Sunatan Masal BLT Dilakukan Semua Desa

Wednesday, May 13, 2009




KUTAWALUYA, RAKA - Pemotongan dana BLT (Bantuan Langsung Tunai) sudah umum dilakukan semua desa se-Kabupaten Karawang dan beberapa daerah lainnya. Peserta BLT di Desa Sampalan, Kecamatan Kutawaluya menerima uang bersih Rp 125 ribu dari Rp 200 ribu yang mereka terima dari petugas Pos. Sisanya dihibahkan untuk non BLT dan sodaqoh haji gratis.

Dijelaskan Kaur Kesra Sampalan, Ahmad Basuni kepada RAKA, Selasa (12/5) di sela pencairan BLT di kantor desanya, pemotongan itu berdasarkan kesepakatan bersama masyarakat. Data peserta BLT di desa ini sebanyak 601 KK (Kepala Keluarga), sedangkan non BLT yang akan mendapat dana hibah sebanyak 1.415 KK. "Data penerima BLT yang punya kartu dan yang tidak di desa ini sama dengan jumlah data raskin 2.016 KK," tukasnya.

Pihak desa, lanjut Ahmad Basuni, tidak memaksa bagi warga yang tidak mau sodaqoh dan infak haji gratis dari program kecamatan ini. Pemotongan untuk non BLT sesuai kesepakatan diantara warga peserta BLT dan non BLT. Peserta BLT dipotong Rp 75 ribu, pemotongan itu termasuk Rp 12 ribu untuk infak dan sodaqoh haji gratis bagi peserta BLT dan sisanya Rp 63 ribu untuk uang hibah bagi non BLT.

Di Desa Kalangsuria, Kecamatan Rengasdengklok, pemilik kartu BLT dipaksa menyisihkan Rp 100 ribu untuk menutup warga non BLT yang jumlahnya lebih besar. Di desa ini tercatat peserta BLT sebanyak 430 KK, sedangkan non BLT sebanyak 1.870 KK. Pemerataan ini, merupakan kesepakatan bersama untuk menghibahkan sebagian dana BLT kepada warga non BLT. "Peserta BLT menghibahkan Rp 100 ribu ke non BLT," kata Kepala Desa Kalangsuria, Maman Somantri.

Sementara itu, masyarakat penerima BLT bisa bernapas lega meski uang yang mereka terima terbilang sedikit. Kendati begitu, penyaluran dana ini berlangsung baik. Dan penerima BLT tidak terlalu berdesak-desakan saat mengambil BLT dan loket pembayarannya dibuka di kantor desa setempat. Pembagian dana BLT ini dibagikan secara marathon oleh pihak Pos. Sehari, pembayaran BLT di satu kecamatan dilakukan di dua desa.

Diketahui, BLT mulai dibagi rata yaitu pada tahap kedua tahun 2005 lalu, itu dilakukan untuk alasan keamanan, setelah banyak terjadi kericuhan warga yang kontra terhadap pembagian BLT yang mereka anggap tidak merata. Dana bantuan langsung tunai ini tidak dibagikan secara utuh kepada peserta BLT, tapi dibagi rata kepada warga yang dianggap miskin tetapi tidak terdata sebagai penerima BLT.

Sejumlah warga mengaku mendapatkan uang setengahnya dari jumlah uang BLT yang seharusnya mereka terima. Mereka hanya pasrah dan menerima kesepakatan bersama. Guna memperkecil konflik, perangkat desa tidak ikut dalam proses pembagian BLT. Pembagian dilakukan tokoh masyarakat dan perwakilan warga. (spn)

Warga Amansari Minta Janji PT. Nasitor



RENGASDENGKLOK, RAKA - Masyarakat bersama LSM Somaka dan BPD (Badan Perwakilan Desa) Amansari, Kecamatan Rengasdengklok menuntut janji PT. Nasitor Sakti Segara yang akan mempekerjakan masyarakat setempat sebanyak 90 persen. Perjanjian itu telah disepakati sejak perusahaan ini mulai dibangun tahun 2007 lalu. Namun, hingga kini kesepakatan itu belum terealisasi.

Pertemuan ini dilakukan Selasa (12/5) siang di perusahaan stasiun gas elpiji Rengasdengklok tersebut. Sebagai penengah pertemuan ini dilakukan langsung Kapolsek Rengasdengklok AKP Mujiharja bersama Kepala Desa Amansari Hanafi. Mereka disambut baik pihak perusahaan dan membicarakan persoalan yang terjadi selama stasion gas elpiji berdiri hingga sekarang.

Menurut Manejer Plan PT. Nasitor, Hery Fahmi, pihaknya sudah mengakomodir tenaga kerja lokal di sekitar Desa Amansari sekitar 60 persen. Pihaknya telah merekrut tenaga kerja lulusan SD untuk mengembangkan perusahaan gas ini. Diakuinya, jika stasion gas ini telah beroperasi, tentunya akan banyak agen yang bermunculan dan akan banyak pula tenaga kerja yang dia butuhkan. "Ya memang untuk Dusun Krajan Barat, Amansari belum ada perekrutan, tapi untuk dusun sudah ada. Dan kita tidak bisa mempekerjakan semua," ujarnya.

Di tempat sama, anggota LSM Somaka juga Ketua Karangtaruna Desa Amansari, Toni Dalmanik belum puas dengan pernyataan PT. Nasitor. Kata dia, persoalan ini bukan hanya untuk Desa Amansari, melainkan menyangkut masyarakat Rengasdengklok, karena perusahaan ini berdiri di Kecamatan Rengasdengklok. "60 juga itu versi perusahaan, kita belum cek keakuratannya," ujarnya.

Sejak perusahaan ini dibangun 2007 lalu, pernah ada kesepakatan antara pihak desa dan perusahaan untuk memberdayakan masyarakat setempat, yaitu perekrutan tenaga kerja. Namun, koordinasi itu sempat terputus dan pihak perusahaan malah melakukan rekrutmen diluar pengetahuan pihak desa. Hal ini diketahui setelah masyarakat kembali mempertanyakan janji awal perusahaan itu, yaitu sanggup mempekerjakan warga di sekitar perusahaan itu berdiri sekitar 90 persen. (spn)

Camat Dedi: Tak Pantas Gakin Hibah BLT ke Keluarga Mampu




BATUJAYA, RAKA - Memang tidak pantas keluarga miskin peserta BLT (Bantuan Langsung Tunai) menghibahkan uang mereka untuk non BLT. Ini terjadi akibat sasaran BLT yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk desa yang ada. Sehingga ada kesepakatan, peserta BLT mau menyisihkan uangnya untuk non BLT. Ini juga untuk alasan keamanan.

Demikian kata Camat Batujaya, Drs. Dedi Ahdiyat kepada RAKA, kemarin. Dia berpesan, jika peserta BLT mau menghibahkan sebagian uang yang mereka terima, maka tidak boleh ada seorang pun yang terlewat untuk mensepakatinya dengan tanda tangan, karena jika terjadi sesuatu imbasnya akan mengarah ke aparat desa dan camat. "Terutama di daerah yang usai pilkades, dimana kondisinya masih lengket dengan pro-kontra," jelasnya.

Dia juga menegaskan pada pertemuan antar desa, aturan yang sekarang diberlakukan yaitu tidak ada kolektifitas pengambilan uang tunai itu atau perwakilan, masing-masing pemegang kartu BLT harus mengambil uang tunai oleh mereka sendiri. "Yang saya khawatirkan ada biaya administrasi di desa untuk pembuatan kartu BLT yang hilang," tukasnya.

Dari DPP (Daftar Pengawasan Penyaluran) BLT, desa memberi keterangan pada peserta BLT dengan memberikan nomor urut di pojok atas kartu BLT untuk mempermudah pengecekan di kantor pos. Dan sesuai surat bupati, bagi peserta BLT manula harus diantar ke tempat pencairan. Dana hibah tiap desa di Kecamatan Batujaya vareasi, bahkan camat melarang kades menjadi panitia BLT. "Jika berdasarkan data, keluarga mampu pun ada juga yang dapat BLT. Saya harap desa hanya memantau dan Di daerah utara Karawang," katanya.

Hari pertama pencairan BLT di Kecamatan Batujaya adalah Desa Segaran dan Desa Segarjaya, Selasa (12/5), kemudian pada Rabu (13/5) pencairan dilanjutkan di Desa Batujaya dan Desa Baturaden. Dan pencairan BLT di desa lainnya dilakukan secara

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan