Tirtajaya Berpotensi Budidaya Rumput Laut Terbesar di Jabar

Thursday, May 1, 2008




Pemkab Diminta Lirik Rumput Laut


TIRTAJAYA, RAKA - Pantai Utara Karawang berpotensi memproduksi rumput laut terbesar di Jawa Barat. Sayangnya, potensi ini belum dilirik oleh Pemerintah Karawang, sebagai penguasa wilayah. Padahal selain dapat meningkat taraf perekonomian setempat juga sebagai upaya menekan tingginya angka pengangguran di kabupaten tersebut.


Berdasarkan pantauan RAKA, meski belum memasyarakat namun sejumlah petani rumput laut sudah memulai kegiatannya menanam rumput laut. Meski bisa dikatakan pengelolaannya masih bersifat manual karena kurangnya pengetahuan modal yang dimiliki. Seperti diungkapkan usup, petani rumput laut di Kecamatan Tirtajaya, Minggu (27/4).


Menurut dia, area tambak ikan bandeng di sepanjang pantai Utara Karawang berpotensi sebagai penghasil rumput laut terbesar di Jawa Barat. Penghasilan rumput laut lebih besar dibanding budidaya ikan bandeng tradisional. Penanamannya pun tidak repot, hanya melakukan pola polikultur yang dipadukan antara rumput laut, ikan bandeng dengan udang windu.


"ini merupakan pola budidaya polikultur, artinya dalam satu petak tambak ada tiga komoditi yang ditanam, ketiganya tidak saling merugikan bahkan saling menunjang. Polikultur ini tergantung dari lokasi lahan, diantaranya pasokan air cukup dengan ketingguian air kolam sekitar 30-40 cm. Dengan begitu polikultur ini tidak perlu ada pakan untuk ikan dan udang, karena akan timbul pakan alami seperti lumut. polikultur ini initinya harus rumput laut sedangkan penghasilan kedua bandeng dan ketiga udang," kata petani rumput laut di Tirtajaya, Usup kepada RAKA, kemarin.


Dijelaskannya, hingga sekarang petani rumput laut di Kampung Sarakan, Desa Tambaksari hanya baru satu kelompok yang terdiri dari 15 orang. Petani ini sudah melakukan usahanya sejak lima tahun lalu, tapi baru bisa berkembang tahun ini dan mulai meluas. Hingga kini, sekitar 40 hektar tambak ikan bandeng di Kampung Sarakan telah dialih fungsikan untuk produksi rumput laut jenis 'gracillaria'.


Sebenarnya, kata Usup, Kecamatan Tirtajaya berpotensi untuk memproduksi rumput laut, di kecamatan ini memiliki 1000 hektar untuk lokasi budidaya rumput laut, tapi yang saat ini sedang digarap hanya sekitar 40 hektar. Milik Usup sendiri, sekitar 5 hektar yang sudah menghasilkan 2 ton rumput laut kering dalam sebulan. Idealnya, satu hektar bisa mencapai 3-4 ton. Hasil 2 ton itu, karena saat ini musim hujan, juga pengadaan bibitnya belum penuh. Saat ini bibit masih dipasok sebuah perusahaan inti rumput laut dari Tanggerang.


Diakuinya, minimnya pembudidaya rumput laut di Tirtajaya, karena masyarakat belum mengenal analisis usaha dan keuntungannya, juga belum mengetahui teknis budidaya rumput laut."Untuk bisa mengembangkan usaha ini, harus ada peran dari Dinas Kelautan yang mendorong pengembangan potensi rumput laut. Perbandingan budidaya rumput laut dangan ikan bandeng tradisonal sebenarnya lebih menguntungan rumput laut, karena dari lima hektar yang dipanen 2 ton saja, bisa menghasilkan produksi kotor sekitar Rp 6 juta.


Sementara hasil ikan bandeng dari 5 hektar yang menggunakan pola tradisional dengan hasil 2 ton, hanya meraup Rp 18 juta dengan masa panen sekitar 2-5 bulan," jelasnya.Setiap hari, aku Usup, sebuah perusahaan membutuhkan sekitar 40 ton pasokan rumput laut kering untuk diolah menjadi keraginan atau agar-agar. Untuk itu, dia melihat di sepanjang Kecamatan Pakisjaya hingga Tirtajaya yang memiliki sekitar 6000 hektar tambak ikan bendeng sangat cocok untuk budidaya rumput laut. (spn)


0 comments:

Post a Comment

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan