TPS II Kertasari Hitung Ulang Surat DPD

Friday, April 10, 2009

RENGASDENGKLOK, RAKA - TPS (Tempat Pemungutan Suara) II, Desa Kertasari, Kecamatan Rengasdengklok terpaksa menghitung ulang surat suara DPD (Dewan Perwakilan Daerah). Pasalnya, ada 12 surat suara blanko yang terselip di dalam kotak suara yang sah.

"Sudah aturannya, jumlah kertas suara dengan berita acara harus sama. Apabila tidak dicek ulang maka akan membingungkan disaat penjumlahan akhir. Untuk itu, supaya tidak keliru, jumlah surat suara di dalam kotak suara dengan berita cara harus sama," kata Ketua KPPS TPS II, Edeng, disela penghitungan ulang tersebut, Jumat (10/4) siang.

Dia menceritakan, penghitungan suara di TPSnya rampung hampir tengah malam. Pada saat penghitungan, kondisi petugas KPPS sudah tidak memungkinkan melaksanakan pekerjaan tersebut. Ditambah, mata petugas TPS dengan saksi semakin rabun, karena selain lampu yang tidak terang, pencontrengan yang dilakukan warga terlihat kecil-kecil. Sehingga membutuhkan waktu lama untuk mencari tanda contreng.

Hal serupa terjadi di beberapa TPS se-Kecamatan Rengasdengklok. Keterlambatan penghitungan suara itu terjadi akibat minimnya kemampuan yang dimiliki petugas KPPS, sehingga penghitungan suara jadi lambat. Hingga Jumat pukul 16.30 WIB, beberapa desa masih melakukan pengecekan ulang hasil dari TPS. "Di Pilpres nanti, KPU atau PPK harus menunjuk PPS dan KPPS yang memiliki kemampuan, terutama yang mengerti tentang administrasi, jangan yang hanya mengandalkan tenaga," kata Edeng. (spn)

Wawan Hermawan: Kehadiran Pemilu 75 Persen

"Alhamdulillah, kehadiran warga Desa Rengasdengklok Selatan ke TPS (Tempat Pemungutan Suara) pada pencontrengan Pemilu kemarin sekitar 75 persen. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya warga yang antri di TPS. Saya harap, pada Pilpres (Pemilihan Presiden) nanti, jumlah kehadiran bisa lebih banyak," kata Kepala Desa Rengasdengklok Selatan, Wawan Hermawan, kepada RAKA, kemarin.
 
Dia juga berharap, menghadapi Pilpres nanti persiapan logistik Pemilu untuk setiap TPS bisa lebih diperhatikan, karena pada pemungutan suara kemarin banyak TPS yang tidak dilengkapi bilik suara dari KPU, melainkan menggunakan peralatan seadanya. Padahal, menurut informasi yang dia dengar, anggaran untuk Pemilu tidak sedikit. "Pemilu ini pembelajaran baru bagi masyarakat mengenai tata cara pemungutan suara yang baru," ujarnya.
 
Kalau persiapan dan logistik memadai, lanjutnya, kesulitan tiap TPS dapat diatasi dengan mudah. Dia juga berharap, pemutahiran data hak pilih harus lebih diprioritaskan, karena masih banyak warga yang tidak menyalurkan hak pilihnya, karena tidak mendapatkan surat undangan Pemilu. "Warga yang tidak mendapat undangan, semua komplen ke desa. Saya rasa, ini akibat petugas yang berwenang mendata pemilu tidak profesional," ujarnya. (spn)

Warga Kertasari Banyak Golput




RENGASDENGKLOK, RAKA - Selain warga yang tidak terdaftar, banyak warga yang telah menerima surat undangan tapi tidak datang ke TPS (Tempat Pemungutan Suara). Hingga pukul 11.30 WIB, kehadiran kurang dari 50 persen, seperti di TPS 1 hingga 17, Desa Kertasari, Kecamatan Rengasdengklok.

Selain di Kertasari, juga terjadi di beberapa desa se-Kecamatan Rengasdengklok. Ketidakhadiran warga ini disebabkan beberapa hal, diantaranya tidak peduli pada pemilu sekarang, juga ada yang menganggap tata cara pemungutan suara saat ini sangat rumit. Selain itu, bagi manula banyak yang masih tidak bisa baca dan menulis, apalagi dengan kertas suara yang berukuran besar.

Diungkapkan Warji (50) warga Kertasari, pada pemilu sekarang dia kesulitan menyuarakan aspirasinya, alasannya surat suara besar dan banyaknya partai juga sangat berpengaruh. Diakuinya, dia hanya menyontreng satu surat suara DPRD Kabupaten Karawang, sisanya sengaja dibuat blangko. Selain dia tidak kenal dengan calegnya juga dia merasa terlalu lama berada di dalam bilik suara.

Pemilu sebelumnya, batas waktu hanya sampai jam 13.00 WIB, sedangkan pada pemilu sekarang sampai jam 12.00 WIB, itu pun dengan empat kertas suara yang berukuran besar. "Kalau bisa pemilu yang akan datang, jangan membingungkan rakyat, karena memang kami belum siap dengan tata cara pemungutan suara yang baru," ujarnya. (spn)

Toko di Amansari Dibobol Maling

RENGASDENGKLOK, RAKA - Kamis (9/4), sebuah toko kelontongan milik H. Somad, Desa Amansari, Kecamatan Rengasdengklok disantrongi maling dengan membuka paksa 'rolling door', kerugian ditaksir Rp 5 juta-an. Kejadian baru diketahui saat buka toko pukul 05.30 WIB ketika ada orang yang mau beli rokok, dilihat semua rokok dalam rak habis digondol maling.


Selain rokok, uang tunai Rp 2 juta-an termasuk kosmetik kencantikan, padahal sehari sebelumnya pemilik toko baru belanja. "Memang sehari sebelumnya ada orang yang mencurigakan, dia melihat-lihat isi toko, ternyata hari ini (kemarin, red) semua rokok habis termasuk uang dan alat kecantikan," katanya.


Dijelaskan H. Somad, padahal semalaman banyak warga dan remaja setempat yang 'bergadang' di lokasi TPS (Tempat Pemungutan Suara) X. Meski begitu, tetap saja tokonya dibobol maling. Diduga, maling ini sengaja mengangkat 'rolling door' yang bawahnya tidak dikunci lagi dengan gembok. Si pelaku dengan mudah mengangkat 'rolling door' dengan tangan setinggi 50 cm dan merangkak keluar-masuk dibawahnya.



Awalnya, kehilangan sejumlah rokok dan uang tunai termasuk alat kosmetik jadi tanda tanya keluarga pemilik toko, karena kebingungan mencari dari mana maling bisa masuk. Setelah melihat keganjilan 'rolling door' yang tampak melengkung, akhirnya diketahui maling masuk toko lewat 'rolling door'. Dan setelah diperiksa, ternyata memang pintu toko itu mudah diangkat ke atas tanpa perlu perkakas. Hingga berita ini diturunkan, kepolisin masih memburu pelaku. (spn)

Manula Bingung Mencontreng

"Jumlah blanko pada pemilu sekarang semakin bertambah dibanding pemilu tahun lalu, ini disebabkan masyarakat masih bingung memilih, terutama bagi para manula (usia lanjut, red), karena surat suara yang mereka anggap terlalu besar, bilik suara yang sempit dan pemungutan suara dengan cara pencontrengan pakai pulpen menggantikan pencoblosan yang hanya pakai paku," kata Kepala Desa Gempol Karya, Kecamatan Tirtajaya, Acep Doyok, kepada RAKA, Kamis (9/4) siang.
 
Lebih lanjut kades mengatakan, seharusnya ukuran bilik suara yang kecil disesuaikan dengan surat suara yang ukurannya besar, ini pun satu kendala bagi masyarakat yang akan melakukan pemungutan suara. Diakuinya, tidak semua masyarakat bisa baca-tulis, masih banyak yang gagap, sehingga mereka tidak bisa mencontreng kertas suara meski mereka punya pilihan dari foto-foto pamplet dan baliho. Sedangkan pada lembar kertas suara tidak ada foto caleg kecuali nama.
 
Bahkan, para manula banyak yang meninggalkan surat suara di dalam bilik suara, karena mereka kesulitan melipat setelah dibuka. Lipatan kertas pun dilakukan petugas TPS, itu pun hanya satu dari empat surat yang dicontreng. Di Desa Gempolkarya, hak pilih sebanyak 3.011 orang, kehadiran sekitar 80 persen. Meski begitu, tetap saja banyak surat suara blanko dan tidak sah, karena kendala-kendala tersebut. "Di dalam bilik suara, para manula ini yang paling lama, beda dengan orang dewasa dan pemula yang hanya 3 menit di dalam bilik suara," ujarnya. (spn)

Uncal Berkeliaran Sehari Sebelum Pencontrengan

TIRTAJAYA, RAKA - Usaha nipu caleg (uncal) banyak dilakukan sekelompok orang untuk mendapatkan uang saku dari caleg, ini dilakukan sehari sebelum hari pencontrengan. Seperti yang terjadi di Kecamatan Tirtajaya, ada sekelompok orang mengaku mendukung satu caleg, sementara mereka juga mendatangi caleg lain hanya untuk meminta ongkos dukungan.
 
Nara sumber yang tidak mau disebut namanya, tidak hanya tukang sablon yang meraup untung saat pemilu, tapi ada juga sekelompok orang berusaha mendapatkan uang saku dari uncal, mereka adalah warga yang memilik hak pilih dan sengaja menyatakan dukungan kepada hampir semua caleg. Perkataannya tidak beda seperti yang sering dikatakan caleg saat kampanye, dengan bahasa manis, para uncal ini dengan serius menyatakan dukungannya. "Saya yakin di beberapa daerah lain pun demikian," katanya.
 
Kendati demikian, para caleg pun tidak akan mengetahui para uncal ini, dia rasa mereka adalah pendukungnya. Padahal, para uncal ini memang selalu hadir disetiap kampanye semua caleg, tujuannya hanya untuk mendapatkan duit caleg, siapa yang paling kenceng duitnya, maka caleg itu yang akan dipilih. Selama pulah-pilih, para uncal ini dengan manis mengatakan dukungannya.
 
 
Diduga, para uncal ini tidak percaya penuh pada kampanye yang dilakukan semua caleg. Dengan begitu, mereka sengaja menipu para caleg, karena mereka anggap para caleg lebih banyak dusta saat kampanye. Perumpamaannya, seperti tukang bohong besar dikerjai dengan dibohongi lagi. (spn)

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan