Armada PMK Dengklok Perlu Peremajaan

Wednesday, August 5, 2009

Armada PMK yang siaga 24 jam di UPTD Cipta Karya Rengasdengklok.
 
 
RENGASDENGKLOK, RAKA - Pertolongan pertama kebakaran di Rengasdengklok dan sekitarnya perlu diantisipasi armada PMK (Pemadam Kebakaran) yang layak, mengingat wilayah yang luas. Untuk itu perlu armada yang bagus, terutama di Kota Rengasdengklok yang padat penduduk.
 
Demikian kata warga Dusun Krajan, Desa Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok, Deni kepada RAKA, kemarin. Namun begitu dia berterima kasih pada petugas PMK yang siaga di UPTD Cipta Karya Rengasdengklok, mereka adalah penolong pertama ketika kebakaran terjadi, sebelum akhirnya turun armada PMK Karawang. "Bagaimana pun, meski memang PMK Karawang banyak kekurangan, tapi upaya mereka telah menolong warga," ucapnya.
 
Di tempat terpisah, Koordinator Kebersihan UPTD Cipta Karya Rengasdengklok, Ilyas memaparkan, petugas PMK selalu datang tepat waktu ke lokasi kejadian, setelah beberapa menit mendapat informasi dari warga setempat. Kendala yang dialami petugas yaitu ketika lokasi kebakaran sulit dijangkau, sehingga selang pemadam sulit masuk. "Ini yang kadang jadi hambatan, tapi bagaimana pun petugas terus berusaha masuk untuk memadamkan api," ucapnya menyanggah argumen warga yang menganggap PMK selalu lambat tiba di lokasi kebakaran.
 
Dijelaskannya, hal pertama yang dilakukan petugas PMK adalah mengantisipasi kobaran api menjalar ke rumah warga lainnya, terutama di pemukiman pada penduduk. Sementara itu, petugas PMK dari Karawang tetap dihubungi untuk membantu memadamkan api. Ketika salah satu armada PMK kehabisan air, maka armada lainnya tetap menyemprotkan air tanpa henti. "Atas kesigapan petugas armada, kita selalu berhasil memadamkan api lebih cepat sebelum rumah lainnya terbakar," jelasnya.
 
Lebih lanjut Ilyas menjelaskan, tercatat 6 petugas PMK yang siaga di UPTD Cipta Karya Rengasdengklok dengan satu armada, enam petugas itu dibagi jadi tiga regu, tiap regunya sebanyak 2 orang, satu regu siaga 24 jam. Dan ketika kebakaran terjadi, keenam petugas itu turun tangan, bahkan dibantu pegawai Cipta Karya lainnya seperti pekerja kebersihan dan staff. Ini memang diluar wewenang, tapi memang hampir semua pegawai UPTD Cipta Karya bisa mengoperasionalkan armada PMK. "Ini menyangkut nasib orang banyak, jadi kita siaga 24 jam," kata Ilyas.
 
Sementara itu, seorang petugas PMK yang siaga di Rengasdengklok, Deni Lusmana menjelaskan kebakaran yang terjadi di Dusun Krajan yang menewaskan dua warga itu terjadi sekitar pukul 22.00 WIB. Dia segera meluncur ke TKP (Tempat Kejadian Perkara) setelah menerima laporan warga setempat, melihat kobaran api setinggi 4 meter dari atap rumah dan diperkirakan akan menjalar ke rumah lainnya maka dia meminta bantuan ke PMK Karawang.
 
Hanya selang 15 menit PMK Karawang langsung tiba di lokasi dan bergabung mengatasi kebakaran tersebut untuk memutuskan api agar tidak merembet rumah lainnya, api baru bisa dijinakan 2 jam kemudian. Setelah api berhasil dijinakan, tim PMK berserta masyarakat tidak ada yang tahu di dalam rumah yang terbakar ada pemilik rumah yang tewas. "Karena waktu kejadian api sangat besar, rumah yang terbuat dari kayu ini mengeluarkan asap tebal, sehingga menyulitkan penglihatan ke dalam rumah korban," kata Deni.
 
Kemudian, tim PMK langsung mengevakuasi korban, tapi sempat kesulitan mengingat tubuh korban bercampur dengan lelehan plastik, lelehan itu berasal dari lemari plastik yang terbakar. Setelah itu, jasad korban dibawa ke mobil ambulan untuk dibawa ke rumah sakit. (spn)

Maman Suryaman: Bukan Saya yang Menentukan

"Program haji gratis di Kecamatan Kutawaluya sangat bagus jika berjalan baik sesuai tahapan perencanaan dan tidak menyalahi aturan. Kami harap, kejadian pelanggaran pungutan BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang dipotong untuk shodaqoh haji gratis tidak akan terulang lagi dikemudian hari, " kata Camat Kutawaluya, Maman Suryaman, kepada RAKA, Selasa (4/7) siang di tempat kerjanya.
 
Diakuinya, hingga kemarin dia belum melakukan arahan kepada semua aparat desa supaya tidak melakukan pungutan BLT untuk shodaqoh, dia hanya menginginkan persoalan dana shodaqoh dibereskan, maksudnya uang shodaqoh haji gratis yang sudah dipungut dari masyarakat dikembalikan kepada warga. Dia mencontohkan, misal di Desa Sampalan tercatat dana shodaqoh haji gratis terkumpul Rp 12 juta, uang itu tidak akan begitu saja disalurkan, karena tidak semuanya dana shodaqoh dipungut dari BLT, banyak dana non BLT yang sudah masuk dana shodaqoh. "Bisa saja dana itu disumbangkan ke pembangunan sarana ibadah setempat, itu pun berdasarkan musyawarah desa setempat," ujarnya.
 
Program ini, katanya, memang tersandung di tingkat bawah. Untuk itu, program shodaqoh ini dihentikan dan uang yang sudah terkumpul dikembalikan pada warga. Dihentikannya ptogram ini merupakan saran dari kejaksaan, karena tidak dibenarkan mengambil dana BLT untuk kepentingan lain. "Terserah IPHI apakah akan melanjutkan program ini atau tidak, karena saya tidak ada pada posisi untuk menentukan hal itu. Silahkan dilanjutkan, asalkan jangan ribut seperti kemarin lagi," ungkapnya. (spn)

Puskes Medangasem Gelar Pengobatan Katarak Murah

JAYAKERTA, RAKA - Puluhan warga pengidap sakit katarak berjejal antri di Puskesmas Medangasem, Selasa (4/8) pagi, karena Puskesmas ini menggelar pengobatan katarak murah yang rutin dilakukan setiap enam bulan sekali. Selain warga Jayakerta, banyak warga dari kecamatan lain pun berobat di puskesmas ini, mengingat lokasi Puskesmas yang mudah dijangkau.
 
Menurut Dr. Teti, tidak semua pasien katarak diterima dan dilayani pada pengobatan murah ini, mengingat pengidap katarak yang juga memiliki penyakit darah tinggi atau kencing manis akan beresiko jika kataraknya diobati, karena pengobatan katarak adalah dengan cara dioperasi. "Sangat beresiko mengoperasi pengidap sakit katarak jika dia punya penyakit darah tinggi atau kencing manis," ujarnya.
 
Kata dia, operasi katarak bisa dilakukan jika pasien dalam kondisi sehat. Untuk itu, tim medis Puskesmas Medangasem mengadakan seleksi kesehatan agar pada saat dioperasi tidak ada efek sampingnya. Dituturkan seorang pasien katarak, Nafsiah (55) warga RT 02/01, Desa Batujaya, Kecamatan Batujaya, pengobatan seperti ini jarang dilakukan Puskesmas lain dan jika bisa waktu pengobatannya ditambah jangan enam bulan melainkan setiap dua bulan sekali. Dengan begitu, lanjutnya, penderita katarak sepertinya tidak harus berobat jauh. Di rumah sakit, pengobatan ini dibandrol Rp 2 juta.
 
Kepala UPTD Puskesmas Medangasem, Eko Susanto mengatakan, pihaknya hanya memfasilitasi tempat saja, sedangkan tenaga medis semua dari BKMM (Balai Kesehatan Mata Masyarakat) Jawa Barat dan ketententuan biaya pun mereka yang menentukan bagi masyarakat. Jika ada warga ingin menggunakan Jamkesmas maka harus ke RSUD atau BKMM.
 
Sementara itu, BKMM Jawa Barat melakukan pengobatan katarak ini dengan menekan biaya agar penderita katarak tidak kesulitan biaya pengobatannya dengan harga yang lebih terjangkau. Untuk itu, BKMM bekerja sama dengan Puskesmas untuk melakukan operasi katarak dengan biaya murah. (spn)

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan