Wisata Kuliner & Seni Budaya Saung Beureum Rengasdengklok

Saturday, September 12, 2009


Bagi anda yang menyukai masakan khas Sunda plus panoramanya, tentunya Saung Beureum adalah tempat yang wajib dikunjungi jika anda mengunjungi Rengasdengklok, Kabupaten Karawang. Di sini, semua jenis masakan Sunda disediakan dengan cita rasa khas warisan leluhur. Anda bisa menikmati semua hidangan itu di dalam saung-saung bambu yang sejuk. Mau?



Lokasinya di Desa Amansari, Kecamatan Rengasdengklok, jika dari arah Tanjungpura, Saung Beureum ini ada disebelah kanan jalan, kira-kira 1 km sebelum masuk Kota Rengasdengklok. Saung Beureum yang memiliki area 3000 meter persegi ini lengkap dengan kolam ikan yang disediakan bagi penggemar mancing. Usai mancing, ikannya bisa digoreng atau dibakar untuk disantap, wah pasti nikmat. Di Saung Beureum ini disediakan satu 'bale sagala guna' atau ruang serba guna. Selain itu ada saung radio fm, saung padepokan seni dan lainnya. Sedangkan tiap saung makan dikasih nama dengan nama-nama alat musik Sunda, misal suling, kendang, angklung dan lainnya.


Ini supaya Saung Beureum memiliki kesan sebagai tempat seni budaya Sunda, seperti dikatakan pemiliknya Ir. H. Herman El Fauzan kepada Radar Karawang, alumnus ITB (Institut Teknologi Bandung) tahun 1989 ini sengaja menciptakan tempat makan dengan wisata kuliner & seni budaya. Selain pengunjung diajak goyang lidah mencicipi masakah leluhur Sunda, juga disajikan alam Sunda dengan musik-musik khas Sunda.


Menurutnya, jika bukan orang Sunda, siapa lagi yang mau memberdayakan kuliner & seni budaya Sunda. Nah, yang lebih menyentuh lagi, pelayan-pelayan Saung Beureum yang cantik-cantik dan gagah-gagah ini akan menyapa pengunjung dengan Bahasa Sunda, tutur kata yang santun dan lembut akan membuat pengunjung benar-benar berada di dalam lingkungan tataran Sunda yang asli, mengingat selama ini, kebanyakan orang Sunda merasa asing dengan Bahasa Sunda dan lebih sering bicara Bahasa Indonesia.


Kata Herman, di Saung Beureum tidak ada menu istimewa, karena semua adalah istimewa. Diakuinya, dia hanya menjual masakan budaya, soal tempat makan hanya dimodivikasi sedikit menyerupai masyarakat Sunda umumnya, jika mereka makan di sawah dan saung ini memang dibuat alami, bahkan tidak ada satu pun bangunan yang dibuat dari semen, kecuali dari bambu dan jerami.



Semua Menu Istimewa
Masakan tempo dulu ada disini, tidak ada yang modern, tidak ada menu yang istimewa, karena semua menu adalah istimewa. Nama masakan pun tidak mengadopsi dari masakan modern, seperti tumis kangkung tidak akan disebut capcai, ini untuk mempertahankan keaslian masakan Sunda, tergantung nanti selera konsumen mau makan apa.


Sebenarnya masih banyak manu asli khas Sunda yang belum ada di Saung Beuruem, jadi satu persatu menu Sunda disediakan di saung ini. Kata H. Herman, menu yang ada di saungnya adalah masakan-masakan Sunda yang dia temukan, banyak menu lainnya yang sulit dibuat, semisal masakan tutut dan kepiting tonggeng, itu masakan yang sulit dicari karena bahan bakunya. Semisal ikan belut yang sulit dicari. Jika beberapa hari ada, kadang beberapa hari kemudian kehabisan, tapi dalam menu tetap tercatat. Untuk itu, dia mencari belut hingga keluar kota dengan biaya beli yang mahal tapi harga jual yang relatif murah.


"Saya tidak menyebutkan Saung Beurem ini adalah restoran, yang saya tampilkan juga bukan sebuah restoran, saya hanya khawatir ada rekayasa makanan atau inprovisasi makanan yang tidak dari leluhur dan budaya Sunda, misal nasi timbel Sunda dan nasi timbel Cina, nah saya tidak mau masakan saya di improv, kalau Sunda ya Sunda, tidak untuk direkayasa," ucapnya.


Kuliner ini dijual untuk memamerkan budaya Sunda, jangan sampai Karawang dan Bandung kehilangan Sundanya, karena sekarang banyak masakan dari luar di perkotaan, tujuan Saung Beureum ini memamerkan budaya Sunda dengan nilai jual tinggi. Namun begitu, ada minuman yang pakai mesin modern blender tapi tetap menggunakan buah lokal. Dan penyajian piringnya pun pakai daun pisang, termasuk menunya dengan sebutan orang Sunda.



Mempertahankan Seni Budaya Sunda

Tak hanya menghidangkan masakan khas Sunda, H. Herman pun memiliki tujuan untuk melestarikan seni budaya Sunda melalui masakan khas, di Saung Beureum ini dia mendesain tempat makannya dengan alami sambil memperlihatkan seni-seni dan budaya Sunda yang dianggapnya sudah pudar. Tak jarang orang Sunda tidak tahu alat musik asli Sunda.


Memaknai Saung Beureum, nama beureum atau merah itu melambangkan berani, maksudnya berani eksis dan menampilkan khas Sunda di mata publik, karena selain sebagai tempat makan, di saung ini diperlihatkan nuansa Sunda. "Saya ingin memperlihatkan orang Sunda masih ada, karena saya sendiri merasa yakin, karakter aslinya orang Sunda dan Jawa sudah tidak ada, tercemar westernisasi, orang Sunda dan Jawa sangat dikenal ramah. Makanya, saya tampil berani untuk menyatakan orang Sunda masih ada dengan keaslian Sundanya," jelas Herman.


Diakuinya, dia ingin mempertahankan nilai-nilai leluhur tentang khas makanan, kini banyak beredar menu makanan baru seperti fried chicken, akhirnya nama masakan budaya lokal tidak tahu. Ada masakan yang sebenarnya tidak kalah enak dibanding makanan yang didatangkan dari luar, makanan khas seperti lotek, pecak lenca dan lainnya sebenarnya bisa menyaingi menu luar. Dengan demikian, Herman bermaksud untuk kembali memperkenalkan budaya leluhur yang kini seolah tersisihkan. Dia juga menceritakan, seperti di Saung Ujo Jawa Barat, mayoritas yang belajar alat musik Sunda adalah orang asing, karena sebenarnya mereka suka dengan budaya Sunda, sedangkan anak Indonesia malah 'ngeband'.


Acara seni budaya yang selalu disajikan Saung Beureum diantaranya Kecapi Suling malam Minggu, juga ada acara 'ngabungbang' pada bulan purnama, acara Padepokan Seni Saung Beureum yang digelar orang-orang lulusan ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia) Bandung.
"Ada juga yang menggugah saya membangkitkan seni budaya Sunda, yaitu dari seorang penyanyi cilik Kustian, ada pemikiran orang yang berkarakter Sunda akan hancur dan hilang, pada liriknya disebutkan 'urang sunda kamarana' (orang Sunda kemana, red). Dengan begitu, maka saya semakin mantap memperkenalkan seni budaya Sunda, diantaranya melalui masakan khas Sunda," ujarnya.



Karakter Budaya Sunda
Tidak hanya sebatas kuliner & seni budaya Sunda, di Saung Beureum ini juga menerapkan karakter Sunda, terutama bagi para karyawannya, mereka mengajak pengunjung untuk kenal lebih dekat dengan budaya Sunda. Sebelum saung ini buka, ada Pendidikan Bahasa dan Budaya Sunda bagi karyawannya, mereka dijelaskan tentang ramah-tamah dan budaya Sunda, seperti saat menerima tamu, tidak menguping obrolan tamu, tapi pelayan ini tidak jauh dengan tamu supaya semua kebutuhan tamu bisa dilayani. (spn)

Lagi, SMPN 1 Jayakerta Dibobol Maling

2 CPU Komputer Raib
 
JAYAKERTA, RAKA - Lagi, sudah dua kali ruang komputer SMPN 1 Jayakerta dibobol maling, Selasa (8/9) malam, 4 CPU berhasil digondol keluar ruang kelas. Namun, 2 CPU ditemukan petani setempat tergeletak di pematang sawah seolah sengaja ditinggalkan maling. Pada awal tahun 2009 lalu, 7 unit CPU raib tanpa jejak.
 
Pihak sekolah hanya melaporkan kejadian ini kepada aparat desa setempat, setelah mendengar kabar pelaku diduga warga setempat. Namun Kapolsek Rengasdengklok AKP Mujiharja menyayangkan pada hari kejadian pihak sekolah segera melaporkan hal ini pada polisi. Namun begitu, atas bantuan aparat desa setempat, orang yang dicurigai melakukan pencurian itu dimintai keterangan, kemudian digiring ke Polsek Rengasdengklok untuk sementara diperiksa sebagai saksi.
 
Saksi berinisial WRD ini menjelaskan, ia mengetahui jika yang sering membobol ruang komputer SMPN 1 Jayakerta berinisial MK masih tetangganya, tapi sekarang ia buron ke Cikarang. Sepengetahuannya, malam itu MK sempat mengajaknya untuk membobol ruang komputer SMPN 1 Jayakerta, namun ajakan jahatnya itu ditolaknya. Meski begitu, dia tidak mengetahui kemana CPU itu dijualnya.
 
Sementara, WRD dibebaskan, karena tidak cukup bukti keterlibatan dia soal pembobolan tersebut, ia diijinkan pulang dan dari kesaksiannya itu polisi melakukan pengejaran terhadap MK yang disebut-sebut WRD sebagai pelakunya. Mengomentari hal itu, Kepala Sekolah SMPN 1 Jayakerta, Agus merasa kebingungan, pasalnya dia sudah berusaha mengamankan ruang komputer supaya tidak lagi disantrongi maling, tapi tetap saja maling bisa masuk ke ruang komputer dan berhasil menggondol 2 CPU.
 
Diketahui, SMPN 1 Jayakerta ini tidak diawasi ketat oleh penjaga sekolah, terlebih lokasi gedung sekolah jauh dari pemukiman, sehingga perampok dengan leluasa membobol ruang komputer. Perumpamaannya, meski si perampok ini main komputer sebelum maling komputer, tidak akan ada warga yang tahu. Penjaga sekolah, ternyata tidak tiap malam berjaga-jaga. Dan untuk mengungkap peristiwa ini, pihak sekolah meminta aparat desa setempat untuk melakukan pencarian terhadap pelaku, mengingat pelaku diduga warga desa setempat. (spn)

Yapinas Cibuaya Akhiri KBM Jelang Lebaran

CIBUAYA, RAKA - Hari ini, Sanlat (Pesantren Kilat) dan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) Yapinas (Yayasan Pendidikan Islam) Nihayatul Amal Sukasari, Kecamatan Cibuaya diakhiri dengan acara silaturahim dengan memberikan 'kadeudeuh' jelang Idul Fitri 1430 Hijriyah kepada para guru.
 
Ketua Yapinas Cibuaya juga Ketua MK2MI (Musyawarah Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah) Kabupaten Karawang H. Sopian S.Pdi, MSi, menjelaskan kepada RAKA, Jumat (11/9) siang, SMK Yapinas yang telah dibuka sejak 25 Mei 2009 lalu, hingga sekarang terus berupaya melengkapi sarana untuk kemajuan pendidikan. Hingga kini SMK Yapinas baru membuka Jurusan Perkantoran, kedepan akan membuka jurusan Arsitek Pembangunan.
 
Dengan mengakhiri kegiatan pendidikan jelang liburan lebaran Idul Fitri, yayasan ini akan akan kembali memulai kegiatan seminggu setelah lebaran. Dan SMK Yapinas ini merupakan sekolah kejuruan pertama di Kecamatan Cibuaya. Selain konsen pada pendidikan, yayasan sering melakukan santunan kepada yatim dan fakir miskin di Desa Suksari, Kecamatan Cibuaya.
 
Pada tahun ajaran 2009-2010, Yapinas bercita-cita mengangkat Cibuaya menjadi daerah pendidikan. Hingga kini, ekistensi Yapinas semakin signifikan, ini tak lepas dari peran masyarakat dan semua lembaga yang telah mendukung yayasan. Dan moto Yapinas yang selalu didengungkan, 'Berdharma Tata Buana, Berbakti Bina Agama', maksudnya Yapinas ingin melakukan perubahan dan mengembangkan keagamaan. (spn)

Kaum Jaya Bentuk Dusun Siaga

Yanti Nurmala menunjukan papan informasi dusun siaga yang dipasang di depan rumahnya.
 
TELUK JAMBE, RAKA - Dusun III Kaum Jaya, Desa Paseurjaya, Kecamatan Telukjambe Timur bentuk dusun siaga sejak 10 Mei 2009 lalu. Dusun siaga ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran warga tentang pentingnya kebersamaan sesama tetangga. Dusun siaga ini lebih cepat dibentuk karena Desa Siaga Paseurjaya belum terbentuk.
 
Dijelaskan Bendahara II Dusun Siaga Kaum Jaya Yanti Nurmala kepada RAKA, kemarin, dusun siaga ini membantu kesehatan warga, meningkatkan kegiatan dalam mengantisipasi dan melaksanakan tindakan-tindakan penyelamatan ibu hamil, melahirkan, nifas, bayi dan anak menuju penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu. Alasannya dibentuk dusun siaga ini tidak beda dengan desa siaga, yaitu menciptakan lingkungan yang mandiri terhadap bencana. "Kebanyakan desa siaga belum siaga, hanya disebut desa siaga sebatas pemasangan plang, dari pada menunggu lama maka kita bentuk di lingkungan yang terkecil yaitu dusun siaga," ujarnya.
 
Penggagas dusun siaga di Dusun III Kaum Jaya ini, lanjutnya, adalah H. Erwin Dewinter sebagai tokoh masyarakat bersama istrinya Bidan Hj. Narsih. Keduanya menganggap penting membentuk dusun siaga ini untuk membantu warga yang tidak mampu.Sejak Juni 2009 lalu, panitia sudah menggali Dasomas (dana sosial masayarakat) dan sampai sekarang sudah berjalan. Satu RT (Rukun Tetangga) ada dua orang yang menggalang Dasomas dengan uang lelahnya Rp 25 ribu/orang.
 
Dan untuk diketahui warga, dibuat papan informasi supaya warga tahu Dasomas yang sudah terkumpul, penggalangan dana cuma Rp 1000/KK (Kepala Keluarga) tiap bulan, bagi keluarga mampu ada yang memberi Rp 5-10 ribu, tercatat jumlah penduduk di dusun ini sebanyak 549 KK. Jika ada yang meninggal maka disisihkan Rp 400 ribu dari Dasomas, Rp 150 ribu bagu penunggu pasien gakin di RSUD Karawang, tapi kalau dirawat di luar RSUD tidak dikasih. Meski begitu, pasien yang mampu pun tetap diberi uang santunan Rp 50 ribu untuk sekedar beli buahan. Dasomas ini dibuat berdasarkan musyawarah bersama.
 
Diketahui, dusun siaga yaitu dusun yang penduduknya memiliki kesiapan SDA (Sumber Daya Alam) dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengawasi masalah-masalah sosial, khususnya masalah kesehatan, bencana dan gawat darurat kesehatan secara mandiri. Selain itu, meningkatkan keluarga yang sadar gizi serta melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, meningkatkan kesehatan lingkungan dusun, meningkatkan kemauang dan kemampuan warga dusun untuk menolong diri sendiri dibidang kesehatan dengan melaksanakan upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan bagi warga sejak usia bayi sampai lanjut usia, akses terhadap pelayanan kesehatan, mengembangkan berbagai upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat.
 
Sumber potensi pembiayaan dusun siaga Kaum Jaya yaitu dari iuran warga Dusun Kaum Jaya perbulan, juga dari sumbangan lain yang tidak mengikat, bantuan atau subsidi pemerintah, potensi yang ada di dusun Kaum Jaja seperti perusahaan, universitas UNSIKA, toko, kios, warung, pengusaha material, bengkel las dan bubut, juga rumah kontrakan termasuk lokasi klinik dan acara insidensial warga. (spn)
 

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan