video: Motor Nubruk Mobil, Akibat Saling Salip

Friday, July 17, 2009




KARAWANG NEWS - Durahman (32) warga Dusun Kutamulya, RT 05/02, Desa Medankarya, Kecamatan Tirtajaya dilarikan ke RS Proklamasi setelah motornya menghantam sebuah mobil Suzuki Pick Up di Jalan Kalangsari, Kecamatan Rengasdengklok, Jumat (17/7) pukul 16.00 WIB.


Kernet Suzuki Pick up, Ipin (28) warga Batujaya menceritakan, dia melihat motor Honda Supra Fit nopol T 5584 FJ warna hitam yang dikendarai Durahman melaju kencang dari arah Rengasdengklok ke Tanjungpura. Sebelum menabrak mobilnya, Durahman bermaksud menyusul dua motor yang ada di depannya, tapi naas ban depan motornya menyentuh bagian belakang motor yang ada di depannya sehingga motornya oleng dan menabrak tepat di sisi kanan sopir.

Durahman yang membonceng satu rekannya itu langsung terpental setelah hantaman keras dua kendaraan tersebut. Motornya remuk, sedangkan mobil pick up itu pun penyok dan pintunya hancur. Melihat hal itu Ipin dan sopirnya yang bernama Ucup (32) shock. Meski begitu, Ucup sempat membawa kedua korban motor itu ke RS Proklamasi dengan menggunakan angkutan umum.

Kata Ipin, kecepatan mobilnya sekitar 40 km/jam, tapi saksi mata setempat menyangkal bahwa kecepatan mobil itu sekitar 70 km/jam. Diakui Ipin, dia dan sopirnya hampir setiap hari hilir mudik di jalan tersebut, mengingat mereka adalah pekerja angkutan barang. "Kadang kami mengangkut gabah, beras dan apa saja," ucapnya kepada RAKA, sambil menunjukan titik lokasi saat mobilnya ditabrak.

Beberapa saksi mata membenarkan keterangan Ipin, motor yang dikendarai Durahman melaju kencang dan hendak menyusul dua motor di depannya, tapi naas motor pertama yang akan dilewatinya pun melebar ke kanan karena akan menyusul motor yang ada di depannya. Akhirnya, ketiga motor itu terlihat berjejer menghabiskan badan jalan. Sedangkan di arah berlawanan sebuah mobil pick up warna hitam melaju kencang ke arah ketiga motor tersebut.

Takut adu domba, akhirnya Durahman membelokan motornya ke kiri, tapi sayangnya ban depan motor dia menyenggol bagian belakang motor yang akan disusulnya sehingga oleng tak terkendali dan menghantam mobil tersebut. Beberapa saksi mata mengatakan, kunci dan surat mobil diamankan aparat desa setempat. Sedangkan warga lainnya berusaha untuk membawa kedua korban yang berdarah-darah ke rumah sakit. Sementara, sopir mobil itu tidak mengalami luka sedikit pun, karena spontan menghindari pintu ketika motor itu tampak mengarah ke wajahnya. (*)

Laut Jawa Sudah Tak Bersahabat

KARAWANG NEWS - Gelombang laut jawa yang dulu dikenal tenang dalam beberapa tahun terakhir ini kian mengganas. Hempasan gelombang air yang menghantam terasa tambah besar menggerus bibir pantai hingga terjadi abrasi. Demikian dijelaskan pemerhati lingkungan Karawang, Kholid Al Kautsar kepada, Kamis (16/7) siang.
 
Dijelaskannya, laut sekarang sulit diprediksi, laut pasang biasanya kalau bulan purnama dan badai pun sangat jarang terjadi, tapi sekarang dalam sebulan air laut pasang bisa lebih dari lima kali dan badai bisa setiap saat datang, tak perduli malam, sore, siang atau pagi, ada hujan atau pun tidak.
 
Abrasi di sepanjang pantai Karawang dirasakan semakin mengkhawatirkan. Sedikitnya ada dua belas desa yang tergerus abrasi tersebar di sembilan kecamatan pesisir, yakni di Pakisjaya, Batujaya, Cibuaya, Pedes, Cilebar, Tirtajaya, Tempuran, Cilamaya Kulon dan Cilamaya Wetan, Tirtajaya, Cibuaya dan Cilebar paling parah kerusakan pantainya akibat abrasi. Hasil penelitian Siswa Pecinta Alam SMA Negeri 1 Batujaya, tercatat garis pantai yang tergerus hingga 400 meter di pantai Sarakan, desa Tambaksari - Tirtajaya, sehingga penduduk yang tinggal di pantai itu harus direlokasi.
 
Di pantai Pisangan Cibuaya kurang lebih 200 meter dan di pantai Cipucuk Cilebar sekira 185 meter. Minimnya vegetasi mangrove menjadi penyebab utama abrasi pantai, diperparah lagi karena ada dampak pemanasan global (Global Warming). Di Kabupaten Karawang, sebagian besar hutan mangrove dibabat habis dan diubah menjadi tambak. Setiap ada penanaman mangrove, tanaman itu dicabuti lagi oleh masyarakat, karena mangrove dianggap mengganggu dan mempersempit lahan tambak.
 
Kerusakan akibat abrasi ini sangat fatal, tidak hanya rumah di pesisir yang tergerus, sarana jalan pun terputus, seperti jalan yang menghubungkan antara Pedes dan Cipucuk. Sebagian besar masyarakat pun tampaknya kurang bertanggung jawab dengan lingkungan pesisir. Bila pemukiman tergerus lautan, yang dilakukan hanya pindah rumah, tanpa muncul kesadaran untuk mempertahankan pantai dari gempuran abrasi, seperti yang terjadi di pantai sarakan Tirtajaya.
 
Setelah mereka pindah rumah, tak ada upaya apa pun untuk memulihkan dan mempertahankan pantai. Padahal mereka membutuhkan pantai sebagai lahan usaha. Sejauh ini, masyarakat menginginkan pemerintah agar mengantisipasi abrasi dengan membangun infrastruktur fisik seperti break-water, pemecah gelombang, penahan gelombang dan sejenisnya, yang tentunya membutuhkan dana ratusan miliar, bahkan triliunan rupiah.
 
Namun jika dikaji lebih dalam lagi, upaya pembuatan break water akan sia-sia. Seperti break water yang dibangun di sepanjang pantura jawa barat, dari Cirebon hingga Bekasi, nyaris tidak ada yang berusia lama. Kerusakan terjadi setiap tahun, dan itu berarti harus kembali diperbaiki dengan menelan dana miliaran rupiah lagi. Break water dan fasilitas fisik lainnya itu tidak efektif. Logikanya saja sudah keliru, yakni menahan gelombang. Gelombang itu tak bisa dicegah, yang mungkin dilakukan adalah dengan mengendalikannya.
 
Ada yang lebih murah dan efektif, yakni dilakukan penghijauan di sepanjang pantai dengan penanaman mangrove hingga berbentuk green belt atau sabuk hijau di sepanjang pantai. Tentu saja, jenis-jenis mangrove yang ditanam harus disesuaikan dengan karakter pantai. Sembarang menanam mangrove juga akan sia-sia. Masing-masing pantai memiliki karakteristik, dan itu membutuhkan jenis-jenis mangrove yang khusus pula.
 
"Namun yang jadi masalah, justru rendahnya kesadaran masyarakat pesisir menjadikan kawasan hijau di pantai hancur tanpa bisa dicegah. Maka harus dikampanyekan pentingnya hutan mangrove. Hutan mangrove itu bukan penghalang, justru penyelamat," jelasnya. (*)

Kantor Pos Dengklok Diserbu Peserta PKH

KARAWANG NEWS - Ratusan peserta PKH (Program Keluarga Harapan) di Kecamatan Rengasdengklok sudah dua hari kemarin memadati Kantor Pos Indonesia Rengasdengklok, sedikitnya peserta PKH dari sembilan desa di kecamatan ini tumplek di kantor itu sejak pagi hingga siang untuk mencairkan dan tunai.
 
Diakui Eneng (28) warga Krajan A, Desa Kertasari, dana PKH cair bertepatan disaat awal tahun ajaran sekolah. Dari dana PKH ini, Eneng bisa membeli keperluan sekolah anaknya. Ibu dua anak ini memiliki suami seorang penarik becak, dia merasa beruntung PKH cair tepat waktu. "Untung uang PKH cair, sehingga saya bisa membelikan keperluan anak, karena hasil dari suami hanya cukup untuk makan saja," ujarnya.
Sementara itu, di Kecamatan Jayakerta tercatat peserta PKH di delapan desa berjumlah 1.963 KK (Kepala Keluarga). Di Kecamatan Rengasdengklok sekitar 1.965 KK. Sedangkan PKH di 12 desa se-Kecamatan Kutawaluya sebanyak 1.563 KK. Dan tercatat peserta PKH se Kabupaten Karawang sekitar 18.507 KK.
 
Sejak diluncurkannya PKH pada tahun 2007 lalu, program ini tidak lepas dari berbagai masalah yang dihadapi, karena program ini diklaim sebagai program ujicoba di Indonesia untuk menanggulangi masalah kemiskinan dan keterbelakangan pendidikan dan kesehatan.
 
PKH merupakan Program Bantuan Tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang mewajibkan kepada para penerimanya untuk memenuhi syarat dan ketentuan dalam pemenuhan kesehatan dan pendidikan anggota keluarganya.
 
Pada pelaksanaannya di lapangan, para pendamping PKH menemukan berbagai kendala dan permasalahan, sehingga tak ayal program ini sempat menimbulkan riak-riak kecil reaksi di berbagai lapisan masyarakat. Namun berkat kegigihan para pendamping dan kemampuan yang dimilikinya dalam menyelesaikan berbagai permasalahan, program ini berhasil menempatkan dirinya menjadi program yang berbeda dengan Program Bantuan Tunai lainnya seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai).
 
Namun demikian, bukan berarti semua permasalahan selesai, masih ada setumpuk permasalahan yang perlu mendapatkan kesamaan persepsi, pemahaman, komitmen dan kebulatan tekad dari berbagai pihak yang terlibat dalam program PKH, utamanya adalah para Pendamping yang berhadapan langsung sekaligus sebagai ujung tombak PKH di lapangan. (*)

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan