Petani Dirawat di RSUD, Gara-Gara Gagal Panen

Thursday, May 28, 2009

KUTAWALUYA, RAKA - Seorang petani di Dusun Kamurangjati, RT 02/01, Desa Sindangmukti, Kecamatan Kutawaluya, Suwita (55) terpaksa harus dirawat di RSUD Karawang. Pasalnya dia shock, karena sawah yang dia garap seluas 8 hektar hanya menghasilkan 2 ton 7 kwintal. Sedangkan biaya yang telah dikeluarkannya tiap hektar sekitar Rp 4 juta.
 
Dia sakit mendadak setelah melihat panennya anjlok tahun ini. Dan Suwita sempat dirawat lima hari di RSUD. Selain sawah Suwita, ratusan hektar sawah di desa ini bernasib sama, seperti yang dialami petani lainnya, Amung (50), dia hanya mampu memproduksi 1 ton 2 kwintal dari 4 hektar sawahnya. Padahal pada panen sebelumnya sawah-sawah di desa ini mampu memproduksi sekitar 5-6 ton/hektar. Melihat hal itu, semua petani setempat merasa kerugian. "Istri saya pun 'shock' melihat gagal panen, dia sempat nangis di tengah sawah, karena memang jadi menanggung hutang biaya pengolahan sawah," ujarnya.
 
Menanggapi hal ini, Kepala Desa Sindangmukti, M. Artalim menjelaskan, panen tahun ini dianggap puso, ini akibat hama tikus yang selalu menyerang persawahan dan segala upaya tidak membuahkan hasil. Sebelumnya, pihak desa sudah melakukan 'kalagumarang' atau membasmi tikus antara aparat desa, masyarakat dan para petani. Namun, hama itu tetap tidak bisa diberantas, meski dengan berbagai cara.
 
Gagal panen ini tidak hanya terjadi di Desa Sindangmukti, seperti di Desa Mulyajaya di kecamatan yang sama, ratusan hektar sawah habis diserang hama tikus. Sementara PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) setempat, tidak berbuat banyak untuk mengantisipasi kerugian tersebut. Bahkan PPL dianggap petani tidak mampu menangani hama tikus yang telah merugikan petani setempat. (spn)
 

Saan Mustopa: Alumni Wajib Beri Kontribusi Pada Sekolah

KUTAWALUYA, RAKA - Alumni harus memberikan kontribusi positif bagi sekolah, karena sekolah bisa tumbuh bagus melalui ikatan alumni yang kuat. Dengan ikatan itu, maka gairah kekeluargaan bisa terbangun. Demikian kata anggota DPR RI juga sebagai Ketua Alumni SMAN 1 Rengasdengklok, Saan Mustopa, di sela perpisahan sekolah ini, Rabu (27/5) siang.
 
Menurutnya, keterlibatan alumni terhadap sekolah sangat penting, terlebih alumni harus memberikan kontribusi positif bagi. Selama ini, SMAN 1 Rengasdengklok telah meluluskan 25 angkatan. "Tugas saya sementara ini mencari mereka (alumni SMAN 1 Rengasdengklok, red) untuk dihimpun menjadi kekuatan," ujarnya.
 
Diakuinya, sudah banyak alumni SMAN 1 Rengasdengklok memiliki bermacam profesi, diantaranya politisi, ilmuan dan pengusaha. Kata Saan, semua potensi-potensi itu harus disatukan. Intinya bagaimana alumni ini bisa diandalkan untuk sekolah. Para alumni, kata Saan, sebenarnya bisa membantu sekolah yang butuh bantuan, misalnya memberikan beasiswa sekolah, bahkan ketika lulus pun siswa itu masih bisa dibantu hingga ke perguruan tinggi. "Ini yang sebenarnya kita harapkan, alumni bisa membangun sekolah secara terus-menerus," jelasnya.
 
Alumni angkatan tahun 1988 ini menyatakan, alumni adalah etalase bagi SMA, kalau alumni bagus maka sekolah pun bagus. Sebagai alumni dan wakil rakyat DPR RI, Saan mengajak semua alumni untuk bersemangat memberi sumbangsih seperti yang sedang dilakukannya. "Saya yakin, semua alumni punya semangat memberi sumbangan pada sekolah, cuma yang jadi problemnya bagaimana cara menjalin konsolidasi tersebut," ucapnya.
 
Kepala SMAN 1 Rengasdengklok, Tarya Sukmana berharap, sebanyak 287 siswanya yang telah mengikuti UN (Ujian Nasional) kemarin bisa lulus semua dan tidak ada yang tertinggal. Kendati begitu, semua keputusan kelulusan ada pada siswa bersangkutan saat proses UN kemarin. Sedangkan pengumuman kelulusan akan diinformasikan pertengah Juni 2009 mendatang. (spn)

Kholid: Biarkan CO2 Diserap Alami Oleh Bumi

KARBONDIOKSIDA atau CO2 yang menumpuk di atmosfir telah menyebabkan efek rumah kaca sampai menaikan suhu permukaan bumi, ternyata tidak mungkin kita buang secara memuaskan. Salah satu cara yang paling efektif ternyata membiarkan CO2 itu diserap secara alami oleh ekosistem yang ada di alam. Ini lebih alamiah dan bisa terjadi secara besar-besaran.
Demikian kata pemerhati lingkungan juga pengajar SMAN 1 Batujaya, Kholid Al Kautsar, kepada RAKA, Selasa (26/5) siang. Menurutnya, di daratan ekosistem penyerap itu berupa hutan, taman nasional, taman kota, taman buah dan taman-taman yang lain. Di laut lepas pantai, ekosistem yang mampu menyerap CO2 adalah terumbu karang. Kita mengenal terumbu karang sebagai tempat tumbuh milyaran binatang koral yang berwarna warni, dan menjadi tontonan di televisi.
 
Ada sejenis koral berupa batu kapur dan tumbuh di tempat dangkal di laut. Mereka memiliki kerangka tubuh dari kapur yang letaknya bukan di dalam tubuh, tapi di luarnya. Kalau binatang itu mati tua, kerangkanya tetap bertengger sebagai batu karang di dasar laut. Anak-anak mereka tumbuh di atas kerangka koral nenek moyang ini. Berabad-abad lamanya, pembentukan batu karang itu berjalan sampai ada yang muncul di atas permukaan laut dan membentuk pulau karang.
 
Koral pembentuk batu karang itu disebut terumbu karang, berkumpul dengan ganggang hijau bersel tunggal yang luar biasa renik dan banyaknya. Ukuran tiap sel hanya 10 mikron, itu sekecil 0,0010 mili meter dan setiap cm persegi permukaan tubuh koral bisa dihuni oleh 1,5 juta sel serenik itu.
 
Koral itu sendiri hidup dari zooplankton yang mereka tangkap dengan tentakel, tapi mereka juga memanfaatkan hasil fotosintesis berupa karbohidrat energi yang dikumpulkan oleh para ganggang renik teman hidup piaraannya itu. Oksigen yang dilepaskannya dipakai untuk bernapas di dasar laut.
 
Kumpulan ganggang dalam tubuh koral inilah yang memerlukan CO2 untuk proses potosintesisnya, dan mampu menyerap timbunan CO2 di atmosfir di atas laut itu, sehingga udara lingkungan hidup kita menjadi bersih. Maka sudah semestinya kita memelihara terumbu karang penyerap CO2 itu sebagai ekosistem laut teman hidup manusia di muka bumi ini. Pengerukan pasir laut adalah salah satu aktivitas perusakan ekosistem laut termasuk terumbu karang. "Manusia tidak akan mempunyai masa depan kecuali bila alam dan sumber daya alam dilestarikan," ujarnya. (spn)

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan