Banjir Dengklok Naik-Turun

Saturday, February 7, 2009

RENGASDENGKLOK, RAKA - Para pengungsi banjir di Dusun Kalijaya I dan Dusun Kalijaya II, Desa Rengasdengklok Utara dan di Dusun Krajan A Desa Kertasari, Kecamatan Rengasdengklok memilih bertahan dalam tenda-tenda pengungsian meski banjir tampak surut, mengingat banjir yang merendam ratusan rumah di dua desa itu cenderung naik-turun.
 
Banjir yang dianggap warga setempat sebagai parcel tahunan ini terjadi akibat tidak ada saluran-saluran air pembuang. Kampung di perbatasan dua desa itu diketahui bekas saluran air atau yang sering disebut-sebut 'kali mati' atau saluran sungai yang sudah tidak digunakan dan berlangsung bertahun-tahun lamanya. Seiring waktu, tumbuh pemukiman dan hampir menutupi lahan tersebut.
 
Kendati demikian, beberapa warga pun mengklaim banjir terjadi akibat berdirinya pabrik-pabrik kerupuk di sekitar tiga dusun tersebut, karena di lahan pabrik itu sebelumnya ada saluran-saluran air pembuang yang kini tertutup. Meski begitu, warga tidak terlalu mempersoalkan saluran air pembuang yang tertutup pabrik kerupuk, karena memang sebelumnya pun pemukiman di tiga dusun ini selalu kebanjiran, hanya saja banjirnya tidak separah sekarang.
 
Meski air banjir di tiga dusun itu tampak naik-turun, ketinggian air di dalam kampung tersebut masih setinggi selutut hingga sedada orang dewasa. Surutnya air hanya terbilang sedikit dibanding air naik akibat guyuran hujan. Di dalam tenda pengungsian, beberapa warga tampak lusuh dan merasakan ketidaknyamanan mereka selama musim hujan ini, pasalnya setiap musim hujan mereka harus tidur di luar rumah mereka yang hangat dan harus rela kedinginan dalam tenda-tenda pengungsian.
 
 
Beberapa warga setempat menyatakan, banjir tahunan ini memang sudah sangat meresahkan, pasalnya pihak pemerintah belum juga mengabulkan keinginan warga untuk membangun saluran air pembuang, agar air hujan yang menggenangi rumah mereka tidak mengantung. "Banjir ini selalu terjadi sudah bertahun-tahun, tapi pemerintah belum membangun saluran air pembuang supaya air hujan tidak terlalu lama merendam rumah-rumah," kata warga Kalijaya II, Aan (41) pada RAKA, kemarin. (spn)
 
 

Partai Golkar Fogging Pemukiman Endemik DBD

Petugas fogging di saat melakukan pengasapan di Dusun Warudoyong.
 
 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Hingga awal Februari 2009, Dinas Kesehatan Karawang mencatat sebanyak 127 penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) se-Kabupaten Karawang, tiga diantaranya meninggal dunia, termasuk warga Dusun Warodoyong Selatan, Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok.
 
Untuk mengatisipasi mewabah DBD ini, anggota DPRD Fraksi Golkar Kabupaten Karawang, H. Deni Nuryadi, SH, melakukan fogging di Dusun Blokraton, Desa Rengasdengklok Selatan, Jumat (6/2) siang. Dusun ini telah dinyatakan daerah endemik demam berdarah, menyusul beberapa diantara warganya Rengasdengklok menderita DBD beberapa bulan lalu.
 
Fogging ini dilakukan Jumat pagi hingga siang, hanya diselang Sholat Jumat. Diketahui, di Desa Rengasdengklok Selatan ini tercatat 5 kasus DBD selama tiga bulan terakhir, satu diantaranya meninggal dunia, yaitu warga Dusun Warudoyong Selatan. Dan tindakan fogging ini dimaksudkan untuk memutuskan mata rantai penyebaran DBD di lingkungan yang dinyatakan endemik atau daerah yang sudah pernah terjadi kasus DBD. "Tindakan untuk pencegahan terhadap DBD, langkah terbaik yang harus dilakukan adalah dengan 3M yakni, menutup,menguras, mengubur barang bekas," terangnya.
 
Diketahui, penderita DBD di Dusun Blokraton bernama Suhadi (18) dan dia sudah dinyatakan sehat setelah dirawat di RSUD Karawang bulan lalu. Pada fogging yang dilakukan Deni kemarin, telah mengerahkan tiga mesin fogging yang dipinjam dari Dinas Kesehatan Karawang, sedangkan biaya operasional ditanggung Deni Nuryadi. Fogging ini menyemprot sebanyak 7 RT di Dusun Blokraton.
 
Kata Deni, harusnya setiap Puskesmas Pusat di 30 kecamatan se-Kabupaten Karawang memiliki alat fogging. Jika ada penderita DBD, tidak perlu lagi mengajukan fogging ke Dinas Kesehatan Karawang, melainkan bisa mempercepat fogging untuk mencegah warga lainnya terjangkit. "Jadi penangannya tidak lambat, jika ada penderita positif DBD bisa langsung dilakukan fogging. Mudahan-mudahan di APBD Karawang tahun 2009 ini dianggarakan untuk pembelian alat fooging yang nantinya disimpan di setiap Puskesmas kcamatan," ucapnya.
 
Diakuinya, sebagai wakil rakyat Karawang, dia sangat menegaskan 3M karena fogging hanya bersifat prefentif. Dan fogging yang dilakukannya ini merupakan bentuk kepeduliannya dalam merespon aspirasi masyarakat. Diantaranya, menerima aspirasi, kemudian mengusulkan dan menindak lanjuti kondisi masyarakat. Apalagi, kata Deni, kesehatan ini termasuk program yang digembar-gemborkan pemerintah.
 
Saat ini, lanjutnya, curah hujan sangat tinggi dan sangat rawan terjadi wabah DBD. "Apabila curah hujan tinggi, kita tidak bisa laksanakan fogging, tapi kita selalu minta data-data kepada desa dan Puskesmas setempat mengenai penderita DBD. Dan ternyata di Dusun Blokraton selalu ada warga kena wabah DBD," ujarnya. (spn)
 
 

SMPN 1 Kutawaluya Salurkan Dana Bagus

Pembagian uang Bagus kepada orang tua siswa di SMPN 1 Kutawaluya.
 
 
KUTAWALUYA, RAKA - Sebanyak 162 siswa kelas 8 dan 9 SMPN 1 Kutawaluya mendapat Bantuan Gubernur Untuk Siswa (Bagus), Jumat (6/2) siang. Bantuan uang sebesar Rp 500 ribu ini langsung diberikan pada orang tua siswa yang tidak mampu.
 
Kepala SMPN 1 Kutawaluya, Drs. Yayat Rukhiyat menjelaskan, bantuan ini harus digunakan untuk keperluan siswa diantaranya, pakaian seragam sekolah, pakaian seragam khusus sekolah, pakaian pramuka, pakaian olah raga, sepatu, tas sekolah, alat tulis dan buku tulis. Untuk pembelian barangnya diserahkan pada orang tua siswa masing-masing.
 
Dan Bagus ini merupakan bantuan pertama dari gubernur untuk siswa dari keluarga miskin di sekolah ini. Sementara itu, pihak orang tua sangat menyambut bantuan ini untuk meringankan beban mereka selama melengkapi putra-putrinya, terutama seragam dan peralatan sekolah.
 
"Dengan adanya bantuan ini, kami menghimbau pada orang tua siswa, agar anaknya sekolah sampai tuntas hingga lulus. Ini adalah salah satu upaya pemerintah untuk menuntaskan wajardikdas 9 tahun. Apalagi bantuan ini diberikan langsung kepada orang tua siswa," ucapnya.
 
 
Dana bagus merupakan dana bantuan sosial bersumber dari APBD Provinsi Jawa Barat yang diberikan untuk siswa. Ini dalam rangka percepatan penuntasan wajar dikdas 9 tahun, fase akhir tahun 2008, yang ditetapkan berdasarkan keputusan gubernur Jawa Barat Nomor 910/Kep.141 Dal.Prog/2008 tentang persetujuan pengesahan DPA APBD Jawa Barat.
 
 
Proses penetapan penerima Bagus melalui tahapan pendataan dengan menggunakan format keluarga tidak mampu. Sesuai ketentuan, pada tahun anggaran 2008 ini, jumlah dana Bagus yang dialokasikan sebesar Rp 42.200.000.000 yang diperuntukan bagi 84.400 anak yang tercatat sebagai siswa aktif di SMP/MTs se-Jawa Barat. (spn)
 
 
 

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan