Warga Minta Pemerintah Tegas Tentang Status Terminal Dengklok

Tuesday, October 7, 2008

RENGASDENGKLOK, RAKA - Masyarakat di wilayah Utara Karawang meminta ketegasan Pemda Karawang tentang status terminal Rengasdengklok. Jika memang terminal ini harus difungsikan, maka Dinas Perhubungan Karawang harus memperbaiki terminal dan membuat rute-rute angkutan umum. Namun, jika tidak lagi digunakan, masyarakat meminta supaya terminal ini dibongkar.
 
Hal ini diungkapkan beberapa warga dan Persatuan Angkutan Umum Rengasdengklok. Mereka menyayangkan aksi tukang ojek dan becak Rengasdengklok yang menurunkan paksa penumpang angkutan umum dari arah Tanjungpura menuju Pasar Rengasdengklok. Dan terminal Rengasdengklok inilah yang dijadikan alasan bagi tukang ojek dan becak sebagai lokasi yang tepat untuk menurunkan penumpang. Padahal, terminal ini hanya berfungsi sekitar 6 bulan sejak didirikan tahun 1984 lalu.
 
Ratusan tukang ojek dan becak menurunkan penumpang di terminal ini 10 hari menjelang lebaran hingga lebaran tiba, bahkan lebih. Aksi kedua pelayan jasa transportasi ini kadang sering membuat geram masyarakat. Pasalnya, tidak sedikit dari mereka harus tersita waktu dan biaya. Bahkan tidak tanggung-tanggung, ojek dan becak menawarkan tarif jasa terbilang mahal, biasanya Rp 5000 sekali antar, kini bisa mencapai Rp 20.000. Memang, menjelang lebaran ini dijadikan momen tepat bagi mereka untuk meraup hasil lebih dari para pemudik, tapi kenyataanya kakek-kakek tua renta yang biasa pulang-pergi Tanjungpura-Rengasdengklok pun terpaksa merogoh ongkos dua kali setelah diturunkan paksa oleh tukang ojek dan becak.
 
Aksi tukang ojek dan becak ini dilakukan sejak pagi hingga lepas dzuhur. Mereka mencegat angkot biru yang melaju dari arah Tanjungpura, memaksa penumpangnya turun dan menawarkan jasa dengan ongkos mahal. Tawar menawar dilakukan saat penumpang masih berada dalam angkot, karena penumpang angkot itu menolak turun. Namun, tukang ojek dan becak tidak kalah diam, mereka terus menawarkan jasanya dan mengatakan angkot yang mereka tumpangi tidak lagi sampai ke Pasar Rengasdengklok melainkan habis sampai terminal. Tidak hanya itu saja, angkot warna biru ini digulung, lalu kaca jendela angkot dibuka, tangan-tangan tukang ojek masuk ke dalam berusaha mengambil barang bawaan penumpang, tapi ada juga yang jahil colak-colek pada penumpang perempuan.
 
Tidak puas mangkal di dalam terminal, puluhan tukang ojek lainnya mencegat angkot jauh sekitar 1 km lebih dari terminal, hingga ke Desa Amansari. Hal itu mereka lakukan karena di dalam terminal sendiri terbilang ratusan ojek dan becak. Jadi, sebagian dari mereka mengejar penumpang hingga bukan pada tempatnya lagi. Bahkan tahun lalu, hampir semua ojek mangkal di luar terminal, mereka menurunkan semua penumpang angkot. Jelas, penumpang geram, kecewa dan tidak menginginkan naik ojek, bahkan mencaci maki tukang ojek. Akhirnya puluhan penumpang yang sudah diturunkan paksa ini harus jalan kaki 1-2 km lebih menuju Pasar Rengasdengklok sambil menjinjing barang-barang mereka yang berat.
 
Hal ini sudah menjadi pengetahuan umum, bahkan bupati dan Dinas Perhubungan Karawang juga intansi lainnya pun tidak bisa menutup mata. Malah, terkesan rutinitas tahunan ini seolah jadi tradisi dan dibiarkan, ribuan masyarakat yang hilir-mudik Tanjungpura-Rengasdengklok ini dirugikan. Beberapa ojek dan becak mengatakan telah mendapat ijin dari pihak kepolisian dan pemerintah setempat. Namun, jika melihat yang dialami masyarakat ini, sepertinya pemerintah bukan mengayomi melainkan mempersulit masyarakat. (spn)

Terminal Dengklok Kembali Kosong

Tukang ojek dan becak yang memaksa penumpang angkot turun di terminal Dengklok, di bulan puasa kemarin.
 
 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Usai lebaran, terminal Dengklok kembali sepi. Padahal, saat jelang Lebaran Idul Fitri kemarin, tempat ini jadi konsentrasi tukang ojek dan becak yang membuat geram para sopir angkot beserta penumpangnya. Pasalnya, ojek dan becak memaksa angkot berhenti di terminal yang tidak berfungsi itu. Parahnya, ojek dan becak ini pun memaksa penumpang turun.
 
Seperti diungkapkan seorang warga Dengklok, Abdul (29) kepada RAKA, Senin (6/10) siang. Diakuinya, keberadaan terminal itu selalu membuat masyarakat resah di saat jelang lebaran, karena dia pun termasuk salah satu penumpang yang dipaksa turun oleh tukang ojek dan becak. Padahal, dia asli berdomisili di Rengasdengklok. "Saya sebagai warga Rengasdengklok tidak nyaman dengan keberadaan terminal Rengasdengklok," ucapnya menceritakan dia dipaksa turun tukang ojek dan becak, saat dia bepergian karena urusan keluarga.
 
Ongkosnya, aku Abdul, sangat mahal dan menyiksa penumpang. Biasanya cuma Rp 5 ribu dinaikan hingga Rp 15-20 ribu, alasan tukang ojek dan becak menaikan tarif sebagai tambahan menghadapi Hari Raya Idul Fitri. "Ah, itu mah alasan saja untuk mencari keuntungan. Lihat saja kejadian kemarin, masa untuk menghadapi hari kemenangan puasa (Idul Fitri, red) harus ada perkelahian antara ojek dan sopir angkot," ujarnya.
 
Hal senada diakui warga Jayakerta, Rohmat (32), terminal harusnya memberi kenyamanan bagi penumpang bukan sebaliknya. Sepertinya, tidak ada terminal angkutan umum yang segarang di Rengasdengklok. "Beberapa tahun lalu, terminal Tanjungpura dikenal ketidaknyamanannya, sesama kondektur rebutan penumpang, tapi kini tidak lagi. Lalu, sampai kapan terminal Dengklok bisa memberi kenyamanan bagi masyarakat. Kalau hanya di fungsikan setahun sekali, lebih baik terminal Dengklok dibongkar saja, karena bikin kesal masyarakat," ujarnya.
 
Beberapa tukang ojek dan becak mengaku, meski setahun sekali difungsikan, terminal Dengklok adalah tempat mereka mencari nafkah. Beberapa diantara mereka pun menyadari ketidaknyamanan yang disebabkan ulah mereka sendiri. Kendati begitu, tidak ada cara lain lagi untuk mencari keuntungan lebih menjelang Hari Raya Idul Fitri. (spn)

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan