Las Karbit Bengkel Motor Meledak

Saturday, June 20, 2009

CILEBAR, RAKA - Las karbit bengkel motor meledak dan melukai pemiliknya Dai (42) warga Dusun Sukajadi, RT 01/04, Desa Pusakajaya Utara, Kecamatan Cilebar, Kamis (18/6) pukul 07.00 WIB. Ledakan itu menggelegar dan mengejutkan warga setempat.
 
Akibat ledakan itu, Dai dirawat medis Puskesmas Cilebar dan mengalami luka bakar serius akibat api besar yang menyambar badan dan wajahnya. Keterangan saksi mata, Ocep (55) mengatakan, ledakan tersebut terdengar hingga radius dua kilometer dan sempat ada getaran hebat akibat ledakan tabung las karbit itu.
 
Diceritakannya sekitar jam 07.00 WIB, Dai bersama rekan kerjanya Kasam (36) sedang memperbaiki penutup tabung yang bocor, kemudian kerusakan itu diperbaiki Dai. Namun, tanpa disadari las yang di pegang rekannya dalam keadaan menyala posisinya sangat dekat dengan tabung gas yang bocor itu, kemudian api menyambar gas dan meledak.
 
Ledakan itu memecah keheningan kampung setempat, karena selama ini di kampung tersebut tidak pernah ada kejadian yang menggemparkan seperti itu. Apalagi selama ini bengkel motor Dai diketahui aman-aman saja, bahkan bengkel ini terbilang ramai dan sering dikunjungi warga yang akan mempebaiki besi-besi motor mereka yang penyok atau hanya sekedar untuk asesories dengan tambahan besi. (spn)

Pembangunan Tugu Proklamasi Harus Dianggarkan APBN

"Idealnya, Tugu Proklamasi adalah urusan pemerintah pusat, karena tugu itu merupakan tempat sejarah milik nasional. Harusnya ada APBN untuk melestarikan lokasi sejarah di Rengasdengklok. Apalagi Soekarno pernah mengatakan, jangan sekali-kali melupakan sejarah," kata Sekcam Rengasdengklok, Irlan Suarlan (31), kepada RAKA, Jumat (19/6) siang di tempat kerjanya.
 
Menurutnya, bangsa ini harus bisa melestarikan tempat sejarah, tidak sekedar mengingatnya saja. Kata dia, pemerintah pusat harus melihat kondisi tempat sejarah di Rengasdengklok, apalagi pada momen 17 Agustus besok. "Mungkin selama ini Pemda Karawang sudah sering mengusulkan pembangunan Tugu Proklamasi, tapi hingga kini belum terealisasikan," katanya.
 
Diakuinya, saat ini dia baru mendengar-dengar informasi tentang kondisi Rengasdengklok. Selain konsen pada jabatannya membantu administrasi perkantoran, dia pun belum bisa memutuskan tindakan untuk pembenahan tata ruang Kota Rengasdengklok. Selama masa jabatannya, dia akan tetap mengkikuti pimpinan.
 
Lulusan STPDN (Sekolah Tinggi Pendidikan Dalam Negeri) ini mulai masuk pemerintahan Kabupaten Karawang sejak tahun 2007 lalu, diawali di Kecamatan Pakisjaya sebagai Kasi Kependudukan, kemudian 17 bulan sebagai Kasi Trantib Kecamatan Cilamaya Kulon dan baru dua minggu ini dia menjabat sebagai Sekcam di Kecamatan Rengasdengklok. (spn)

Warga Tirtajaya Pertanyakan Tong Air PDAM

BATUJAYA, RAKA - Masyarakat Tirtajaya mempertanyakan fungsi tong air minum bantuan pemerintah yang telah dikeluarkan sejak tahun 2006 lalu. Rencananya tong itu akan diisi air bersih oleh PDAM Karawang, tapi hingga kini hal itu belum pernah terealisasi.
 
Seperti diungkapkan Wahidin (41) warga Dusun Pilang, Desa Tambaksari,
warga setempat sangat mengharapkan bantuan air bersih untuk minum, karena air sumur yang ada di desanya tidak bisa untuk dikonsumsi, karena rasanya asin dan hanya bisa digunakan untuk mandi dan mencuci.
 
Kata dia, tong air bundar dengan jumlah kran banyak itu merupakan bantuan pemerintah tahun 2006 lalu melalui Dinas Cipta Karya Karawang untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat di Kecamatan Tirtajaya. Namun, tong-tong air tersebut tidak pernah diisi air. Selama ini, tong air itu hanya terlihat seperti pajangan.
Diketahui, kecamatan ini dekat dengan laut, untuk itu warganya sangat membutuhkan air minum yang layak untuk dikonsumsi. Kata Wahidin, saat Wakil Bupati Hj. Eli Amalia Priatna meninjau lokasi banjir, dia pernah berjanji akan membantu mengadakan air bersih dan akan dikirim melaui PDAM Karawang, tapi janji itu hanya harapan belaka, karena air bersih yang dijanjikan tidak kunjung datang.
Diceritakan Wahidin, setiap hari warga setempat membeli air minum seharga Rp 2000 per jerigen atau memanfaatkan air hujan saat musim hujan, karena yang ada tidak layak untik dikonsumsi rasanya asin dan hanya bisa untuk mandi dan nyuci saja. Hal sanada diungkapkan Ujang (35), dia pikir untuk apa pemerintah mengeluarkan anggaran besar jika tidak bermanfaat bagi masyarakat, apakah penampungan air itu hanya untuk pajangan. (spn)

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan