai proyek biasa. Pembangunan situs Proklamasi adalah sebuah penghargaan terhadap nilai-nilai sejarah dan jasa dari para pahlawan. (*spn)

BLT Cair di Kecamatan Batujaya




BATUJAYA, RAKA - Pembagian dana Bantuan Langsung Tunai (BLT) mulai dibagikan di beberapa kecamatan se-Kabupaten Karawang, Kamis (14/8) siang. Diantaranya Desa Kuta Ample dan Karyamakmur, Kecamatan Batujaya. Warga yang mendapat kartu BLT mulai memadati kantor desa sejak pagi hingga siang.

Tercatat, penerima BLT di Desa Kuta Ampel sebanyak 1.402 sedangkan data desa ada sekitar 2.500 KK yang termasuk gakin. Pjs. Kepala Desa Kuta Ampel, Dayat Hidayat mengatakan, penerima BLT di desanya menghibahkan Rp 100 ribu yang akan dibagikan pada keluarga miskin yang ada di desanya.

"Jumlah keseluruhan penerima BLT di desa ini sebanyak 1.439 kepala keluarga dan yang meninggal dunia sebanyak 37 orang. Saya harap, kartu BLT milik warga yang meninggal dunia bisa pada ahli warisnya, karena mereka sangat mengharapkan bisa menerima dana tersebut," katanya.

Dia menambahkan, pelaksanaan BLT di desanya aman dan masyarakatnya bisa diatur, tidak ada pergolakan berarti. Uang hibah Rp 100 ribu yang disisihkan dari penerima BLT ini sudah disosialisasikan kepada seluruh masyarakat dan semuanya menerima keputusan tersebut.

Di desa Karyamakmur, keluarga miskin tercatat sekitar 2.271 KK. Sementara, di desa ini yang menerima BLT hanya 1.112 dan yang tidak memiliki kartu BLT sebanyak 1.159. Sama seperti di Desa Kuta Ampel, masyarakat Desa Karyamakmur pun tidak mempermasalahkan hibah 100 ribu, mereka ikhlas dan bersedia membantu tetangganya yang tidak beruntung mendapat kartu BLT.
.
Di Kecamatan Batujaya, pembagian BLT dijadwal dua desa setiap harinya, diantaranya Desa Kuta Ampel dan Karyamakmur yang telah dibagikan kemarin. Kemudian, pada Sabtu 16 Agustus 2008 mendatang pembagian BLT akan dilakukan di Desa Karyabakti dan Teluk Ambulu, pada Selasa 19 Agustus 2008 Desa Segarjaya dan Segaran, Rabu 20 Agustus 2008 Desa Baturaden dan Batujaya. Dan Kamis 21 Agustus 2008 pembagian terakhir di Desa Teluk Bango dan Karyamulya. (spn)

PDIP Megabakti Fogging di Rengasdengklok





RENGASDENGKLOK, RAKA - Masih dalam Program Megabakti, PDIP kembali melakukan fooging di sejumlah rumah Dusun Blokraton, Desa Rengasdengklok Selatan, Rabu (12/8) siang. Fogging ini merupakan reaksi darurat yang dilakukan PDIP setelah mendapat laporan seorang warga setempat yang terserang demam berdarah.

Calon Legislatif (Caleg) dari PDIP, Abdul Arif, SE menjelaskan, pengasapan untuk membunuh nyamuk-nyamuk ke setiap rumah di Blokraton ini merupakan upaya reaksi cepat darurat PDIP. Seperti diketahui, Demam Berdarah Dengue (DBD) ini penyakit laten, harus ada upaya penyelesaian secara cepat, yaitu memberantas nyamuk demam berdarah.

Untuk itu, PDIP mengambil langkah cepat untuk melakukan penyemprotan nyamuk DBD gratis bagi masyarakat yang membutuhkannya, termasuk di Dusun Blokraton ini. Upaya ini, lanjutnya, dilakukan kontinyu oleh PDIP yaitu bagi semua masyarakat di kecamatan manapu di Kabupaten Karawang.

Fooging ini akan dilakukan setelah ada permintaan warga atau sesuai laporan warga yang kena DBD. Dan PDIP siap 24 jam menyelesaikan masalah-masalah di masyarakat. Tentunya, PDIP juga berkoordinasi dengan aparat desa setempat dan pengurus ranting PDIP untuk selalu siaga apabila dibutuhkan oleh masyarakat.

"Kegiatan ini tidak hanya dalam rangka menghadapi pemilu, tapi sudah bertahun-tahun dilakukan PDIP, yaitu memberikan bukti kepada masyarakat bahwa PDIP benar-benar peduli pada wong cilik. Selanjutnya, PDIP mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang baik dengan masyarakat setempat yang telah melaporkan gejala-gejalan DBD," ujarnya.

Pimpinan Ponpes Bani Ali, Dusun Blokraton, Didin Ahmad Muhidin (30) mengatakan, atas nama warganya yang berdomilisi di lingkungan Ponpes yang dia pimpin, berterima kasih pada Caleg dari PDIP ini yang telah menyumbang dan berperan melakukan fooging gratis untuk masyarakat di lingkungannya. Diakuinya, PDIP tentunya sudah menjadikan persoalan masyarakat ini sebagai tolak ukur.

"Memang, seharunya partai yang mampu mewakili aspirasi rakyat ini harus mampu mewujudkan keinginan masyarakat secara langsung, karna bagaimanapun wakil rakyat itu harus mampu menampung aspirasi masyarakatnya. Kalau dalam sebuah kaidah dikatakan, bahwa bentuk partisipasi atau bentuk apapun yang dilakukan pimpinan masyarakat, harus mengutamakan kepentingan masyarakat. Mudahan-mudahan yang dilakukan Abdul Arif dan PDIP ini menjadi cerminan bagi wakil rakyat lainnya untuk lebih mementingkan rakyat," jelasnya. (spn)

3.579 Kartu Kesasar ke Lain Desa



*Berdasarkan Data 12 Ribu yang akan Didistribusikan

RENGASDENGKLOK, RAKA - Dari 12 ribu kartu jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) yang akan dibagikan ternyata baru 8421 kartu yang bisa didistribusikan. Sementara sisanya diduga 'nyasar' kelain desa.

Akibat dari tidak jelasnya ribuan kartu jamkesmas itu puluhan ketua RT Desa Rengasdengklok Selatan, mengaku kebingungan karena tidak menemukan kartu warganya masing-masing. Padahal berdasarkan data jumlah kartu jaminan kesehatan tersebut sebanyak 12 ribu kartu.

Terkait itu, perangkat Desa Rengasdengklok Selatan, Jajang Jaenuri, ketika dikonfirmasi mengatakan, sebelum dibagikan, kartu Jamkesmas yang diterima desa pada Senin (11/8) pagi lalu disusun oleh aparat desa. Kemudian, pada Rabu pagi dibagikan pada semua RT se-Desa Rengasdengklok Selatan. Namun, dari 57 RT yang terdata penerima Jamkesmas, desa hanya menerima 49 RT.

"Kartu yang kita terima belum komplet semua, jumlah penerima Jamkesmas tiap RT masih belum pas, tidak sesuai dengan jumah yang daftar dan tertera dikertas penerima Jamkesmas. Misalkan RT 07 penerima harusnya 148 tapi diturunkan hanya 125, sisanya entah keliru atau tertukar dengan desa lain," katanya.

Kepala Dusun Warudoyong Utara, Ao Suherlan menjelaskan, memang banyak diantara ketua RT di dusunnya yang tidak mendapat kartu Jamkesmas sesuai dengan data penerimanya. Belum lagi warga yang mengajukan Jamkesmas susulan. Namun begitu, Ao akan terus berupaya agar warga yang telah terdata bisa memegang kartu Jamkesmas, mengingat kartu tersebut sangat penting bagi kesehatan warganya.

Diketahui, sebelumnya program pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin ini disebut Asuransi Kesehatan untuk Masyarakat Miskin (Askeskin) kini namanya diganti menjadi program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Askeskin tetap dilanjutkan tetapi namanya diganti menjadi Jamkesmas supaya tidak ada kesan itu program PT Askes. Namun, PT Askes juga tetap menjadi mitra kerja sama, tetapi tugasnya lebih ringan.

Penyelenggaraan program pelayanan kesehatan gratis tersebut, mulai tahun ini juga dilakukan dengan mekanisme baru. Dalam mekanisme yang baru, PT Askes tidak lagi ditugasi melakukan pengelolaan keuangan program dan hanya dibebani tugas mengelola kepesertaan, praverifikasi peserta dan pelayanan program.

Kegiatan verifikasi yang meliputi verifikasi pelayanan, keuangan dan administrasi, akan dilakukan oleh tenaga verifikator independen yang direkrut oleh pemerintah melalui Dinas Kesehatan di daerah. Semua kartu Askeskin secara bertahap akan diganti menjadi kartu Jamkesmas. Dalam hal ini, PT Askes juga bertugas memantau kegiatan pelayanan kesehatan gratis melalui program Jamkesmas dan menampung pengaduan masyarakat terkait pelaksanaan program tersebut. (spn)

Tukang Becak Tewas Tertabrak



JAYAKERTA, RAKA - Tragis! Seorang tukang becak tewas seketika setelah dihajar angkot Jurusan Batujaya - Rengasdengklok, Senin (11/8). Sebelum tewas korban sempat terpental dan tersungkur di pinggir sungai. Sementara pihak kepolisian hingga kemain masih melakukan pengejaran terhadap tersangka.

Korban adalah Inem Bin Perit (50) warga RT 13/05, Dusun Bubulak, Desa Medang Asem, Kecamatan Jayakerta. Sekitar pukul 05.30 WIB becak yang dikendarainya ditabrak mobil tak dikenal. Sebagian saksi mata menduga, kendaraan itu adalah angkutan umum jurusan Batujaya-Rengasdengklok, sebagian lagi mengatakan mobil pribadi, karena jenisnya kendaraanya serupa.

Dijelaskan tetangganya, seperti hari biasanya Inem pergi ke Pasar Rengasdengklok pukul 05.00 WIB untuk narik becak yang dia sewa Rp 2000/hari dari pemilik becak. Hasil sehari mengayuh becak hingga waktu dzuhur sekitar Rp 13 ribu, tapi tidak jarang dia pulang ke rumah hanya membawa hasil narik becak Rp 5-10 ribu.

Naas, saat kakek lima anak ini kembali ke tempatnya usahanya di Pasar Rengasdengklok, tepat di Jalan Cikangkung becaknya ketabrak mobil dari belakang. Saksi mata mengatakan, Inem terlempar dan tersungkur di tepian sungai, sedangkan becaknya rusak parah. Kaki dan tangan kanannya patah, kepala terbentur lantai jalan yang keras. Dia sempat dilarikan ke RS Proklamasi, tapi sayangnya suami Newi ini tidak tertolong. "Hidung dan mulutnya keluar darah," jelas tetangganya usai memandikan jenazah Inem.

Diketahui, jalan sepanjang Batujaya-Rengasdengklok ini rawan kecelakaan, terlebih banyak diantaranya jalan bergelombang dan amblas yang tidak nampak. Meski begitu, pengendara yang lalu lalang kadang melaju dengan kecepatan tinggi. Apalagi, sepanjang jalan ini hampir tidak ada rambu-rambu lalu lintas. Setiap hari, Inem dan tukang becak lainnya memang sering terlihat di jalan raya ini, mereka menawar jasa pada para penumpang angkutan umum yang turun dari arah Tanjungpura maupun dari arah Batujaya. Kadang, Inem terlihat membawa belanjaan banyak di becaknya, kadang hanya penumpang satu-dua orang mengantar keperluan warga setempat.

Hingga kemarin, kendaraan jenis 'carry' ini masih dalam pengejaran Polsek Rengasdengklok. Saat kejadian, memang jalanan belum terang karena masih pagi, sehingga saksi kejadian tidak melihat jelas jenis kendaraan dan plat nomor, yang mereka tahu mobil itu langsung ngebut dan meninggalkan Inem terkapar bersimbah darah di pinggir saluran induk Rengasdengklok. (spn)

Heri, Camat Motivator Pakisjaya



"Untuk melakukan pemerataan pembangunan daerah, memang seharusnya pemerintah hanya merupakan motivator bagi masyarakatnya, sedangkan pelaksananya yaitu organisasi masyarakat (ormas) atau lembaga hukum. Jadi, dana pembangunan itu dari masyarakat atau ormas, sedangkan pemerintah hanya memotivasi atau hanya sebagai stimulan," kata Camat Pakisjaya, Heri Paryono, kepada RAKA, Minggu (10/8) siang di tempat kerjanya.

Sementara ini, lanjutnya, dana pengembangan masyarakat merupakan anggaran pemerintah dan yang melaksanakan pemerintah. Sedangkan 'stik holder' pemerintahan bergerak untuk mensukseskan pembangunan pemerintah dan mewujudkannya. Misalnya bidang kemasyarakatan dan kepedulian sesama warga, dana diambil dari masyarakat dan yang melaksanakannya yaitu ormas yang didukung. "Jadi yang merealisasikan bukan hanya pemerintah saja, karena pemerintah hanya sebagai penggerak untuk mencapai tujuan, karena pelaksanaannya oleh ormas dan untuk masyarakat. Nah, 'good goverment' di negara ini belum sepenuhnya kita laksanakan," ucapnya.

Dicontohkannya, semisal keberangkatan haji gratis dari infak dan shodaqoh warga Pakisjaya yang telah dia lakukan baru-baru ini, pelakunya adalah masyarakat dengan mengumpulkan dana infak dengan niat ikhlas karena mengharap ridho Allah dan manfaatnya untuk masyarakat sendiri, yaitu mengangkat satu-dua orang warga untuk pergi haji dari dana infak tersebut. Sedangkan pemerintah kecamatan adalah motivator untuk mensukseskan kegiatan tersebut.

"Saya hanya mengaplikasikan visi Kabupaten Karawang dan Propinsi Jawa Barat yang isinya iman dan taqwa, dengan Rp 12 ribu/tahun, mereka berharap dan berdoa pada Allah agar mendapat kesempatan pergi haji, hanya Rp 12 ribu/tahun dari infak dan shodaqoh itu, iman dan taqwa masyarakat akan bertambah-tambah. Dan kegiatan ini sekaligus mempererat ukuwah Islamiyah," jelasnya.

Saat ini, pelaksanaan tersebut masih jarang, bahkan pemerintah cenderung penyalur dana untuk kepentingan masyarakat. Sedangkan 'good government ini harus melibatkan semua unsur, semisal pihak swasta, masyarakat dan didukung penuh pemerintah. Makanya 'good government' di negeri ini belum berjalan, karena untuk menuju 'good government' ini pemerintah hanya motivator, jadi pelaku utamanya organisasi masyarakat dan partisipasi masyarakat.

Selama ini, kata camat, gagasan pergi haji dari infak dan shodaqoh belum dipresentasikan di Pemda Karawang, padahal kalau program sodaqoh ini diikuti kecamatan lain, maka manfaatnya akan besar. "Karena duit sodaqoh itu lebih bermanfaat untuk haji, dan undian itu sebagai sarana untuk keadilan, bukan undian judi. Dan program haji dari infak ini mengajarkan pada masyarakat, tangan diatas lebih mulia dibanding tangan dibawah, seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang selama ini mengajarkan masyarakat kita konsumtif. Untuk melihat program haji gratis ini, saya harap pemerintah tidak hanya berpikir komprehensip, saya ingin masyarakat sadar pentingnya keberdamaan dalam beribadah," katanya. (spn)

Rohani Kaget Dapat Tiket Haji Gratis



PAKISJAYA, RAKA - Siapa yang tidak senang dapat tiket haji gratis? Seperti yang dialami Rohani (32) warga RT 12/03, Desa Telukjaya, Kecamatan Pakisjaya. Dia mendapat 1 kuota pergi ke tanah suci gratis dari infaq dan shodaqoh Rp 12 ribu/tahun yang dikumpulkan dari 3.500 orang warga Kecamatan Pakisjaya.

Haru, kaget campur senang, itulah yang dirasakan ibu tiga anak ini. Suaminya Minin (35) hanya seorang buruh kasar, kuli traktor sawah yang tiap harinya memperoleh hasil bersih dari usahanya Rp 35 ribu. Namun, jika musim tanam berlalu, minim mendorong gerobaknya dan berjualan soto ayam, sementara Rohani membantu membuat bumbu masak untuk usaha suaminya ini.

Rumahnya bilik, jelas tertera stempel Rumah Tangga Miskin (RTM) pada dinding gubuknya. Ketiga anaknya masih duduk di bangku sekolah dasar, sedangkan yang bungsu belum sekolah, yaitu Maryani (12), Mu'inah (11) Dan Royadi (6). "Ketika saya daftar infak dan shodaqoh Rp 12 ribu/tahun, saya merasa yakin bahwa saya yang akan mendapat pergi haji gratis, ini bukan hanya perasaan, tapi hati saya mengatakan, saya lah yang akan pergi haji," kata Rohani menceritakan firasatnya saat dia infak Rp 12 ribu/tahun yang kemudian dananya dihimpun Ikatan Persatuan Haji Indonesia (IPHI) Kecamatan Pakisjaya.

Tetangganya, Ismail (40) di dampingi Ketua RT 12 Mu'min (65) menyatakan dukungannya pada Rohani yang sudah dipanggil Allah untuk datang ke tanah suci. Bahkan, Ismail meminjamkan beberapa buku panduan haji untuk dipelajari Rohani, supaya ibadah yang akan dijalankan Rohani ke Makkah jadi mantap. "Awalnya kami memang ragu dengan program camat yang mengatakan bisa memberangkatkan haji gratis dari dana infak, tapi setelah terbukti seperti ini, kami merasa yakin dan mendukung infak dan sodaqoh pada tahun depan, saya yakin peserta infak dan sodaqoh tahun depan akan lebih banyak," ujarnya.

Sedangkan Minin tidak pernah membayangkan istrinya mendapat satu kuota berangkat haji gratis dari hasil infak dan shodaqoh warga Pakisjaya. Namun begitu, Minin ikhlas dan rela istrinya pergi ke tanah suci untuk menyempurnakan ibadah. Dia juga berharap supaya IPHI Pakisjaya tetap melaksanakan kegiatan tahunan ini agar masyarakat miskin di Kecamatan Pakisjaya mendapat kesempatan pergi haji gratis, karena ibadah ini merupakan dambaan semua kaum muslim. "Saya ucapkan terima kasih pada Camat Heri, dengan gagasannya yang mulia ini istri saya bisa pergi haji," katanya terharu. (spn)

Lomba Mancing Tabur 2 Kwintal Lele




PAKISJAYA, RAKA - Lagi-lagi Camat Pakisjaya Heri Paryono membuat kegiatan besar bagi masyarakatnya. Kini dia menggelar mancing bersama di saluran sekunder dengan manabur 2 kwintal ikan lele. Dan diantara ikan tersebut dikasih pita yang bisa ditukar dengan hadiah televisi, VCD, mini compo dan hadiah 'door price' lainnya.

Kegiatan ini untuk memeriahkan kegiatan HUT RI ke-63, ini juga untuk menyalurkan kegiatan masyarakat yang gemar mancing sekaligus menyadarkan masyarakat tentang pentingnya kebersihan saluran sekunder agar tetap bersih. Dengan mancing ikan lele ini juga menambah gizi masyarakat.

"Semata -mata kita lakukan ini untuk gizi masyarakat melalui kegiatan mancing. Kegiatan ini kita lakukan sejak saya menjabat Sekertaris Camat Pakisjaya," kata Camat Heri, disela kegiatan, Minggu (10/8) siang. Mancing ini dilakukan di sepanjang saluran sekunder 500 meter di depan kantor kecamatan, tiap kedua ujung saluran ini ditutup jaring.

Selain lomba mancing juga lomba menangkap ikan dengan tangan di air atau disebut 'gogoh ikan' dan berhadiah, bagi yang mendapat ikan berpita bisa ditukar dengan hadiah yang tersedia. Pita warna kuning ditukar dengan TV warna, pita merah ditukar VCD, pita hijau untuk 'mini compo'. Sedangkan untuk 'gogoh ikan' pitanya warna biru untuk bisa ditukar TV warna. "Kalau tidak kita lakukan sekarang, jelang 17-an saya akan padat," akunya.

Kegiatan ini, aku camat, selalu berorientasi kemasyarakatan, semuanya sesuai dengan kepentingan masyarakat. Jelang 17 Agustus ini kegiatannya berangkai, diawali lomba mancing dan 'gogoh ikan' diteruskan kebersihan kantor desa dan dinas intansi, rally sepeda dan akhir kegiatan diadakan malam kesenian di halaman kantor kecamatan.

Sementara, beberapa warga yang mengikuti lomba mancing ini menyatakan, kegiatan ini perlu dilestarikan di Kecamatan Pakisjaya dan berharap kegiatan ini akan terus dilestarikan oleh pihak kecamatan. "Saya senang dan bahagia dengan kegiatan ini, karena sekarang Pakisjaya jadi semakin meriah sejak camat Heri melakukan banyak kegiatan kemasyarakatan," kata seorang warga. (spn)

Pramuka Harus Kembali ke Alam



PAKISJAYA, RAKA - Dasarnya pramuka yaitu dekat dengan alam. Harusnya, prasarana atribut pramuka lebih cenderung pada alam. Saat ini mulai berkembang penggunaan atribut pramuka yang tidak alami, misalnya penggunaan cat dan listrik untuk penerang tenda.

"Pramuka ini memiliki tujuan untuk mendidik, ketika anak pramuka kembali pada alam, mereka akrab dengan alam dan peduli pada lingkungan. Dan konsep jati diri manusia tersebut akan muncul dari jiwa pramuka," kata Kepala Sekolah SMPN 2 Pakisjaya, Titut Hartadi, Jumat (8/8) siang usai penutupan Jambore Ranting (Jamran) Kecamatan Pakisjaya di lapangan Bola Somih, Desa Teluk Buyung.

Titut mengatakan kini semuanya serba modern dan praktis, akibatnya banyak yang tidak tahan dengan alam. "Saya harap pramuka 'back to nature' agar siswa bisa bertahan pada kondisi alam apapun dan tidak tergantung pada keadaan yang modern. Selain itu, bisa eksis melestarikan alam di lingkungan tempat mereka tinggal," katanya.

Banyak yang bisa dimanfaatkan dari alam, misalnya untuk mewarnai gapura tenda, warnanya bisa diambil dari beberapa jenis pohon atau menggunakan kapur putih, ini juga merupakan eduksi penting bagi peserta pramuka. Sementara, penjelajahan pramuka memang masih alami, pada peserta pramuka telah diperlihatkan kondisi alam. "Kedepannya, saya harap siswa pramuka bisa hidup bersatu dengan alam dan eskis di alam manapun, karena pramuka tidak hanya di Indonesia tapi di dunia. Dan pramuka bisa manfaat bagi seluruh kehidupan, mirip seperti pohon kelapa, seluruh batang hingga buahnya bermanfaat tidak ada yang dibuang," ucapnya.

Diakuinya, SMPN 2 Pakisjaya juara umum dua kali berturut Pramuka Prasasti (Pramuka pasukan inti) diantara pembinanya adalah pengajar sekolah, yaitu Agus, Dina, Yani, Rahmat, Aday dan Fadilah. Dan Gudep Prasasti ini akan mewakili Jambore Cabang tingkat Kabupaten Karawang pada tanggal 13-14 Agustus 2008 mewakili Kecamatan Pakisjaya.

Di tempat sama, Ketua Pantia Perkemahan Jamran Pakisjaya, Darwis (35) mengatakan, khusus di Kecamatan Pakisjaya, setelah 20 orang pembina pramuka melakukan banyak pelatihan di tingkat kabupaten, kini di masing-masing gudep telah banyak pula melakukan latihan. Pembina itu telah ikut Kursus Mahir Lanjutan (KML) dan Kursus Mahir Dasar (KMD) Pramuka. Materinya tentang keagaaman, Perlombaan Baris Berbaris (PBB) dan 'skill' kepramukaan yang dilombakan di jambore kwaran Pakisjaya. "Kwaran Pakisjaya sangat mengharapkan ada bumi perkemahan di kecamatan ini, saya harap ada dukungan semua pihak untuk memiliki lokasi tenda perkemahan di kecamatan ini," ujarnya. (spn)

Meluncur dari Pohon Sawo




Pemetik Buah Tewas

JAYAKERTA, RAKA - Nasib nasib dialami Maman (45), warga RT 11/04 Dusun Pawanda, Desa Medang Asem, Kecamatan Jayakerta. Kamis (7/8) sekitar pukul 11.00 WIB, ayah empat anak ini tewas mengenaskan setelah meluncur dari pohon sawo setinggi 20 meter. Sebelum dinyatakan tewas pemetik buah-buahan ini sempat dilarikan ke RSUD Karawang.

Maman tewas sekitar pukul 16.00 WIB. Isak tangis menyelimuti rumah duka, terutama anak tertuanya Reni (18) tak henti berlinang air mata meratapi kepergian ayahnya. Apalagi istrinya Yayah (40) tak kuasa membendung kesedihan, karena pada saat kejadian dia menyaksikan suaminya melayang dari atas pohon dan menghantam tanah kering hingga tulang kaki dan tangan menusuk ke tanah, patah. Istrinya sempat melihat suaminya itu meringis kesakitan, tak tunggu waktu lagi Yayah berteriak minta tolong pada tetangganya. Kemudian Maman dilarikan ke dukun urut di Pedes.

Karena tukang urut tidak menyanggupinya, Maman dibawa ke Puskesmas Medang Asem, Kecamatan Jayakerta. Oleh puskesmas, Maman dirujuk ke RSUD Karawang menggunakan ambulan. Sampai di Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD, tubuh Maman tak lagi bisa menahan sakitnya, dia memang mengalami patah tulang serius. Kaki kiri remuk sedangkan yang kanan patah di paha, lalu tangan kanan patah dan dua tulang iga pun patah.

Sebelum meninggal, Maman sempat menanyakan seseorang temannya bernama Amid pada Agus yang saat itu membopongnya. Setelah Agus menjawab bahwa Amid tidak ada, Maman yang terkulai di pelukan Agus ini langsung menghembuskan nafas terakhirnya. Diketahui tetangganya, keseharian Maman adalah sebagai pemanjat pohon buah-buahan, hal itu dilakukannya sebagai nafkah bagi keluarganya. Dia selalu piawai manjat pohon, tapi entah kenapa kemarin Maman naas jatuh dari pohon sawo.

Dia dikenal baik dan tidak pernah mengecewakan tetangganya. Dengan kematiannya ini, para tetangga merasa kehilangan sosok yang dikenal ulet bekerja sebagai tukang petik buah-buahan. Tak, jarang Maman ini sering disuruh untuk memetik buah kelapa, jambu, mangga dan lainnya, karena memang di dusun ini banyak pohon-pohon tersebut. Dan Maman lah ahlinya memanjat pohon. (spn)

Karawang Masih Krisis Energi



*Optimalisasi Pemakaian Listrik Industri Masih Tarik Ulur

KARAWANG, RAKA - Surat Keputusan Bersama (SKB) lima menteri bukan untuk mengatur pemadaman bergilir tetapi pengalihan hari kerja. Hal ini sebagai upaya optimalisasi penggunaan energi agar sektor industri tetap bisa beroperasi.

Demikian kata Humas PLN APJ Karawang, Samsul Rizal kepada RAKA, Kamis (7/8) siang di ruang kerjanya. Menurutnya, SKB ini berawal dari krisis energi listrik Jawa-Bali. Dan setelah PLN mengalami devisit, pasokan Jawa-Bali sudah interkoneksi. Pasokan dari pembangkit Jawa Bali 16.000 MW, tapi permintaan jadi naik hingga 17.100 MW, berarti devisit 1.100 MW. Kalau dipaksakan pasti akan terjadi kerusakan pada pembangkit listrik.
Dengan adanya pasca itu, pembangkit yang menggunakan BBM mengalami perubahan pemebelian dan otomatis pasokan ke interkoneksi yang 16.000 MW berkurang. Kemudian, banyak pelanggan industri yang sebelumnya menggunakan pembangkit sendiri kini beralih menggunakan tenaga listrik dari PLN. Sementara PLN tidak menambah pasokan daya. Selain itu, belum terbiasanya masyarakat kita hidup hemat, kecenderungan konsumtif membeli alat elektronik tanpa memperhitungkan kapasitas listrik di rumah.

Sehingga pertumbuhan suplai (pembangkit) tidak dapat mengimbangi pertumbuhan permintaan konsumen. Terlebih beberapa unit pembangkit listrik mengalami gangguan pemeliharaan. Dan investasi untuk membangun pembangkit untuk mengejar pertumbuhan permintaan daya listrik ini terbatas. Dan devisit daya itu terjadi pada hari kerja Senin-Jumat, yaitu sekitar 600 MW. Sementara Sabtu-Minggu malah banyak daya yang tidak terpakai (base load) sekitar 1000 MW pada Sabtu dan 2000 MW pada Minggu.

Sementara itu, Bupati Karawang Drs. H. Dadang S. Muchtar sebagai pendukung SKB lima menteri dan membuat peraturan Bupati Karawang Nomor 23 Tahun 2008 tentang pengoptimalan beban listrik melalui pengalihan waktu kerja pada sektor industri di Kabupaten Karawang. Dia melaksanakan ketentuan Peraturan Bersama Menteri Perindustrian Nommor 47/M-IND/PER/7/2008, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 23 Tahun 2008, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.13/MEN/VII/2008, Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2008 dan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-03/MBU/08 tanggal 14 Juli 2008 tentang pengoptimalan beban listrik melalui pengalihan waktu kerja pada sektor industri di Kabupaten Karawang.

Dalam peraturan itu tertulis, perusahaan industri setiap bulannya wajib mengalihkan satu sampai dengan dua hari waktu kerja pada hari Senin sampai dengan Jumat ke hari Sabtu dan Minggu, sesuai pengelompokan atau klaster dan jadwal pengalihan hari kerja yang akan disusun oleh PT. PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten, Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Karawang.

"Memang mengalihkan hari kerja Sabtu-Minggu itu tidak semudah membalikan tangan. Ada kategori pelanggan yang SKB dan non SKB, kalau yang masuk SKB selama lima hari kerja dan dua hari libur, sedangkan non SKB tujuh hari kerja dan tidak ada hari libur. Namun, meski 7 hari tidak libur dalam sebulan harus ada libur menggunakan energi listrik," ucapnya. (spn)

SMPN 2 Jayakerta Dibangun




*Terkait Pembangunan Unit Sekolah Baru

JAYAKERTA, RAKA - Gedung-gedung sekolah yang telah dibangun secara estafet oleh Pemerintah Karawang merupakan program pendidikan berkelanjutan yang dibiayai pemerintah dan digunakan oleh masyarakat.

Demikian Kasubag Pengedalian Pembangunan Dalprog Kabupaten Karawang, Momon S Pradja saat dia meninjau unit sekolah baru (USB) SMPN 2 Jayakerta, Rabu (6/8) siang. "Saya hanya memantau, kita lebih menekankan pada ke pengawas Cipta Karya untuk melihat fisik bangunan. Dan saya titip pada pihak sekolah dan komite agar gedung yang telah dibangun ini dirawat," katanya.

Di tempat sama, Pembina OSIS SMPN 2 Jayakerta Cacan S.Pd menjelaskan, sekolah SMPN 2 Jayakerta yang lokasinya di Kampung Pawanda, Desa Medang Asem, Kecamatan Jayakerta, sudah lama diharapkan guru-guru SD dan masyarakat Desa Medang Asem dan Cipta Marga. Karena sebelumnya SMPN ini kelas jauh dari SMPN 1 Jayakerta, waktu itu siswa masih numpang belajar di SD-SD setempat. Kini, dengan bangunan baru, sekolah yang dulunya kelas jauh ini telah mandiri dan kedepannya akan lebih leluasa mengembangkan siswa didik dengan segala fasilitas sekolah yang dimiliki.

Sebelumnya, SMPN 2 Jayakerta telah memiliki 4 ruang kelas baru, kini telah membangun tiga kelas baru lagi diatas lahan yang dimiliki 10.219 meter persegi. Lahan seluas ini tiap tahun akan terus dibangun kelas dan ruang belajar lainnya. Sedangkan, jumlah siswa kelas 1 sekitar 330, kelas 2 sebanyak 220, kelas 3 sekitar 212.
Menyikapi pernyataan Momo, Cacan menyatakan akan menjaga gedung sekolah ini sebaik-baiknya. "Apalagi saya sebagai deklalator sekolah ini bersama rekan-rekan guru lainnya, SMPN 2 Jayakerta ini seperti milik sendiri. Saya ucapkan terima kasih pada Pemda Karawang yang sudah merealisasikan dan peduli terhadap pendidikan," ungkapnya.

Pada Penerimaan Siswa Baru (PSB) tahun ini masyarakat setempat sempat pesimis, diduga minat sekolah ke SMPN 2 Jayakerta ini sangat minim. Apalagi masyarakat mengetahui, sebelum memiliki gedung di Dusun Pawanda ini, siswa SMPN 2 Jayakerta belajar selonjoran di lantai di sekolah dasar yang belum memiliki kursi-meja. Namun, hasilnya memuaskan, banyak lulusan SD yang mendaftar ke sekolah ini.

Selain itu, pihak SMPN 2 Jayakerta ini mengupayakan jika tiga kelas baru telah selesai, maka semua siswanya bisa masuk pagi, mengingat proses belajar mengajar siang hari waktunya sempit. "Namun, saya harapkan ada respon dari pemerintah setempat untuk membuat jalan setapak dari jalan raya menuju sekolah bagi akses siswa. Dan pembuatan jalan itu merupakan program terakhir kami," ujarnya.

Pembangunan tiga kelas tambahan ini dari dana APBD tahun 2008 yaitu sekitar Rp 186 juta, diperkirakan pekerjaanya hanya memakan waktu sebulan sejak 28 Juli 2008. Dan pada tahun mendatang, berencana akan mendapat 3 kelas lagi, dengan fasilitas ruang kantor, lab, mushola, perpustakaan dan toilet sekaligus towr beton untuk air bersih, termasuk alat tulis sekolah. (spn)

Louncing Haji Pakisjaya




dari Dana Infak dan Shodaqoh


PAKISJAYA, RAKA - Tahun ini, yang terpilih berangkat haji sebanyak 1 kuota dari dana infak dan shodaqoh Rp 12 ribu/tahun dari masyarakat Kecamatan Pakisjaya yaitu Rohani warga Kampung Baru II, RT 12/04 Desa Telukjaya. Tidak hanya itu saja, tokoh masyarakat Cibuaya, H. Anawi nyumbang 1 kuota dan undiannya jatuh pada Kapolsek Pakisjaya Hermawan yang juga akan berangkat ke tanah suci.

Sedangkan Camat Pakisjaya Drs. Heri Paryono mendapat kemuliaan pergi haji gratis pemberian dari seorang pengusaha Jakarta bernama Muhammad Faidzin, tapi dia menghibakan kuota itu pada guru ngaji setepat Ust. Mustopa. Pengumpulan dana infak dan shodaqoh berlangsung sejak Maret hingga Agustus 2008. Infak ini dikumpulkan dari 3.500 peserta infak dan shodaqoh pemberangkatan haji warga Pakisjaya. Hanya Rp 12 ribu/tahun, tiap peserta memperoleh kesempatan pergi haji.

Gagasan Camat Drs. Heri Paryono ini dianggap sukses dan merupakan cikal bakal pemberangkatan haji melalui infak dan shodaqoh pada tahun-tahun mendatang. "Program ini tidak begitu saja mudah dilakukan, karena selama proses pelaksanaanya banyak yang pesimis dan tidak memahami tujuan saya yang sebenarnya, tapi dengan 'lounching' pertama ini, mudah-mudahan bermanfaat dan akan terus dilakukan pada tahun mendatang," katanya usai kegiatan louncing pemberangkatan haji dari dana infak dan shodaqoh, Selasa (5/8) sore.

Selanjutnya, dia menginginkan membuka jaring seluas-luasnya pada masyarakat melalui sosialisasi tentang program infak dan shodaqoh pemberangkatan haji ini. Dia berharap, pembayaran shodaqoh itu 'on line' di Bank Rakyat Indonesia (BRI), sehingga masyarakat manapun diluar Kecamatan Pakisjaya bisa menjadi pesertanya. Selama ini, pembayaran infak masih terpaku pada BRI Unit Pakisjaya. "Jika sudah 'on line' kedepannya peserta infak ini bisa nasional. Namun, ini baru rencana, memang yang jadi peserta infak dan shodaqoh pemberangkatan haji ini tidak hanya untuk warga Pakisjaya saja, tapi bagi semua umat Islam," ungkapnya.

Diakui camat, untuk menjalankan infak dan shodaqoh beramal mulia ini, dia harus melakukan beberapa tahapan, diantaranya sosialisasi selama 3 bulan yaitu ke masjid, majlis dan para ulama setempat. Selain itu komitmen dari hasil sosialisasi dengan mengundang para ulama. Setelah itu membentuk lembaga Ikatan Pemberangkatan Haji Indonesia (IPHI) beserta seksi-seksinya, lalu bintek warga dan IPHI, kemudian MoU dengan BRI untuk membentuk rekening IPHI. Setelah itu pengumpulan dana hingga akhirnya pengundian. "Pengundian ini supaya terbuka, bukan mengadu nasib, itu tahapan yang saya lakukan, setiap tahapan mengandung resiko yang berat bahkan banyak hujatan dari orang-orang yang pesimis," ucap camat.

Pada pengundian untuk menentukan peserta infak dan shodaqoh yang beruntung berangkat haji tahun ini, di lapangan terbuka kecamatan ini pun digelar tabligh akbar dengan mengundang penceramah kondang Ust. Jefri yang akrab disapa Uje. Pada kesempatan sama, Wakil Bupati Karawang Hj. Eli Amalia memberi sambutan dan mendukung program yang dilakukan Camat Pakisjaya ini. (spn)

BLT Gagal Cair Awal Agustus 2008




Ribuan Gakin Pedes Mengaku Kecewa

PEDES, RAKA - Ribuan keluarga miskin (gakin) di Kecamatan Pedes kembali menelan kekecewaan menyusul tertundanya kembali pengucuran dana bantuan langsung tunai (BLT) di Kabupaten Karawang. Padahal sebelumnya beredar informasi dana tersebut bakal cair pada awal Agustus ini.

Ungkapan kekecewaan itu dilontarkan sejumlah warga desa di kecamatan tersebut. Seperti dikemukakan Wangsih (28) warga Dusun Pedes I, Desa Payungsari, Kecamatan Pedes, Selasa (5/8). Ibu enam anak ini mengaku kecewa setelah tahu dana bantuan langsung tunai yang ditunggu-tunggunya ternyata gagal dikucurkan.
"Tadinya saya pikir dana itu cair bulan Agustus ini. Kalau dana itu turun kan bisa saya belikan minyak tanah dan kebutuhan pokok lainnya," ungkap Wangsih yang juga buruh tani di dusunnya. Diakui Wangsih, selama ini dia menutupi kebutuhan dapurnya dari hasil menjadi buruh tani.

Sementara suaminya bekerja secara serabutan. Dan itupun belum tentu setiap hari mendapat pekerjaan. "Suami saya dapat uang harian kalau ada kerjaan, tapi kalau tidak ada yang nyuruh, kami tidak punya duit," katanya. Sehingga dengan kondisi seperti itu otomatis pekerjaan yang ditekuni Wangsih menjadi tiang rumah tangga dikeluarganya.

"Kalau tidak kesawah yang dari mana bisa beli beras," kata Wangsih. Demikian sulitnya kehidupan Wangsih. Sehingga anak pertamanya berhenti sekolah dasar dua tahun lalu saat duduk di kelas dua lantara tidak punya biaya. Dan anak keduanya kini duduk di kelas dua sekolah dasar, sedangkan anak ketiga hingga keenam masih kecil dan belum sekolah. Terlebih rumahnya kecil dan reyot, ukuranya pun kecil hanya 4x2 meter, di dalamnya satu kamar tanpa ruang dapur khusus. Tidur dan masak tumplek dalam satu ruang.

Hal serupa dialami mertuanya, Awik (67) dia tinggal dalam rumah bilik dengan ukurannya lebih kecil dibanding mantunya Wangsih. Rumah yang berlantai tanah itu tidak memiliki apapun kecuali hanya sekedar tempat tidur. Begitupun dengan beberapa rumah lain disekitarnya, di lingkungan ini kehidupan dan ekonomi masayarakat hampir serupa, semuanya tergolong dalam keluarga miskin yang hanya bertumpu pada bantuan pemerintah.

Camat Pedes, Drs. Ade Sudiana ketika dikonfirmasi menjelaskan, data verifikasi desa sudah masuk ke kantor Kecamatan Pedes dan sudah disampaikan ke kantor Pos Karawang untuk dicetak kartunya. Tercatat penerima BLT di kecamatan ini sebanyak 10.186 kepala keluarga (KK). Hingga kemarin, camat masih belum mengetahui tanggal pencairan dana itu dan masih dalam proses. "Saya harap warga bersabar, pencairan dana ini sedang dalam proses," katanya. (spn)

Dana Pilkades Menggelembung




Balon Kades Tak Sanggup Tutupi Dana Tambahan

BATUJAYA, RAKA - Meski hanya memiliki calon tunggal, anggaran Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Teluk Ambulu, Kecamatan Batujaya bengkak hingga Rp 49.860.000. Sedangkan hitung-hitungan Forum Masyarakat Transparansi (Format), untuk pelaksanaan pilkades yang akan digelar 30 Agustus 2008 itu hanya Rp 28.845.000.

Ketua Format Desa Teluk Ambulu, Ahmad Subhan menjelaskan kepada RAKA, Senin (4/8) siang, secara geografis Desa Teluk Ambulu, dana sebesar itu akan menghambat balon kades maju dalam percaturan pilkades mendatang. Dia sangat mengkhawatirkan calon tunggal yang notabene telah teruji kesetiaannya pada warga akan mengundurkan diri sebagai balon kades. Padahal dia memiliki program yang nyata untuk masyarakat.

"Mari kita atasi ini dengan nurani, agar pelaksanaan pilkades bisa kondusif, karena pilkades tahun lalu saja hanya menghabiskan dan Rp 16 juta, dengan jumlah Rp 49 juta-an mental balon kades bisa jatuh. Saya ingin Anwar tidak punya hutang setelah pilkades berlalu. Saya khawatir, dengan pendaftaran yang besar ini, kedepannya kepala desa akan garuk uang rakyat," jelasnya.

Menurutnya, panitia 11 punya hak untuk merancang dan tidak bisa diintervensi pihak manapun dalam menetapkan dana pilkades. Dan setelah menetapkan anggaran pilkades, panitia 11 menyerahkan rancangan anggaran ke Badan Permusyawaratan Desa (BPD). "Alangkah bagusnya selama pilkades ini kita melihat nurani, jangan membicarakan jumlah anggaran dana yang besar. Sekarang, masyarakat sudah tanda tangan dan menyatakan tidak setuju dengan anggaran pilkades Rp 49 juta-an ini," ungkapnya.

Dalam surat pernyataan yang ditanda tangani warga itu tertulis, setelah mencermati dana anggaran pilkades, masyarakat mengkhawatirkan tidak ada yang berani mencalonkan apalagi kondisi sumber daya desa hanya mengandalkan penggarap sawah, masyarakat berharap kepada pihak terkait untuk bisa mengurangi anggaran dana pilkades agar demokrasi yang menjadi program Kabupaten Karawang bisa terlaksana dengan kondusif. "Saya tidak ingin calon ini menanggung hutang setelah pilkades berlalu," kata Ahmad Subhan.

Ketua Panitia Pilkades Teluk Ambulu, Kecamatan Batujaya, Kusnadi S.Pdi, menjelaskan, Rp 49.860.000 itu untuk keperluan pilkades, tidak melihat jumlah calon kepala desa yang naik ke panggung pilkades, meski ada empat calon dana itu tetap dan tidak berubah. Hak pilih di desa ini sekitar 4000 jiwa lebih dengan pintu masuk pelaksanaan pilkades sekitar 8 pintu dari tiga dusun dan 8 RT. "Perhitungan Rp 49.860.000 ini bukan berdasarkan jumlah calon, tapi kebutuhan pelaksanaan pilkades," ucapnya.

Kata Kusnadi, secara adminitrasi belum ada yang daftar menjadi balon kades lagi kecuali hanya ada satu yaitu mantan kades Anwar Sugawir, dia diketahui masyarakat memiliki kinerja dan reputasi baik di mata masyarakat. Sehingga, ketika dia mencalonkan lagi, tidak ada satu pun berani tampil sebagai calon kades, karena sudah diketahui umum Anwar Sugawir lah yang terbaik. Dan jika Anwar tiba-tiba mengundurkan diri, maka akan banyak balon kades bermunculan.

Dana pilkades Rp 49.860.000 itu, lanjutnya, berdasarkan musyawarah antara BPD dan panitia 11, dalam musyawarah itu merancang dana kebutuhan pilkades. Dana itu berdasarkan hasil rapat dan BPD sendiri yang mengesahkan dana itu, tapi dana anggaran pilkades hasil rapat pada 30 Juli 2008 lalu itu belum disodorkan ke kecamatan. Kalau saya sih silahkan saja dananya sebesar itu, karena dana yang diajukan ini kan baru wacana," katanya. (spn)

DPT Ganda Tersebar di Dengklok




RENGASDENGKLOK, RAKA - Data Pemilih Tetap (DPT) pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) beberapa waktu lalu ternyata banyak yang ganda. Hal ini terbukti pada saat panitia Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Rengasdengklok Utara melakukan pendataan ulang hak pilih di desa tersebut.

Data hak pilih Pilgub Jawa Barat itu tetap memasukan warga yang telah meninggal dunia, yang telah pindah bahkan ada satu nama tapi terdata hingga dua kali di dusun yang berbeda. Untuk meluruskan hal ini, Kaur Kesra juga Seksi Pendataan Hak Pilih Desa Rengasdengklok Utara, Zaenal Arifin, menegaskan pada setiap RT untuk menyisir kembali data hak pilih jelang pilkades yang akan digelar 30 Agustus 2008 mendatang.

"Daftar Pemilih Tetap pada Pilgub banyak yang ganda, sedangkan pada pilkades mendatang kita akan data keakuratannya," katanya kepada RAKA, Minggu (3/8) siang. Beberapa dusun telah didata dengan baik, yaitu Dusun Jati, Kalijaya I, Kalijaya II, Cikangkung Barat I, Cikangkung Barat II dan Cikangkung Timur, data hak pilihnya sudah sesuai, kini tinggal penyisiran pendataan ulang bagi yang belum tercatat sebagai pemilih susulan.

Sedangkan, Dusun Balongjambe dan Krajan data hak pilihnya masih belum disesuaikan, karena pada Pilgub banyak data ganda. Pada Pilgub Balongjambe tercatat 948 orang, tapi menurut pendataan ulang pilkades tercatat 613 hak suara. Data sementara pemilih Pilkades Rengasdengklok Utara, sekitar 11.201 orang yang masuk 30 Juli 2008 lalu, hingga kini pihaknya masih mengintruksikan pada RT untuk menyisir agar jangan ada hak pilih yang tertinggal.

"Sekarang kami sedang menyamakan data pilkades dengan pilgub, pada pilgub tercatat sekitar 11.887 hak suara di desa ini. Di desa ini, diperkirakan sekitar 11.300 orang yang memiliki hak pilih murni pada pilkades mendatang. Sekarang masih penyisiran dan ditunggu hingga 18 Agustus 2008 untuk kemudian ditetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT)," ucapnya.

Hingga kemarin, bakal calon kepala desa yang positif naik ke panggung pilkades diantaranya A. Enin Saputra, Sambas dan A. Setiawan. Satu diantaranya telah mengundurkan diri secara tertulis yaitu Endang. Selama ini, ketiga balon itu sudah dikenal masyarakat, memang banyak juga yang masih belum kenal dekat, apalagi visi misinya. "Sementara ini, calon kuat masih tertuju pada mantan kades, tapi tidak menutup menutup kemungkinan balon kades lainnya akan menyaingi suara mantan kades lama," jelasnya. (spn)

Garuk Terminal Dengklok Harus Digaruk



RENGASDENGKLOK, RAKA - Masyarakat Rengasdengklok mulai resah akibat aksi tukang ojek dan tukang becak di Terminal Rengasdengklok. Mereka menghentikan angkutan persis di depan terminal untuk mengambil penumpang angkutan tersebut. Padahal biasanya jalur angkutan hingga ke Pasar Rengasdengklok.

Ketua Persatuan Angkutan Umum Rengasdengklok (Persukad), Yayat S, mengatakan itu Jumat (1/8) kepada RAKA. Tidak hanya dia juga menginginkan agar terminal Rengasdengklok digaruk saja dan lahannya dijadikan kantor dinas pemerintahan atau sejenisnya. Apalagi sejak dibangun terminal ini memang tidak difungsikan. Alasannya, terminal ini jauh dari pusat pasar Rengasdengklok. Untuk mencapai pasar, maka penumpang yang turun dari terminal harus naik angkot lagi atau becak. "Sebaiknya terminal ini digaruk saja dan diratakan karena setiap jelang Lebaran Idul Fitri selalu menggundang pertikaian antara sopir angkot dan tukang ojek," katanya.

Dilanjutkan Yayat, pemerintah harus mampu memulihkan kondisi seperti itu, karena pihak kepolisian setempat kadang tidak mampu merelai perkelahian antara sopir angkot dan ojek. Apalagi penumpang yang punya ongkos pas-pasan, selain diperlakukan tidak wajar, yaitu dipaksa turun dari angkot, mereka juga lelah jika harus berjalan kaki sepanjang 1 km dari terminal hingga Kota Rengasdengklok menuju angkot jurusan Batujaya atau Pedes yang mangkal di Karanganyar, perbatasan Kecamatan Rengasdengklok dan Kecamatan Kutawaluya.

Hal senada dijelaskan Humas Persukad, M. Urin, harusnya ojek dan becak ini santun dan menghormati penumpang yang lelah berpuasa. Ojek dan becak juga harusnya menunggu angkot di dalam terminal, tanpa harus memaksa pun penumpang pasti akan sadar, karena mereka butuh jasa angkutan, jadi tidak harus dipaksa turun dan ditarik-tarik naik ojek dan becak. Kata Urin, memang sulit mengatasi hal ini, karena semua tukang ojek dan becak sama-sama ingin memperoleh penumpang. "Memang benar, harusnya terminal ini dipugar dan selanjutnya pemerintah mendirikan bangunan baru yang lebih bermanfaat," ucapnya.

Terminal yang ideal, kata Urin, memang harus dekat dengan pasar, seperti pembangunan pasar dan terminal yang sempat digarap PT. Kaliwangi. Diakuinya terminal seperti itulah yang cocok untuk kultur Rengasdengklok. Jika saja tidak ditentang Pedagang Kaki Lima (PKL), kemungkinan kejadian tahunan setiap bulan puasa jelang lebaran di terminal Rengasdengklok ini tidak akan terjadi.

"Kita semua ingin ketenangan, jika penumpang dipaksa turun hingga keluar emosi dan perkelahian maka jelas terminal ini 'mudhorot' tidak bermanfaat. Saya setuju jika terminal ini digaruk, diratakan dan dibangun sarana lain yang bermanfaat bagi masyarakat," jelasnya.

Warga Rengasdengklok, Didin menyatakan, sejak awal terminal itu hanya menuai perkelahian. Bahkan tidak sedikit pemudik yang kecopetan saat turun dari angkot. Ini disebabkan tukang ojek dan becak saling berdesakan berebut penumpang. Tidak jarang pula, tukang ojek dan becak bersikap 'seronoh' pada penumpang kaum hawa. "Saya setuju jika di terminal itu dibangun gedung sanggar kesenian, karena selama ini belum ada di Rengasdengklok," tukasnya. (spn)

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan