Hitam-Putih Dunia Bisnis Esek-esek

Tuesday, July 21, 2009

KARAWANG NEWS - Bisnis esek-esek masih marak di beberapa daerah kabupaten ini, lokalisasi ini terus menjamur terutama di hampir sepanjang pantai utara Karawang. Ini terlihat saat malam tiba, hingar bingar suara alunan musik dari dalam warung tersebut tidak berhenti hingga menjelang pagi. Dan ternyata, pengunjung lokalisasi tak pernah surut dari pria-pria yang yang hanya ingin melakukan cinta sesaat.
 
Sebut saja Bunga (21), warga asal Kabupaten Indramayu yang berparas manis ini selalu menyapa pengunjung warung remang-remang di daerah Betok Mati, Kecamatan Cilebar. Dia kerap menegur sapa dan merayu semua pria yang melintas di hadapannya. Dalih mengajak pria itu minum di warungnya, Bunga pun tak menolak jika si pria ingin melampiaskan ketegangannya berdua dengannya.
 
Tanpa rasa malu, Bunga membuka dirinya bisa menjadi penghibur, bahkan mau diajak apapun yang diinginkan si pria. Dikatakan Bunga, hingga Juni 2009 ini dia sudah 5 bulan berprofesi sebagai penghibur malam. Diceritakannya, awalnya dia diajak teman yang sudah lama mencari uang di Betok Mati, karena tertarik apa yang di ceritakan temannya itu, akhirnya atas ijin orangtua Bunga ikut mengadu nasib di keremangan malam dengan harapan bisa untuk menghidupkan orangtua dan anak semata wayangnya. "Pernikahan saya sudah berantakan, karena suami saya kawin lagi," tuturnya sambil sesekali mengelap air mata, sedih mengenang masa lalu disaat masih rukun rumah tangganya.
Setelah diam sejenak ia pun melanjutkan kisahnya, selama di Betok Mati, dia sudah dua kali pulang kampung untuk sekedar melepas rindu dengan keluarga dan memberikan hasil usaha kepada orangtua. Meski tidak besar, tapi untuk biaya hidup di kampung sudah dianggapnya cukup membantu. Baginya, menjual diri sudah usaha yang terakhir, karena untuk bekerja di pabrik tidak punya ijasah, mau jadi TKW (Tenaga Kerja Wanita) ke luar negeri pun tidak punya keberanian. Dari temannya, dia kini bekerja di warung tersebut, mau menjual diri dan terjun ke lembah hitam untuk mengadu nasib.
"Untuk tarif antara Rp 75 ribu sampai Rp 100 ribu, kecuai jika ada bos yang membayar lebih, tergantung kita memberi servis yang membuat mereka puas," ungkapnya.
Hal sama diungkapkan Melati (24), wanita asal Sukabumi yang juga sewarung dengan Bunga nimbrung ikut menerangkan jika dirinya harus pintar merayu lelaki agar mereka tertarik. Selain itu, wanita penghibur harus bisa memberi servis yang belum pernah dapatkan tamunya agar mereka mendapatkan kepuasan yang sebih ketimbang saat berhubungan dengan istrinya. "Karena mereka datang bukan mencari cinta tetapi kesenangan dan kepuasan," katanya sambil tertawa.
Seorang mucikari (germo) Mawar (46) asal Indramayu yang sudah 15 tahun berbisnis esek-esek di Betok Mati menuturkan, suka duka menjadi mamih (panggilan germo, red ) jika banyak tamu yang berduit datang ke tempatnya, mereka terkadang royal dan tidak pernah komplen saat membayar minuman atau pun kepada pelayan, tetapi ada dukanya jika yang datang adalah para preman. Selain membuat onar dan mabuk, tak ayal mereka pun sering memperlakukan pelayan dengan kasar. Akibat preman itu, tak sedikit tamu lainnya enggan masuk warungnya.
 
"Memang untuk usaha seperti ini harus benar-benar siap segalanya mulai dari punya modal banyak, berani menghadapi pengacau, punya mental baja dan harus siap menanggung resiko apapun. Selain itu harus banyak kenal dengan aparat, preman dan masyarakat setempat agar mereka melindungi apabila ada hal-hal yang dapat mengancam tempat usaha," kata Mawar.
 
Lokalisasi di Betok Mati ini sudah di kenal oleh semua orang, lokasinya dekat dengan laut, di daerah ini tercatat sekitar 43 warung remang-remang dengan penghuni WTS sekitar 114 orang dan mucikari tetap sebanyak 21 orang. WTS-nya berasal dari berbagai daerah, diantaranya Indramayu, Subang, Sukabumi, Bogor dan ada juga yang berasal dari Jawa Tengah. (*)

Koperasi Adalah Alat Perjuangan Ekonomi Rakyat

KARAWANG NEWS - Koperasi adalah alat perjuangan ekonomi, pemerataan pembangunan di masyarakat tidak akan terwujud tanpa melibatkan koperasi, karena pelaku ekonomi negara ini ada tiga, yaitu BUMN (Badan Usaha Milik Negara), swasta dan koperasi.
 
Demikian dijelaskan Ketua Dekopinda (Dewan koperasi indonesia) Kabupaten Karawang, H. M. Warman SE, kepada KARAWANG NEWS, kemarin siang. Untuk itu, Dekopida sebagai lembaga koperasi berusaha terus meningkatkan pembinaan koperasi yang ada di Kabupaten Karawang sehingga bisa kuat, mampu dan mandiri.
 
"Anggota Dekopin tiap koperasi secara hukum sudah menjadi anggota Dekopin, nah ketika mereka sudah aktif dan punya badan hukum kita wajib membinanya. Dan setelah itu kita pun punya kewajiban membina mereka dan begitu pun mereka punya kewajiban pada Dekopin," ujarnya.
 
Diakui Warman, koperasi di Kabupaten Karawang telah melihat Dekopinda mengalami peningkatan yang signifikan, namun begitu tetap saja tidak lepas dari surplus dan minus, tapi kehidupan koperasi selalu diminati, ini dilihat dari jumlahnya yang bertambah. Kata dia, sesuai UUD pasal 33 ayat 1, ekonomi berdasarkan asas kekluargaan, untuk itu membina koperasi merupakan tugas bersama sebagai warga negara, tapi kondisi riil di lapangan, masih banyak yang tidak menyadari hal itu.
 
Pada Selasa (14/7) lalu, Dekopinda Karawang telah melaksanakan Musda (Musyawarah Daerah) Dewan Koperasi Indonesia Kabupaten Karawang tahun 2009 di aula kantor tersebut. Pada Musda itu secara aklamasi H. M. Warman Se, terpilih kembali sebagai Ketua Dekopinda Kabupaten Karawang untuk periode keduanya tahun 2009-2014. Sebanyak 49 koperasi primer dan 1 koperasi sekunder yang dianggap koperasi aktif dari sekitar 1.300 koperasi yang ada di kabupaten ini hadir pada Musda tersebut.
 
Kata Warman, Dekopinda Karawang akan membuat prioritas, diantaranya prioritas untuk pelatihan pada anggota koperasi, dekopin punya anggota yaitu koperasi, dan koperasinya sendiri punya anggota yaitu masyarakat. Dan prioritas lainnya yaitu pembinaan pada anggota koperasi, karena anggota koperasi adalah pemilik koperasi dan pengguna jasa. "Manakala dididik, mereka akan tahu, memang idealnya koperasi dari, oleh dan untuk anggota koperasi, tapi kadang anggota koperasi tidak menyadari kewajiban mereka," tukasnya.
 
Lebih lanjut Warman menjelaskan, IPM (Indeks Prestasi Manusia) dan ekonomi kerakyatan salah satu unsur pembangunan dan jalan satu-satunya untuk menujang hal itu adalah mesin koperasi harus berperan di Kabupaten Karawang ini, tapi bukan berarti sekarang tidak baik, pada dasarnya grafiknya cukup bagus, ini dilihat dari grafik UKM di kabupaten ini naik, tinggal pemerataan saja, mengingat anggaran terbatas.
 
"Yang butuh koperasi banyak, sedangkan bantuna pemerinah terbatas. Memang idelanya pemerataan seimbang ke semua koperasi. Dekopin ini partner pemerintah untuk membina koperasi-koperasi yang ada. Dalam waktu dekat, Koperasi Guru Kecamatan Jayakerta akan melaksanakan pelatihan secepatnya, mengingat respon koperasi disana paling siap untuk melaksanakan pelatihan," ujarnya.
 
Sosok yang sudah berkecimpung di koperasi sejak tahun 1976 ini mengatakan, intinya Dekopinda adalah lembaga gerakan koperasi, dan Dekopinda ini sebagai perwujudan UU No.25 Tahun 1992, pasal 57 tentang perkoperasian. Tugasnya yaitu menampung dan menyalurkan aspirasi gerakan koperasi, kemudian melakukan pendidikan perkoperasian pada anggota maupun pada masyarakat juga meningkatkan kesadaran berkoperasi terhadap masyarakat. "Pendidikan pelatihan dan pembinaan pada koperasi itu bagian tugas Dekopin," kata Warman. (*)

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan