Ratusan Ha Sawah Gagal Panen

Friday, May 15, 2009

KUTAWALUYA, RAKA - Ratusan hektar sawah di Desa Mulyajaya, Kecamatan Kutawaluya gagal panen akibat hama tikus. Perhektar sawah kini hanya bisa dituai sekitar 2-5 kwintal. Beda dengan panen sebelumnya yang bisa memproduksi hingga 5-6 ton/hektar. Padahal, bibit padi di desa ini menggunakan hibrida dan ciherang pemberian dari pemerintah.

Seorang petani, Nian (45) warga Dusun Cibanteng II, RT 05/02, mengatakan, sawahnya habis tak bisa diproduksi, sebanyak 2,5 hektar sawah garapannya cuma bisa diambil padinya sebanyak 5 kwintal. "Ini akibat hama tikus dan sundep, sekarang sekarang sudah mulai bercocok tanam lagi, tapi tidak mau menggunakan bibit dari pemerintah," ujarnya.

Hal senada diungkapkan petani lainnya, Jaenal (49), RT 07/02, dia menggarap 1 hektar sawah dan hanya bisa dipanen 6 kwintal. Memang pada saat musim tanam beberapa waktu lalu, sudah terlihat tanda-tanda kerusakan tanaman, tapi hingga panen tiba, kerusakan itu tidak bisa diperbaiki. Begitupun yang dialami Warsa (50), satu hektar sawahnya hanya mendapat padi segar sebanyak dua kwintal. "Padahal, panen musim lalu bagus, satu hektar bisa mencapai 5-6 ton," ujarnya.

Diketahui, pada saat musim tanam lahan sawah di desa ini terendam air hujan. Dan sawah yang rusak ini tidak bisa ditolong sejak awal tanam, meski para petani telah berupaya memupuk dan menaburkan obat anti hama. Hujan yang mengguyur beberapa bulan lalu menjadi penyebab rusaknya sawah di desa ini. "Pokoknya, satu desa ini gagal panen," kata Warsa.

Akibat gagal panen ini, petani padi di Desa Mulyajaya hanya bisa pasrah, mereka kemudian kembali tandur dengan menggunakan bibit selain hibrida, mereka mengaku kecewa hasil jenis padi yang mereka tanam tidak sesuai dengan yang dijanjikan. "Akibatnya petani rugi jutaan rupiah, karena biaya pemeliharaan tanaman padi ditanggung petani," ucapnya. (spn)

Lulus SD Wajib Teruskan Sekolah



"Lulusan SD harus melanjutkan ke SMP/MTs, jangan berhenti sekolah sebatas SD. Kami bersama pihak desa dan kecamatan akan menyisir lulusan SD untuk memastikan mereka melanjutkan sekolah," kata Kepala UPTD TK,SD Kecamatan Pedes, Sugiyadi, kepada RAKA, Kamis (14/5) siang di ruang kerjanya.

Selain itu, Sugiyadi mengintruksikan pada pihak sekolah yang mengkoordinir tabungan siswa agar kembali membagikan tabungan tersebut kepada siswanya paling lambat 31 Mei 2009. Dia pun meminta kepada pihak sekolah untuk membuat laporannya.
Sementara itu, selama UASBN (Ujian AKhir Sekolah Berstandar Nasional) kemarin, semua sekolah telah melakukan ujian dengan berjalan lancar dan semuanya sesuai dengan petunjuk teknis dan pelaksanaan. "Pelaksanaannya aman terkendali tidak ada kendala yang berati, semuanya berjalan sesuai prosedur," ucapnya.

Peserta UASBN di kecamatan Pedes sebanyak 1.372 siswa, sedangkan yang tidak ikut sebanyak 18 siswa. Pihak sekolah telah berusaha mendatangi 18 siswa itu, tapi kebanyakan anak itu tidak ikut ujian karena dibawa pindah oleh orang tuannya. Sedangkan 2 dari 18 anak memang diketahui putus sekolah. "Sesuai arahan dan petujuk bupati, pihak sekolah telah berupaya sekuat tenaga agar semua peserta ujian bisa ikut UASBN," paparnya.

Sementara itu, jadwal ujian susulan UASBN akan dilaksanakan tanggal 18, 19 dan 22 Mei 2009. Kata Sugiyadi, 18 siswa itu memang tidak masuk sekolah sejak seminggu bahkan sebulan sebelum ujian. "Jika mereka tidak ikut ujian susulan, kami akan tetap menyisir supaya mereka masuk ke paket A setara SD," jelasnya. (spn)

Mamat: Tidak Ada Interpensi Pembagian BLT

PEDES, RAKA - Tidak ada interpensi pembagian BLT, karena memang pemotongan secara sengaja sangat tidak diperbolehkan. Namun, semua itu tergantung musyawarah mufakat antar warga. Demikian kata Kepala Desa, Karangjaya, Mamat Rohmat, kepada RAKA, Kamis (14/5) siang.
Menurutnya, pemerataan BLT selama ini atas dasar usulan masyarakat miskin yang tidak tercatat sebagai penerima BLT, masyarakat non BLT ini jumlahnya lebih besar dibanding peserta BLT. "Itu sah-sah saja, tapi kami tidak mau dituduh menekan masyarakat untuk pemerataan dana BLT. Meski ada pemerataan, itu supaya kondisi masyarakat tetap aman," ucapnya.

Dia menceritakan, saat ini sebanyal 2.500 KK (Kepala Keluarga) menuntut dirinya supaya mereka mendapat dana BLT. Mereka adalah keluarga yang rumahnya pernah di cap sebagai RTM (Rumah Tangga Miskin). Namun, hasil verifikasi, hanya 1.785 KK yang termasuk RTM dan itu pun diseleksi lagi menjadi 1.098 KK yang dipastikan dapat BLT, tapi yang mendapat uang BLT itu hanya tercatat 1.014 KK.

Kata Kades, pendataan RTM yang pernah dilakukan mahasiswa beberapa waktu lalu dianggap percuma, meski tercatat sebanyak 1.098 KK yang akan mendapatkan setiap bantuan pemerintah, tetap saja yang digunakan adalah data lama tahun 2005 lalu, yaitu 1.016 KK. Sementara, dua KK lagi terhapus dari peserta BLT tanpa keterangan jelas. Dan jumlah penduduk di desa ini sebanyak 2.783 KK.

Jika mengacu kategori miskin, kata Kades, memang sangat rancu, apalagi di desanya terdapat sebanyak 400 TKW (Tenaga Kerja Wanita) yang sebenarnya hidup mereka berada digaris kemiskinan. Para keluarga TKW ini hanya mampu membangun rumah permanen dari hasil kerja kerasnya di luar negeri. "Memang mereka mengalami kemanjuan, tapi kesehariannya sulit," ucapnya. (spn)

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan