RENGASDENGKLOK, RAKA - Pembuatan saluran air sepanjang 200 m, lebar 2 meter dan kedalam 2 meter yang dilakukan Dinas Bina Marga di Dusun Sinar Sari, Desa Kalangsari, Kecamatan Rengasdengklok tidak akan mengurangi banjir yang merendam sebagian pemukiman setempat. Satu-satunya cara untuk mengeringkan banjir di dusun itu harus disedot menggunakan mesin pompa.
Demikian kata Kepala Desa Kalangsari, Aan Heryanto kepada RAKA, Senin (9/2) siang. Menurutnya, banjir kiriman dari tanggul Sungai Citarum yang jebol di Dusun Kaceot, Kelurahan Tunggakjati, Kecamatan Karawang Barat 15 Januari 2009 lalu ini belum bisa surut, bahkan air yang semula keruh kini sudah terlihat bening dan berwarna kehijauan. Ini menandakan air lumpur Sungai Citarum sudah mengendap dalam waktu lama di dusun tersebut.
Banjir ini hanya menggenangi rumah-rumah warga yang berdekatan dengan bekas rawa yang kini terendam sekitar 30-40 cm. Tampak, beberapa rumah dikosongkan pemiliknya, karena air yang merendam rumah mereka itu diperkirakan tidak akan surut sebulan. Dilihat, rumah-rumah yang ditinggalkan ini banyak ditumbuhi siput-siput dan airnya membuat keropos pintu-pintu dan kusen rumah.
Sementara itu, pembuatan saluran air 200 meter itu menghubungkan bekas rawa yang kini terendam dengan saluran tersier dan air ini mengarah ke Dusun Jatimulya melalui gorong-gorong jalan raya yang kemudian dibuang ke saluran induk. Dan saluran air di Dusun Jatimulya ini pun rencananya akan dikeruk supaya air yang mengalir dari Dusun Sinar Sari bisa mengalir lancar. Pengerukan di Dusun Sinar Sari ini dilakukan tepat di seberang kantor Desa Kalangsari. "Meski dibuatkan saluran air, Dusun Sinar Sari tetap akan digenangi banjir, satu-satunya cara untuk mengeringkan Sinar Sari hanya dengan pompanisasi," ucap Aan.
Diketahui, banjir di Dusun Sinar Sari ini kerap terjadi di musim hujan. Namun, banjir hujan tidak separah seperti banjir kiriman Sungai Citarum. Kendati demikian, aktivitas warga setempat tidak terganggu, kecuali ada beberapa jalan-jalan lingkungan yang sengaja di putus warga untuk mengalirkan air ke tempat yang lebih rendah, karena pada saat banjir beberapa warga ketakutan banjir meluas, sehingga harus membuat saluran air termasuk memutuskan jalan lingkungan di tengah pemukiman mereka. (spn)
0 comments:
Post a Comment