Solokan Terancam Gagal Panen

Sunday, October 19, 2008

Petani Solokan di pematang sawah menunggu air yang digelontorkan mesin pompa.
 
 
PAKISJAYA, RAKA - Ratusan hektar sawah di Desa Solokan, Kecamatan Pakisjaya dipastikan gagal panen, diperkirakan produksi sawah di desa ini hanya berkisar 7 kwintal/hektar. Pasalnya, hampir 15 hari lebih sawah di desa ini kekeringan. Hal ini disebabkan saluran sekunder susut setelah para pentani menanam bibit padi.
 
Seperti diungkapkan petani setempat, Naiman (38) didampingi petani lainnya didampingi Namin (37) dan Rijan (40). Diakuinya, sebagian sawah baru dialiri air setelah 15 hari tanam, sedangkan sebagian sawah lainnya masih kering. Hal ini akan menyebabkan produksi padi pada panen mendatang akan anjlok, tidak akan mencapai 1 ton/hektar apalagi hingga 3-7 ton. "Kalau melihat seperti ini, panen tidak akan berhasil, karena sekarang saja sudah kelihatan bibit padi itu kering," katanya kepada RAKA, Minggu (19/10) sore di pematang sawah saat melihat langsung area sawah yang banyak ditumbuhi rumput ilalang karena kering.
 
Dijelaskannya, keadaan seperti ini akibat tidak ada koordinasi antara pemerintah dengan petani. Beda dengan tahun 1982 lalu, pemerintah melalui penyuluh-penyuluhnya mengagendakan masa tanam bagi petani. Jadi, tiap desa bisa mengetahui kapan mereka bisa menanam bibit tanpa memikirkan air, karena air sudah menjadi tugas pemerintah. "Menjelang datang air, petani biasanya siap-siap mengolah sawahnya. Dan ketika air turun, langsung digarap, hasilnya pun memuaskan, bisa mencapai 7 ton/hektar," ucapnya.
 
Diketahui, persawahan yang terancam kering diantaranya, Desa Tanah Baru, Solokan, Tanjung Bungin dan Desa Tanjung Mekar. Diperkirakan, sawah di empat desa ini mencapai 600 hektar lebih dan ondisi tanaman hampir mati. Untuk menangani ini, petani menggunakan mesin pompa, tapi jika semua petani menyedot air dari saluran sekunder, kemungkinan akan semua petani pun 'kedodoran' air, karena debit air sekunder hanya sedikit. Di Desa Solokan, awalnya petani mendapat air melimpah dari saluran tersier yang mengalir dari sekunder. Namun, selang 15 hari, air susut dan sawah jadi kering.
 
Kondisi kekeringan seperti ini, bukan sekali-dua kali, melainkan selalu terjadi hampir disetiap musim tanam. Petani bahkan cenderung menganggap pemerintah tidak konsen dan memperhatikan nasib mereka. Selama ini, petani sangat berharap solusi tepat dari pemerintah untuk menangani kekeringan sawah yang selalu melanda Kecamatan Pakisjaya. (spn)

0 comments:

Post a Comment

Apa pendapat Anda tentang berita ini? komentar berita Secara otomatis, komentar yang ditulis akan masuk pada dinding Facebook Anda.
 
 
 
 
Copyright © BeritaKarawang.com | Space iklan logo Rp 200 ribu sebulan
Karawang, Jawa Barat, Indonesia, 085691309644, beritakarawang@gmail.com | Asep Saepudin Hasan