Becak Belum Ambil Alih Terminal Rengasdengklok

Monday, September 7, 2009

BECAK: Hingga pertengahan Ramadhan ini, becak Rengasdengklok masih mangkal di jalan shelby plaza, penarik jasa ini belum mengambil alih terminal Rengasdengklok untuk menjemput pemudik. Diperkirakan seperti tahun sebelumnya, terminal Rengasdengklok akan jadi ajang rebutan penumpang antara sesama tukang becak, ojek dan angkutan umum trayek Tanjungpura-Rengasdengklok. Foto, Minggu (6/9) siang. (spn)

SMK Perbankan Indonesia Komitmen Didik Kualitas dan Keimanan Siswa

KUTAWALUYA, RAKA - Kualitas umat Islam akan terlihat pada bulan puasa ini, tidurnya orang puasa saja ibadah, apalagi kerjanya. Jadi, bukan berarti aktivitas selama puasa harus dikurangi, justru yang lebih baik harus ditambah, terutama ibadah-ibadahnya. Demikian kata Kepala SMK Perbankan Indonesia, Bambang Pranowo kepada RAKA kemarin.
 
Hal itu dia tekankan kepada siswanya selama sanlat (pesantren kilat). Menurutnya, semua umat muslim harus mampu memahami makna puasa, bukan sekedar melewati bulan ini dengan lapar dan dahaga saja. Pada sanlat 31 Agustus hingga 5 Sepetember 2009 lalu, SMK Perbankan Indonesia ini mengundang para penceramah yang berdomisili di sekitar lingkungan sekolah untuk mengisi tausyah Islam kepada siswa. "Intinya kita menyampaikan pesan, puasa tidak menghalangi aktivitas, tapi justru di puasa ini kita harus bisa produktif, ini yang harus ditanamkan pada siswa," ujarnya.
 
Hampir setiap Jumat, SMK ini selalu menyantuni 22 siswinya yang yatim, yaitu memberi uang alakadarnya untuk mencukupi kebutuhan mereka. Hingga kemarin, SMK ini masing melakukan klasifikasi siswi yatim dan tidak mampu yang jumlahnya hanya 1-2 persen dari jumlah siswa. Ini merupakan pendekatan pribadi sekolah dan siswanya. Namun, bukan berarti sejumlah siswa yatim itu dibebaskan biaya pendidikan, ini merupakan timbal balik dari sekolah berdasarkan pertimbangan tertentu dan khusus.
 
"Ini pendekatannya lebih pribadi, perhatian lebih dari sekolah untuk siswa yatim, kita masih memformat program supaya yang diberi ini tepat sasaran. Memang sisi lain sekolah butuh biaya operasional dan di sisi lain juga sekolah punya komitmen untuk membantu siswi yatim. Ini satu dasar dan folosifi di Yayasan Gema Cendikiawan Indonesia agar tetap memperhatikan anak yatim, termasuk SMK Ristek," jelasnya menceritakan siswi yang nunggak iuran di SMK Perbankan Indonesia lebih dari 40 persen.
 
Pada Rabu (9/9), rencananya SMK Perbankan Indonesia dan SMK Ristek akan melakukan buka puasa bersama di Masjid Baiturohim SMK Ristek. Setelah sebelumnya Jumat (4/9) semua sekolah dalam naungan Yayasan Gema Cendikiawan Indonesia ini buka puasa bersama di Jakarta. Bambang berharap, SMK Perbankan Indonesia dan Ristek mampu melakukan perubahan dengan target kedepan, karena sesuai visi membangun lembaga sekolah yang mampu menyesuaikan dengan tuntutan lingkungan. "Kalau kondisi lingkungan berubah, kondisi sekolah pun harus berubah," paparnya.
 
Bicara soal akreditasi, Bambang menjelaskan, sekolahnya tinggal mempertahankan ekisistensi, karena perubahan pengetahuan dan teknologi berjalan terus, minimal menjaga konsistensi atau keteguhan dalam menjalankan prinsip yang ada, tidak gampang kendur dan terpengaruh, malah harus jadi sekolah yang lebih proaktif. SMK Perbankan Indonesia ini telah mendapat akreditasi A yang beberapa tahun kemudian akan diakreditasi lagi.
 
"Itulah pentingnya menjaga standar dan juga melakukan pengembangan sesuai kebutuhan. Dengan begitu, dinamikanya akan terjaga, kalau akreditasi dianggap selesai (tidak perlu ada pengembangan pendidikan, red) maka sekolah akan merasa tidak perlu berbuat banyak lagi. Makanya sistem akreditasi ini dipertahankan dan terus ditingkatkan," ucapnya.
 
Pada konsep sekolah, lanjutnya, salah satu cara yang diambil yaitu keterlibatan masyarakat penuh dari sisi finansial juga dari sisi kesadaran masyarakat terhadap pendidikan. Jadi, tidak ada lagi kasus-kasus (tunggakan biaya pendidikan, red), karena secara ekonomis mereka dianggap mampu, tapi terkadang pendidikan dianggap bukan prioritas utama, diharap masyarakat memiliki kesadaran untuk pendidikan.
 
Kondisi ekonomi masyarakat ke bawah memang tidak terelakan, jadi harus ada sinergi, untuk itu orang tua jangan menyerah dan harus melakukan upaya dan solusi yang optimal. Dan sekolah juga tidak akan membiarkan siswa yang ekonominya tidak mampu untuk berhenti sekolah. "Kita bisa menggali CSR (Corporat Social Responsibility) dari perusahaan yang ada. Ada satu bentuk peraturan dari pemerintah, perusahaan itu harus betanggungjawab terhadap lingkungan sekitar, kita bisa gali dari sana, CSR ini bisa dialihkan ke pendidikan," ungkapnya.
 
Memang ada beberapa perusahana yang sudah mengalokasikan CSR tersebut, misal Honda dan Toyota yang telah memberi bantuan mesin ke SMK Ristek. Juga bantuan Dirjen Pendidikan yang telah membangun dua lokal kelas untuk SMK Perbankan Indonesia, ini juga satu bentuk penghargaan terhadap perkembangan SMK. "Pemerintah telah memberikan stimulus supaya sekolah bisa berkembang lebih baik lagi. Saya ingin suatu saat ketika orang bicara sekolah, maka terpikirkan SMK Perbankan Indonesia," ucapnya. (spn)

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan