Anggota dewan bersama warga setempat saat mengecek langsung perbaikan tanggul Sungai Citarum di Batujaya.
BATUJAYA, RAKA - Warga Dusun Tangkil, Desa Kuta Ample, Kecamatan Batujaya menilai proyek perbaikan tanggul Sungai Citarum terkesan asal-asalan. Kontruksi tanah tanggul terlihat 'lembek' dan dua unit alat berat yang digunakan selalu mogok akibat mesinnya rusak. Akibatnya pekerjaan jadi 'molor' terlebih kualitas tanggul sangat mengecewakan warga setempat.
Dijelaskan anggota DPRD Fraksi PPP Karawang, Muhtar Somantri yang juga sebagai warga di dusun ini, harusnya tanggul yang kini sudah diarug itu kembali digali, karena konstuksi tanahnya tidak beres. Kata Muhtar, tanah di bawah tanggul sepanjang 50 meter ini lembek, karena diarug dengan lumpur. Sedangkan atasnya diarug dengan tanah yang sedikit keras, sehingga tanggul tampak amblas ke bawah karena tanah lumpur dibawahnya tidak kuat menahan beban tanah keras diatasnya. "Kalau air Citarum meluap, kemungkinan akan terjadi kebocoran lagi ditanah tanggul bagian bawahnya, ini sangat berbahaya," tandasnya.
Lebih lanjut Muhtar menambahkan, penanggung jawab proyek ini seolah tidak memperhatikan musibah besar yang menimpa warga. Ini terlihat dari alat-alat berat termasuk rucuk-rucuk 'dolken' yang terlihat murah. Kayu dolken yang seharusnya kuat menahan tanah amblas tampak rapuh dan mudah patah. Warga menduga kayu yang dibuat untuk rucuk-rucuk tanah itu bukan kayu untuk dolken, melainkan kayu-kayu biasa yang sudah lapuk.
"Dari situ sudah terlihat, ini pekerjaan asal-asalan, pemerintah telah mempekerjakan pemborong yang kurang bonafid untuk menyelesaikan perbaikan tanggul tanggul Sungai Citarum yang jebol kemarin. Dan jika dipermanenkan, kalau yang utamanya yaitu tanah tanggulnya tidak maksimal, maka hasilnya tidak akan maksimal," ucapnya.
Jika alat berat dan bahan perbaikan tanggul Sungai Citarum ini tidak maksimal, tambahnya, maka hasil pekerjaannya pun tidak akan maksimal. Dia meminta pada pejabat berwenang untuk memanggil pelaksana perbaikan tanggul Citarum ini, untuk menjelaskan pekerjaan yang dilakukannya, karena hampir setiap hari pekerjaan perbaikan tanggul Sungai Citarum ini selalu dipantau warga setempat untuk mengetahui kualitasnya. "Selama tiga tahun ini, ditanggul yang sama jebol, pada 5 Februari 2007 dan 15 Januari 2009, karena pekerjaan sebelumnya tidak benar, akhirnya merugikan semua masyarakat," ujarnya.
Di tempat sama, Kepala Dusun Tangkil, M. Fasilah didampingi, anggota BPD Kuta Ampel Mahmud, RT Tata termasuk warga lainnya Juhana dan H. Mansur Hamdani menyatakan, mereka tidak setuju jika pekerjaan tanggul Sungai Citarum seperti itu. Mereka menilai alat semisal 'beko' dan 'buldoser' sering mogok. Selain itu pekerjaannya terbilang lama. "Kami selalu mengawasi pekerjaan ini, jika ada yang kami rasa tidak bagus, maka usulan-usulan kami disampaikan ke anggota dewan. Kami menginginkan tanggul ini tinggi dan besar supaya kuat, kalau kamarin terlalu kecil dan pendek sehingga ketika air meluap, tanggul tak bisa menahan dan langsung jebol," kata Juhana. (spn)
0 comments:
Post a Comment