Bina Marga Bikin Saluran Air Untuk Mengurangi Banjir Kalangsari

Tuesday, February 10, 2009

 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Pembuatan saluran air sepanjang 200 m, lebar 2 meter dan kedalam 2 meter yang dilakukan Dinas Bina Marga di Dusun Sinar Sari, Desa Kalangsari, Kecamatan Rengasdengklok tidak akan mengurangi banjir yang merendam sebagian pemukiman setempat. Satu-satunya cara untuk mengeringkan banjir di dusun itu harus disedot menggunakan mesin pompa.
 
Demikian kata Kepala Desa Kalangsari, Aan Heryanto kepada RAKA, Senin (9/2) siang. Menurutnya, banjir kiriman dari tanggul Sungai Citarum yang jebol di Dusun Kaceot, Kelurahan Tunggakjati, Kecamatan Karawang Barat 15 Januari 2009 lalu ini belum bisa surut, bahkan air yang semula keruh kini sudah terlihat bening dan berwarna kehijauan. Ini menandakan air lumpur Sungai Citarum sudah mengendap dalam waktu lama di dusun tersebut.
 
Banjir ini hanya menggenangi rumah-rumah warga yang berdekatan dengan bekas rawa yang kini terendam sekitar 30-40 cm. Tampak, beberapa rumah dikosongkan pemiliknya, karena air yang merendam rumah mereka itu diperkirakan tidak akan surut sebulan. Dilihat, rumah-rumah yang ditinggalkan ini banyak ditumbuhi siput-siput dan airnya membuat keropos pintu-pintu dan kusen rumah.
 
Sementara itu, pembuatan saluran air 200 meter itu menghubungkan bekas rawa yang kini terendam dengan saluran tersier dan air ini mengarah ke Dusun Jatimulya melalui gorong-gorong jalan raya yang kemudian dibuang ke saluran induk. Dan saluran air di Dusun Jatimulya ini pun rencananya akan dikeruk supaya air yang mengalir dari Dusun Sinar Sari bisa mengalir lancar. Pengerukan di Dusun Sinar Sari ini dilakukan tepat di seberang kantor Desa Kalangsari. "Meski dibuatkan saluran air, Dusun Sinar Sari tetap akan digenangi banjir, satu-satunya cara untuk mengeringkan Sinar Sari hanya dengan pompanisasi," ucap Aan.
 
Diketahui, banjir di Dusun Sinar Sari ini kerap terjadi di musim hujan. Namun, banjir hujan tidak separah seperti banjir kiriman Sungai Citarum. Kendati demikian, aktivitas warga setempat tidak terganggu, kecuali ada beberapa jalan-jalan lingkungan yang sengaja di putus warga untuk mengalirkan air ke tempat yang lebih rendah, karena pada saat banjir beberapa warga ketakutan banjir meluas, sehingga harus membuat saluran air termasuk memutuskan jalan lingkungan di tengah pemukiman mereka. (spn)
 
 

Desa Payungsari Difogging Menyusul Ada Penderita DBD

 
PEDES, RAKA - Menyusul satu warga terjangkit Demam Berdarah Dengue (DBD) di RT 02, Dusun Pedes I, Desa Payungsari, Kecamatan Pedes seminggu lalu, Dinkes Karawang mengerahkan tiga unit mesin fogging untuk menyisir pemukiman tersebut, Senin (9/2) siang.
 
Keterangan Sekdes Payungsari, Ajat Sudrajat, fogging pertama di musim hujan ini baru dilakukan di Dusun Pedes I, belum menyentuh ke dusun lainnya. Itu dilakukan sesuai di daerah edemis DBD. "Yang difogging hanya satu dusun, memang harusnya semua dusun, tapi hanya itu yang akan dilaksanakan Dinkes," ujarnya.
 
Diketahui, nyamuk semakin bertambah selama hujan yang mengguyur sebulan ini. Dilihat, banyak kubangan-kubangan air yang tidak kering dan membuat pemukiman tampak kumuh dan lembab. Kendati demikian, Dinkes Karawang hanya akan melakukan fogging di pemukiman yang terdapat warga korban DBD.
 
Kepala Desa Payungsari, H. Endjup Somantri menjelaskan, pihaknya telah mengusulkan semua dusun untuk difooging, tapi baru direalisasikan 1 dusun. Dan penyemprotan dilakukan hanya berjarak 100 meter dari rumah yang positif terjangkit DBD. "Hampir disetiap kumpulan kami selalu menganjurkan 3M, yaitu menguras, mencuci dan mengubur barang bekas supaya tidak dijadikan sarang nyamuk," ujarnya. (spn)

Perhutani Sumbangkan 1000 Paket Sembako

CIBUAYA, RAKA – Perhutani membagikan 1000 paket sembako kepada warga yang kebanjiran disekitar area Perhutani, yaitu di Kecamatan Cibuaya dan Kecamatan Tirtajaya. Sabtu (7/2) siang. Pihak Perhutani melihat, banjir sekarang lebih parah dibanding banjir tahun sebelumnya.
 
Tata Usaha Asisten Perhutani (Asper) Rengasdengklok, Yayan Herdiana mengatakan, bencana banjir tahun ini lebih parah dari tahun sebelumnya, terlebih di desa-desa sekitar area hutan mangrove yang merupakan, yaitu desa yang berdekatan dengan Sungai Bembang yang sempat meluap akibat tanggul Citarum jebol ditambah banjir hujan.
 
Selain itu, air laut pun menjadi penyebab meluapnya Saluran Bembang, karena muara air saluran ini tertahan air laut yang cenderung pasang. Akibatnya menenggelamkan pemukiman setempat. Hingga kini, beberapa desa yang dilalui Saluran Bembang masih terendam banjir. Dan banjir ini diperkirakan tidak akan surut sebulan.
 
"Sejak satu bulan yang lalu hingga sekarang banjir masih terluhat di Desa Sedari, dan mudah-mudahan bantuan ini dapat meringankan beban masyarakat yang tengah terlanda musibah ini" ujarnya ketika ditemui ditengah- tengah pembagian paket sembako di Dusun Telarsari, Desa Sedari.
 
Asisten Perhutani Rengasdengklok, Diki Marwan menuturkan, dahulu bencana banjir yang melanda desa di sekitar area Perhutani ini tidak terjadi setiap tahun, melainkan banjirnya terbilang dalam kurun waktu 5 tahun. "Perhutani mengalokasikan dana rutin setiap tahun untuk memberikan bantuan kepada seluruh desa Pangkuang Perhutani Rengasdengklok. Bencana banjir ini mencerminkan bahwa pemanasan Global memang memberikan kontribusi yang besar. Ini akibat mencairnya kutub-kutub di belahan bumi Utara dan Selatan yang mengakibatkan banjir selalu terjadi," ucapnya. (spn)

Pasca Banjir, Warga Cibuaya Terserang Sakit Ispa dan Demam

CIBUAYA, RAKA - Anggota DPRD Fraksi PDI Perjuangan, H. Tono Bahtiar melakukan pengobatan gratis di Dusun Krajan, Desa Kedungjaya sekaligus memberikan bantuan makanan di Desa Kalidungjaya, Kecamatan Cibuaya. Bantuan ini dikhususkan bagi warga setempat yang kebanjiran.
 
Kepada warga setempat, Tono menjelaskan, bantuannya ini merupakan bentuk kepedulian dan tanggungawabnya sebagai wakil rakyat. Pada kesempatan pengobatan gratis ini, sebanyak ratusan warga diperiksa kesehatannya dan mayoritas dari mereka mengidap sakit infeksi pernapasan akut (ispa) dan demam panas akibat kedinginan selama banjir dan musim hujan sekarang.
 
Melihat kondisi masyarakat, Tono menegaskan agar pemerintah memprioritaskan dua kebutuhan masyarakat setempat, pertama bantuan benih padi dan perbaikan infrastruktur saluran air, yaitu saluran pembuang Cilesung yang sedimentasinya tinggi dan menjadi penyebab air saluran itu meluap. Selain itu, Tono juga menyinggung tentang jalan hotmix yang telah dibangun Pemda Karawang kini telah kembali rusak, bahkan kondisinya kembali jadi tanah akibat digerus air banjir.
 
"Jalan raya harus ditinggikan 50 cm dan dicor, bukan dihotmix, karena sudah ketahuia hotmix tidak akan tahan lama dan tidak tahan air, apalagi di wilayah ini rentan banjir," jelasnya sambil memperlihatkan beberapa bagian jalan yang berlubang dan berbatu, semula jalan tersebut hotmix dan rata.
 
Dia juga menegaskan, Pemda Karawang harus menganggarkan dana bantuan dari ABPD pasca banjir, agar masyarakat bisa tertolong, diantaranya bibit padi dan perbaikan saluran air juga lainnya. "Saya melihat, saat banjir terjadi, Desa Kalidungjaya ini sudah terputus dengan desa lainnya. Dan saya desa ini merupakan daerah yang harus diprioritaskan mendapat bantuan, terutama bagi ratusan hektar sawah yang bibitnya terendam banjir kemarin. Yang lebih dipentingkan sekarang, bukan bantuan-bantuan berupa mie instant, tapi bagaimana cara keluar dari persoalan banjir ini, " ujarnya. (spn)

Banjir di Kalidung Belum Surut

 
 
"Sejak banjir kiriman Sungai Citarum yang jebol dari dari Dusun Tangkil, Desa Kuta Ampel, Kecamatan Batujaya 15 Januari 2009 lalu, sampai saat ini airnya belum surut. Air dari Sungai Citarum ini masih menggenani sebagian besar rumah-rumah dan persawahan di Desa Kalidungjaya. Memang, setiap tahun desa ini langganan banjir, ini diperparah lagi dengan tanggul Citarum yang jebol," kata Kepala Desa Kalidungjaya, Warsan Hermawan kepada RAKA, Minggu (8/2) siang.
 
 
Dia menjelaskan, pada saat banjir kemarin, 80 persen pemukiman setempat terendam selutut hingga sepinggang orang dewasa. Jalanan terputus dan aktivitas masyarakat setempat total terhenti, karena tidak ada satu pun kendaraan motor atau mobil yang bisa berjalan diatas genangan air. "Tapi warga setempat tidak mengungsi, mereka tetap bertahan di rumah masing-masing," ucapnya.
 
 
Saat ini, lanjutnya, puluhan rumah masih tetap kebanjiran, ini disebabkan saluran pembuangnya mampet dan dangkal. Dengan begitu, dia meminta pemerintah untuk memperbaiki saluran air supaya setiap ada banjir tidak terlalu lama merendam pemukiman setempat. Diakuinya, bantuan sudah banyak didatangkan dari Pemda Karawang dan relawan-relawan dari organisasi, perusahaan swasta maupun dari partai. (spn)

Desa Kalidung Jaya Masih Terendam Banjir Luapan Citarum

CIBUAYA, RAKA - Hingga kemarin, puluhan rumah di Desa Kalidungjaya, Kecamatan Cibuaya masih terendam banjir setinggi 20 cm. Banjir ini merupakan banjir air bah tanggul Sungai Citarum dari Dusun Tangkil, Desa Kuta Ampel, Kecamatan Batujaya 15 Januari 2009 lalu.
 
Dijelaskan Kepala Dusun Kalidung I, Minan Kasogi (39), kepada RAKA, Minggu (8/2) siang, tercatat sekitar 776 rumah di desanya terendam banjir yang hingga kini masih terjadi. Pada banjir akibat tanggul jebol, hampir semua pemukiman terendam total, bahkan desa ini terisolasi dari desa lainnya, karena untuk berjalan kaki saja sangat sulit, mengingat ketinggian air selutut hingga sepinggang orang dewasa. "Sekarang di Dusun Kalidung I, RT 03 dan 04 masih banjir setinggi 20 cm," ujarnya.
 
Ratusan hektar sawah dan 100 hektar tambak ikan bandeng masih terendam, sawah-sawah masih tampak terlihat seperti danau luas. Air yang menggenangi persawahan ini dimanfaatkan warga setempat yang memiliki perahu sebagai media transportasi antar kampung. Ketinggian air yang menggenangi sawah tidak membuat perahu-perahu kayu ini menyentuh tanah sawah. Sehingga perahu warga bisa meluncur bebas di atas persawahan.
 
Banjir yang tiap tahun menenggelamkan ratusan rumah di Desa Kalidungjaya ini sudah dianggap hal biasa. Kendati begitu, warga tetap meminta pada pemerintah supaya bisa menanggulangi banjir tahunan yang kerap membuat warga setempat menderita. "Saya harap ada pembenahan di bidang infrastruktur, diantaranya saluran air," ujarnya. (spn)

Ratusan Pertani Tirtajaya Minta Dibangun Bendungan Air Sungai Bem bang

 
TITAJAYA, RAKA - Para petani di Desa Srikamulyan, Kecamatan Tirtajaya masih berharap Pemkab Karawang bisa merealisasikan pembangunan bendungan untuk kepentingan pengairan sawah, mengingat kepentingan petani ini sangat mendesak.
 
Bendungan yang lokasinya tidak jauh dari kantor Desa Srikamulyan ini hampir setiap tahun dibendung warga dengan menggunakan ribuan karung tanah. Ini dilakukan karena ratusan hektar sawah di tiga desa seperti Desa Srijaya, Srikamulyan, Tambaksumur dan Desa Kutamakmur kekurangan air. Untuk mengangkat air dari saluran air Bembang tersebut, maka saluran itu harus dibendung.
 
Beberapa waktu lalu, ada wacana di tahun 2009 ini bendungan itu akan direalisasikan. Di sebut-sebut, biaya pembangunan bendungan itu sekitar Rp 1 miliar. Namun, pihak kecamatan pun masih belum memastikan biaya sebesar itu untuk pembangunan bendungan yang lokasinya akan dibangun tepat bedekatan dengan kantor Desa Srikamulyan.
 
Bendungan ini lokasinya di Dusun Ciwaru, Desa Srikamulyan, saluran air yang memiliki lebar sekitar 20 meter dan kedalaman 4-5 meter itu selalu diarug warga untuk mengangkat air. Dana operasionalnya dari saku Desa Srikamulyan, Desa Srijaya dan dari kocek para petani. Bendungan ini akan dipugar kembali setelah kebutuhan bercocok tanam padi usai. Dan jika dibutuhkan lagi untuk mengairi sawah, maka sungai ini akan kembali dibendung.
 
Camat Tirtajaya, Drs. H. Wawan Setiawan pernah mengatakan, bendungan itu masih dalam wacana RAPBD 2009 dan realisainya tinggal tunggu ketuk palu. Dan camat akan terus berupaya supaya keinginan warganya itu bisa terwujud, karena hal ini menyangkut kepentingannya ratusan sawah di beberapa desa.
 
Pada pertengahan tahun 2008 lalu, petani sempat membendung saluran Bembang dengan 8000 karung tanah. Bendungan ini menghabiskan dana swadaya masyarakat sebesar Rp 15 juta. Kata Kepala Desa Srikamulyan, Rojali, selama beberapa tahun ini bendungan itu sudah enam kali bongkar pasang. Ini dilakukan untuk mengangkat debit air dan mengairi persawahan di Desa Srijaya dan sekitarnya. Lokasi bendungan, akunya, sudah ditetapkan di Dusun Ciwaru. "Selama ini petani sangat menggantungkan diri pada bendungan itu, makanya kita galang dana untuk membendung sungai," ujarnya kepada RAKA, kemarin.
 
Sementara, di Desa Srijaya, bendungan itu telah mampu mengairi sebanyak 100 hektar dari 360 hektar sawah. Selebihnya, sawah di desa ini mengambil air sekunder yang mengalir dari Desa Gempol Karya dan Sumur Laban. Dengan begitu, petani setempat berkeinginan agar bendungan di Desa Srikamulyan bisa dibangun. (spn)
 
 

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan