Tuntaskan Pembangunan Situs Proklamasi Dengklok

Saturday, August 23, 2008



RENGASDENGKLOK, RAKA – Faktor apa yang menyebabkan pembangunan situs Tugu Proklamasi ini jadi terbengkalai, apakah pemerintah selama ini selalu kekurangan dana ataukah persoalan kisruh antara tanggungjawab pusat dan daerah, ataukah memang tidak ada keinginan untuk menyelesaikannya. Demikian kata Ketua Umum LSM SOMAKA, Dul Jalil SH, kepada RAKA, Jumat (15/8) siang.

Dia menjelaskan, Rengasdengklok merupakan satu kecamatan yang ada di Kabupaten Karawang, secara geograpis Rengasdengklok terletak di karawang bagian utara. Rengasdengklok merupakan simpul bagi kecamatan-kecamatan lain yang ada disekitarnya, kita tahu ada sembilan kecamatan lain yang menggantungkan kegiatan perekonomiannya ke Rengasdengklok. selain itu akses utama dari kecamatan-kecamatan lain di wilayah utara karawang untuk menuju ke kota kabupaten harus melewati kota Rengasdengklok, dua hal inilah yang menyebabkan kenapa kemudian kecamatan Rengasdengklok disebut sebagai simpul dan memiliki arti yang cukup penting bagi kecamatan-kecamatan lain yang ada di bagian utara Karawang.

Kalau kita kilas balik ke belakang ke zaman perang kemerdekaan, maka mata kita akan semakin terbuka lebar bahwa Rengasdengklok ternyata punya peranan yang sangat penting dalam sejarah lahirnya Negara Indonesia. Catatan sejarah yang sangat penting dalam proses merebut kemerdekaan Negara Indonesia adalah bahwa pada tanggal 16 Agustus 1945 dinihari Ir.Soekarno dan Moh. Hatta sempat dibawa secara paksa ke kota Rengasdengklok oleh sekelompok pemuda dari pasukan Pembela Tanah Air (PETA). .

Kemudian di Rengasdengklok inilah Soekarno dan Hatta menyatakan kesediaanya untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Negara Indonesia meskipun melalui proses perdebatan yang alot. Sehingga akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 untuk pertama kalinya proklamasi kemerdekaan Negara Indonesia dibacakan oleh Ir. Soekarno.

“Saya kira kalau kita bertanya kepada setiap warga Rengasdengklok apa yang bisa dibanggakan dari daerahnya maka jawabannya sepertinya akan sama yakni bahwa Rengasdengklok adalah kota yang bersejarah. Rengasdengklok adalah titik awal lahirnya Negara yang merdeka dan berdaulat dengan nama Indonesia. Hal ini tidaklah terlalu berlebihan karena memang fakta-fakta sejarah berbicara demikian. Namun yang perlu direnungkan adalah apakah kebanggaan kita terhadap kota Rengasdengklok ini berbanding lurus dengan penghargaan kita terhadap nilai-nilai sejarah sejarah itu sendiri, mari kita sama-sama cari jawabannya,” jelasnya.

Proyek pembangunan museum atau situs Proklamasi Rengasdengklok dimulai pada zaman pasca Reformasi pada periode pemerintahan presiden Megawati Soekarno Putri. Penanggungjawab program adalah dinas pariwisata Kabupaten.Karawang sedangkan pelaksana teknisnya adalah UPTD Cipta Karya.

Kabarnya, sampai saat ini untuk pembuatan jalan alternanif dari terminal Rengasdengklok menuju lapangan Bojong dan untuk pembuatan Pondasi dari pilar-pilar beton telah menghabiskan dana sebesar Rp. 2.000.000.000 dari alokasi total anggaran sebesar Rp.50.000.000.000. Namun pembangunan hanya selesai sampai tahap itu saja, tidak ada tanda-tanda bahwa proses pembangunan akan dilanjutkan. Sebagai warga Rengasdengklok tentu saja kita sangat prihatin melihat kondisi seperti ini, karena pembangunan situs proklamasi tidak bisa dilihat sebagai proyek biasa. Pembangunan situs Proklamasi adalah sebuah penghargaan terhadap nilai-nilai sejarah dan jasa dari para pahlawan. (*spn)

BLT Cair di Kecamatan Batujaya




BATUJAYA, RAKA - Pembagian dana Bantuan Langsung Tunai (BLT) mulai dibagikan di beberapa kecamatan se-Kabupaten Karawang, Kamis (14/8) siang. Diantaranya Desa Kuta Ample dan Karyamakmur, Kecamatan Batujaya. Warga yang mendapat kartu BLT mulai memadati kantor desa sejak pagi hingga siang.

Tercatat, penerima BLT di Desa Kuta Ampel sebanyak 1.402 sedangkan data desa ada sekitar 2.500 KK yang termasuk gakin. Pjs. Kepala Desa Kuta Ampel, Dayat Hidayat mengatakan, penerima BLT di desanya menghibahkan Rp 100 ribu yang akan dibagikan pada keluarga miskin yang ada di desanya.

"Jumlah keseluruhan penerima BLT di desa ini sebanyak 1.439 kepala keluarga dan yang meninggal dunia sebanyak 37 orang. Saya harap, kartu BLT milik warga yang meninggal dunia bisa pada ahli warisnya, karena mereka sangat mengharapkan bisa menerima dana tersebut," katanya.

Dia menambahkan, pelaksanaan BLT di desanya aman dan masyarakatnya bisa diatur, tidak ada pergolakan berarti. Uang hibah Rp 100 ribu yang disisihkan dari penerima BLT ini sudah disosialisasikan kepada seluruh masyarakat dan semuanya menerima keputusan tersebut.

Di desa Karyamakmur, keluarga miskin tercatat sekitar 2.271 KK. Sementara, di desa ini yang menerima BLT hanya 1.112 dan yang tidak memiliki kartu BLT sebanyak 1.159. Sama seperti di Desa Kuta Ampel, masyarakat Desa Karyamakmur pun tidak mempermasalahkan hibah 100 ribu, mereka ikhlas dan bersedia membantu tetangganya yang tidak beruntung mendapat kartu BLT.
.
Di Kecamatan Batujaya, pembagian BLT dijadwal dua desa setiap harinya, diantaranya Desa Kuta Ampel dan Karyamakmur yang telah dibagikan kemarin. Kemudian, pada Sabtu 16 Agustus 2008 mendatang pembagian BLT akan dilakukan di Desa Karyabakti dan Teluk Ambulu, pada Selasa 19 Agustus 2008 Desa Segarjaya dan Segaran, Rabu 20 Agustus 2008 Desa Baturaden dan Batujaya. Dan Kamis 21 Agustus 2008 pembagian terakhir di Desa Teluk Bango dan Karyamulya. (spn)

PDIP Megabakti Fogging di Rengasdengklok





RENGASDENGKLOK, RAKA - Masih dalam Program Megabakti, PDIP kembali melakukan fooging di sejumlah rumah Dusun Blokraton, Desa Rengasdengklok Selatan, Rabu (12/8) siang. Fogging ini merupakan reaksi darurat yang dilakukan PDIP setelah mendapat laporan seorang warga setempat yang terserang demam berdarah.

Calon Legislatif (Caleg) dari PDIP, Abdul Arif, SE menjelaskan, pengasapan untuk membunuh nyamuk-nyamuk ke setiap rumah di Blokraton ini merupakan upaya reaksi cepat darurat PDIP. Seperti diketahui, Demam Berdarah Dengue (DBD) ini penyakit laten, harus ada upaya penyelesaian secara cepat, yaitu memberantas nyamuk demam berdarah.

Untuk itu, PDIP mengambil langkah cepat untuk melakukan penyemprotan nyamuk DBD gratis bagi masyarakat yang membutuhkannya, termasuk di Dusun Blokraton ini. Upaya ini, lanjutnya, dilakukan kontinyu oleh PDIP yaitu bagi semua masyarakat di kecamatan manapu di Kabupaten Karawang.

Fooging ini akan dilakukan setelah ada permintaan warga atau sesuai laporan warga yang kena DBD. Dan PDIP siap 24 jam menyelesaikan masalah-masalah di masyarakat. Tentunya, PDIP juga berkoordinasi dengan aparat desa setempat dan pengurus ranting PDIP untuk selalu siaga apabila dibutuhkan oleh masyarakat.

"Kegiatan ini tidak hanya dalam rangka menghadapi pemilu, tapi sudah bertahun-tahun dilakukan PDIP, yaitu memberikan bukti kepada masyarakat bahwa PDIP benar-benar peduli pada wong cilik. Selanjutnya, PDIP mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang baik dengan masyarakat setempat yang telah melaporkan gejala-gejalan DBD," ujarnya.

Pimpinan Ponpes Bani Ali, Dusun Blokraton, Didin Ahmad Muhidin (30) mengatakan, atas nama warganya yang berdomilisi di lingkungan Ponpes yang dia pimpin, berterima kasih pada Caleg dari PDIP ini yang telah menyumbang dan berperan melakukan fooging gratis untuk masyarakat di lingkungannya. Diakuinya, PDIP tentunya sudah menjadikan persoalan masyarakat ini sebagai tolak ukur.

"Memang, seharunya partai yang mampu mewakili aspirasi rakyat ini harus mampu mewujudkan keinginan masyarakat secara langsung, karna bagaimanapun wakil rakyat itu harus mampu menampung aspirasi masyarakatnya. Kalau dalam sebuah kaidah dikatakan, bahwa bentuk partisipasi atau bentuk apapun yang dilakukan pimpinan masyarakat, harus mengutamakan kepentingan masyarakat. Mudahan-mudahan yang dilakukan Abdul Arif dan PDIP ini menjadi cerminan bagi wakil rakyat lainnya untuk lebih mementingkan rakyat," jelasnya. (spn)

3.579 Kartu Kesasar ke Lain Desa



*Berdasarkan Data 12 Ribu yang akan Didistribusikan

RENGASDENGKLOK, RAKA - Dari 12 ribu kartu jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) yang akan dibagikan ternyata baru 8421 kartu yang bisa didistribusikan. Sementara sisanya diduga 'nyasar' kelain desa.

Akibat dari tidak jelasnya ribuan kartu jamkesmas itu puluhan ketua RT Desa Rengasdengklok Selatan, mengaku kebingungan karena tidak menemukan kartu warganya masing-masing. Padahal berdasarkan data jumlah kartu jaminan kesehatan tersebut sebanyak 12 ribu kartu.

Terkait itu, perangkat Desa Rengasdengklok Selatan, Jajang Jaenuri, ketika dikonfirmasi mengatakan, sebelum dibagikan, kartu Jamkesmas yang diterima desa pada Senin (11/8) pagi lalu disusun oleh aparat desa. Kemudian, pada Rabu pagi dibagikan pada semua RT se-Desa Rengasdengklok Selatan. Namun, dari 57 RT yang terdata penerima Jamkesmas, desa hanya menerima 49 RT.

"Kartu yang kita terima belum komplet semua, jumlah penerima Jamkesmas tiap RT masih belum pas, tidak sesuai dengan jumah yang daftar dan tertera dikertas penerima Jamkesmas. Misalkan RT 07 penerima harusnya 148 tapi diturunkan hanya 125, sisanya entah keliru atau tertukar dengan desa lain," katanya.

Kepala Dusun Warudoyong Utara, Ao Suherlan menjelaskan, memang banyak diantara ketua RT di dusunnya yang tidak mendapat kartu Jamkesmas sesuai dengan data penerimanya. Belum lagi warga yang mengajukan Jamkesmas susulan. Namun begitu, Ao akan terus berupaya agar warga yang telah terdata bisa memegang kartu Jamkesmas, mengingat kartu tersebut sangat penting bagi kesehatan warganya.

Diketahui, sebelumnya program pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin ini disebut Asuransi Kesehatan untuk Masyarakat Miskin (Askeskin) kini namanya diganti menjadi program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Askeskin tetap dilanjutkan tetapi namanya diganti menjadi Jamkesmas supaya tidak ada kesan itu program PT Askes. Namun, PT Askes juga tetap menjadi mitra kerja sama, tetapi tugasnya lebih ringan.

Penyelenggaraan program pelayanan kesehatan gratis tersebut, mulai tahun ini juga dilakukan dengan mekanisme baru. Dalam mekanisme yang baru, PT Askes tidak lagi ditugasi melakukan pengelolaan keuangan program dan hanya dibebani tugas mengelola kepesertaan, praverifikasi peserta dan pelayanan program.

Kegiatan verifikasi yang meliputi verifikasi pelayanan, keuangan dan administrasi, akan dilakukan oleh tenaga verifikator independen yang direkrut oleh pemerintah melalui Dinas Kesehatan di daerah. Semua kartu Askeskin secara bertahap akan diganti menjadi kartu Jamkesmas. Dalam hal ini, PT Askes juga bertugas memantau kegiatan pelayanan kesehatan gratis melalui program Jamkesmas dan menampung pengaduan masyarakat terkait pelaksanaan program tersebut. (spn)

Tukang Becak Tewas Tertabrak



JAYAKERTA, RAKA - Tragis! Seorang tukang becak tewas seketika setelah dihajar angkot Jurusan Batujaya - Rengasdengklok, Senin (11/8). Sebelum tewas korban sempat terpental dan tersungkur di pinggir sungai. Sementara pihak kepolisian hingga kemain masih melakukan pengejaran terhadap tersangka.

Korban adalah Inem Bin Perit (50) warga RT 13/05, Dusun Bubulak, Desa Medang Asem, Kecamatan Jayakerta. Sekitar pukul 05.30 WIB becak yang dikendarainya ditabrak mobil tak dikenal. Sebagian saksi mata menduga, kendaraan itu adalah angkutan umum jurusan Batujaya-Rengasdengklok, sebagian lagi mengatakan mobil pribadi, karena jenisnya kendaraanya serupa.

Dijelaskan tetangganya, seperti hari biasanya Inem pergi ke Pasar Rengasdengklok pukul 05.00 WIB untuk narik becak yang dia sewa Rp 2000/hari dari pemilik becak. Hasil sehari mengayuh becak hingga waktu dzuhur sekitar Rp 13 ribu, tapi tidak jarang dia pulang ke rumah hanya membawa hasil narik becak Rp 5-10 ribu.

Naas, saat kakek lima anak ini kembali ke tempatnya usahanya di Pasar Rengasdengklok, tepat di Jalan Cikangkung becaknya ketabrak mobil dari belakang. Saksi mata mengatakan, Inem terlempar dan tersungkur di tepian sungai, sedangkan becaknya rusak parah. Kaki dan tangan kanannya patah, kepala terbentur lantai jalan yang keras. Dia sempat dilarikan ke RS Proklamasi, tapi sayangnya suami Newi ini tidak tertolong. "Hidung dan mulutnya keluar darah," jelas tetangganya usai memandikan jenazah Inem.

Diketahui, jalan sepanjang Batujaya-Rengasdengklok ini rawan kecelakaan, terlebih banyak diantaranya jalan bergelombang dan amblas yang tidak nampak. Meski begitu, pengendara yang lalu lalang kadang melaju dengan kecepatan tinggi. Apalagi, sepanjang jalan ini hampir tidak ada rambu-rambu lalu lintas. Setiap hari, Inem dan tukang becak lainnya memang sering terlihat di jalan raya ini, mereka menawar jasa pada para penumpang angkutan umum yang turun dari arah Tanjungpura maupun dari arah Batujaya. Kadang, Inem terlihat membawa belanjaan banyak di becaknya, kadang hanya penumpang satu-dua orang mengantar keperluan warga setempat.

Hingga kemarin, kendaraan jenis 'carry' ini masih dalam pengejaran Polsek Rengasdengklok. Saat kejadian, memang jalanan belum terang karena masih pagi, sehingga saksi kejadian tidak melihat jelas jenis kendaraan dan plat nomor, yang mereka tahu mobil itu langsung ngebut dan meninggalkan Inem terkapar bersimbah darah di pinggir saluran induk Rengasdengklok. (spn)

Heri, Camat Motivator Pakisjaya



"Untuk melakukan pemerataan pembangunan daerah, memang seharusnya pemerintah hanya merupakan motivator bagi masyarakatnya, sedangkan pelaksananya yaitu organisasi masyarakat (ormas) atau lembaga hukum. Jadi, dana pembangunan itu dari masyarakat atau ormas, sedangkan pemerintah hanya memotivasi atau hanya sebagai stimulan," kata Camat Pakisjaya, Heri Paryono, kepada RAKA, Minggu (10/8) siang di tempat kerjanya.

Sementara ini, lanjutnya, dana pengembangan masyarakat merupakan anggaran pemerintah dan yang melaksanakan pemerintah. Sedangkan 'stik holder' pemerintahan bergerak untuk mensukseskan pembangunan pemerintah dan mewujudkannya. Misalnya bidang kemasyarakatan dan kepedulian sesama warga, dana diambil dari masyarakat dan yang melaksanakannya yaitu ormas yang didukung. "Jadi yang merealisasikan bukan hanya pemerintah saja, karena pemerintah hanya sebagai penggerak untuk mencapai tujuan, karena pelaksanaannya oleh ormas dan untuk masyarakat. Nah, 'good goverment' di negara ini belum sepenuhnya kita laksanakan," ucapnya.

Dicontohkannya, semisal keberangkatan haji gratis dari infak dan shodaqoh warga Pakisjaya yang telah dia lakukan baru-baru ini, pelakunya adalah masyarakat dengan mengumpulkan dana infak dengan niat ikhlas karena mengharap ridho Allah dan manfaatnya untuk masyarakat sendiri, yaitu mengangkat satu-dua orang warga untuk pergi haji dari dana infak tersebut. Sedangkan pemerintah kecamatan adalah motivator untuk mensukseskan kegiatan tersebut.

"Saya hanya mengaplikasikan visi Kabupaten Karawang dan Propinsi Jawa Barat yang isinya iman dan taqwa, dengan Rp 12 ribu/tahun, mereka berharap dan berdoa pada Allah agar mendapat kesempatan pergi haji, hanya Rp 12 ribu/tahun dari infak dan shodaqoh itu, iman dan taqwa masyarakat akan bertambah-tambah. Dan kegiatan ini sekaligus mempererat ukuwah Islamiyah," jelasnya.

Saat ini, pelaksanaan tersebut masih jarang, bahkan pemerintah cenderung penyalur dana untuk kepentingan masyarakat. Sedangkan 'good government ini harus melibatkan semua unsur, semisal pihak swasta, masyarakat dan didukung penuh pemerintah. Makanya 'good government' di negeri ini belum berjalan, karena untuk menuju 'good government' ini pemerintah hanya motivator, jadi pelaku utamanya organisasi masyarakat dan partisipasi masyarakat.

Selama ini, kata camat, gagasan pergi haji dari infak dan shodaqoh belum dipresentasikan di Pemda Karawang, padahal kalau program sodaqoh ini diikuti kecamatan lain, maka manfaatnya akan besar. "Karena duit sodaqoh itu lebih bermanfaat untuk haji, dan undian itu sebagai sarana untuk keadilan, bukan undian judi. Dan program haji dari infak ini mengajarkan pada masyarakat, tangan diatas lebih mulia dibanding tangan dibawah, seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang selama ini mengajarkan masyarakat kita konsumtif. Untuk melihat program haji gratis ini, saya harap pemerintah tidak hanya berpikir komprehensip, saya ingin masyarakat sadar pentingnya keberdamaan dalam beribadah," katanya. (spn)

Rohani Kaget Dapat Tiket Haji Gratis



PAKISJAYA, RAKA - Siapa yang tidak senang dapat tiket haji gratis? Seperti yang dialami Rohani (32) warga RT 12/03, Desa Telukjaya, Kecamatan Pakisjaya. Dia mendapat 1 kuota pergi ke tanah suci gratis dari infaq dan shodaqoh Rp 12 ribu/tahun yang dikumpulkan dari 3.500 orang warga Kecamatan Pakisjaya.

Haru, kaget campur senang, itulah yang dirasakan ibu tiga anak ini. Suaminya Minin (35) hanya seorang buruh kasar, kuli traktor sawah yang tiap harinya memperoleh hasil bersih dari usahanya Rp 35 ribu. Namun, jika musim tanam berlalu, minim mendorong gerobaknya dan berjualan soto ayam, sementara Rohani membantu membuat bumbu masak untuk usaha suaminya ini.

Rumahnya bilik, jelas tertera stempel Rumah Tangga Miskin (RTM) pada dinding gubuknya. Ketiga anaknya masih duduk di bangku sekolah dasar, sedangkan yang bungsu belum sekolah, yaitu Maryani (12), Mu'inah (11) Dan Royadi (6). "Ketika saya daftar infak dan shodaqoh Rp 12 ribu/tahun, saya merasa yakin bahwa saya yang akan mendapat pergi haji gratis, ini bukan hanya perasaan, tapi hati saya mengatakan, saya lah yang akan pergi haji," kata Rohani menceritakan firasatnya saat dia infak Rp 12 ribu/tahun yang kemudian dananya dihimpun Ikatan Persatuan Haji Indonesia (IPHI) Kecamatan Pakisjaya.

Tetangganya, Ismail (40) di dampingi Ketua RT 12 Mu'min (65) menyatakan dukungannya pada Rohani yang sudah dipanggil Allah untuk datang ke tanah suci. Bahkan, Ismail meminjamkan beberapa buku panduan haji untuk dipelajari Rohani, supaya ibadah yang akan dijalankan Rohani ke Makkah jadi mantap. "Awalnya kami memang ragu dengan program camat yang mengatakan bisa memberangkatkan haji gratis dari dana infak, tapi setelah terbukti seperti ini, kami merasa yakin dan mendukung infak dan sodaqoh pada tahun depan, saya yakin peserta infak dan sodaqoh tahun depan akan lebih banyak," ujarnya.

Sedangkan Minin tidak pernah membayangkan istrinya mendapat satu kuota berangkat haji gratis dari hasil infak dan shodaqoh warga Pakisjaya. Namun begitu, Minin ikhlas dan rela istrinya pergi ke tanah suci untuk menyempurnakan ibadah. Dia juga berharap supaya IPHI Pakisjaya tetap melaksanakan kegiatan tahunan ini agar masyarakat miskin di Kecamatan Pakisjaya mendapat kesempatan pergi haji gratis, karena ibadah ini merupakan dambaan semua kaum muslim. "Saya ucapkan terima kasih pada Camat Heri, dengan gagasannya yang mulia ini istri saya bisa pergi haji," katanya terharu. (spn)

Lomba Mancing Tabur 2 Kwintal Lele




PAKISJAYA, RAKA - Lagi-lagi Camat Pakisjaya Heri Paryono membuat kegiatan besar bagi masyarakatnya. Kini dia menggelar mancing bersama di saluran sekunder dengan manabur 2 kwintal ikan lele. Dan diantara ikan tersebut dikasih pita yang bisa ditukar dengan hadiah televisi, VCD, mini compo dan hadiah 'door price' lainnya.

Kegiatan ini untuk memeriahkan kegiatan HUT RI ke-63, ini juga untuk menyalurkan kegiatan masyarakat yang gemar mancing sekaligus menyadarkan masyarakat tentang pentingnya kebersihan saluran sekunder agar tetap bersih. Dengan mancing ikan lele ini juga menambah gizi masyarakat.

"Semata -mata kita lakukan ini untuk gizi masyarakat melalui kegiatan mancing. Kegiatan ini kita lakukan sejak saya menjabat Sekertaris Camat Pakisjaya," kata Camat Heri, disela kegiatan, Minggu (10/8) siang. Mancing ini dilakukan di sepanjang saluran sekunder 500 meter di depan kantor kecamatan, tiap kedua ujung saluran ini ditutup jaring.

Selain lomba mancing juga lomba menangkap ikan dengan tangan di air atau disebut 'gogoh ikan' dan berhadiah, bagi yang mendapat ikan berpita bisa ditukar dengan hadiah yang tersedia. Pita warna kuning ditukar dengan TV warna, pita merah ditukar VCD, pita hijau untuk 'mini compo'. Sedangkan untuk 'gogoh ikan' pitanya warna biru untuk bisa ditukar TV warna. "Kalau tidak kita lakukan sekarang, jelang 17-an saya akan padat," akunya.

Kegiatan ini, aku camat, selalu berorientasi kemasyarakatan, semuanya sesuai dengan kepentingan masyarakat. Jelang 17 Agustus ini kegiatannya berangkai, diawali lomba mancing dan 'gogoh ikan' diteruskan kebersihan kantor desa dan dinas intansi, rally sepeda dan akhir kegiatan diadakan malam kesenian di halaman kantor kecamatan.

Sementara, beberapa warga yang mengikuti lomba mancing ini menyatakan, kegiatan ini perlu dilestarikan di Kecamatan Pakisjaya dan berharap kegiatan ini akan terus dilestarikan oleh pihak kecamatan. "Saya senang dan bahagia dengan kegiatan ini, karena sekarang Pakisjaya jadi semakin meriah sejak camat Heri melakukan banyak kegiatan kemasyarakatan," kata seorang warga. (spn)

Pramuka Harus Kembali ke Alam



PAKISJAYA, RAKA - Dasarnya pramuka yaitu dekat dengan alam. Harusnya, prasarana atribut pramuka lebih cenderung pada alam. Saat ini mulai berkembang penggunaan atribut pramuka yang tidak alami, misalnya penggunaan cat dan listrik untuk penerang tenda.

"Pramuka ini memiliki tujuan untuk mendidik, ketika anak pramuka kembali pada alam, mereka akrab dengan alam dan peduli pada lingkungan. Dan konsep jati diri manusia tersebut akan muncul dari jiwa pramuka," kata Kepala Sekolah SMPN 2 Pakisjaya, Titut Hartadi, Jumat (8/8) siang usai penutupan Jambore Ranting (Jamran) Kecamatan Pakisjaya di lapangan Bola Somih, Desa Teluk Buyung.

Titut mengatakan kini semuanya serba modern dan praktis, akibatnya banyak yang tidak tahan dengan alam. "Saya harap pramuka 'back to nature' agar siswa bisa bertahan pada kondisi alam apapun dan tidak tergantung pada keadaan yang modern. Selain itu, bisa eksis melestarikan alam di lingkungan tempat mereka tinggal," katanya.

Banyak yang bisa dimanfaatkan dari alam, misalnya untuk mewarnai gapura tenda, warnanya bisa diambil dari beberapa jenis pohon atau menggunakan kapur putih, ini juga merupakan eduksi penting bagi peserta pramuka. Sementara, penjelajahan pramuka memang masih alami, pada peserta pramuka telah diperlihatkan kondisi alam. "Kedepannya, saya harap siswa pramuka bisa hidup bersatu dengan alam dan eskis di alam manapun, karena pramuka tidak hanya di Indonesia tapi di dunia. Dan pramuka bisa manfaat bagi seluruh kehidupan, mirip seperti pohon kelapa, seluruh batang hingga buahnya bermanfaat tidak ada yang dibuang," ucapnya.

Diakuinya, SMPN 2 Pakisjaya juara umum dua kali berturut Pramuka Prasasti (Pramuka pasukan inti) diantara pembinanya adalah pengajar sekolah, yaitu Agus, Dina, Yani, Rahmat, Aday dan Fadilah. Dan Gudep Prasasti ini akan mewakili Jambore Cabang tingkat Kabupaten Karawang pada tanggal 13-14 Agustus 2008 mewakili Kecamatan Pakisjaya.

Di tempat sama, Ketua Pantia Perkemahan Jamran Pakisjaya, Darwis (35) mengatakan, khusus di Kecamatan Pakisjaya, setelah 20 orang pembina pramuka melakukan banyak pelatihan di tingkat kabupaten, kini di masing-masing gudep telah banyak pula melakukan latihan. Pembina itu telah ikut Kursus Mahir Lanjutan (KML) dan Kursus Mahir Dasar (KMD) Pramuka. Materinya tentang keagaaman, Perlombaan Baris Berbaris (PBB) dan 'skill' kepramukaan yang dilombakan di jambore kwaran Pakisjaya. "Kwaran Pakisjaya sangat mengharapkan ada bumi perkemahan di kecamatan ini, saya harap ada dukungan semua pihak untuk memiliki lokasi tenda perkemahan di kecamatan ini," ujarnya. (spn)

Meluncur dari Pohon Sawo




Pemetik Buah Tewas

JAYAKERTA, RAKA - Nasib nasib dialami Maman (45), warga RT 11/04 Dusun Pawanda, Desa Medang Asem, Kecamatan Jayakerta. Kamis (7/8) sekitar pukul 11.00 WIB, ayah empat anak ini tewas mengenaskan setelah meluncur dari pohon sawo setinggi 20 meter. Sebelum dinyatakan tewas pemetik buah-buahan ini sempat dilarikan ke RSUD Karawang.

Maman tewas sekitar pukul 16.00 WIB. Isak tangis menyelimuti rumah duka, terutama anak tertuanya Reni (18) tak henti berlinang air mata meratapi kepergian ayahnya. Apalagi istrinya Yayah (40) tak kuasa membendung kesedihan, karena pada saat kejadian dia menyaksikan suaminya melayang dari atas pohon dan menghantam tanah kering hingga tulang kaki dan tangan menusuk ke tanah, patah. Istrinya sempat melihat suaminya itu meringis kesakitan, tak tunggu waktu lagi Yayah berteriak minta tolong pada tetangganya. Kemudian Maman dilarikan ke dukun urut di Pedes.

Karena tukang urut tidak menyanggupinya, Maman dibawa ke Puskesmas Medang Asem, Kecamatan Jayakerta. Oleh puskesmas, Maman dirujuk ke RSUD Karawang menggunakan ambulan. Sampai di Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD, tubuh Maman tak lagi bisa menahan sakitnya, dia memang mengalami patah tulang serius. Kaki kiri remuk sedangkan yang kanan patah di paha, lalu tangan kanan patah dan dua tulang iga pun patah.

Sebelum meninggal, Maman sempat menanyakan seseorang temannya bernama Amid pada Agus yang saat itu membopongnya. Setelah Agus menjawab bahwa Amid tidak ada, Maman yang terkulai di pelukan Agus ini langsung menghembuskan nafas terakhirnya. Diketahui tetangganya, keseharian Maman adalah sebagai pemanjat pohon buah-buahan, hal itu dilakukannya sebagai nafkah bagi keluarganya. Dia selalu piawai manjat pohon, tapi entah kenapa kemarin Maman naas jatuh dari pohon sawo.

Dia dikenal baik dan tidak pernah mengecewakan tetangganya. Dengan kematiannya ini, para tetangga merasa kehilangan sosok yang dikenal ulet bekerja sebagai tukang petik buah-buahan. Tak, jarang Maman ini sering disuruh untuk memetik buah kelapa, jambu, mangga dan lainnya, karena memang di dusun ini banyak pohon-pohon tersebut. Dan Maman lah ahlinya memanjat pohon. (spn)

Karawang Masih Krisis Energi



*Optimalisasi Pemakaian Listrik Industri Masih Tarik Ulur

KARAWANG, RAKA - Surat Keputusan Bersama (SKB) lima menteri bukan untuk mengatur pemadaman bergilir tetapi pengalihan hari kerja. Hal ini sebagai upaya optimalisasi penggunaan energi agar sektor industri tetap bisa beroperasi.

Demikian kata Humas PLN APJ Karawang, Samsul Rizal kepada RAKA, Kamis (7/8) siang di ruang kerjanya. Menurutnya, SKB ini berawal dari krisis energi listrik Jawa-Bali. Dan setelah PLN mengalami devisit, pasokan Jawa-Bali sudah interkoneksi. Pasokan dari pembangkit Jawa Bali 16.000 MW, tapi permintaan jadi naik hingga 17.100 MW, berarti devisit 1.100 MW. Kalau dipaksakan pasti akan terjadi kerusakan pada pembangkit listrik.
Dengan adanya pasca itu, pembangkit yang menggunakan BBM mengalami perubahan pemebelian dan otomatis pasokan ke interkoneksi yang 16.000 MW berkurang. Kemudian, banyak pelanggan industri yang sebelumnya menggunakan pembangkit sendiri kini beralih menggunakan tenaga listrik dari PLN. Sementara PLN tidak menambah pasokan daya. Selain itu, belum terbiasanya masyarakat kita hidup hemat, kecenderungan konsumtif membeli alat elektronik tanpa memperhitungkan kapasitas listrik di rumah.

Sehingga pertumbuhan suplai (pembangkit) tidak dapat mengimbangi pertumbuhan permintaan konsumen. Terlebih beberapa unit pembangkit listrik mengalami gangguan pemeliharaan. Dan investasi untuk membangun pembangkit untuk mengejar pertumbuhan permintaan daya listrik ini terbatas. Dan devisit daya itu terjadi pada hari kerja Senin-Jumat, yaitu sekitar 600 MW. Sementara Sabtu-Minggu malah banyak daya yang tidak terpakai (base load) sekitar 1000 MW pada Sabtu dan 2000 MW pada Minggu.

Sementara itu, Bupati Karawang Drs. H. Dadang S. Muchtar sebagai pendukung SKB lima menteri dan membuat peraturan Bupati Karawang Nomor 23 Tahun 2008 tentang pengoptimalan beban listrik melalui pengalihan waktu kerja pada sektor industri di Kabupaten Karawang. Dia melaksanakan ketentuan Peraturan Bersama Menteri Perindustrian Nommor 47/M-IND/PER/7/2008, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 23 Tahun 2008, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.13/MEN/VII/2008, Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2008 dan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-03/MBU/08 tanggal 14 Juli 2008 tentang pengoptimalan beban listrik melalui pengalihan waktu kerja pada sektor industri di Kabupaten Karawang.

Dalam peraturan itu tertulis, perusahaan industri setiap bulannya wajib mengalihkan satu sampai dengan dua hari waktu kerja pada hari Senin sampai dengan Jumat ke hari Sabtu dan Minggu, sesuai pengelompokan atau klaster dan jadwal pengalihan hari kerja yang akan disusun oleh PT. PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten, Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Karawang.

"Memang mengalihkan hari kerja Sabtu-Minggu itu tidak semudah membalikan tangan. Ada kategori pelanggan yang SKB dan non SKB, kalau yang masuk SKB selama lima hari kerja dan dua hari libur, sedangkan non SKB tujuh hari kerja dan tidak ada hari libur. Namun, meski 7 hari tidak libur dalam sebulan harus ada libur menggunakan energi listrik," ucapnya. (spn)

SMPN 2 Jayakerta Dibangun




*Terkait Pembangunan Unit Sekolah Baru

JAYAKERTA, RAKA - Gedung-gedung sekolah yang telah dibangun secara estafet oleh Pemerintah Karawang merupakan program pendidikan berkelanjutan yang dibiayai pemerintah dan digunakan oleh masyarakat.

Demikian Kasubag Pengedalian Pembangunan Dalprog Kabupaten Karawang, Momon S Pradja saat dia meninjau unit sekolah baru (USB) SMPN 2 Jayakerta, Rabu (6/8) siang. "Saya hanya memantau, kita lebih menekankan pada ke pengawas Cipta Karya untuk melihat fisik bangunan. Dan saya titip pada pihak sekolah dan komite agar gedung yang telah dibangun ini dirawat," katanya.

Di tempat sama, Pembina OSIS SMPN 2 Jayakerta Cacan S.Pd menjelaskan, sekolah SMPN 2 Jayakerta yang lokasinya di Kampung Pawanda, Desa Medang Asem, Kecamatan Jayakerta, sudah lama diharapkan guru-guru SD dan masyarakat Desa Medang Asem dan Cipta Marga. Karena sebelumnya SMPN ini kelas jauh dari SMPN 1 Jayakerta, waktu itu siswa masih numpang belajar di SD-SD setempat. Kini, dengan bangunan baru, sekolah yang dulunya kelas jauh ini telah mandiri dan kedepannya akan lebih leluasa mengembangkan siswa didik dengan segala fasilitas sekolah yang dimiliki.

Sebelumnya, SMPN 2 Jayakerta telah memiliki 4 ruang kelas baru, kini telah membangun tiga kelas baru lagi diatas lahan yang dimiliki 10.219 meter persegi. Lahan seluas ini tiap tahun akan terus dibangun kelas dan ruang belajar lainnya. Sedangkan, jumlah siswa kelas 1 sekitar 330, kelas 2 sebanyak 220, kelas 3 sekitar 212.
Menyikapi pernyataan Momo, Cacan menyatakan akan menjaga gedung sekolah ini sebaik-baiknya. "Apalagi saya sebagai deklalator sekolah ini bersama rekan-rekan guru lainnya, SMPN 2 Jayakerta ini seperti milik sendiri. Saya ucapkan terima kasih pada Pemda Karawang yang sudah merealisasikan dan peduli terhadap pendidikan," ungkapnya.

Pada Penerimaan Siswa Baru (PSB) tahun ini masyarakat setempat sempat pesimis, diduga minat sekolah ke SMPN 2 Jayakerta ini sangat minim. Apalagi masyarakat mengetahui, sebelum memiliki gedung di Dusun Pawanda ini, siswa SMPN 2 Jayakerta belajar selonjoran di lantai di sekolah dasar yang belum memiliki kursi-meja. Namun, hasilnya memuaskan, banyak lulusan SD yang mendaftar ke sekolah ini.

Selain itu, pihak SMPN 2 Jayakerta ini mengupayakan jika tiga kelas baru telah selesai, maka semua siswanya bisa masuk pagi, mengingat proses belajar mengajar siang hari waktunya sempit. "Namun, saya harapkan ada respon dari pemerintah setempat untuk membuat jalan setapak dari jalan raya menuju sekolah bagi akses siswa. Dan pembuatan jalan itu merupakan program terakhir kami," ujarnya.

Pembangunan tiga kelas tambahan ini dari dana APBD tahun 2008 yaitu sekitar Rp 186 juta, diperkirakan pekerjaanya hanya memakan waktu sebulan sejak 28 Juli 2008. Dan pada tahun mendatang, berencana akan mendapat 3 kelas lagi, dengan fasilitas ruang kantor, lab, mushola, perpustakaan dan toilet sekaligus towr beton untuk air bersih, termasuk alat tulis sekolah. (spn)

Louncing Haji Pakisjaya




dari Dana Infak dan Shodaqoh


PAKISJAYA, RAKA - Tahun ini, yang terpilih berangkat haji sebanyak 1 kuota dari dana infak dan shodaqoh Rp 12 ribu/tahun dari masyarakat Kecamatan Pakisjaya yaitu Rohani warga Kampung Baru II, RT 12/04 Desa Telukjaya. Tidak hanya itu saja, tokoh masyarakat Cibuaya, H. Anawi nyumbang 1 kuota dan undiannya jatuh pada Kapolsek Pakisjaya Hermawan yang juga akan berangkat ke tanah suci.

Sedangkan Camat Pakisjaya Drs. Heri Paryono mendapat kemuliaan pergi haji gratis pemberian dari seorang pengusaha Jakarta bernama Muhammad Faidzin, tapi dia menghibakan kuota itu pada guru ngaji setepat Ust. Mustopa. Pengumpulan dana infak dan shodaqoh berlangsung sejak Maret hingga Agustus 2008. Infak ini dikumpulkan dari 3.500 peserta infak dan shodaqoh pemberangkatan haji warga Pakisjaya. Hanya Rp 12 ribu/tahun, tiap peserta memperoleh kesempatan pergi haji.

Gagasan Camat Drs. Heri Paryono ini dianggap sukses dan merupakan cikal bakal pemberangkatan haji melalui infak dan shodaqoh pada tahun-tahun mendatang. "Program ini tidak begitu saja mudah dilakukan, karena selama proses pelaksanaanya banyak yang pesimis dan tidak memahami tujuan saya yang sebenarnya, tapi dengan 'lounching' pertama ini, mudah-mudahan bermanfaat dan akan terus dilakukan pada tahun mendatang," katanya usai kegiatan louncing pemberangkatan haji dari dana infak dan shodaqoh, Selasa (5/8) sore.

Selanjutnya, dia menginginkan membuka jaring seluas-luasnya pada masyarakat melalui sosialisasi tentang program infak dan shodaqoh pemberangkatan haji ini. Dia berharap, pembayaran shodaqoh itu 'on line' di Bank Rakyat Indonesia (BRI), sehingga masyarakat manapun diluar Kecamatan Pakisjaya bisa menjadi pesertanya. Selama ini, pembayaran infak masih terpaku pada BRI Unit Pakisjaya. "Jika sudah 'on line' kedepannya peserta infak ini bisa nasional. Namun, ini baru rencana, memang yang jadi peserta infak dan shodaqoh pemberangkatan haji ini tidak hanya untuk warga Pakisjaya saja, tapi bagi semua umat Islam," ungkapnya.

Diakui camat, untuk menjalankan infak dan shodaqoh beramal mulia ini, dia harus melakukan beberapa tahapan, diantaranya sosialisasi selama 3 bulan yaitu ke masjid, majlis dan para ulama setempat. Selain itu komitmen dari hasil sosialisasi dengan mengundang para ulama. Setelah itu membentuk lembaga Ikatan Pemberangkatan Haji Indonesia (IPHI) beserta seksi-seksinya, lalu bintek warga dan IPHI, kemudian MoU dengan BRI untuk membentuk rekening IPHI. Setelah itu pengumpulan dana hingga akhirnya pengundian. "Pengundian ini supaya terbuka, bukan mengadu nasib, itu tahapan yang saya lakukan, setiap tahapan mengandung resiko yang berat bahkan banyak hujatan dari orang-orang yang pesimis," ucap camat.

Pada pengundian untuk menentukan peserta infak dan shodaqoh yang beruntung berangkat haji tahun ini, di lapangan terbuka kecamatan ini pun digelar tabligh akbar dengan mengundang penceramah kondang Ust. Jefri yang akrab disapa Uje. Pada kesempatan sama, Wakil Bupati Karawang Hj. Eli Amalia memberi sambutan dan mendukung program yang dilakukan Camat Pakisjaya ini. (spn)

BLT Gagal Cair Awal Agustus 2008




Ribuan Gakin Pedes Mengaku Kecewa

PEDES, RAKA - Ribuan keluarga miskin (gakin) di Kecamatan Pedes kembali menelan kekecewaan menyusul tertundanya kembali pengucuran dana bantuan langsung tunai (BLT) di Kabupaten Karawang. Padahal sebelumnya beredar informasi dana tersebut bakal cair pada awal Agustus ini.

Ungkapan kekecewaan itu dilontarkan sejumlah warga desa di kecamatan tersebut. Seperti dikemukakan Wangsih (28) warga Dusun Pedes I, Desa Payungsari, Kecamatan Pedes, Selasa (5/8). Ibu enam anak ini mengaku kecewa setelah tahu dana bantuan langsung tunai yang ditunggu-tunggunya ternyata gagal dikucurkan.
"Tadinya saya pikir dana itu cair bulan Agustus ini. Kalau dana itu turun kan bisa saya belikan minyak tanah dan kebutuhan pokok lainnya," ungkap Wangsih yang juga buruh tani di dusunnya. Diakui Wangsih, selama ini dia menutupi kebutuhan dapurnya dari hasil menjadi buruh tani.

Sementara suaminya bekerja secara serabutan. Dan itupun belum tentu setiap hari mendapat pekerjaan. "Suami saya dapat uang harian kalau ada kerjaan, tapi kalau tidak ada yang nyuruh, kami tidak punya duit," katanya. Sehingga dengan kondisi seperti itu otomatis pekerjaan yang ditekuni Wangsih menjadi tiang rumah tangga dikeluarganya.

"Kalau tidak kesawah yang dari mana bisa beli beras," kata Wangsih. Demikian sulitnya kehidupan Wangsih. Sehingga anak pertamanya berhenti sekolah dasar dua tahun lalu saat duduk di kelas dua lantara tidak punya biaya. Dan anak keduanya kini duduk di kelas dua sekolah dasar, sedangkan anak ketiga hingga keenam masih kecil dan belum sekolah. Terlebih rumahnya kecil dan reyot, ukuranya pun kecil hanya 4x2 meter, di dalamnya satu kamar tanpa ruang dapur khusus. Tidur dan masak tumplek dalam satu ruang.

Hal serupa dialami mertuanya, Awik (67) dia tinggal dalam rumah bilik dengan ukurannya lebih kecil dibanding mantunya Wangsih. Rumah yang berlantai tanah itu tidak memiliki apapun kecuali hanya sekedar tempat tidur. Begitupun dengan beberapa rumah lain disekitarnya, di lingkungan ini kehidupan dan ekonomi masayarakat hampir serupa, semuanya tergolong dalam keluarga miskin yang hanya bertumpu pada bantuan pemerintah.

Camat Pedes, Drs. Ade Sudiana ketika dikonfirmasi menjelaskan, data verifikasi desa sudah masuk ke kantor Kecamatan Pedes dan sudah disampaikan ke kantor Pos Karawang untuk dicetak kartunya. Tercatat penerima BLT di kecamatan ini sebanyak 10.186 kepala keluarga (KK). Hingga kemarin, camat masih belum mengetahui tanggal pencairan dana itu dan masih dalam proses. "Saya harap warga bersabar, pencairan dana ini sedang dalam proses," katanya. (spn)

Dana Pilkades Menggelembung




Balon Kades Tak Sanggup Tutupi Dana Tambahan

BATUJAYA, RAKA - Meski hanya memiliki calon tunggal, anggaran Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Teluk Ambulu, Kecamatan Batujaya bengkak hingga Rp 49.860.000. Sedangkan hitung-hitungan Forum Masyarakat Transparansi (Format), untuk pelaksanaan pilkades yang akan digelar 30 Agustus 2008 itu hanya Rp 28.845.000.

Ketua Format Desa Teluk Ambulu, Ahmad Subhan menjelaskan kepada RAKA, Senin (4/8) siang, secara geografis Desa Teluk Ambulu, dana sebesar itu akan menghambat balon kades maju dalam percaturan pilkades mendatang. Dia sangat mengkhawatirkan calon tunggal yang notabene telah teruji kesetiaannya pada warga akan mengundurkan diri sebagai balon kades. Padahal dia memiliki program yang nyata untuk masyarakat.

"Mari kita atasi ini dengan nurani, agar pelaksanaan pilkades bisa kondusif, karena pilkades tahun lalu saja hanya menghabiskan dan Rp 16 juta, dengan jumlah Rp 49 juta-an mental balon kades bisa jatuh. Saya ingin Anwar tidak punya hutang setelah pilkades berlalu. Saya khawatir, dengan pendaftaran yang besar ini, kedepannya kepala desa akan garuk uang rakyat," jelasnya.

Menurutnya, panitia 11 punya hak untuk merancang dan tidak bisa diintervensi pihak manapun dalam menetapkan dana pilkades. Dan setelah menetapkan anggaran pilkades, panitia 11 menyerahkan rancangan anggaran ke Badan Permusyawaratan Desa (BPD). "Alangkah bagusnya selama pilkades ini kita melihat nurani, jangan membicarakan jumlah anggaran dana yang besar. Sekarang, masyarakat sudah tanda tangan dan menyatakan tidak setuju dengan anggaran pilkades Rp 49 juta-an ini," ungkapnya.

Dalam surat pernyataan yang ditanda tangani warga itu tertulis, setelah mencermati dana anggaran pilkades, masyarakat mengkhawatirkan tidak ada yang berani mencalonkan apalagi kondisi sumber daya desa hanya mengandalkan penggarap sawah, masyarakat berharap kepada pihak terkait untuk bisa mengurangi anggaran dana pilkades agar demokrasi yang menjadi program Kabupaten Karawang bisa terlaksana dengan kondusif. "Saya tidak ingin calon ini menanggung hutang setelah pilkades berlalu," kata Ahmad Subhan.

Ketua Panitia Pilkades Teluk Ambulu, Kecamatan Batujaya, Kusnadi S.Pdi, menjelaskan, Rp 49.860.000 itu untuk keperluan pilkades, tidak melihat jumlah calon kepala desa yang naik ke panggung pilkades, meski ada empat calon dana itu tetap dan tidak berubah. Hak pilih di desa ini sekitar 4000 jiwa lebih dengan pintu masuk pelaksanaan pilkades sekitar 8 pintu dari tiga dusun dan 8 RT. "Perhitungan Rp 49.860.000 ini bukan berdasarkan jumlah calon, tapi kebutuhan pelaksanaan pilkades," ucapnya.

Kata Kusnadi, secara adminitrasi belum ada yang daftar menjadi balon kades lagi kecuali hanya ada satu yaitu mantan kades Anwar Sugawir, dia diketahui masyarakat memiliki kinerja dan reputasi baik di mata masyarakat. Sehingga, ketika dia mencalonkan lagi, tidak ada satu pun berani tampil sebagai calon kades, karena sudah diketahui umum Anwar Sugawir lah yang terbaik. Dan jika Anwar tiba-tiba mengundurkan diri, maka akan banyak balon kades bermunculan.

Dana pilkades Rp 49.860.000 itu, lanjutnya, berdasarkan musyawarah antara BPD dan panitia 11, dalam musyawarah itu merancang dana kebutuhan pilkades. Dana itu berdasarkan hasil rapat dan BPD sendiri yang mengesahkan dana itu, tapi dana anggaran pilkades hasil rapat pada 30 Juli 2008 lalu itu belum disodorkan ke kecamatan. Kalau saya sih silahkan saja dananya sebesar itu, karena dana yang diajukan ini kan baru wacana," katanya. (spn)

DPT Ganda Tersebar di Dengklok




RENGASDENGKLOK, RAKA - Data Pemilih Tetap (DPT) pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) beberapa waktu lalu ternyata banyak yang ganda. Hal ini terbukti pada saat panitia Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Rengasdengklok Utara melakukan pendataan ulang hak pilih di desa tersebut.

Data hak pilih Pilgub Jawa Barat itu tetap memasukan warga yang telah meninggal dunia, yang telah pindah bahkan ada satu nama tapi terdata hingga dua kali di dusun yang berbeda. Untuk meluruskan hal ini, Kaur Kesra juga Seksi Pendataan Hak Pilih Desa Rengasdengklok Utara, Zaenal Arifin, menegaskan pada setiap RT untuk menyisir kembali data hak pilih jelang pilkades yang akan digelar 30 Agustus 2008 mendatang.

"Daftar Pemilih Tetap pada Pilgub banyak yang ganda, sedangkan pada pilkades mendatang kita akan data keakuratannya," katanya kepada RAKA, Minggu (3/8) siang. Beberapa dusun telah didata dengan baik, yaitu Dusun Jati, Kalijaya I, Kalijaya II, Cikangkung Barat I, Cikangkung Barat II dan Cikangkung Timur, data hak pilihnya sudah sesuai, kini tinggal penyisiran pendataan ulang bagi yang belum tercatat sebagai pemilih susulan.

Sedangkan, Dusun Balongjambe dan Krajan data hak pilihnya masih belum disesuaikan, karena pada Pilgub banyak data ganda. Pada Pilgub Balongjambe tercatat 948 orang, tapi menurut pendataan ulang pilkades tercatat 613 hak suara. Data sementara pemilih Pilkades Rengasdengklok Utara, sekitar 11.201 orang yang masuk 30 Juli 2008 lalu, hingga kini pihaknya masih mengintruksikan pada RT untuk menyisir agar jangan ada hak pilih yang tertinggal.

"Sekarang kami sedang menyamakan data pilkades dengan pilgub, pada pilgub tercatat sekitar 11.887 hak suara di desa ini. Di desa ini, diperkirakan sekitar 11.300 orang yang memiliki hak pilih murni pada pilkades mendatang. Sekarang masih penyisiran dan ditunggu hingga 18 Agustus 2008 untuk kemudian ditetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT)," ucapnya.

Hingga kemarin, bakal calon kepala desa yang positif naik ke panggung pilkades diantaranya A. Enin Saputra, Sambas dan A. Setiawan. Satu diantaranya telah mengundurkan diri secara tertulis yaitu Endang. Selama ini, ketiga balon itu sudah dikenal masyarakat, memang banyak juga yang masih belum kenal dekat, apalagi visi misinya. "Sementara ini, calon kuat masih tertuju pada mantan kades, tapi tidak menutup menutup kemungkinan balon kades lainnya akan menyaingi suara mantan kades lama," jelasnya. (spn)

Garuk Terminal Dengklok Harus Digaruk



RENGASDENGKLOK, RAKA - Masyarakat Rengasdengklok mulai resah akibat aksi tukang ojek dan tukang becak di Terminal Rengasdengklok. Mereka menghentikan angkutan persis di depan terminal untuk mengambil penumpang angkutan tersebut. Padahal biasanya jalur angkutan hingga ke Pasar Rengasdengklok.

Ketua Persatuan Angkutan Umum Rengasdengklok (Persukad), Yayat S, mengatakan itu Jumat (1/8) kepada RAKA. Tidak hanya dia juga menginginkan agar terminal Rengasdengklok digaruk saja dan lahannya dijadikan kantor dinas pemerintahan atau sejenisnya. Apalagi sejak dibangun terminal ini memang tidak difungsikan. Alasannya, terminal ini jauh dari pusat pasar Rengasdengklok. Untuk mencapai pasar, maka penumpang yang turun dari terminal harus naik angkot lagi atau becak. "Sebaiknya terminal ini digaruk saja dan diratakan karena setiap jelang Lebaran Idul Fitri selalu menggundang pertikaian antara sopir angkot dan tukang ojek," katanya.

Dilanjutkan Yayat, pemerintah harus mampu memulihkan kondisi seperti itu, karena pihak kepolisian setempat kadang tidak mampu merelai perkelahian antara sopir angkot dan ojek. Apalagi penumpang yang punya ongkos pas-pasan, selain diperlakukan tidak wajar, yaitu dipaksa turun dari angkot, mereka juga lelah jika harus berjalan kaki sepanjang 1 km dari terminal hingga Kota Rengasdengklok menuju angkot jurusan Batujaya atau Pedes yang mangkal di Karanganyar, perbatasan Kecamatan Rengasdengklok dan Kecamatan Kutawaluya.

Hal senada dijelaskan Humas Persukad, M. Urin, harusnya ojek dan becak ini santun dan menghormati penumpang yang lelah berpuasa. Ojek dan becak juga harusnya menunggu angkot di dalam terminal, tanpa harus memaksa pun penumpang pasti akan sadar, karena mereka butuh jasa angkutan, jadi tidak harus dipaksa turun dan ditarik-tarik naik ojek dan becak. Kata Urin, memang sulit mengatasi hal ini, karena semua tukang ojek dan becak sama-sama ingin memperoleh penumpang. "Memang benar, harusnya terminal ini dipugar dan selanjutnya pemerintah mendirikan bangunan baru yang lebih bermanfaat," ucapnya.

Terminal yang ideal, kata Urin, memang harus dekat dengan pasar, seperti pembangunan pasar dan terminal yang sempat digarap PT. Kaliwangi. Diakuinya terminal seperti itulah yang cocok untuk kultur Rengasdengklok. Jika saja tidak ditentang Pedagang Kaki Lima (PKL), kemungkinan kejadian tahunan setiap bulan puasa jelang lebaran di terminal Rengasdengklok ini tidak akan terjadi.

"Kita semua ingin ketenangan, jika penumpang dipaksa turun hingga keluar emosi dan perkelahian maka jelas terminal ini 'mudhorot' tidak bermanfaat. Saya setuju jika terminal ini digaruk, diratakan dan dibangun sarana lain yang bermanfaat bagi masyarakat," jelasnya.

Warga Rengasdengklok, Didin menyatakan, sejak awal terminal itu hanya menuai perkelahian. Bahkan tidak sedikit pemudik yang kecopetan saat turun dari angkot. Ini disebabkan tukang ojek dan becak saling berdesakan berebut penumpang. Tidak jarang pula, tukang ojek dan becak bersikap 'seronoh' pada penumpang kaum hawa. "Saya setuju jika di terminal itu dibangun gedung sanggar kesenian, karena selama ini belum ada di Rengasdengklok," tukasnya. (spn)

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan