Peluang Emas Porkab untuk Tirtajaya, Catur dan Atletik

Thursday, November 6, 2008

TIRTAJAYA, RAKA - Camat Tirtajaya, Drs. H. Wawan Setiawan optimis kecamatannya mampu meraih medali emas pada cabang olah raga catur dan atletik. Dia juga bangga, karena kontingennya yang bertanding pada Porkab (Pekan Olah Raga Kabupaten) Karawang ini, 100 persen dari kecamatannya sendiri.
 
"Memang yang kita datangkan ke Porkab 100 persen dari wilayah Tirtajaya, tidak 'ngebon' dari atlet luar kecamatan. Dan kebetulan, memang ada dari beberapa masyarakat saya dimunculkan untuk berpretasi. Minimal, pada Porkab ini mental para pemain pemula siap untuk jelang Porkab berikutnya, karena pengalaman ini akan membekas dalam kehidupan masyarakat yang ikut dalam Porkab," katanya kepada RAKA, kemarin.
 
Sementara ini dari 8 cabang olah raga yang diikuti, sampai tanggal 4 November 2008 jam 09.00 WIB, kecamatannya baru bisa meraih beberapa medali, diantaranya perak pada cabang atletik lompat jangkit dan perunggu pada cabang tenis meja putri beregu, panjat tebing putra perorangan dan atletik lompat jauh perorangan.
 
Camat berharap, masih ada medali lain untuk membuat kebanggaan masyarakat Tirtajaya. Diakuinya, cabang olah raga umum yang seru dan banyak pemainnya yaitu olah raga umum misalnya sepak bola, voli, biliar dan catur. Apalagi bola voli yang sudah biasa dilakukan masyarakat umum. "Sementara ini, kaitan olah raga, coba berdayakan potensi yang ada di kecamatan sendiri, meski bagaimana pun hasilnya nanti," ujarnya.
 
Menurutnya, tiap desa di kecamatannya memiliki khas tersendiri dalam perolehan medali Porkab tahun ini, misalnya Desa Sabajaya, Gempolkarya dan Desa Pisang Sambo bisa diandalkan cabang olah raga sepak bola. Sedangkan cabang olah raga catur biasanya didominasi dari Desa Sumur Laban. Sampai berita ini diturunkan, beberapa kecamatan termasuk Tirtajaya masih terus saling menyisihkan lawan-lawan tanding pada Porkab hingga usai pada Sabtu mendatang. (spn)

UPJ Dengklok Ingin Bentuk Daerah 'Nol Tunggakan' Listrik

TIRTAJAYA, RAKA - Bersamaan dengan rapat minggon Kecamatan Tirtajaya, PLN UPJ (Unit Pelayanan Jaringan) Rengasdengklok mensosialisasikan tentang tunggakan dan pelanggaran pelanggan listrik kepada semua kepala desa sekaligus aparatnya, Selasa (4/11) siang di aula kecamatan.
 
Dijelaskan Manajer UPJ Rengasdengklok, Endang Suryaman kepada RAKA, usai acara. Di KP (Kantor Pelayanan) Tirtajaya jumlah yang nunggak akhir November 2008 sebanyak 1.132 pelanggan atau Rp 126.654.731 dari jumlah total 5.478 pelanggan. Dengan begitu, melalui Kecamatan Tirtajaya yang dianggapnya minim tunggakan dibanding kecamatan lainnya, dia terus membuat gerakan mengajak warga Tirtajaya untuk semakin sadar pada kewajibannya untuk melunasi tagihan rekening listrik tepat waktu.
 
Pada akhirnya, gerakan ini positif bagi masyarakat sendiri, karena Tirtajaya akan dikenal daerah yang taat dan sadar bayar listrik. "Kita menginginkan citra daerah terekpos baik akibat tingkat kesadaran bayar listriknya sangat baik. Memang, jika pelanggan nunggak akan mengganggu opersioanl PLN sendiri," jelasnya.
 
Manajer APJ Karawang, kata Endang, pernah meminta PLN KP (Kantor Pelayanan) bisa membantu untuk menurunkan tunggakan listrik sampai tunggakannya nol. Dan gagasan itu akhirnya dijadikan suatu gerakan bagi UPJ Rengasdengklok. Jika pelanggan di Kecamatan Tirtajaya taat bayar listrik, maka akan menjadi kebanggan tersendiri bagi masyarakat Tirtajaya.
 
Hal ini dia ungkapkan, mengingat UPJ Rengasdengklok dianggap tidak pernah bisa menyelesaikan masalah tunggakan. "UPJ Rengasdengklok bisa berubah dan bisa menyelesaikan masalah ini, makanya kita rintis 'nol tunggakan' dari Kecamatan Tirtajaya," ucapnya.
 
Jika sampai Desember 2008 di Kecamatan Tirtajaya tunggakannya nol, tidak menutup kemungkinan di kecamatan ini akan digelar acara besar dari PLN tentang gerakan 'tunggakan nol'. Bahkan jika ini berhasil, akan dijadikan percontohan bagi kecamatan lainnya. Selama ini, aku Endang, tunggakan listrik ini memang selalu menghambat opersional PLN.
 
Dia menceritakan, dibanding KP lainnya, di Tirtajaya ini tunggakan relatif kecil. Jadi, rencana untuk melakukan 'tunggakan nol' bisa lebih mudah, apalagi didukung camat dan intansinya. "Ini sesuatu yang baik, di Jawa Barat, tidak ada UPJ yang 'nol tunggakan' kecuali UPJ Industri, dan kalau di Karawang belum ada UPJ yang nol tunggakan. Dan KP yang tunggakannya relatif kecil yaitu KP Tirtajaya, KP Rawamerta, dan KP Pusakajaya," ujarnya. (spn)

Panwaslu Kabupaten Seleksi Calon Anggota Panwaslu Kecamatan

Emay Ahmad Maehi dan Hadis Herdiana
 
 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Panwaslu (Pengawas Pemilihan Umum) dan KPUD (Komisi Pemilihan Umum Daerah) Kabupaten Karawang melakukan 'fit and proper test' bagi Panwaslu tiap daerah pemilihan. Rabu (5/11) siang, bagian Dapil III yang melakukan test, diantaranya Kecamatan Kutawaluya, Rawamerta, Rengasdengklok dan Jayakerta di aula Kecamatan Rengasdengklok.
 
Secara keseluruhan, calon Panwaslu untuk Dapil III yang mengikuti test sebanyak 16 orang. Test tertulis di tiap Dapil ini dilakukan sejak Senin (3/11) dimuali Dapil I yaitu Karawang Barat, Karawang Timur, Teluk Jambe Barat, Teluk Jambe Timur, Tegal Waru dan Pangkalan. Dapil II diantaranya, Kecamatan Klari, Purwasari, Majalaya dan Ciampel. Dapil IV yaitu Kecamatan Batujaya, Pedes, Tirtajaya, Cibuaya, Cilebar dan Kecamatan Pakisjaya.
 
Kemudian, untuk Dapil V diantaranya Kecamatan Kota Baru, Cikampek, Jatisari, Banyusari dan Kecamatan Tirtamulya. Dan Dapil VI diantaranya Kecamatan Cilamaya Wetan, Cilamaya Kulon, Telagasari, Tempuran dan Kecamatan Lemah Abang. Jadwal pelaksanaan 'fit and proper test' calon anggota Panwaslu Kecamatan se-Kabupaten Karawang dilaksanakan tiap hari berturut-turut.
 
Sekertaris Pokja Panwaslu Kabupaten Karawang, Hadis Herdiana mengatakan, 'fit and proper test' di setiap Dapil ini merupakan rentetan seleksi anggota Panwaslu tiap kecamatan. Setelah seleksi administarsi dilaksanakan oleh KPUD Karawang, sedangkan tes tulis dilimpahkan ke Panwaslu Kabupaten "Kami masih mempunyai kewajiban untuk menuntaskan penyeleksian Panwaslu ini sampai ketingkat desa yaitu pengawas lapangan, setelah semuanya resmi dilantik baru kami membuatkan tembusannya secara tertulis ke KPU tingkat Propinsi," ucapnya.
 
Ketua KPUD Karawang, Emay Ahmad Maehi mengatakan, Panwaslu adalah bagian dari penyelenggara. Jadi, selain KPU ada elemen lain yang jadi penyelenggara proses pemilu tahun 2009. Dan segala teknis Panwaslu memiliki wewenang pengawasan dan lainnya selama proses pemilu. "Pada keesempatan ini kita bersama KPU hadir di kecamatan, karena kita masih sebagai Pokja Panwas kecamatan. Dan semoga saja pemilu 2009 di Kabupaten Karawang tercipta satu kondisi yang baik dengan semua pihak. Dan harapan partisipasi masyarakat pada saat pemilu diharakan bisa berjalan baik," katanya.
 
Diakuinya, selama ini belum ada persoalan krusial, karena KPU telah melaksanakan tahapan dengan baik. Bicara soal kegagalan Panwaslu di Rengasdengklok pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat bulan lalu, dikatakan Emay, pihaknya belum bisa memprediksikan kegagalan serupa pada pemilu 2009. "Belum tahu, semoga saja tidak terulang lagi. Memang idealnya, dengan tambahan personil semua masyarakat (yang memiliki hak pilih, red) harus terdata semuanya," jelasnya. (spn)

Marak Hilang HP di DG Pool

RENGASDENGKLOK, RAKA - Tidak sedikit handphone hilang di tempat penitipan pakaian di kolam renang DG Pool, Rengasdengklok. Justru, ramainya pengunjung kolam renang itu jadi peluang bagi pengutil barang-barang anak-anak sekolah yang sedang asik berenang. Kejadian yang sering berulang ini sangat meresahkan dan membuat pengunjung tidak nyaman.
 
Berdasarkan informasi warga Rengasdengklok kepada RAKA, Rabu (5/11), setiap hari di kolam renang itu pasti ada saja handphone yang hilang, padahal semua barang bawaan pengunjung sudah dititipkan pada tempat penitipan khusus. Beberapa warga menyatakan, keamanan kolam renang DG Pool ini sangat buruk.
 
Seperti diungkapkan Risma (18), dia kehilangan ponsel merek Nokia 6270. Padahal jelas semua barang bawaan termasuk pakaiannya dititipkan di tempat penitipan barang. Usai renang, Risma dikagetkan handphonenya raib, meski sudah komplen pada pihak kolam renang, Risma tidak mendapat tanggapan serius dan pulang ke rumah dengan perasaan dongkol.
 
Hal serupa dialami, Lia Setia Wati (17), dia sangat menyesalkan keamanan kolam renang ini. Menurutnya, tempat penitipan barang merupakan tempat yang paling aman agar pengunjung bisa leluasa ketika sedang berenang. Namun, yang terjadi malah sebaliknya, tidak hanya terbilang satu-dua, tapi kehilangan handphone ini sering terjadi. "Saya kapok renang ditempat itu, saya yakin banyak juga yang enggan kembali renang di tempat itu karena tempat itu dikenal sering kehilangan handphone," ucapnya.
 
Dia menyesalkan, pengelola kolam renang tersebut tidak melakukan tindakan apapun, meski banyak pengunjung yang kehilangan handphone. Malahan, pengelola dan penjaga kolam renang terkesan lepas tangan dan menutupi kejadian tersebut. "Harusnya, dengan banyaknya pencurian di tempat penitipan barang kolam renang tersebut, pengelola bisa menanggulanginya. Jadi, pikiran jelek saya, pelaku pencurian itu dilindungi pengelola," ujarnya. (spn)

Dua Pembantu Disekap Majikan Sebelum Diperbolehkan Pulang

RENGASDENGKLOK, RAKA - Mau untung malah buntung! Seperti yang dialami Marsih (16) dan Jamila (19), kedua gadis yang bertetanggaan asal Dusun Bojong Karya 1, Desa Rengasdengklok Selatan ini harus ditebus ayahnya dari tempat kerja di Cibitung, Kabupaten Bekasi. Pasalnya, kedua gadis itu tidak betah tinggal pada majikan baru dan ingin kembali pulang setelah sehari kerja. Terang saja, majikannya marah-marah dan meminta orang tuanya menebus mereka Rp 450 ribu sebelum diambil pulang.
 
Kejadian ini berawal ketika kedua gadis itu ditawari jadi pembantu rumah tangga di Cibitung. Lalu, keduanya berangkat pada Jumat (31/10) lalu. Tujuan kedua gadis ini ingin membantu ekonomi orang tua mereka, meski jadi babu. Namun, setelah keduanya mulai bekerja di rumah baru seorang pegawai bank, keduanya merasa tidak nyaman karena tuan rumahnya 'galak' dan sering membentak kasar. Mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan itu, akhirnya kedua gadis itu memutuskan berhenti kerja. "Majikan saya sering ngomel-ngomel, saya jadi tidak betah dan merasa tersiksa," ujar Warsih (16) kepada RAKA, Rabu (5/11) siang di kediamannya.
 
Namun naas, sang majikan tidak serta merta mengijinkan keduanya pulang kampung. Bahkan, majikan yang terbilang kaya itu malah minta 'duit' ganti rugi. Mendapat ancaman seperti itu, keduanya langsung menghubungi orang tuanya di Rengasdengklok, pada Sabtu malam, keduanya dijemput. Namun, sebelum kedua orang tua gadis ini mengeluarkan Rp 450 ribu, Marsih dan Jamila disekap dalam kamar. Barulah keduanya keluar kamar setelah uang yang diminta majikannya dikabulkan orang tuanya.
 
"Saya terpaksa menebus anak saya sebesar 450 ribu, sebab anak saya sudah tidak betah sampai nangis-nangis. Kalau tidak ditebus, mereka akan terus disekap, saya kasihan dan harus membebaskan anak saya. Saya merasa diperas, sudah menderita, eh malah majikannya malah minta ditebus," ungkap Darsa (42) ayah dari Warsih. Menceritakan, kejadian buruk anaknya, tidak diijinkan pulang malah harus ditebus Rp 450 ribu sebelum bisa pulang. (spn)

Sebulan, Pusat Kesehatan Karawang Butuh 1.050 Kantong Darah

RENGASDENGKLOK, RAKA - Sebulan, permintaan kantong darah ke PMI (Palang Merah Indonesia) Karawang sebanyak 1.050 kantong. Setiap harinya, PMI mengeluarkan hingga 30 kantong dari untuk pasien rumah sakit. Demikian kata dokter UTD (Unit Transfusi Darah) PMI Karawang, Julian, kepada RAKA, Selasa (4/11) siang saat pelaksanaan donor darah di RS Proklamasi, Rengasdengklok.
 
Di tengah kesibukannya mendata siswa yang akan mendonorkan darahnya, Julian menjelaskan, kegiatan ini merupakan rutinitas PMI. Hampir setiap hari, PMI Karawang berkeliling ke tempat-tempat kesehatan untuk mengambil darah dari pendonor. "Donor darah di RS Proklamasi Rengasdengklok ini dilaksanakan tiap tiga bulan. Sedangkan dari PMI, ini merupakan program rutin donor darah di berbagai fasilitas kesehatan dan perusahaan," jelasnya.
 
Kata Julian, darah dari pendonor ini nantinya akan disitribusikan kepada yang memerlukan pada pusat kesehatan. Namun sebelumnya, darah ini diperiksa lagi sebelum disitribusikan. Dan kriteria untuk pendonor adalah berusia minimal 17 tahun, berat badan neto 45 kg. Dan sebaiknya pendonor darah ini melakukan istirahat cukup dimalam hari sebelum darahnya disumbangkan. Tiap satu kantong darah yang diambil dari masyarakat dan siswa di RS Proklamasi ini diambil sebanyak 250 cc. "Selama ini, kami sedikit mendapatkan darah golongan AB dan permintaan yang banyak adalah golongan darah O, tren permintaan darah sebelum puasa adalah golongan A. Namun, semua permintaan itu bisa kita ditangani," ujarnya.
 
Wakapolsek Rengasdengklok IPTU Endang Rohendi yang juga menyumbangkan darahnya ke PMI mengatakan, jika donor darah ini sudah menrupakan rutinitas PMI, diharap PMI maupun pihak kesehatan tidak mempersulit pasien yang memerlukan darah. Anggota Polisi ini menjelaskan, agar donor darah tidak hanya dilakukan di RS atau tempat kesehatan melainkan harus diikuti oleh dinas dan intansi pemerintah lainnya. "Setetes darah sangat berharga bagi nyawa orang lain yang memerlukan," ucapnya.
 
Seorang siswi SMAN 1 Rengasdengklok, kelas 11 IPS 2 yang telah mendonorkan darahnya, Katarina Septiani mengatakan, dia baru mendonorkan darahnya pada kesempatan ini. Dia bahkan mendukung jika donor darah dilakukan di tiap sekolah. Hal senada dikatakan Pembina PMR sekaligus guru biologi SMAN 1 Rengasdengklok, Sri Sugirti SPd, melalui donor darah ini siswa akan belajar supaya peduli pada sesama manusia.
 
Seorang tokoh masyarakat Dengklok, Taufik Rahman, merespon kegiatan PMI ini, dia menginginkan melalui donor darah ini kebutuhan masyarakat terhadap darah bisa tercukupi. Dia mencerikana, dirinya sering mendonorkan darahnya secara periodik. "Saya kira semua masyarakat, intansi termasuk anak sekolah sangat merespon baik kegiatan ini," katanya. (spn)
 
 

JPPR Minta Warga Sukseskan Pemilu 2009

RENGASDENGKLOK, RAKA - JPPR (Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat) Kecamatan Rengasdengklok meminta supaya masyarakat menggunakan hak pilihnya pada Pemilu (Pemilihan Umum) tahun 2009 mendatang, mengingat lima menit dalam bilik suara menjadi penentu bangsa ini lima tahun kedepan.
 
Hal itu diungkapkan Korcam (Ketua Koordinator Kecamatan) JPPR Rengasdengklok, Didin Ahmad kepada RAKA, kemarin. Menurutnya, melalui pemilu, rakyat berhak memilih wakilnya untuk memperjuangkan kebutuhan dan kepentingan rakyat. "Kekuasaan sepenuhnya ada di tangan rakyat, artinya suara rakyatlah yang menentukan arah negara ini melalui Pemilu. Melalui Pemilu, rakyat memilih wakilnya yang akan menjadi anggota legislatif (DPR, DPRD dan DPD) serta presiden dan wakil presiden," jelasnya.
 
Melalui pemilu, lanjutnya, pemerintah dibentuk berdasarkan keinginan dan kepercayaan dari rakyat. Untuk itu, pemilu juga disebut-sebut sebagai pesta rakyat, karena seluruh rakyat Indonesia yang memiliki hak pilih akan menyalurkan pilihannya ke TPS (Tempat Pemungutan Suara). Suara rakyat inilah yang menentukan masa depan Indonesia untuk lima tahun kedepan. Untuk itu, suara rakyat sangat berharga.
 
Dia menjelaskan, pemilu merupakan sarana untuk mensejahterakan rakyat, karena keberlangsungan suatu negara yang aman, adil dan beradab dimulai dengan pemilu yang jujur, adil dan bebas. Dengan demikian, pemilu harus menghasilkan orang-orang terbaik sebagai wakil rakyat. Dan wakil-wakil rakyat inilah yang akan menyalurkan aspirasi dan kepentingan rakyat melalui pembuatan kebijakan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Dan pemilu, menjadi sarana untuk mengubah kondisi masyarakat menjadi lebih baik.
 
Tentunya, Pemilu 2009 harus membawa perubahan bagi kehidupan sosial politik masyarakat. Untuk itu, peran masyarakat terhadap Pemilu 2009 sangat penting, karena pemilu adalah gerbang perubahan untuk mengantar bangsa Indonesia melahirkan pemimpin nasional yang tepat, untuk perbaikan nasib rakyat. Dan Pemilu 2009 ini, merupakan proses pergantian kepemimpinan nasional, maka wajib bagi seluruh rakyat melaksanakan kewajiban ini. (spn)

Siswa Magang Kerja Masih Dianggap Beban Perusahaan

KUTAWALUYA,RAKA - Beberapa perusahaan dan industri di Karawang terkesan eklusif sehingga sulit menerima siswa dari sekolah kejuruan untuk bisa magang. Malah, perusahaan yang proaktif menjalin kerjasama dengan sekolah kejuruan di Karawang adalah perusahaan yang ada di Cikarang. Demikian kata Kepala Sekolah SMK PI (Perbankan Indonesia), Bambang Pranowo kepada RAKA, Jumat (31/10) siang di ruang kerjanya.
 
Sampai sekarang, kerjasama antara sekolah kejuruan dengan perusahaan di Karawang kelihatannya agak sulit, yaitu membangun akses kerjasama dalam hal magang kerja. Beberapa perusahaan di Karawang belum sepnuhnya membuka diri terhadap sekolah menengah kejuruan. "Ini perlu dicari jalan keluarnya, supaya ada jembatan antara sekolah kejuruan dengan para pemakai lulusan sekolah (perusahaan, red)," ucapnya.
 
Perusahaan di Karawang, akunya, belum optimal mempotensikan sekolah yang ada di daerah Karawang sendiri. Sedangkan yang menjadi harapan lembaga pendidikan kejuruan ada dari pihak tertetu untuk memperhatikan masalah ini, karena sebenarnya lembaga pendidikan bisa menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan pihak perusahaan. Jika pihak perusahaan bisa membuka diri, berarti sekolah akan diberi tempat untuk menyertakan anak didiknya melalui magang kerja. Sementara, perusahaan dan intansi itu juga bisa mengoptimalkan magang kerja yang mengarah pada produktifitas kerja perusahaan itu.
 
Selain usaha lembaga pendidikan itu sendiri, yang harus ikut memberdayakan adalah Pemda Karawang, Disnaker (Dinas Tenaga Kerja) dan Dinas Pendidikan, agar mereka memberi perhatian supaya pemberdayaan sekolah di karawang ini bisa menjalin hubungan maksimal dengan perusahaan yang ada di daerah Karawang. "Saya pikir, sepertinya perusahaan di Karawang ini terlalu ekslusif terhadap persoalan tenaga kerja. Saya juga tidak tahu persoalannya dimana, tapi yang jelas ketika ada ajuan dari sekolah, perusahaan di Karawang ini kurang proaktif. Memang ada beberapa perusahaan di Karawang yang sudah jalin kerja sama dengan sekolah, tapi lebih banyak perusahaan di Cikarang yang menerima siswa lulusan sekolah Karawang," ungkapnya.
 
Saat ini, SMK PI sedang menjalankan pengiriman siswi untuk magang kerja di perusahan di beberapa perusahaan Cikarang. Saat ini dan sebelumnya, SMK PI telah membangun kerja sama dengan perusahaan di Cikarang. Diakuinya, SMK PI lebih mudah membangun kerja sama dengan perusahaan di Cikarang dibanding perusahaan di Karawang.
 
Kesulitan yang dialami sekolah kejuruan di Karawang ini, kata Bambang, merupakan cambuk dan pemacu lembaga pendidikan itu sendiri. Dengan kondisi ini maka sekolah dituntut untuk bisa membuktikan kurikulum sekolah. Dan tuntutan itu memiliki keterkaitan dengan kebutuhan di dunia industri. Memang, akunya, harus ada usaha keras juga dari sekokah untuk mampu meningkatkan kualitas agar perusahaan bisa terbuka untuk bisa diajak kerjasama.
 
Kendati begitu, selama ini yang dirasakan sekolah kejuruan sangat sulit menjalin kerjasama dengan perusahaan di Karawang. "Beda dengan Cikarang, mereka proaktif. Bahkan, kalu siswa selesai magang, perusahaan ini mencari siswa lainnya untuk magang lagi, beda dengan Karawang, istilahnya kita harus ketuk pintu, itu pun sulit dibuka. Mudah-mudahan kedepan ada media untuk menjembatani kedua pihak ini," jelasnya.
 
Siap tidak siap, lanjutnya, jelas sekolah kejuruan harus siap menghadapi persaingan yang kini dihadapi industri. Cuma, persoalan sekolah untuk bisa maksimal tergantung sarana dan prasarana yang masih terbatas. Sarana dan prasarana ini yang jadi tantangan terbesar di dunia pendidikan sejak lama, ini perlu kerja keras dari lembaga pendidikan untuk menyiapkan instrumen pembelajaran sesuai kurikulum.
 
 
 
Lebih lanjut, Bambang menjelaskan, ada pandangan perusahaan di Karawang yang menganggap, proses praktek kerja siswa kejuruan masih dilihat sebagai membebani perusahaan, masih ada kekhawatiran tenaga kerja para siswa magang itu akan menimbulkan kerugian bagi pihak perusahaan.
 
 
Memang, akunya, perusahaan perlu membimbing dan mengarahkan siswa magang untuk mengantisipasi resiko jika ada alat produksi yang rusak. Dan bimbingan itu kadang dianggap hanya mengeluarkan biaya percuma. "Dan, seharusnya ini jadi tanggung jawab perusahaan tersebut, karena sekarang perusahaan harus dituntut mengembangkan CSR (Corporate Social Responsibility), yaitu tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan sosial yaitu kepada lingkungan disekitar perusahaan itu beroperasi. Nah, dana CSR itulah yang harus digunakan untuk mendorong dunia pendidikan di sekitar mereka berada. Hal itu, harus diberdayakan sesuai undang-undangnya. Jadi, bonafid atau tidaknya perusahaan, bisa diketahui jika perusahaan itu memiliki itikad terhadap sosial di sekitarnya," ucapnya.
 
Jika perusahaan terbuka bagi siswa magang, maka perusahaan itu akan melihat kompetensi siswa, sampai sejauh mana keahlian siswa menerapkan pengetahuannya di sekolah. Jika perusahaan sudah menjalin hubungan baik dengan siswa magang, maka perusahaan tidak usah rumit merekrut karyawan baru, bahkan siswa akan dipanggil lagi setelah mereka lulus sekolah. Selain itu, siswa akan lebih mudah mengenal lingkungan perusahaan.
 
"Saya yakin, jika telah ada hubungan baik perusahaan dan lembaga pendidikan melalui kegiatan siswa magang, hal ini lebih efesien cara merekrut karyawan. Memang, kenyataannya merekrut karyawan dimulai dari siswa yang magang kerja dan setelah lulus dikasih kesempatan," ujarnya.
 
Hal ini sengaja dia pertegas, mengingat lulusan sekolah kejuruan di Karawang sulit magang pada beberapa perusahaan di daerah Karawang sendiri. Siswa magang kerja ini cenderung praktek sekolah di daerah Cikarang. Hal itu justru ironis, karena hampir sebagian besar perusahaan di Karawang tidak membuka diri terhadap siswa magang.
 
Bagi siswa SMK Ritek tidak masalah jika mereka harus ke Karawang, karena mayoritas siswanya laki-laki, tapi bagi SMK PI yang mayoritas perempuan, praktis ada semacam kekhawatiran dan tanggungjawab yang besar. Bahkan orang tuanya juga riskan melepas mereka ke Cikarang. "Orang tu pun kadang bingung, kenapa anaknya harus magang kerja jauh ke Cikarang dan tidak di Karawang. Untuk itu, Dinas Pendidikan perlu memberi akses pada siswa sekolah kejuruan untuk menjalin hubungan yang bagus dengan semua perusahaan yang ada di Karawang," katanya. (spn)

Penipu Ranmor Diamuk Masa

TIRTAJAYA, RAKA - Senin (3/11) pukul 13.00 WIB, ratusan warga Desa Tambaksari, Kecamatan Tirtajaya mendatangi Polsek Tirtajaya, mereka meminta seorang yang diduga pelaku penipuan motor itu dikeluarkan untuk dihabisi. Warga geram, karena diwilayahnya sering terjadi penipuan motor. Namun, hal itu bisa dicegah Kapolsek Tirtajaya, AKP Raden Mulyadi.
 
Setelah diperiksa polisi, pelaku mengaku telah menipu motor milik seorang siswa SMP bernama Yogi. Dan Kapolsek AKP Ade Mulyadi mengatakan, pihaknya akan mencari barang bukti, karena menurut pengakuan pelaku, motor hasil penipuannya dijual ke daerah Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Menurutnya, kejadian ini akan dikembangkan untuk menelusuri barang bukti tersebut.
 
Diketahui, peristiwa ini merupakan rentetan kejadian dua minggu lalu, saat motor seorang siswa SMP bernama Yogi raib tertipu. Pengakuan Yogi, dia dihipnotis sebelum motornya dibawa kabur. Lalu, dia menceritakan kejadiannya pada orang tua dan rekan sekolah termasuk Iyan. Padahal, motor Yogi masih 'gres' dan belum mendapat plat nomor.
 
Kemarin, saat Iyan (13) sedang membawa motor dari kantor Kecamatan Tirtajaya menuju Desa Tambaksari pukul sekitar pukul 11.00 WIB, dia dipergoki dua orang yang mengendarai motor. Ingat pada kejadian yang menimpa Yogi, Iyan mencurigai keduanya orang itu yang mengambil motor Yogi. Tak tunggu lama, Iyan 'ngibrit' lari menjauhi kedua orang tersebut yang dia duga penjahat. Dan Iyan pun melaporkan apa yang dialaminya kepada Yogi bahwa dia telah bertemu dengan orang yang menipu motor Yogi.
 
Mendapat laporan dari Iyan, Yogi langsung melaporkan pada orang tuanya, kemudian kedua orang itu dikejar dan ditangkap, sementara teman yang satunya berhasil melarikan dengan motor miliknya. Seorang yang diduga pelaku penipuan motor itu diamankan oleh salah seorang mantan Kepala Dusun Desa Tambaksari, Cantir (50). Orang yang diduga penipu motor itu digiring ke Polsek Tirtajaya oleh Kepala Desa Tambaksari beserta masyarakat. Namun, sepanjang jalan orang yang diduga penipu itu babak belur diamuk masa, hingga berdarah-darah.
 
Mendengar pelaku penipu motor tertangkap, warga lainnya berduyun-duyun mendatangi kantor Polsek Tirtajaya, bahkan diantara warga yang pernah hilang motor pun datang untuk memastikan apakah pelaku penipuan motor ini juga yang mencuri motornya. Meski Kapolsek turun tangan dan meminta warga membubarkan diri, tapi warga tidak puas dan ingin melihat pelaku, bahkan diantaranya ingin menghakimi pelaku. (spn)
 

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan