Warga Dengklok Ultimatum Pemerintah, Soal Konversi Minah ke Gas Elpiji

Thursday, April 17, 2008

Antrian warga minyak tanah di Rengasdengklok.



RENGASDENGKLOK, RAKA - Masyarakat Dengklok mengultimatum pemerintah mengenai rencana pemberlakukan penggunaan gas elpiji bagi masyarakat. Mereka tidak keberatan asalkan elpiji tidak bernasib seperti minyak tanah.


"Kami siap menggunakan gas elpiji menyusul konversi minyak tanah ke gas asalkan harganya masih bisa terjangkau dan tidak langka seperti minyak tanah," kata Udin (55) warga Desa Karyasari, Kecamatan Rengasdengklok saat antrian minah di pangkalan PT. Sandika Pratama, Desa Amansari, Jumat (11/4) siang.


Diakuinya, penggunaan bahan bakar ini tidak jauh beda dan sama-sama dibutuhkan. Tetapi jika minyak tanah sudah dialihkan ke gas elpiji harganya harus terjangkau oleh masyarakat miskin. Dan tidak sulit dicari seperti sulitnya mencari minyak tanah saat ini," kata Udin.


Seperti diketahui, beberapa kabupaten di propinsi lain yang kini sudah menggunakan gas elpiji kadang sulit mencari elpiji. Malah acap kali kesulitan tersebut berbuntut ricuh dan menjadi masalah baru. "Nah, kami tidak mau yang seperti itu terjadi di Karawang. Jangan sampai setelah beralih ke gas, tiba-tiba gas kembali langka," ucap Udin lagi.


Kendati demikian dia percaya kepada kebijakan pemerintah. Meski terkadang juga membuat kesal. "Kami percaya pada pemerintah yang mengatur semua itu. Mudah-mudahan di Karawang nanti tidak akan terjadi kelangkaan gas elpiji setelah kita kelelahan dengan minyak tanah," katanya.


Antrian minyak tanah yang kerap terjadi baru-baru ini diakui beberapa warga sangat melelahkan. Tidak cukup sejam mereka menunggu untuk bisa mendapatkan 3-5 liter sesuai yang ditentukan pihak pangkalan. Bahkan, sebelum datang mobil tanki, warga sudah berjubel dipangkalan sambil menenteng jerigen, sementara pihak pangkalan mengabsen warga. Karena jatah yang dikeluarkan pangkalan hanya dibatasi 20 persen untuk warga dengan harga Rp 2300 perliter dari jumlah total satu tanki.


Namun, beberapa warga yang ditanya menyebutkan, ada saja pangkalan yang berani menjual hingga Rp 3000, dan hingga kini pangkalan tersebut sepi dari minyak tanah. Warga menduga, ijin pangkalan itu dicabut karena menjual harga diatas ketentuan. Sementara, harga minyak tanah di beberapa warung sudah terbilang tinggi, berkisar Rp 3500-3800 per liter. Namun karena butuh, warga tetap saja membeli.


Dengan dijualnya minyak murah Rp 2300 per liter. Seperti yang dijual hampir semua pangkalan adalah kesempatan bagi warga, meski antri tiga jam, mereka rela asalkan dapat jatah 20 persen minyak yang dibagikan pangkalan.Di tempat sama, penjaga pangkalan minyak tampak sibuk, beberapa pegawainya tiada henti meliter minyak tanah pada jerigen warga.


Di pangkalan seberang terminal Rengasdengklok ini antriannya tidak menggunakan kupon atau tali yang dipasang memanjang, melainkan hanya diabsen. Warga yang namanya dipanggil langsung memberikan jerigen setelah dia menunggu lama. Sementara yang tidak terdaftar berharap kebagian sisa jatah 20 persen itu.


"Punten ya ibu-ibu, bapak-bapak kami hanya menyediakan lima drum. Yang tidak terdaftar tunggu sisanya saja ya," teriak penjaga pangkalan minyak kepada warga yang berdesakan berharap mendapat sisa minyak tanah, meski seliter. (spn)

0 comments:

Post a Comment

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan