BBM Naik, Nelayan Sulit Tingkatkan Produksi

Friday, June 6, 2008




CILEBAR, RAKA - Masih seputar nasib nelayan, kali ini nelayan Cilebar mengungkapkan keluhannya, setelah puluhan nelayan Pedes yang terancam tidak melaut, menyusul kenaikan harga BBM yang diberlakukan pemerintah. Para nelayan itu mengaku hasil tangkapannya menurun drastis karena biaya operasional yang minim.


Seperti diungkapkan nelayan Cilebar, Jafar kepada RAKA, Jumat (30/5). Meski sudah berusaha maksimal, pendapatan melautnya tetap saja minim. "Sekali melaut hanya mendapat 4-5 kg udang padahal sebelumnya bisa dua kali lipat dari itu," katanya mengungkapkan keluhannya.


Hal itu terjadi, karena sejak pemerintah memberlakukan kenaikan harga BBM yang disusul naiknya lagi harga minyak tanah otomatis nelayan mengurangi biaya operasionalnya. Akibatnya, jarak operasi tangkap nelayanpun menjadi berkurang. Otomatis dengan batasan jarak seperti itu tangkapan yang diperolehpun jadi berkurang. Baik kualitas maupun kwantitas ikan yang bisa ditangkap.


"Nelayan disini memang menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar. Kalau sebelumnya BBM yang digunakan bisa maksimal tapi setelah kenaikan harga penggunaannya jadi tidak maksimal. Kami menciutkan biaya operasional perahu tangkap kami. Akibat penciutan itu jarak tangkap kamipun jadi berkurang," kata Jafar.


Diakui Jafar, dirinya dan nelayan yang lain memang sudah menggunakan minyak tanah sejak kenaikan BBM tahun 2006. Namun begitu, kenaikan BBM kemarin membuat mereka semakin tercekik. Tidak hanya itu saja, harga bahan pokok perbekalan mereka juga menjadi naik, karena toko dan warung tempat biasa mereka membeli pun menaikan harga karena alasan transportasi yang juga melonjak. "Mau dibilang apa lagi, kami sejak dulu adalah nelayan dan satu-satunya pekerjaan yang bisa kami lakukan adalah melaut," ucap Jafar lagi meski diakuinya walau situasi seperti ini mereka akan tetap bertahan dan terus melaut.


Dikatakan Jafar, terpurukan mereka terjadi akibat beberapa faktor dan tidak melulu diakibatkan oleh naiknya harga BBM. Diantaranya dipengaruhi cuaca buruk dan hilangnya ikan-ikan dilaut akibat pencemaran dari sungai. Maksudnya ketika sungai mengandung limbah, maka ikan akan menjauh dari pesisir pantai hingga ke tengah laut. Sedangkan biaya untuk mencapai laut lepas perlu perbekalan yang maksimal. Itupun tidak bisa dilakukan sehari, lagi pula perahu sederhana yang dimiliki para nelayan tidak akan sanggup berlayar jauh.


Hal senada dikatakan nelayan lainnya Sarpa, selain faktor alam dan BBM, alat tangkap nelayan yang dibawa pun menjadi penentu keberhasilan. Selama ini, masih jarang nelayan yang memiliki alat tangap lengkap, karena untuk satu jaring tangkap saja harganya hampir mendekati sepuluh jutaan rupiah. "Kalau bukan dari bantuan pemerintah, kami tidak sanggup beli alat tangkap lengkap," ujarnya.


Kata Sarpa, alat tangkapan ini dipergunakan sesuai dengan musimnya, jika musim udang maka yang digunakan adalah jaring udang, karena satu jaring tidak bisa digunakan untuk menangkan segala jenis ikan yang ada di laut. Kendati demikian, nelayan di pesisir pantai hingga kini hanya bisa merasakan sesaknya menghadapi kebijakan pemerintah, meski mereka tidak berdaya mengubah kebijakan tersebut. (spn)


0 comments:

Post a Comment

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan