IISIP Jakarta

Wednesday, March 11, 2009

Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta, saya di Fakultas Komunikasi, Jurusan Ilmu Jurnalistik, masuk angkatan tahun 1999. Cuma kuliah 2,5 tahun, terus keluar, karena tidak punya sokongan dana pendidikan. Setelah 3 tahun vakum, saya jadi reporter Radar Karawang, hari pertama liputan pada 21 September 2004 lalu. Sampai blogspot ini 'up date' dan menampilkan berita Radar Karawang, saya masih tetap sebagai reporter media Jawa Pos Grup ini. Bravo, agusto Italiano, numero uno!

Dulunya IISIP adalah Sekolah Tinggi Publistik (STP), kampus bagi putra-putri Indonesia untuk mendalami Ilmu Jurnalistik. Alhasil, meski cuma 2,5 tahun saya di kampus itu, Alhamdulillah, sudah bisa baca tulis berita, plus dibina jadi fotografer media. Terima kasih for u all, yang telah mendukung saya jadi begini dan begitu.

Pengalaman, kadang saya dipandang sama oleh segelintir intansi, kelompok dan perorangan, bahwa saya wartawan gadungan. Mengomentari hal itu...'au ah gelap', saya jurnalis bung, bukan sekedar wartawan. Oke, 'keep fighting' para jurnalis dan fotografer Indonesia!!! Jagalah kebersihan, buanglah sampah pada tempatnya :-)

Foto Lepas, Kampung Nelayan Desa Sungaibuntu, Kecamatan Pedes


KAMPUNG NELAYAN: Ratusan nelayan di Desa Sungaibuntu, Kecamatan Pedes menggantungkan hidup mereka pada cuaca laut. Pada musim hujan kemarin, ekonomi para nelayan ini lumpuh, karena sulit mengarungi ombak laut besar. Kini, mereka sudah bisa melaut, tapi penghasilannya masih minim. Terlebih, alat tangkap ikan yang dimiliki nelayan pun masih kurang.
 

Foto lepas, Try Out SMPN 2 Jayakerta

SMPN 2 Jayakerta gelar 'try out' soal hasil bedah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Komisariat Rengasdengklok pada 10-11 Maret 2009. Mulai tahun ini, sejumlah 226 siswa kelas tiga SMPN 2 Jayakerta yang menempati 12 ruangan sudah bisa melaksanakan Ujian Nasional (UN) disekolah sendiri, tahun sebelumnya sekolah ini mengikuti UN di sekolah induk SMPN 1 Jayakerta. Pada foto, dua guru mengawasi pelaksanaan 'try out', Selasa (10/3) siang.

Manajemen UPK Kutawaluya Bagus

"Saya sangat bangga terhadap organisasi keuangan di Kutawaluya, terutama Unit Pengelola Kegiatan (UPK). Manajemen keuangannya sangat transparasi dan UPK ini telah menyumbangkan dana surplusnya Rp 13 juta-an untuk kegiatan khitanan masal. Mudah-mudahan UPK ini barometer untuk kemaslahatan umat, karena kegiatan seperti ini sangat bermanfaat untuk kepentingan masyarakat," kata Camat Kutawaluya, Drs. Heri Paryono kepada RAKA, Selasa (10/3) siang.
 
Dia berulang mengantakan bangga memiliki UPK yang manajemennya terbuka dan pertanggungjawabannya jelas. Dia harap, UPK Kutawaluya bisa terus menggelar kegiatan sosial. "Ini suatu kehormatan bagi saya dan ini memacu saya lebih termotivasi untuk terus melakukan kegiatan kemasyarakatan," ujarnya.
 
Menurutnya, dalam organisasi UPK, sudah ada aturan baku, yaitu perguliran dana untuk fisik dan Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Camat berharap, dana fisik UPK bisa 100 persen direalsasikan dan tidak ada penyimpangan, termasuk dana SPP bisa bergulir lancar, pembayarannya bisa masuk kembali ke UPK. Dia menginginkan supaya perguliran itu berlanjut untuk kepentingan masyarakat. "Saya menginginkan perguliran dana pinjaman dari UPK ke masyarakat ini tidak berhenti. Uang pemerintah ini bisa digunakan sesuai aturan untuk kesejahteraan masyarakat," ucapnya. (spn)

UPK Kutawaluya Gelar Khitanan Masal

KUTAWALUYA, RAKA - Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Kutawaluya gelar bakti sosial khitanan massal di kantor kecamatan, Selasa (10/3). siang. Sebanyak 39 anak keluarga tidak mampu dari 12 desa se-kecamatan disunat gratis. Kemudian malam harinya, digelar pengajian rutin bulanan tingkat kecamatan yang dihadiri semua kepala desa dan masyarakat.
 
Dijelaskan Ketua UPK Kutawaluya, Aep Saepul Hidayat, anggaran untuk sunatan masal ini merupakan hasil simpan pinjam yang mengalami surplus. Surplus ini diperolah karena proses manajemen UPK yang transparan, sehingga tiap tahunnya surplus, pendapatan lebih besar dibanding pengeluaran. "Kita punya dana sosial dan dana itu yang kita gunakan untuk khinatan masal," ujarnya.
 
Jelasnya, penggunaan dana surplus untuk khitanan masal ini setelah ada kesepakatan Badan Koordinasi Antar Desa (BKAD), sebelumnya UPK memilah jenis bantuan sosial yang akan disalurkan. Jumlah anggaran kegiatan tersebut sekitar Rp 13.600.000, khusus bagi keluarga tidak mampu. "Ini juga atas bimbingan ketua Forum BKAD, H. Asep Zindani yang telah memiliki gagasan kegiatan sunatan masal," akunya.
 
Sementara itu, 39 anak rata-rata usia kelas 1 sekolah dasar ini disunat oleh 'bengkong' (paraji sunat, ret), tak sedikit diantara mereka yang menangis kesakitan. Usai disunat, anak-anak ini mendapat pengobatan dari tenaga medis Puskesmas Kutawaluya yang telah disiagakan. Untuk mengibur tangisan mereka, semua anak tersebut mendapat seperangkat pakaian, songkok dan sarung juga uang tunai dari panitia penyelenggara. Pada kesempatan ini, donatur dari tokoh masyarakat Kutawaluya pun ikut andil, seperti H. Budi memberikan santunan berupa uang 'cash' bagi sejumlah anak tersebut.
 
Pada malam harinya, masih di kantor Kecamatan Kutawaluya, semua kepala desa dan masyarakat setempat berkumpul menghadiri Maulid Nabi Muhammad SAW tingkat kecamatan. Untuk pertama kalinya acara syiar Islam ini sejak Camat Heri Paryono menjabat 2 bulan lalu. Pada kegiatan itu, camat menyampaikan program pemerintah, terutama supaya masyarakat mensukseskan pemilihan umum (pemilu) mendatang. (spn)
 

Mayat Terapung di Sungai Citarum, Warga Cuek Aja

JAYAKERTA, RAKA - Tak satu pun warga peduli pada sosok mayat yang terapung di Sungai Citarum. Bahkan diantara mereka berusaha menghanyutkan mayat laki-laki tanpa identitas yang usianya sekitar 35 tahun. Pasalnya warga enggan dijadikan saksi mata ketika diminta keterangan polisi.
 
Seperti diungkapkan salah satu warga Desa Medang Asem, Kecamatan Jayakerta yang tidak mau disebut namanya. Dia bersama beberapa warga lainnya melihat sosok mayat yang hanyut dari arah Rengasdengklok. Diakuinya, jenazah sosok pria tersebut beberapa kali tersangkut di badan perahu eretan. Namun, masyarakat tidak berupaya mengangkatnya. "Saya takut jadi saksi, makanya kami membiarkan mayat itu terus hanyut ke arah Kecamatan Batujaya," tukasnya.
 
Dia menceritakan, pernah ada yang menjadi saksi penemuan mayat serupa beberapa tahun lalu, tapi saksi mata itu malah tersita waktu kerjanya, karena dia sibuk mundar-mandir ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Untuk menjadi saksi mata saja, tak ayal warga yang melihat kejadian itu mengeluarkan kocek transportasi sendiri dan pekerjaannya pun terhambat. Akhirnya, nyaris beberapa hari penghasilan usaha mereka berkurang, karena polisi tidak memberi ongkos kesaksian. "Makanya, kami tidak mau lagi jadi saksi, ribet dan hanya bikin kami pusing," ujarnya.
 
Beberapa warga yang melihat menjelaskan, ciri-ciri mayat tersebut bercelana jeans warna biru, mengenakan kaos warna biru tua, rambut pendek, postur tinggi badan diperkirakan 160 cm dan warna kulit sawo matang. Pada saat warga melihat, posisinya telungkup, tapi warga setempat malah mendorong mayat itu menggunakan bambu galah supaya kembali hanyut di Sungai Citarum.
 
Saat RAKA, menyusuri sepanjang Sungai Citarum dari Kecamatan Jayakerta hingga Kecamatan Batujaya, mayat tidak ditemukan, kemungkinan jasad mayat itu tersangkut pada lokasi 'ronggos' atau rumput liar di sepanjang pinggiran Sungai Citarum. Beberapa warga memaparkan, mereka sering melihat mayat di Sungai Citarum, tapi mereka tidak lagi peduli untuk mengangkat jasadnya, karena kekhawatiran menjadi saksi pihak kepolisian yang menurut mereka dianggap bikin ribet. Sedangkan pihak polisi tidak berupaya mencari penemuan mayat itu, karena polisi menganggap warga tidak melaporkan kejadian tersebut. (spn)

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan