Menghindari Jalan Berlubang, Motor Nabrak Becak

Thursday, July 9, 2009

KARAWANG NEWS - Seorang kakek penarik becak Adung (60) warga Dusun Krajan A, RT 04/02, Desa Kertasari, Kecamatan Rengasdengklok dilarikan ke RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Karawang akibat luka serius setelah dia dan dua penumpangnya ditabrak motor Yamaha Scorpio Z di depan Kantor Desa Kemiri, Kecamatan Jayakerta, Selasa (7/7) pukul 21.45 WIB.
 
Kepada polisi, pengendara motor Nono (40) warga Kedungjaya, RT 03/01, Kecamatan Cibuaya menjelaskan, dia menabrak becak setelah menghindari jalan rusak di depan kantor desa tersebut, karena gelap dan berkecepatan tinggi, Nono tidak bisa menghindari becak yang sudah di kiri motornya.
 
Kemudian, dia dan tukang becak berikut kedua penumpang becak itu terjungkal dan jatuh tersungkur. Kondisi becak pun rusak berat, sementara Nono dan dua penumpang perempuan itu luka parah, satu diantaranya patah jari manisnya dan mendapat perawatan medis setempat, sedangkan penarik becak yang luka berat terpaksa harus dilarikan ke RSUD karena 'koma'.
 
Akibat kelalaiannya ini, Nono langsung ditangani Laka Lantas Polre Karawang, setelah menjelaskan kronologis kejadian kepada Polsek Rengasdengklok. Dan hingga kemarin sore, Adung dikabarkan masih berbaring tak berdaya di RSUD Karawang dengan luka serius pada kaki kanannya dan kepalanya, diduga dia geger otak.
 
Menurut keterangan saksi mata, Wawan (35) warga Desa Kemiri, becak sedang melaju dari arah Rengasdengklok menuju Kemiri, tiba-tiba belakangnya motor melaju sangat kencang dan menabrak becak setelah menghindar jalan yang rusak berlubang-lubang, kemudian tukang becak dan penumpangnya jungkir balik hingga ketiganya luka parah.
 
Kebetulan, malam itu beberapa polisi tengah bersiaga di Kantor Desa Kemiri, mengetahui kejadian itu, polisi dan beberapa PAM Pemilu dari desa setempat langsung melakukan pertolongan. Dan seperti diketahui, memang sepanjang jalan dari arah Rengasdengklok menuju Kecamatan Jayakerta rusak parah, di jalan itu pengendara terpaksa harus meliuk-likukan motornya untuk menghindari jalan berlubang dan sudah diduga hal itu tentunya akan berakibat fatal jika kedua kendaraan saling bertabrakan berebut jalan. (spn)

TKW Jayakerta Diperkirakan Tidak Ikut Pilpres

TPS 8 Desa Kemiri, Kecamatan Jayakerta.
 
 
KARAWANG NEWS - Sekitar 80 persen warga Kecamatan Jayakerta mengikuti Pilpres 2009, sekitar 20 persen sisanya adalah TKW (Tenaga Kerja Wanita) yang diprediksikan tidak bisa mengikuti Pilpres di negara tempat mereka bekerja. Selain itu, beberapa warga di kecamatan ini pun tidak ikut Pilpres di kampung halamannya karena berada di luar daerah.
 
Data itu berdasarkan catatan jumlah penduduk tiap desa. Seperti di TPS 8 Desa Kemiri, jumlah hak pilih di TPS ini sebanyak 581, tapi yang hadir hanya 442 orang, jumlah hak pilih yang berada di luar negeri sebanyak 45 orang. Hasil pantauan, jumlah TKW tiap desa yang tidak bisa menyalurkan suaranya pada Pilpres 2009 sekarang sekitar 40-53 orang.
 
Ketua KPPS di TPS 8 Desa Kemiri, Amas (40) membenarkan, banyak warga setempat yang TKW tidak bisa memilih, dia memprediksikan hal itu setelah banyak TKW dulu yang tidak bisa ikut pemilu, kemungkinan hal itu terjadi pada TKW yang saat ini berada di luar negeri. Kendati demikian, pencontrengan pilpres di Kecamatan Jayakerta berjalan lancar tanpa kendala apapun, sekitar 80 persen masyarakat menggunakan hak pilihnya di TPS masing- masing. Hampir semua warga mengungkapkan pilpres lebih mudah dibanding pemilihan legislatif.
 
Diketahui, DPT LN (Luar Negeri) pada Pilpres 2009 sebanyak 1.137.738 pemilih (mengalami penurunan sebanyak 338.105 pemilih, dari DPT pada Pileg 1.475.847, red). Penurunan jumlah DPT luar negeri untuk Pilpres 2009 menunjukkan kinerja KPU yang semakin buruk dan tidak berkualitas. Padahal pada pelaksanaan pemilu legislatif yang lalu, jumlah DPT luar negeri sama sekali belum mencerminkan jumlah warga negara Indonesia yang ada di luar negeri.
 
Semestinya DPT pada Pilpres 2009 meningkat, bukan menurun, mengingat banyak buruh migran Indonesia yang tidak terdaftar pada pileg kemarin yang telah pro aktif mendaftar ke PPLN negara setempat untuk tercatat sebagai pemilih dalam Pilpres 2009. Terhitung sejak Mei 2009, di Singapura, DPS untuk pilpres justru mengalami peningkatan sebesar 9.538 pemilih, sehingga penurunan DPT LN pada pilpres 2009 dipertanyakan.
 
Penetapan DPT sesuai dengan UU No. 42/2008 tentang pilpres, pasal 29 ayat (1) yang berbunyi, 'Bahwa DPT Pemilu Legislatif dijadikan sebagai Daftar Pemilih Sementara (DPS) pada Pemilu Presiden'. Kalau KPU taat pada aturan yang ada, setidaknya DPT luar negeri pada Pilpres jumlahnya sama dengan DPT pada Pemilu Legislatif.
 
Penurunan DPT LN pada Pilpres 2009, semakin menunjukkan kuatnya pengabaian pemerintah dan penyelenggara pemilu terhadap pemenuhan hak politik buruh migran Indonesia. Menurut hasil pemantauan 'Migrant CARE' pada pemilu legislatif yang lalu, antusiasme buruh migran Indonesia untuk berpartisipasi pada pilpres sebenarnya lebih besar daripada partisipasi pada pileg kemarin. (spn)

Tata Ruang Kota Dengklok Harus Dibenahi

KARAWANG NEWS - Menuntaskan kesemerawutan Kota Rengasdengklok harus orang yang betangan besi, artinya dia tegas dan benar-benar berkomitmen menertibkan kota itu dari kondisi sekarang yang carut-marut. Seperti diketahui, hampir di setiap sudut kota sampah berceceran dan kemacetan terjadi siang-malam.
 
Hal itu dikatakan seorang tokoh masyarakat Warudoyong, Desa Rengasdengklok Selatan yang tidak mau disebut namanya. Menurut dia, yang harus menertibkan dan memperbaiki tata ruang kota ini adalah Bupati Karawang. Pimpinan daerah ini harus bisa menata supaya Rengasdengklok jadi kota yang bersih, karena kesemerawutan kota selama ini terjadi oleh dua hal, yaitu PKL (Pedagang Kaki Lima) dan angkutan umum biru trayek Rengasdengklok-Tanjungpura.
 
Selama ini PKL seenaknya menggelar lapak dagangan hingga ke badan jalan, akibatnya kendaraan yang melalui kota ini tidak bisa leluasa berjalan, imbasnya kemacetan panjang dan lama terjadi. Selain PKL yang menyulitkan gerak kendaraan, angkutan umum trayek Rengasdengklok-Tanjungpura pun menjadi penyebab utama kemacetan kota. Para sopir angkot ini berhenti seenaknya di tengah jalan dan menghambat kendaraan lain.
 
"Yang namanya PKL harusnya pedagang yang bisa digeser atau berpindah-pindah tempat, tapi lihat di Rengasdengklok, mereka mendirikan tenda-tenda permanen dipinggiran jalan, sehingga jalan menyempit. Apalagi pagi hari, satu dari dua jalur jalan di jembatan yang menuju Pedes dipadati pedagang sayuran. Ya, mereka memang sedang mencari uang, tapi mereka juga harus melihat pengendara jalan yang sama-sama sedang mencari uang juga," jelasnya. (spn)

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan