Korban Banjir Rob Sarakan Akan Direlokasi Pemkab

Thursday, November 27, 2008

TIRTAJAYA, RAKA - Sebanyak 44 kepala keluarga (KK) warga Dusun Sarakan, Desa Tambaksari yang kena banjir Rob minggu lalu, kini akan menempati relokasi pemukiman baru. Meski tidak jauh dari pemukiman semula, setidaknya lokasi tersebut lebih tinggi dan aman dari banjir air laut pasang. Relokasi yang sebelumnya disebut-sebut dan diminta warga, hasilnya tidak direalisasikan, karena masih lahan Perhutani.
 
Relokasi untuk 220 jiwa warga Sarankan itu merupakan upaya Pemda Karawang yang beberapa hari lalu turun ke lokasi musibah banjir Sarakan, diantaranya Sekda H. Arifin HK, didampingi Kesbang Linmas Pemda Karawang Suhartoyo. Bahkan, H. Arifin memerintahkan kepada Camat Tirtajaya Drs. H. Wawan Setiawan dan Kades Tambaksari Arum untuk mencari lahan relokasi pemukiman bagi warga Sarakan seluas 1,5 hektar yaitu dilahan pemukiman warga, bukan lahan Perhutani.
 
Meski tawaran itu diterima Kades Arum, tapi ke 44 KK Dusun Sarakan itu menolak bermukim di lokasi yang jauh dari pantai. Hal itu dimaklumi Kades, mengingat profesi warga Sarakan adalah nelayan. "Mereka tidak mau bermukim jauh dari pantai, mereka memilih tinggal dipantai. Jadi, saat akan direlokasi ke pemukiman dekat dengan Tempat Pelelangan Ikan, warga Sarakan ini menolak, alasannya terlalu jauh dari pantai," kata Arum.
 
Kata Wawan Setiawan, kemarin pihaknya sudah mengukur-ngukur dan menghitung-hitung lahan relokasi bagi warga Sarakan. Lokasi relokasi ini hanya beberapa meter dari pemukiman semula, yaitu di saluran sungai yang telah tertimbun pasir. Hanya saja, pemerintah tinggal memadatkan lagi tanah di sekitar saluran sungai itu dengan menancapkan pasak-pasak kayu kedalam tanah supaya lahan pemukiman stabil.
 
"Kita usulkan (anggaran relokasi, red) ke bupati, kita akan sewa 'ponton' dengan beko besar. Tidak jauh dari pemukiman mereka, ada 'kali mati' yang tidak berfungsi, sungai itu akan diarug untuk pemukiman baru warga Sarakan. Dan relokasi warga Sarakan ini harus terealisasi, karena persoalan Dusun Sarakan ini selalu berulang-ulang setiap tahun. Kita ingin relokasi itu jadi, supaya tenaga kita bisa tercurah ke pembangunan lainnya di kecamatan ini," ujarnya.
 
Diakui Wawan, pada saat banjir menenggelamkan pemukiman Sarakan, sebanyak 220 jiwa warga Sarakan ini tidak menginginkan bantuan berupa uang dari pemerintah, mereka hanya meminta agar pemerintah menyediakan lahan aman bagi kelangsungan hidup nelayan-nelayan itu. "Akhirnya, sesuai kesepakatan, 220 jiwa warga Sarakan itu akan menempati lahan bekas saluran sungai yang terkubur pasir," tukasnya. (spn)
 

Lagi, Warga Dengklok Temukan Mayat Hanyut

Mayat bugil tanda identitas saat sedang diangkat warga.
 
 
 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Sosok mayat laki-laki bertelanjang bulat dan tanpa identitas ditemukan mengambang di saluran induk Rengasdengklok Desa Kertasari, Rabu (26/11) pukul 06.00 WIB. Ciri-ciri mayat itu berkepala botak itu diperkirakan berusia 30 tahun, giginya tonggos, kulit hitam, tinggi sekitar 160 cm. Saat ditemukan, mayat mengeluarkan darah segar dari mulutnya.
 
Selain itu, dibelakang kepalanya terdapat luka yang diduga akibat benda tumpul. Mayat langsung dibawa ke RSUD oleh unit identifikasi Polres Karawang. Diperkirakan mayat tenggelam semalaman di saluran induk tersebut. Warga menduga, mayat hanyut dari arah Pasar Rengasdengklok. Lokasi penemuan mayat di RT 01/01, Dusun Krajan, Desa Kertasari dan yang pertama menemukan mayat tersebut adalah warga setempat, Irom (30).
 
Dia tidak sengaja melihat sosok tubuh manusia yang mengambang di atas air, ketika dia sedang menyebrang jembatan bambu. Awalnya dia ragu jika yang dilihatnya tubuh manusia, tapi setelah didekati dia yakin itu sosok laki-laki yang sudah tidak bernyawa dan posisi telungkup. "Saya langsung lapor pada kepala desa dan tidak lama kemudian polisi langsung datang," katanya.
 
Hingga kemarin, identitas mayat laki-laki itu belum diketahui. Pada saat evakuasi mayat, ratusan warga menyaksikan kejadian tersebut. Beberapa warga terjun ke air untuk mengangkat mayat atas perintah polisi, diantaranya Irom. Sebelum mayat diangkat, warga mengenakan kain sepinggang pada tubuh mayat tersebut untuk menutupi auratnya. Diketahui, saluran induk ini sering ditemukan mayat tenggelam. (spn)

HUT PGRI, Pijakan Guru Untuk Maju

Lomba 'nasi tumpeng' guru-guru PGRI di SDN Kertamukti I.
 
 
CILEBAR, RAKA - Pada HUT PGRI ke-63 ini, diharuskan bagi para guru untuk dijadikan momentum introspeksi dan menjadi pijakan untuk meningkatkan potensi guru ke arah yang lebih profesional, yaitu guru yang mahir, ahli dan cakap sesuai dengan tuntutan dan norma yang belaku melalui proses pendidikan.
 
Demikian kata Kepala UPTD Pendidikan Dasar Kecamatan Cilebar, Drs. Anang Sutarman kepada RAKA, Selasa (25/11) siang usai upacara HUT PGRI Cilebar di SDN Kertamukti I. Menurutnya, saat ini semua guru sedang melakukan ke arah kualifikasi baik. "Sekarang, guru harus lebih bersyukur, karena kita telah diakui legalitasnya oleh negara dan masyarakat, karena tenaga guru merupakan tenaga profesional. Dulu, profesi guru hanya pengakuan sepihak tanpa didukung aturan dan undang-undang," ujarnya.
 
Hanya saja, lanjut Anang, permasalahnnya tidak semua guru bisa mencapai setifikasi, padahal itu sebagai bukti. Untuk itu, UPTD Pendidikan Dasar Cilebar mengarahkan para guru untuk mencapai sertifikasi. Kata Anang, guru digiring untuk mendapat sertifikat dengan aturan kinerja kegiatan belajar mengajar (KBM) dan lainnya di sekolah. Jadi, tugas guru bukan hanya sebagai pelatih dan pembimbing melainkan juga harus menjadi seorang yang menganalisis KBM. Anang tidak berharap, usai mengajar guru tidak melihat kemajuan anak didiknya. "Memang harusnya guru menganalisis KBM yang dilakukannya," ucapnya.
 
Sementara itu, Ketua PGRI Asep Ismail Yusuf didampingi Pengurus Ranting PGRI Kecamatan Cilebar Ajas Saputra menjelaskan, kegiatan HUT PGRI di kecamatannya berlangsung sejak Rabu (19/11) lalu diawali lomba bola voli semua anggota PGRI tiap ranting. Kegiatan itu terus digelar setiap hari dengan acara lomba olah raga hingga di tutup lomba 'nasi tumpeng' pada Selasa (25/11) siang. Puncak acaranya, Senin (24/11) dengan menggelar pentas seni. Pada pentas seni dilombakan tari jaipong, degung dan dangdutan yang sengaja diadakan untuk menggali potensi para guru.
 
Di Kecamatan Cilebar, tercatat 220 tenaga pengajar, diantaranya Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 120 orang, guru daerah terpencil sebanyak 5 orang dan sisanya sukwan. Di sepuluh desa se-Kecamatan Cilebar, terdapat 28 SD, 2 SMP, 2 MI dan 1 MTs. Dan Pada acara HUT PGRI ini, tercatat 6 tenaga pengajar yang akan mendapat sertifikasi pada awal Desember 2008 mendatang, diantaranya Drs. Abdul Kalim Kepsek SDN Ciptamargi II, Tugiran Spd, Kepsek Kertamukti I, Dedi Mulyana SDN Cikande I, Suwarno Spd, guru Kertamukti III, Yudi Purwadi Spd, guru Pusakajaya Utara II, H. Sambyo Spd, Guru SDN Cikande II. "Setifikat ini pengakuan pemerintah terhadap guru profesional, imbalannya tunjangan profesi," kata Asep Isamil Yusuf. (spn)
 
 

Menghadapi Banjir Tahunan, Desa Butuh Mesin Pompa

RENGASDENGKLOK, RAKA - Menghadapi musim hujan, desa-desa di Kecamatan Rengasdengklok butuh mesin pompa. Melihat banjir tahun lalu, air yang menggenangi pemukiman sulit surut kecuali dipompa, seperti banjir yang pernah terjadi di Dusun Sinar Sari, Desa Kalangsari dan Dusun Krajan A, Desa Kertasari, termasuk Desa Rengasdengklok Utara.
 
Kepala Desa Kalangsari, Aan Heryanto mengatakan, solusi untuk mengatasi banjir tahunan yang selalu merendam puluhan rumah di Dusun Sinar Sari adalah pompanisasi, karena tidak ada celah air mengalir kecuali dibuang ke Sungai Citarum. Tahun lalu, banjir di dusun ini tidak surut hingga dua bulan, karena tidak mengalir. "Dari dusun itu tidak ada celah untuk membuang air, kecuali dibuang ke Sungai Citarum. Jadi, kita butuh memiliki mesin pompa untuk mengantisipasinya," katanya kepada RAKA, Selasa (25/11) siang, menceritakan mesin pompa yang digunakan pada banjir tahun lalu hasil sewa.
 
Kepala Desa Kertasari, Apud Mahpudin menjelaskan, yang paling rawan banjir di desanya adalah Dusun Krajan A, pada Februari 2008 lalu, sekitar 60 rumah lebih direndam banjir dan penghuninya mengungsi ke jalan raya. Untuk membuang air, kata Kades, tidak ada cara lain selain di pompa dan dibuang ke Sungai Citarum. "Saat ini, kita sudah kerahkan semua warga dan aparatur desa mengeruk saluran-saluran air yang kemungkinan menghambat laju air banjir," ucapnya.
 
Begitu pun dengan Desa Rengasdengklok Utara. Tahun lalu, jumlah warga yang kebanjiran lebih banyak dibanding Kalangsari dan Kertasari, hampir semua pemukiman di desa ini direndam banjir, termasuk kantor kepala desa. Akses jalan pun putus, aktivitas warga nyaris terhenti. Air dari Kertasari dan Rengasdengklok utara ini mengalir ke Desa Dewisari, alhasil desa ini pun ikut kebanjiran. "Kita menerima air buangan dari arah Rengasdengklok dan Batujaya, tak bisa dielakan lagi, banjir pasti terjadi," kata Kepala Desa Dewisari, Aning.
 
Selain desa tersebut, Desa Karyasari pun tidak luput dari banjir tahunan di musim hujan. Kepala Desa Karyasari, Asur Pudian menjelaskan, pada musim hujan tahun lalu, lima dusun di desanya terendam semeter. Dengan demikian, menghadapi musim hujan bulan ini, dia menghimbau pada warganya untuk merawat saluran air, karena jika saluran airnya tidak lancar, maka air yang mengantung di lima dusunnya itu sulit mengalir. "Kalau dari jalan raya memang banjirnya tidak kelihatan, tapi kalau masuk kedalam, maka akan kelihatan pemukiman terendam banjir," ujarnya. (spn)

Kades Berantas Hama Tikus, Petaninya Tidak Ikut

RENGASDENGKLOK, RAKA - Kemarin, giliran Kepala Desa Dewisari, Kecamatan Rengasdengklok, M. Aning Anwar Arifin memburu hama tikus bersama aparat desa dan dibantu anak-anak sekolah dasar. Perburuan hama tikus ini serangkai dengan kegiatan kebersihan di desa tersebut untuk menghadapi musim hujan, diantaranya mengantisipasi penyakit demam berdarah. Namun, pada perburuan tikus ini, para petani tidak ikut.
 
Pada perburuan hama tikus, terhitung sekitar 800 ekor tikus diberantas. Teknik memburunya yaitu dengan cara memasukan air kedalam lubang sarang tikus, pada saat air membanjiri sarang tersebut, tikus-tikus berhamburan keluar sarangnya. Namun, beberapa pentungan sudah dipegang kuat-kuat untuk menyambut tikus saat keluar dari lubang. Hasilnya, sebagian besar tikus mati berserakan di sawah.
 
Diketahui, Desa Dewisari mempunyai area sawah seluas 174 hektar. Musim kemarin, produksi padi di desa ini berhasil hingga 6 ton/hektar. Dengan begitu, Kades Aning menghimbau kepada para petani agar ikut serta dalam segala kegiatan yang menyangkut pertanian di desanya, diantaranya pemberantasan hama tikus, perbaikan saluran tersier dan membersihkan sampah eceng gondok pada saluran-saluran irigasi. "Ini kita lakukan untuk kepentingan petani," ujarnya.
 
Kendati demikian, Kades Aning menyayangkan pada saat pemberantasan hama kemarin, tidak satu pun petani sxetempat hadir untuk ikut memberantas tikus sawah. Padahal, pada kegiatan ini yang paling berperan adalah para petani, karena pemberantasan hama sawah dengan mengerahkan semua aparat desa dan anak-anak sekolah dasar ini adalah untuk kepentingan petani supaya produksi padi pada panen mendatang bisa lebih baik.
 
Meski begitu, Aning berharap jangan ada kesan aparat desa kurang peduli terhadap hama sawah tikus. Diakuinya, sebelum pelaksanaan memberantas hama tikus, dia sudah membuat pengumuman terbuka dan tertulis yang isinya mengajak para petani dan masyarakat untuk bersama-sama memberantas hama tikus di sawah. (spn)
 

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan