Ocim Bertahan Sebagai Perajin Kendang Karawang

Saturday, November 28, 2009

Ocim dengan kendang buatannya.
 
 
BeritaKarawang.com - Alat musik modern saat ini telah mengikis alat musik tradisional, tetapi tidak bagi seorang warga Dusun Taluk Bunder, Desa Dewisari, Ocim (57). Meski jaman telah berubah, alat musim semakin canggih, seorang pembuat kendang ini tetap eksis membuat alat musik tradisional tersebut.
 
Dikediamannya yang banyak kayu berserakan, lelaki tua ini berkarya membuat kendang dari kayu. Dia menggeluti usahanya sejak remaja, berarti kini dia sudah 36 tahun berprofesi pembuat kendang. "Saya membuat kendang ini karena dulunya pemain kendang dan istri saya seorang sinden," katanya, Sabtu (28/11/2009) siang.
 
Kemampuannya membuat kendang ini dia dapat dari orang tuanya. Ternyata, perjuangan bertahan hidup tak bisa dipandang sebelah mata, dia menekuni usahanya ini untuk menutupi kebutuhan keluarganya. Dan Ocim merupakan satu keluarga berdarah seniman, bahkan istrinya adalah seorang sinden.
 
Sejak tahun 1973, dia eksis memproduksi kendang sendiri, salah satu alat musik tradisional. Satu unit kendang dapat dia selesaikan selama 20 hari, dengan bahan kayu nangka dilengkapi kulit kerbau.
 
Produk buatan tangan ini dijual Rp 3 juta untuk jenis kendang super, sedangkan Rp 2,8 juta untuk jenis kendang lokal. Tidak hanya dikota-kota di Indonesia, konon kabarnya hasil karya Ocim sudah merambah ke pasar luar negeri, diantaranya ke Jerman dan Swiss.
 
Keahlian langka ini memang tidak banyak dimiliki orang lain, itulah sebabnya dia banyak berharap anaknya bisa menjadi penerus pembuat kendang yang sudah dia ajarkan. (*)
 

Pemerintah Harus Tegas Pada PKL Dengklok

BeritaKarawang.com - Pemerintah harus tegas menertibkan PKL (Pedagang Kaki Lima) di Rengasdengklok, terutama pada oknum yang terlibat baik dari pemerintah kecamatan dan kabupaten, karena jika pedagang tidak ada dukungan dari pemerintah, mereka tidak akan berani apalagi mendidirkan bangunan di sepanjang trotoar jalan dan lahan parkir.
 
Demikian dijelaskan, Ketua Korwil LSM Kompak, Ahmad Mukron, Sabtu (28/11/2009) pukul 12.33 WIB. Kata dia, berdirinya PKL hampir di setiap sudut kota Rengasdengklok ada konspirasi antara pedagang dan oknum pemerintah. Akhirnya yang jadi korban adalah para pedagang, mereka diambil pungutan setiap hari sebagai uang sewa lahan lapak, tapi ketika ada penggusuran mereka tidak tanggungjawab.
 
Pada saat dipungut uang harian oleh oknum pemerintah, PKL telah merasa dilindungi, dari hanya 1-2 pedagang, kini telah menjamur hingga seribu lebih pedagang yang menghalangi jalan raya dan fasilitas umum lainnya di Rengasdengklok. Kata Mukron, Rengasdengklok memiliki lahan pasar yang luas, di dalam banyak lapak yang kosong tapi digunakan. "Apa salahnya dioptimakan dan dipakai untuk PKL," tegasnya.
 
Ditandaskannya, tidak ada alasan bagi pedagang yang menyatakan jualan di dalam pasar akan sepi, justru pembeli akan tetap mencari pedagang meski mereka berjualan di dalam pasar, seperti teori ada gula ada semut. "Kalau pedagang tidak ada di jalan, pasti pembeli pun akan mencari pedagang," ucapnya.
 
Sementara itu, banyak pedagang yang enggan jualan di pertokoan Selbi, alasannya harga sewa mahal. Kata Mukron, kalau bicara masalah sewa itu resiko pedagang, karena setiap usaha harus mengeluarkan modal dan sewa mahal itu bukan alasan. Kendati begitu, dia prihatin dengan nasib PKL yang akan digusur dalam waktu dekat. "Tapi ini kebijakan yang harus ditentukan oleh Pemda Karawang, saya harap Pemda tegas," jelasnya. (*)

Antisipasi Banjir, Warga Mengarug Tanggul Citarum

 
BeritaKarawang.com - Untuk mengantisipasi banjir, warga Dusun Teluk Bunder, Desa Dewisari, Kecamatan Rengasdengklok memperbaiki tanggul Sungai Citarum dengan ratusan karung, Minggu (28/11/2009) pukul 11.11 WIB.
 
Perbaikan ini atas inisiatif masyarakat dan desa setempat. Mereka bahu membahu meninggikan tanggul Sungai Citarum. "Kalau Citarum banjir, airnya limpas dan membanjiri pemukiman," celetuk salah satu warga.
 
Sedikitnya puluhan warga meninggikan tanah tanggul yang dianggap rendah, karena tidak akan efektif jika mengarug tanggul saat banjir tiba. Selain itu, pengarugan yang dilakukan jauh hari sebelum banjir ini supaya tanah tanggul bisa keras. Beda jika pengarugan dilakukan saat banjir, akan sulit menambal tanggul yang digenangi air.
 
Hingga sekarang, yang sudah ditangani 200 meter tanggul dan yang sekarang dikerjakan 200 meter dengan menambah ketiggian 1 meter. Pekerjaan ini hanya dengan cangkul.
 
 
"Jangan sampai ada kejadian, kita baru melakukan penanganan. Jadi pengarugan ini untuk antisipasi banjir mendadak, karena setiap tahun banjir terjadi," kata Kadus Teluk Bunder, Asep di lokasi tanggul. (*)
 

Siswa SMPN 1 Kutawaluya Berqurban

SMPN 1 Kutawaluya menyembelih saru ekor sapi qurban, Sabtu (28/11/2009) pukul 08.00 WIB. Sapi dari iuran siswa dan guru ini dagingnya dibagikan bagi siswa yatim dan miskin, termasuk warga di sekitar sekolah.

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan