PPKL Minta Penangguhan Penertiban

Friday, June 12, 2009

*Menolak Digusur oleh Satpol PP
 
RENGASDENGKLOK,RAKA - Ketua PPKL (Paguyuban Pedagang Kaki Lima) Rengasdengklok Jejen Sopiyan meminta kepada pemerintah supaya penertiban di beberapa titik Pasar Rengasdengklok diundur sampai bulan Ramadhan dan lebaran Idul fitri mendatang, mengingat pada bulan puasa adalah saat yang ditunggu PKL untuk mencari penghasilan lebih.
 
Hal itu diungkapkannya kepada RAKA, Kamis (11/6) siang ketika ditemui di rumahnya. Menurutnya, jika Satpol PP Karawang serius akan melakukan penertiban PKL dalam waktu dekat, maka banyak masyarakat yang kehilangan mata pencaharian. Imbasnya, sudah pasti bakalan memicu berbagai macam masalah sosial dimasyarakat. "Lebih banyak tindak kriminal dan menambah lagi jumlah pengangguran," katanya.
 
Sementara, mencari kerja saat ini terbilang sangat sulit, sebab pendidikan para PKL hanya sebatas SD dan SMP. Untuk itu, Jejen meminta pada para pemerintah supaya mengambil langkah bijak. "Saya harap para petugas memikirkannya terlebih dahulu, jangan sampai penertiban dilakukan cepat dan imbasnya merugikan masyarakat kecil yang memiliki usaha kecil," harapnya.
 
Dijelaskannya, permintaannya itu beralasan, mengingat kebutuhan ekonomi para PKL akan semakin tinggi saat bulan puasa. Kata Jejen, penertiban PKL oleh Satpol PP Karawang yang gencar dilakukan dibeberapa daerah Kabupaten Karawang membuat sejumlah PKL di Rengasdengklok cemas. Bahkan, diantara PKL di Rengasdengklok sudah menerima surat himbauan untuk segera mengosongkan lokasi lapak mereka sebelum hari penertiban.
 
Diketahui, PKL di Pasar Rengasdengklok ini terus berkembang sedikitnya 100 PKL pertahun, semua ruas jalan dan sudut kota sudah ditempati mereka dan tak ada trotoar kosong lagi untuk pejalan kaki, terutama di jalan pertokoan Shelby Plaza, sepanjang trotoar itu dipadati pedagang pakaian dan buahan. Sementara pedagang sayuran tumplek di lahan parkir pertokoan, tepatnya di seberang Kantor Kecamatan Rengasdengklok.
 
Tahun lalu, sejumlah PKL di pasar ini sempat ditertibkan, tapi mendapat perlawanan dari warga setempat yang nota bene adalah PKL itu sendiri. Akhirnya disepakati, luas lapak yang dipakai PKL tidak lebih 2x2 meter persegi. Namun, seiring waktu juga tidak adanya pengawasan pemerintah, akhirnya lapak PKL tetap saja melebar hingga ke trotoar dan jalan raya. (sigit)

Siswa SMP/MTs Mulai Daftar Sekolah Lanjutan

KUTAWALUYA, RAKA - Meski hasil kelulusan diumumkan 20 Juni 2009, sejumlah siswa SMP/MTs sudah banyak mendaftar ke sekolah lanjutan. Sejak dibuka PSB (Penerimaan Siswa Baru) 1 Mei 2009 lalu, SMK Ristek telah menerima sedikitnya 149 calon siswa dan SMK Perbankan Indonesia sekitar 64 calon siswa dari 32 SMP/MTs se-wilayah utara Karawang.
 
Kepada RAKA, Kamis (11/6) siang, Kepala SMK Ristek Drs. Darsono Sumedi didampingi Waksek Kesiswaan, Mohammad Amin SH dan Wakasek Kurikulum, Jajang Haeroni menjelaskan, program pemerintah mengenai 60 persen lulusan SMP/MTs harus masuk SMK ternyata berjalan. Namun begitu, tak sedikit siswa SMP/MTs yang menginginkan daftar ke sekolah negeri. Sehingga banyak diantaranya menunggu nilai Ujian Nasional (UN) untuk memastikan apakah nilai yang diperolehnya masuk sekolah negeri atau swasta.
 
SMK Ristek telah menyediakan sedikitnya 15 kelas untuk siswa baru atau sekitar 660-an siswa, yaitu untuk jurusan Audio Video, Otomatitf dan Mesin Perkakas. Sedangkan SMK Perbankan Indonesia membuka 10 kelas untuk jurusan Akuntansi dan Adimintrasi Perkantoran. Dan hingga berita ini diturunkan, kedua SMK itu masih membuka PSB hingga 20 Juli 2009. Dan tanggal penutupan itu akan diperpanjang sesuai kebutuhan siswa baru yang akan mendaftar. "Tapi memang jadwal terakhir 20 Juli, waktunya beda sekitar 4 hari setelah PSB sekolah negeri di tutup," kata Darsono.
 
Diakuinya, sesuai perogram pemerintah yang mencanangkan siswa SMP/MTs masuk ke SMK sebanyak 60 persen dibanding SMA yang hanya 40 persen, tentunya hal itu dijadikan keinginan kuat pihak SMK untuk menerima lulusan SMP/MTs sebanyak-banyaknya, tapi itu pun dibatasi jumlah kemampuan kelas yang ada. Diajelaskannya, persaingan industri saat ini begitu ketat dan pihaknya terus melakukan pembenahan dari semua bidang pendidikan supaya mengeluarkan lulusan SMK yang berkualitas untuk dunia industri.
 
Sementara itu, pasca PSB siswa kelas 1 akan menghadapi MOS (Masa Orientasi Siswa) dan LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan Sekolah) untuk menggembleng fisik dan mental mereka setelah diterima di SMK, karena di SMK ini siswa baru diberitahu tentang peraturan di SMK yang serupa seperti dunia industri, tentunya hal itu beda dengan disiplin sekolah saat mereka di SMP. "Disini akan dikenalkan aturan SMK untuk mengacu kedisplinan di perusahaan nanti," kata Jajang. (spn)

Tak Sulit Buka Bengkel Meski di Teras Rumah

RENGASDENGKLOK, RAKA - Sulitnya bekerja memaksa sejumlah lulusan sekolah harus membuka usaha sendiri. Seperti yang dilakukan warga Dusun Blokraton RT 28/06, Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok, Dede Ono (30), dia membuka bengkel motor kecil di teras rumahnya sendiri.
 
Dia menerima servis motor berbagai jenis bahkan dia sering menerima motor 'tune up' untuk balapan. Kadang, servis tak cukup sehari sesuai tingkat kesulitannya, ada beberapa motor diinapkan layaknya pasien rumah sakit. "Saya selalu menjamin motor aman dan hasil perbaikannya pun bagus, tidak mengecewakan konsumen," ujarnya.
 
Diakuinya, bengkel motor tidak selalu identik harus berada dipinggir jalan, teras rumah pun masih bisa diandalkan sebagai mata pencaharian, bahkan jika pelayanannya memuaskan bisa lebih ramai dikunjungi konsumen. Kata Dedes, ramainya bengkel motor bukan dilirik dari lokasi yang mudah dijangkau, tapi lebih mengutamakan pelayanannya dan kualitas. Sebab, dengan mengutamakan pelayanan kepada pelanggan konsumen, meski bengkel itu berada dalam teras rumah, tetap akan ramai dikunjungi.
 
Kata dia, sengaja menjalankan usaha bengkel motor di teras rumahnya, karena tidak sanggup membeli atau sewa lahan dipinggir jalan. Sampai sekarang bengkelnya sudah berjalan selama dua tahun. Selama buka usaha bengkel dia selalu mendapatkan order servis motor, hampir setiap hari. "Sehari, sedikitnya lima motor yang diservis," ucapnya.
 
Harga servis motor sekitar Rp 15 ribu, itu pun bukan harga tetap melainkan masih bisa dinego, terlebih dia sendiri tidak pernah memaksa konsumennya harus membayar sejumlah biaya servis, kecuali harga untuk mengganti suku cadang. Kadang, dia tidak menyebutkan jumlah biaya servis kepada konsumennya. Namun begitu, sejumlah konsumen tahu berapa biaya yang harus mereka keluarkan sebagai ongkos lelah untuk sang mekanik ini. (spn)

Saluran Air Rusak Penyebab Gagal Panen

RENGASDENGKLOK, RAKA - 40 hektar sawah di Desa Amansari, Kecamatan Rengasdengklok gagal dipanen. Diantara penyebab merosotnya produksi padi musim ini akibat volume air yang tidak cukup selama tanam kemarin.
 
Persawahan yang gagal ini lokasinya tidak jauh dari SMKN 1 Rengasdengklok. Diakui beberapa petani, panen musim ini dianggap rugi, karena hanya menghasilkan kurang dari 4 ton/hektar. Seperti dikatakan pemilik sawah setempat, Amak (42), satu hektar sawahnya mendapatkan kurang dari 4 ton/hektar, tonase itu dianggap anjlok dibanding musim sebelumnya.
 
Kata dia, diantara penyebab anjloknya tonase padi di desanya akibat infrastruktur saluran air yang tidak layak, beberapa saluran tersier banyak yang mampet akibat sedimentasi (endapan lumpur, red) meninggi. Selama musim tanam kemarin, beberapa petani terpaksa menggunakan mesin pompa untuk bisa mengairi persawahannya, tapi air yang dipompa pun terbilang sedikit, tetap saja masih kurang, mengingat puluhan hektar sawah rebutan air, karena mengalami hal sama.
 
Selain saluran mampet, sejumlah gorong-gorong air ikut menyulitkan petani, karena laju air tersumbat di dalamnya. Diakuinya, ini akibat tidak ada pemeliharaan rutin yang dilakukan petani, juga tidak adanya dukungan infrastruktur dari pemerintah desa setempat.
 
Padahal, lanjutnya, para petani di desanya sudah berusaha maksimal menyedot air untuk sawah-sawsah mereka, tapi hasilnya tidak optimal, mengingat pekerjaan petani sangat membutuhkan bantuan Pemda Karawang untuk pengerukan saluran air yang sekarang dianggap sebagai penyebab anjloknya pendapatan panen musim ini. (sigit)

Lapangan Sepak Bola Pedes Rusak

PEDES, RAKA - Usai jadi tempat pasar malam sebulan lalu, lapangan utama sepak bola di Kecamatan Pedes rusak, tanahnya berlubang dan banyak paku-paku yang bisa membahayakan pemain bola. Jelas ini sangat merugikan bagi tim-tim sepak bola di kecamatan itu, karena lapangan itu merupakan sarana olah raga masyarakat, juga sebagai lokasi latihan pesepakbola muda daerah.
 
Kerusakan lapangan sepak bola ini dikeluhkan semua tim sepak bola lokal, mereka menganggap pihak pemerintah setempat cenderung memilih uang sewa dari pasar malam dibanding kemajuan olah raga yang manfaatnya dirasakan semua remaja setempat, terutam pecinta sepak bola. Memang, selama ini perbaikan lapangan tersebut hasil tanggung renteng pemain sepak bola di tiap desa. Misal untuk perbaikan tiang gawang dan biaya membabat rumput.
 
Namun, perbaikan yang terus dilakukan secara berkala itu jadi rusak dalam waktu singkat, karena pegadang pasar malam itu menggali tanah lapangan untuk mendirikan kios-kios mereka, tanpa peduli tanah yang mereka pijak merupakan lapangan sepak bola yang seharunya rata.
 
Para pemain sepak bola dari di Desa Payungsari mengeluhkan kondisi itu, karena mereka tak bisa lagi mengasah kemampuannya sebagai pemain bola daerah. Sebelumnya, lapangan tersebut baru saja mengalami perbaikan dengan biaya yang dikumpulkan secara kolektif dari para pemain, seperti dikatakan Ketua Klub Pedes FC Budi (37), sebelum digunakan untuk pasar malam selama tiga minggu, lapangan sepak bola itu baru saja direhab, meski perbaikannya sedikit seperti memotong beberapa rumput yang sudah lebat, menambal beberapa lubang dan meratakan tanah lapang yang sebelumnya bergelombang.
 
"Beberapa waktu lalu, lapangan ini masih bisa digunakan, bahkan sempat digelar pertandingan antar desa, tapi sekarang lapangan sepak bola ini berubah jadi berlubang dan membuat tidak nyaman para pemain," jelasnya.
Dan memang, setiap kehadiran pasar malam itu, lapangan sepak bola yang kondisinya sudah bagus ditinggalkan begitu saja oleh pedagang pasar dengan keadaan rusak dan bekas galian mereka tidak diarug lagi dengan rapi. Meski pemain sepak bola keberatan dengan keberadaan pasar malam itu, tapi tetap saja tidak bisa berkutik, mengingat yang memegang kuasa atas sarana olah raga itu adalah pihak kecamatan setempat. "Meski dilarang keras, sepertinya tak akan menghasilkan apapun, sarana olah raga itu tetap saja dipakai untuk pasar malam," tandasnya.
 
Hal senada diungkapkan pemain bola lainnya, Ilham (30), usai pasar malam itu digelar, lapangan pasti rusak dengan meninggalkan lubang-lubang besar dan parahnya kerap ditemukan ditengah lapangan pecahan botol miras. Kata Ilham, beberapa waktu lalu ada siswa SD yang terluka ketika bermain dilapangan itu. Selama ini lapangan tidak pernah mengalami perbaikan secara permanen, padahal lapangan itu dulu pernah menjadi ajang turnamen bergengsi se Kabupeten Karawang bahkan tingkat provinsi se-Indonesia. "Lapangan sepak bola ini bisa menciptakan bibit-bibit pemain sepak bola daerah, bahkan nasional jika diperhatikan pemerintah," ucapnya. (sigit)

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan