Jangan Tunggu Ada Korban DBD

Sunday, August 24, 2008


*Prinsip Fogging Dahulukan Kesehatan

RENGASDENGKLOK, RAKA - Mengisi hari kemerdekaan tidak melulu dengan pesta rakyat dan perlombaan. Seperti yang dilakukan anggota DPRD Karawang Fraksi Partai Golkar, H. Deni Nuryadi SH, dia melakukan fogging di Dusun Blokraton, Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok.

Hal itu dilakukannya supaya masyarakat di sekitar lingkungan itu bebas dari wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) dan bisa mengisi kemerdekaan dengan sehat. Diakui Deni, dia ingin merubah paradigma pelaksanaan fooging tidak harus dilakukan setelah ada korban DBD, tapi akan dilaksanakan berkala, minimal setahun sekali atau setiap pergantian musim hujan ke musim panas dan sebaliknya.

Rengasdengklok memiliki historis yang tidak akan terlupakan secara nasional maupun Internasional. Para pejuang bangsa ini, aku Deni, telah bertaruh nyawa memerdekakan negara kesatuan Republik Indonesia. Dia sebagai wakil rakyat mengaku sangat peduli dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan adanya kegiatan fooging untuk mencegah DBD ini memang sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

"Karena kersehatan ini merupakan suatu nilai yang tidak bisa diukur dengan materi, kalau masyarakat dan lingkungan sehat mobilisasi kehidupan pun akan lancar," ungkap Deni yang akan mencalonkan kembali sebagai dewan rakyat Kabupaten Karawang tahun 2009 mendatang.

Fogging ini dilakukan di Dusun Blokraton yang terdiri dari 7 RT sekitar seribu rumah. Pada saat penyemprotan berlangsung, Deni turut terlibat memantau rumah-rumah yang sedang difooging. Diketahui, dusun merupakan pemukiman yang padat, masih banyak kolam-kolam ikan yang kemungkinan jadi sarang nyamuk, termasuk saluran air pembuang dari tiap-tiap rumah yang kurang lancar mengalir. Dengan begitu, pemukiman ini memang perlu difogging secara berkala untuk mengantisipasi wabah DBD.

"Kita akan anggarkan alat fogging, karena Puskesmas Rengasdengklok merupakan daerah kota. Sehingga, kalau diperlukan fogging tidak repot lagi, saat diminta warga, fooging bisa dilaksanakan, karena fooging ini sangat diperlukan sekali untuk mencegah DBD. Saya akan mengubah paradigma fooging hanya dilakukan setelah warga terserang DBD, ada atau tidak ada kasus DBD, fooging ini akan ditetapkan menjadi program kerja puskesmas. Namun begitu, fooging bukan suatu penanganan berkesinambungan, fooging ini hanya preventif saja, yang harus berperan adalah masyarakat dengan melakukan 3M (menguras bak mandi, menutup gentong atau penampung air dan mengubur barang bekas yang tidak terpakai agar tidak dijadikan sarang nyamuk, red) untuk mencegah wabah DBD dari jentik nyamuk," jelasnya.

Pangkal penyelesaiannya yaitu melakukan 3M, sementara fooging hanya preventif, tapi tetap dalam melakukan ini masyarakat harus selalu berkoordinasi dengan Puskesmas Rengasdngklok dan Dinas Kebaupaten Karawang. "Memang, menjadi wakil rakyat harus betul-betul aspiratif dan tanggap membantu rakyat. Intinya, kita mengisi kemerdekaan dengan melakukan hal yang bermanfaat, diminta atau tidak, itu tetap kewajiban saya, karena saya selalu melihat kondisi masyarakat yang sebenarnya," imbuhnya.

Seorang warga RT 23/05, Enang Sutarya (44) membenarkan penyataan Deni, diakuinya fooging ini sebaiknya dilakukan tidak usaha menunggu yang kena DBD karena setiap waktu masyarakat memang memerlukan fooging, terutama saat pergantian musim, hampir di setiap rumah warga banyak nyamuk. Meski lingkungan sekitar Blokraton bersih, tetap saja nyamuk-nyamuk ini berdatangan dari dusun lainnya. Untuk itu, selain 3M, fooging tetap diperlukan. (spn)

0 comments:

Post a Comment

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan